Senin, 14 Maret 2011

Cinta piano - part 3

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Ify pun segera mandi, dan bersiap-siap. Jam setengah 7, dia udah siap dan menunggu Rio di ruang tamu
“Ciiee, sang cinderella lagi menunggu sang pangeran datang untuk menjemput”
“Ka iel, lo tuh emang ya” kata Ify sambil melemparkan bantal di ruang tamu ke wajah Iel. Iel udah cekikikan
Ting...tonggg
“Biar gue buka fy” kata Iel, yang segera membuka pintu rumahnya
“Hai yo..” sapa Iel ketika melihat siapa yang datang “Keren banget lo hari ini” kata Iel yang melihat Rio takjub
“Hai yel, ah lo bisa aja. Ify-nya ada?”
“Noh, lagi nungguin lo di dalam. Masuk aja” Rio pun masuk ke dalam, tapi dicegat lagi sama Iel “Jaga Ify baik2 ya yo” Rio pun hanya tersenyum.
‘DEG’ jantung Ify dan Rio nggak karuan. Mereka sama2 terpesona, kepada sosok yang berada di depan mereka.
Rio begitu kaget melihat Ify malam itu. Ify menggunakan dress selutut yang berwarna putih dengan motif bunga2 warna hitam + belt hitam, flatshoes putih. Rambutnya diikat setengah. Dengan dandanan yang begitu natural, membuat Ify begitu cantik malam itu. Senada dengan Rio yang menggunakan kemeja hitam, dasi, jas, sepatu putih. (kayak waktu Rio nyanyyin Simphony yang indah)
 “Hai fy” sapa Rio masih takjub
“Hai ka Rio”
“Lo cantik banget malam ini”
“Lo juga kak, keren banget hari ini”
“Cieee, saling muji nih..” Iel menyela percakapan mereka. Ify dan Rio, hanya bisa senyum2, tapi udah salting abis.
“Berangkat yuk.” Kata Rio
“Bentar, bentar. Lo berdua naik apa?”
“Naik taksi” jawab Ify dan Rio kompakkan
“Ehm..cieee, kompak banget siiih...” goda Iel.
“Beuh, penyakit lo kumat lagi ya kak?” kata Ify
“Hehehe..gitu amat sih sama kakak lo ini.” kata Iel masih nyengir. “Daripada lo berdua naik taksi, mending yo lo bawa mobil gue aja. Supaya ngirit ongkos”
“Terserah lo aja deh yel”
“Ya udah kalo gitu. Gue ambil dulu kuncinya.” Kata Iel kemudian mengambil kunci mobilnya. “nih yo.”
“Thank’s ya yel”
“Yoiii, broo..Buat calon ipar gue aja” Ify pun mendelik melihat Iel, Iel Cuma bisa senyum2 “Ya udah sana gih, ntar telat loh”
“Ya udah kak, kita pergi dulu ya..daaa”
“jalan dulu yel”
“Iya, iya..Hati2 di jalan” pesan Iel.
            Di dalam mobil, Rio dan Ify Cuma diam2an. Mereka nervous banget. Baik karena TM, maupun karena perasaan mereka.

            @(gedung untuk dilaksanakan TM)
            ‘huaaa,, takuuut’ batin Ify khawatir. Tiba2 ada yang memegang pundaknya.
“Nggak usah khawatir. Lupain segala pikiran buruk, malasah lo, semuanya. Pokoknya kita fokus aja buat TM ” kata Rio
“Makasih ka”
“Gue udah lama nggak dengar kata itu dari lo” kata Rio tersenyum, wajah Ify memerah
“Kaa, maaf kalo gue ikut campur masalah lo. Gue mau tanya, lo kenapa sih ka? Sikpap lo akhir2 ini aneh.”
“gue nggak apa2 kok.” Kata Rio sambil memberikan senyum manisnya. Malam ini, nggak tau kenapa Rio jadi lebih dewasa. Ia lebih bisa mengontrol emosinya. Tapi ia masih saja nggak bisa main lagu Fur Elise
“Marilah kita sambut peserta keenam, Rio-Ify” panggil pembawa acara.Ify tersentak mendengar namanya dan nama Rio dipanggil
“Kaaa”
“Apapun hasilnya, yang penting kita akan menunjukkan yang terbaik” Ify pun mengangguk. Merka berdua naik ke atas panggung. Rio mulai memainkan alunan nada yang begitu indah di white grand piano
indah terasa indah
bila kita terbuai dalam alunan cinta
sedapat mungkin terciptakan rasa
keinginan saling memiliki
dan bila itu semua
dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
tak semudah seperti yang pernah terbayang
menyatukan perasaan kita
reff: tetaplah menjadi bintang di langit
agar cinta kita akan abadi
biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
agar menjadi saksi cinta kita berdua, berdua
sudah, terlambat sudah
ini semua harus berakhir
mungkin inilah jalan yang terbaik
dan kita mesti relakan kenyataan ini

Setelah Ify bernyanyi, seisi gedung pun terdiam.Ify udah pucat, gemetar. Nggak ada reaksi sama sekali dari para penonton. Rio pun berdiri di depan Ify, kemudian memegang tangan Ify, kemudian hormat kepada pata penonton. Ify tambah gemetar. Kali ini bukan karena tak ada respon dari penonton, tapi karena tangannya digenggam erat oleh Rio
Plok...plok..plok...
Terdengar suara tepuk tangan dari seorang bapak2 yang berdiri di sudut ruangan. Selang beberapa detik, seisi gedung pun memberikan standing aplause kepada Rio dan Ify. Penonton terlalu speechless dengan penampilan Rio dan Ify. Mereka pun segera turun dari panggung
            “Huaaa, gillaaa..Gue udah khawatir aja liat penontonnya diam gitu” kata Ify
            “hahahaha..Sama, gue juga. Ya sudahlah, yang penting udah lewat. Kita ke bangku penonton yang tersedia aja yuk, kita tunggu hasilnya sambil nonton yang lain” Ify pun mengangguk dan mengekor Rio dari belakang. Setelah terkagum-kagum, dan menunggu, akhirnya hasilnya pun akan diumumkan
            “Maaf, membuat anda semua menunggu lama. Kami akan membaca juara2nya. Bagi yang namanya dibacakan, harap naik ke atas panggung.” Kata pembawa acara kemudian terdiam sebentar “Juara 3 dimenangkan oleh...........................................LINTAR dengan permainan gitarnya” semua yang ada di sana pun bertepuk tangan
            “Juara 2 dimenangkan oleh.................OBIET dan OLIVIA dengan permainan biola oleh Obiet” seisi gedung pun bertepuk tangan kembali
            “Dan, juara 1 Teenage Multitalent tahun 2010 adalah....................” Karena begitu tegang, tanpa sadar Ify pun memegang tangan Rio. Rio yang sadar hal itu hanya senyum2, sambil menormalkan suara detak jantungnya
            “Selamaat kepada...............Rio dan Ify dengan permainan piano dari Rio.” Mendengar itu, Ify refleks memeluk Rio. Rio sendiri cume cengar-cengir karena dapat pelukan dari Ify
            “maaf ka.” kata Ify yang sadar sikapnya dan langsung melepaskan pelukannya.Wajahnya udah merah padam
            “Nggak apa2. Yuk maju.” Giliran Rio yang memegang tanga Ify& kali ini sukses membuat jantung Ify nggak karuan
            “mari kita sambut, sang juara pertama kita.” kata pembawa acara lagi ketika mereka berdua sudah berada di atas panggung. Ify dan Rio hanya membungkukkan badannya sedikit untuk memberikan penghormatan kepada para penonton. Seisi gedung bertepuk tangan riuh. Setelah pembagian hadiah dan sebagainya, Ify dan Rio pun berjalan ke parkiran hendak pulang.
            “Selamat malam. Saudara Rio?” tanya seorang lelaki yang sedang berdiri di hadapan Rio dan Ify. Rio pun hanya mengangguk “Saya ingin menawarkan anda untuk bermain piano pada acara piano talent show, minggu depan. Seperti kompetisi bagi pianist2 muda. Di sana begitu banyak pengamat musik, mereka akan melihat pianist muda yang berebakat anda? Apakah anda tertarik?”
            “Apa saja persyaratannya?” tanya Rio
            “Anda hanya perlu mengisi formulir ini, kemudian dikumpulkan ke bagian administrasi. Alamat lengkapnya ada di brosur iklan ini. Pada malam itu, anda hanya perlu bermain 2 lagu. Lagu wajib dan lagi kreasi. Lagu kreasi ini terserah pada anda, mau memainkan lagu apa, anda juga boleh bernyanyi sambil bermain piano. Lagu wajibnya Fur Elise”
            ‘DEG’ Rio kaget mendengar judul lagu itu lagi. ‘udah nasib gue kali ya, ketemu sama lagu itu’ batin Rio
            “Jadi bagaimana?”
            “Oke, saya setuju.” Kata Rio kemudian mengambil formulir, persyaratan maupun brosur iklannya
            “Terima kasih. Saya pergi dulu.” Kata lelaki itu kemudian pamit dan menghilang begitu saja. Rio pun segera mengantar Ify pulang, dan Rio pun pulang ke rumahnya
            ‘Apa gue salah, kalo gue kayak gini terus?’ batin Ify
            ‘Ify, lo terlanjur masuk ke dalam hidup gue terlalu jauh’ batin Rio

            @kantin sekolah
            “Selamat ya, kalian berdua emang hebat” Ucap Iel memberikan selamat kepada Rio dan Ify yang menang di TM
            “Nggak sia2 ajaran gue buat lo berdua” kata Cakka
            “Narsis lo” sahut Alvin sekaligus menoyor kepalanya Cakka
            “Selamat ya, fy” kata via langsung memeluk Ify
            “Makasih”
            “Selamat ya” ucap Agni dan Shilla kompakkan. Kemudian seisi kantin + seisi sekolah mengucapkan selamat kepada Ify dan Rio. Mereka berdua hanya bisa mengucapkan makasih dari awal mereka masuk sekolah sampai pulang.

            @pulang sekolah
            “Fy, pulang barenga gue ya?’ Kata Rio yang kebetulan melihat Ify berjalan sendirian
            “Nggak usah ka, gue bisa pulang sendiri kok.” Kata Ify. Ia melihat Shilla sedang berjalan ke arah mereka “Ya udah kak, gue pulang dulu ya..daaaaaa...” Ify pun segera berlari. Ia berlari dan terus berlari tanpa arah. Ketika ia berhenti, ia bingung sendiri. Ia nggak tau berada di mana sekarang. Tak jauh darinya terlihat preman2 yang sedang mabuk
            “Hai cantik, sendiri aja, abang temenin ya..” kata salah seorang preman yang wajahnya paling menyeramkan. Ify pun mempercepat langkahnya. Ia menengok kiri dan kanan, tapi tak ada taksi satupun yang lewat. Ify udah taku setengah mati, kalo bisa ia juga mau menangis saat itu, tapi ia menahan tangisannya supaya terlihat kuat di depan preman2 itu.
            “Belagu amat sih jadi cewek” kata preman satunya lagi, sambil memegang tanga Ify
            “Lepasin” kata Ify yang tambah ciut
            “Kalo gue nggak mau, gimana?”
            “Gue bakalan teriak”
            “Hahahaha...teriak aja neng. Palingan juga nggak ada yang datang, sepi begini kok. Udah ikut aja.” Kata preman itu sambil menarik lengan Ify, Ify udah meronta-ronta. Tapi tetap nggak bisa lepas
BUUUG. Tiba2 ada yang memukul preman itu
“Lo beraninya jangan Cuma sama cewek.”
“Sialan lo. Emang lo siapanya dia? Emaknya? Hahaha..”
            BUUUG. Preman2 itupun mendapatkan bogem mentah lagi dari Rio
            “Gue cowoknya. Kalo berani ayo lawan gue”
            BUUUG. Preman itu membalas dan tepat mengenai pipi Rio. Rio segera membalas dengan tendangan di perut. Setelah terjadi pertarungan yang begitu sengit, akhirnya preman2 itu pun lari
            “Makasih ya kak” kata Ify, wajahnya masih pucat karena nggak percaya sama apa yang baru ia alami
            “Gue kan udah bilang, pulangnya bareng gue. Lo ngeyel sih. Jadinya gini kan? Untung tadi gue ikutin lo, kalo nggak, gue nggak tau apa yang bakalan terjadi sama lo” bentak Rio yang sebenarnya khawatir banget sama Ify
            “Maaf ka.” kata Ify sambil menunduk. Mereka berdua jadi sama2 diam. Rio mencoba meredakan emosinya
            “Maafin gue juga fy, gue udah bentak2 lo” kata Rio kali ini lembut
            “Nggak apa2 kak, emang gue yang salah”
            “Gue Cuma nggak mau aja terjadi apa2 sama lo” kata Rio tulus “maaf juga, gue ngaku2 cowok lo.”
            “Nggak apa2 kak. Ya udah ke rumah gue dulu ya, gue obatin luka lo” kata Ify. Dalam perjalanan mereka hanya diam2an

            @rumah Ify
            Ify ngambil kain sama es batu. Ia segera mengompres wajah Rio yang babak belur
            “Auuu sakiit fy” teriak Rio
            “maaf ka”
            “ayay, uaaa,,kyaaa,, diiiiiiii.......plan2 fy”
            “Aduh maaf ka, gara2 gue lo jadi kayak gini.”
            Rio hanya diam, ia memandang Ify, ify pun demikian, Mereka kontak mata, tapi langsung memalingkan wajah mereka masing2 karena salting
            “Udah fy, gue udah nggak apa2. Makasih ya” ujar Rio
            “Sama2 kak, makasih juga buat yang tadi”
            “Woy, ini ngapain pacaran di ruang tamu gini?” sahut Iel tiba2 yang baru pulang
            “Sirik aja lo yel.” Kata Rio
            “Wuidiiiih, muka lo kenapa yo? Tawuran?”
            “Enak aja, gue kan anak baik” kata Rio
            “Tadi ka Rio berantem sama preman” Ify menjelaskan
            “Waah, cari musuh lo yo.” Kata Iel sambil menggeleng-gelenggkan kepalanya
            “Gimana nggak berantem, mereka duluan sih yang ngajak ribut.”
            “Emang kenapa?”
            “Gue nggak terima mereka gangguin Ify”
            “Cieeee, dalam banget sih pengorbanannya. Eh, gue naik dulu ya, nggak enak gangguin orang pacaran. byee” Goda Iel, yang membuat Ify dan Rio jadi blushing
            “Fy, gue pulang dulu ya.”
            “makasih ya ka”
            “Iya, sama2. Bye.” Kata Rio sambil mengacak rambut Ify lembut
            “hati2 di jalan”
            “Iya,” Rio pun pulang ke rumahnya. Ify udah senyum2 nggak jelas.

            @rumah ify keesokan paginya
            “IFYYYYYYYY,,, CEPAAATT..KALO NGGAK NTAR KITA TELAT..”teriak iel
            “Iya ka, bentar. Ini juga udah rapi kok.” Kata Ify kemudian segera berlari dan menghampiri Iel
            “Non Ify, ini ada amplop buat non Ify”
            “ya udah kalo gitu bi, bibi taruh aja di kamar Ify, ntar pulang sekolah baru Ify lihat.” Kata Ify
           
            @SMA Ganesha
            “Pak, pak jangan ditutup dulu” kata Iel pada satpam sekolah mereka
            “kok jangan ditutup mas, wong udah jam 7. Ya musti ditutup”
            “Ya pak, Cuma telat 1 menit doank.” Kata Ify sambil pasang wajah memelas
            “yo wes, bapak bukain. Tapi jangan telat lagi yo?”
            “iya pak, janji deh. ” Ify dan Iel pun segera masuk, dan berlari ke kelas masing2.
           
            @XII IPA 1
            “Woy, yel. Tumben lo telat? Biasanya juga yang paling pagi datangnya” kata Alvin ketika Iel masuk dengan wajah yang penuh keringat, dan dengan nafas ngos2an.
            “Bu Winny belum masuk?’ tanya Iel yang masih mengatur nafasnya
            “Kata Kiki sang ketua kelas kita sih, bu Winny lagi jaga anaknya yang masuk Rumah sakit. Makanya, dia nggak bisa ngajar hari ini” jawab Cakka
            “Btw, lo belum jawab pertanyaan gue. Lo knapa bisa telat?”
            “Ify. Dia telat bangun. Akhirnya gue mesti nungguin dia sampai kelar.”
            “Ohh...”
            “Yo, lo kenapa? Tumben lo jadi diam lagi? Ada masalah apa bro?” tanya Iel yang melihat Rio
            “Nggak, gue nggak apa2. Eh, gue ke ruang musik dulu ya, kalo ada yang cari bilang aja gue ke sana”
            “Lo kok jadi rajin banget sih ke ruang musik?”
            “lagi latihan buat piano talent show weekend ini.”
            “HAH? SERIUS LO?” tanya Alvin, Cakka, Iel kompakkan, dan membuat Kiki mendelik ke arah mereka bertiga
            “Lo kok nggak cerita2 ke kita sih? Itu kan show ang banyak pianist terkenalnya itu kan? Gimana ceritanya lo bisa ikut? Lo disuruh main lagu apa aja? Jam berapa show-nya?’ Tanya Cakka beruntun tapi dengan volume suara yan kecil
            “Woy, tanya tuh satu2. Jangan maen borong gitu dong.” Kata Rio “Sorry deh, gue lupa cerita ke lo semua. Hehehe.. jadi gini, ” rio pun menceritakan semuanya, tanpa kurang satu apapun.
            “Wah, gila lo. Ditawarin. Ckckckck...Hebat..hebat..” kata Alvin kagum
            “Ya udah, gue pergi dulu. Gue nggak ke kantin. Jadi nggak usah nungguin gue” kata Rio kemudian beranjak pergi meninggalkan kelasnya.

            @kantin, jam istirahat
            “Ka, kita gabung ya...” kata Ify menghampiri meja Iel dkk
            “Sok atuh..” sahut Iel
            “Bagi makanannya.” Kata Ify lagi dan dengan segera mengambil mie bakso yang lagi mau dimakan Iel
            “eh..eh..lo kenapa nggak beli aja sih?” tanya Iel
            “Nggak sempat” jawab Ify santai. Iel udah merelakan makanannya walaupun dengan berat hati
            “Kayaknya ada yang kurang?” tanya Agni sambil mikir. “Ka Rio-nya mana?” Ify yang baru sadar langsung nengok kiri, nengok kanan.
            “lagi di ruang musik” jawab cakka
            “Ngapain?” tanya via
            “Lagi latihan buat..” jawab Alvin
            “Piano talent show” sahut Ify menyambung kalimat Alvin. Semuanya pun langsung menoleh ke arah Ify. Ify yang ngerasa dipelototin Cuma bisa senyum2 aja.
            “Lo kok tau sih fy? Kok nggak cerita2 ke kita? Emangnya Rio cerita ke lo?” tanya Iel penasaran
            “Ehh, nggak..Waktu Ka Rio ditawarin itu, aku kan di sebelahnya. Kan itu waktu pulang TM.”
            “Tapi lo kok nggak cerita2 ke kita sih?” tanya Iel lagi
            “Gue kira, dia udah bilang ke lo semua. Makanya gue nggak ngomong apa2.” Jawab Ify santai.
            “Semuanya, gue ke ruang musik dulu ya. Gue mau ketemu Ka rio dulu” kata Shilla kemudian pergi dengan segera
            ‘Lo harus kuat fy’ batin Ify
            ‘Heuu,, kenapa gue mesti cemburu? Itu kan haknya Shilla. Toh, dia juga bukan siapa2 gue.’batin Alvin

            @ruang Musik
            Shilla mausk ke ruang musik. Ia melihat Rio duduk di depan piano tapi tertinduk lesu
            “Hai ka. Apa kabar”
            “...”
            “Lo kenapa?”
            “...”
            “Yee, ditanyain tapi diam aja. Gue dengar2 lo bakal main di Piano talent show ya? Disuruh main lagu apa kak?” tanya Shilla. Matanya tertuju pada not2 balok yang sedang terbuka saat itu. “Jangan bilang, kalo lagu wajibnya Fur Elise?” tanya Shilla memastikan. Rio pun mengangkat wajahnya dan hanya mengangguk lemah.
            “Lo udah bisa main lagu itu kak?”
“Gue nggak tau lagi Shill. Gue nggak bisa main lagu itu kayak dulu lagi. Gue sering salah nada, chord, ketukan, konsentrasi, penghayatan, semuanya.Inilah kabar gue sekarang, hampir di satu titik, yaitu nyerah pada kehidupan, nyerah pada keadaan.”
            “Yaah ka, kok lo nyerah sih? Kalo kayak gini gimana bisa menang piano talent Show? Gimana lo bisa meluluhkan hati Ify? Sia2 dong pengorbanan gue?” Rio hanya diam “Ka, lo yang mutusin untuk berjuang. Kalo udah kayak gitu, lo nggak boleh setengah2 kak. Lo harus berjuang sampai akhir. Apapu hasilnya nanti yang penting lo berikan yang terbaik. Jadi waktu akhir, lo bakalan bisa bilang ‘ini gue. Kemampuan gue Cuma segini. Tapi gue nggak kecewa, karena gue udah berusaha.’ Jangan pernah memulai sesuatu yang nggak bisa lo akhirin kak. Tau kayak gitu, lo nggak usah berusaha untuk mendapatkan Ify. Menurut gue, lo nggak lebih dari seorang pengecut ka. Lo taku sama kenyataan yang harus lo hadapi. Lo takut untuk bangkit dari masa lalu lo.” Ujar Shilla panjang lebar yang udah kesal sama Rio
Teng...teng...teng....    
“Terserah lo aja deh ka. Itu semua keputusan lo. Gue Cuma bisa bilang, lo jangan pernah putus asa, jangan pernah menyerah. Hidup itu penuh tantangan yang bakalan bikin lo jadi lebih dewasa” kata Shilla bijak kemudian kembali ke kelasnya karena waktu istirahat sudah selesai. Rio hanya diam. Rio pun bangkit berdiri dan kembali ke kelasnya juga

@pulang sekolah
            “Agni...” panggil seseorang.
            “Eh, ka Cakka. Ada apa kak?”
            “ Eh....mmm...eh...mmm....”
            “Apaan sih kak? Eh, mm, eh mm?”
            “Itu...mmm..anu..”
            “Ih, Ka cakka, kalo Cuma mau ngomong nggak jelas gitu, nggak usah manggil gue. Heu, mending gue pulang deh” ujar Agni langsung pergi
            “Eh,,, agni..” cakka mememegang tangan Agni. “Lo mau nggak pergi sama gue, sabtu  ini?” tanya Cakka lancar
            “Hmm, boleh deh.”
            “Gue jemput lo jam 7.”
            “Ok. Tapi kak,, lepasin tangan gue dulu.” Cakka yang baru sadar, langsung melepaskan genggamannya. Wajahnya memerah.
            “Lo mau pulang?”
            “Iya”
            “Naik apa?”
            “Tuh, motor kesayangan gue” kata Agni
            “Oh.”
            “Kak, gue duluan ya.. Bye..”

            @Alvin-Shilla
            “Ka, lo kok dari tadi diam aja?” tanya Shilla
            “Nggak. Perasaan lo aja kali.”
            “Sejak istirahat tadi sampai sekarang lo jadi diam ka. Kenapa? ” Alvin hanya diam, dan tetap konsentrasi untuk nyetir  “Lo jealous ya kak, gue temuin ka Rio?”
            “Ngapain gue jealous? Itu kan hak lo..” sahut Alvin tapi wajahnya udah merah.
            “Oh..kirain.” kata Shilla yang sebenarnya merasa kecewa.
            “Eh, Shill weekend ini jalan yuk.”
            “Ke mana kak?”
            “Ada deh...gue jemput jam 7.”
            “Ka Alvin nggak seruu, maen rahasia2an.”
            “Hehehe.. Suka2 gue dong. Btw, lo nggak nonton rio weekend ini?”
            “Gimana mau nonton, ka Alvin kan udah ngajakin gue.”
            “Lo sedih nih nggak bisa nonton Rio?” tanya Alvin
            “Nggak kok. ” jawab Shilla, sambil tersenyum manis. Alvin yang melihat itu, jadi tambah salting. Akhirnya dia kembali konsentrasi untuk nyetir
            @Rio
Rio pulang ke rumah dengan langkah gontai. Ia masih memikirkan apa yang dikatakan Shilla.Teriknya matahari membuat Rio berhenti di suatu tempat
“Pak, es kelapa mudanya 1 ya” kata Rio kepada bapak2 yang sudah berumur,  penjual es kelapa muda
“ini de”
“Berapa pak?”
“5000”
 “Makasih pak”kata Rio sambil menyerahkan selembar limaribuan. Ia pun melihat sekelilingnya. Tampak petugas kebersihan, tukang ojek, supir bus, dan termasuk penjual es kelapa muda. Rio jadi diam, dan berpikir. ‘kenapa lo nyerah semudah ini, yo? Lo nggak liat orang2 di sekeliling lo? Mereka bisa saja menyerah saat ini juga karena masalah kehidupan. Tapi mereka nggak pernah mau, karena mereka di sini bakalan berjuang sampai akhir. Mereka nggak akan pernah setengah2. Apapun hasilnya’ suara hati Rio yang membuat Rio jadi sadar. ‘gue harus berjuang,’ kata Rio dalam hari
“makasih ya paak. Bapak guru paling hebat.” kata Rio sambil mencium tangan bapak penjual es kelapa muda.
“de, saya bukan guru, saya penjual kelapa muda. Ade ini salah orang” Rio hanya tersenyum melihat tnaggapan dari bapak itu
“Pak, kalo belajar itu bisa di mana aja dan kapan aja, berarti semua orang adalah gurunya. Termasuk bapak.” Kata Rio sambil tersenyum lagi dan pergi. Bapak itu pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

@Ify
BRUG...
“Maaf nggak sengaja.” Kata Ify kemudian membantu orang yang ditabraknya tadi.
“Ini bukunya yang jatuh tadi pak” Ify melongo
“Makasih ya..”
“Anda kan.... Waaah pak, aku ngefans banget sama bapak. Permainan piano bapak, beuh Kereeen abis pak. Kalo aku punya jempol 10 ya pa, aku kasih semuanya sama bapak.”
“Saya tersanjung. Saya tidak menyangka, ada yang begitu senang dengan piano.”
Kriuukk,, Kruuk
“Maaf pak” kata Ify malu, karena suara perutnya yang lagi lapar tedengar
“Hahaha...nggak apa2 kok. Kita makan aja gimana? Saya traktir, anggap saja jumpa fans gitu”
“Ah, bapak bisa aja. ” sahut Ify malu2 tapi mau. Ia pun mengikuti langkah Pak Yunus masuk ke Restoran Italy yang cukup terkenal dan sangat mahal.
“Siapa nama kamu?” tanya Pak Yunus, sambil menunggu pesanan makanan mereka
“Ify, pak”
“Wah, jangan dipanggil pak dong. Panggil saja Om. Saya juga punya anak, lebih tua sedikit mungkin dari kamu?”
“Bapak, eh om punya anak? Siapa namanya? SMA atau kuliah?”
“Rio. SMA Ganesha” Ify diam mendengar nama itu
“Maksud om, mario haling?” tanya Ify memastikan
“Iya, Kamu kenal? Kamu dari Ganesha juga kan? Kelas berapa?”
“Dia teman kakakku om. Iya, aku dari Ganesha juga. Kelas X. Pantesan ka Rio jago main piano. Emang ya buah jatuh nggak jauh dari pohonnya”
“Permisi, ini makanannya” kata waitress yang mengantar pesanan Pak Yunus dan Ify
“Kok, om nggak pernah nunjukin di media2?” tanya Ify
“uhuk..uhuk...”
“Eh, makannya pelan2 aja om.” Kata Ify sambil memberikan segelas air putih untuk Pak Yunus
“makasih.” Sahut Pak Yunus. “Gimana saya bisa nunjukin ke media, saya kan nggak serumah dengan Rio”
“hah? Maksud om?”
Pak Yunus pun menceritakan semuanya pada Ify. “Tapi saya betul2 menyesal. Saya merasa begitu bodoh meninggalkan istri dan anak yang begitu menantiikan saya. Saya terlalu egois. Rio pasti tidak mau memaafkan saya.”
“Emangnya om udah coba minta maaf sama Ka Rio langsung?”
“Selama ini saya hanya memantaunya dari jauh, tapi saya tidak berani bertemu langsung.”
“Kalo belum ketemu, dan belum coba minta maaf, jangan bilang nggak dimaafin om. Saya yakin, Ka Rio pasti maafin om. Soalnya Ka Rio itu orangnya baik banget om. Aku yang sering salah aja, selalu dimaafin. Lagian, om kan belum mencoba. Nggak ada salahnya kan mencoba? Walaupun kesempatannya hanya 0,01%? Yaa, memang sih kecil. Tapi setidaknya bukan 0% kan om? ” ujar Ify panjang lebar “Eeh, om..Maaf, bukan maskud ceramahin om. Aku Cuma bilang aja kok. Maaf ya om”
“Hahaha..Makasih. Nggak apa2 kok. Kamu membuat saya jadi berani. Ngomong2, kamu pacarnya Rio ya?”
“Hah? Nggak kok om. Cuma teman doank” sahut Ify tapi wajahnya udah merah
“Ooh..Soalnya kamu terlihat begitu tau tentang Rio. Lagian, kalo memang pacaran, saya juga senang punya menantu kayak kamu. Udah cantik,  baik, cerdas lagi”
“Ah om bisa aja.” Tapi wajah Ify udah meraah banget. Malu abis, dipuji sama Pak Yunus, seorang pianist terkenal sekaligus ayah dari orang yang ia sayang.
“Om, saya punya ide nih.”
“Ide apa?”
“Untuk minta maaf ke ka Rio.” Pak Yunus mengerutkan keningnya “Jadi gini om..”
“Ok. Saya setuju.”
“Yaa, semoga dengan itu semua om bisa berhasil minta maaf ke ka Rio.”
“Iya makasih ya. Hmm, Kamu sudah selesai makan? Kita pulang saja ya, sudah sore”
“Iya om.” Ucap Ify

@kamar Ify
            ‘Huaaa, cape...nggak sabar nih weekend, supaya terbebas dari segala tugas.’ Batin Ify yang langsung membuang tasnya ke atas lantai begitu saja. Ketika ie hendak mengganti seragamnya, matanya tertuju pada amplop yang ada di atas meja belajarnya
            “Oh iya. Tadi pagi bibi kan sempat bilang ada amplop buat gue” kata Ify  “Tapi dari siapa ya?” Ify pun membuka amplop putih itu. Terlihat secarik kertas. Ify mengambil dan membacanya
            Apapun yang terjadi sama kita, gue harap lo mau datang.
            Rio

Ify mengambil selembar kertas lagi yang terdapat di dalam amplop itu
TIKET MASUK PIANO TALENT SHOW
Sabtu, 22 Mei 2010
            19.00

            Ify meletakkan lagi amplop itu di atas mejanya

            @kamar Iel
            To : Via
            Vi, weekend ini lo ada acara nggak?
            From : Via
            Nggak kak. Kenapa?
            To : Via
            Gue jemput lo jam 7 ya. Gue mau ngajak lo ke suatu tempat
            From: Via
            Ok. Tapi lo nggak datang ke show-nya ka Rio ya?
            To : Via
            Datang kok. Tapi akhir.. Hehehe
            From : Via
            Yeee, nggak ikhlas banget sih kak
            To : Via
            Suka2 dong. Btw, lagi ngapain fy?
            From: Via
            Mau makan kak. Lo udah makan?
            To : Via
            Lo makan gih yang banyak. Belum :P
            From : Via
            Eh gue makan ya kak, ntar baru dilanjutin lagi. Ka Iel juga makan sono, biar nggak kurus kayak sekarang. :P
            To : Via
            Ok, cantik.
           
            Iel Cuma bisa senyum2 lihat sms dari Via

            Malam Piano Talent Show     
@Via-Iel
            “Ka, ini di mana sih? Kok mata gue ditutup segala? ” tanya Via yang matanya ditutup kain hitam.
“Ada deh. Udah tenang aja. Nggak usah panik. Nggak gue apa2in kok.” Jawab Iel sambil menuntun langkah Via.Via dan Iel udah janjian buat pergi bareng. Tapi Via sama sekali nggak tau mau dibawa ke mana. “Udah sampe nih.” Kata Iel kemudian melepaskan ikatan kain hitam itu. Via mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Via, shock. Ia pucat, tangannya dingin, dia gemetar nggak karuan. “Naik yuk” ajak Iel
“Ta..Tapi kak, lo kan tau gue,.” Jawab Via cemas. Iel meletakkan jari telunjuknya dibibir Sivia
“Gue tau. Karena itu, gue mau bantu lo. Lo percaya kan sama gue?” Via hanya mengangguk lemah. Via dan Iel pun menaiki balon udara yng udah disewa gabriel sebelumnya. Via memegang tangan Iel erat. Ia  tidak berani membuka matanya. Kali ini giliran Iel yang memegan tangan Via lebih erat, seolah memberikan keberanian untuk Via.
“Percaya sama gue vi. Buka mata lo.” Awalnya Sivia enggan untuk membuka matanya, tapi akhirnya ia membuka matanya dan ia melihat Iel. “Lo liat deh ke sana.” Via takjub dengan keindahan kota malam itu. Via emang suka banget pemandangan kota malam hari. Sepupunya suka mengirimkan foto2 keindahan kota, kepadanya. Sekejap saja, ia lupa akan rasa takutnya pada ketinggian.
“Makasih ya ka, lo udah buat gue jadi lebih berani. Makasih lo udah ngasih pemandangan indah malam ini. Dan makasih juga untuk hari-hari yang lo berikan. Pokoknya makasih banget ka  untuk semuanya. Gue senang banget.” Ujar Via
“Vi..gue pengen lindungin lo. Gue pengen lo percaya sama gue. Gue pengen bisa memberikan keberanianku untukmu. Gue pengen bahagiain lo vi. Gue pengen jadi orang yang selalu di dekat lo. Gue pengen, malam ini bukanlah yang terakhir, tapi yang pertama untuk mengawali kisah baru kita.” kata Iel. Iel pun mmulai menyanyi. 
Kau boleh acuhkan diriku Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku, kepadamu
Ku yakin pasti suatu saat, semua kan terjadi
Kau kan mencintaiku dan tak akan pernah melepasku
            Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Slalu bersedia bahagiakanmu, apapun yang terjadi
Ku janji kan aku ada
“Sivia Azizah, Would you be my girl?”
“Yes, I do” kata Via yang pipinya udah merah.
“Makasih vi.” Kata Iel sambil memeluk Via. Iel udah mau lompat2, salto depan, salto belakang, tapi dicegat oleh Via. (Ya iyalah, masa salto di atas balon udara.)
           
@Shilla-Alvin
            Shilla nggak pergi ke piano talent show, karena ia punya janji sama Alvin.
            “Lo cantik banget malam ini Shill” puji Alvin ketika ia melihat Shilla. Shilla menggunakan rok jeans pendek, blouse putih, cardigan biru + flatshoes putih.
            “Makasih ka. Lo juga keren kok.” Puji Shilla melihat Alvin yang menggunakan kemeja putih, dasi biru, jaket kulit biru, clana panjang + sepatu putih. Di dalam perjalanan mereka hanya diam, dan sibuk dengan pikiran masing2. Mereka berdua pun tiba di sebuah danau. Danau itu dihiasi dengan lilin yang mengelilinginya. Di permukaan airnya, terdapat lilin2 juga yang menyala dan membentuk huruf S. Alvin dan Shilla duduk di bangku dekat danau itu.
            “Waaah,, keren banget ka. Ini semua lo yang bikin ka?”
            “Iya, itung2 nambah kreatifitas.” Jawwab Alvin “Ada yang mau gue omongin Shill.”
            Shilla yang dari tadi masih takjub dengan semua yang ia lihat saat ini, langsung menatap Alvin. Alvin memegang kedua tangan Shilla dan menatap Shilla dengan lembut.
            “Gue tau, mungkin lo masih sayang sama Rio. Gue tau mungkin lo masih cinta sama Riko. Gue tau, gue nggak akan pernah bisa sama kayak Rio ataupun Riko. Tapi gue di sini sebagai diri gue sendiri, Alvin. Dan gue harap lo mau ngerti itu. Sekarang gue Cuma berusaha jujur sama perasaan gue sendiri. Lo tau kalo gue bukan cowok romantis yang bisa bikin puisi, lagu ataupun lainnya. Gue hanyalah manusia biasa. Tapi gue juga bisa rasain apa itu cinta. Shill, gue sayang sama lo. Tulus dari hati gue yang paling dalam. Bukan sayang yang dibuat-buat. Rasa sayang yang nggak akan pernah hilang dan pudar. Lo mau nggak, gue jadi cowok lo?” tanya Alvin lancar. Keduanya diam sejenak. Shilla melepas tangannya dari genggaman Alvin. Ia mengambil gitar yang terletak dekat dengan bangku taman itu. Gitar yang sepertinya telah disiapkan Alvin untuk menyanyi.
            “Gue pengen nyanyi kak.” Ujar Shilla. “Lo yang main ya”  pinta Shilla. Alvin pun hanya mengangguk
            “Lagu apa?”
            “Jikustik-Puisi” kata Shilla.
Aku yang pernah engkau kuatkan,
Aku yang pernah kau bangkitkan
Aku yang pernah kau beri rasa
Saat ku terjaga, hingga ku terlelap nanti.
Selama itu, aku akan selalu mengingatmu
            Kapan lagi ku tulis untukmu, tulisan2 yang idah ku dulu
            Pernah warnai dunia Puisi terindah ku hanya untukmu
            Mungkinkah kau kan kembali lagi menemaniku menulis lagi
            Kita arungi bersama, puisi terindah ku hanya untukmu
Saat ku terjaga, hingga ku terlelap nanti.
Selama itu, aku akan selalu mengingatmu
           
            Setelah itu, mereka hanya diam lagi.
            “Shill, lo..”
“Ka.” kata Shilla memotong kalimat Alvin. “ada yang mau gue bilang. Maaf, kalo apa yang bakalan lo dengar ini, bisa buat lo kaget.” Ucap Shilla dengan wajah sendu. “Pertama, ini tuh romantis banget ka. Gue nggak nyangka lo bisa kayak gini. Perlu lo tau kak, bila kita mengungakpakan perasaan meluap ke dalam kata2 yang jujur, akan tercipta sebuah puisi yang indah, dan menurut gue lo sukses. Kedua, gue Cuma obsesi sama ka Rio yang mirip sama Riko, dan gue sadar hal itu karena adanya lo di sisi gue, walaupun ka Rio jg sempat nyadarin gue juga sih. Dengan seiringnya waktu berjalan, gue akhirnya tau kalo Cuma lo yang gue sayang ka. Gue mau kok lo jadi cowok gue.” Ujar Shilla sambil tersenyum manis. Alvin yang speechless, jadi bengong.
“Ah lo Shill, bikin gue deg2an aja.” Ucap  Alvin sambil mengacak rambut Shilla lembut. Ia pun bersiul, dan terlihat kembang api yang menyala pada malam itu. ‘I love you Shilla.’ Itulah yang terbentuk dari kembang api yang menyala itu.
            “Ka Alvin?” giliran Shilla yang speechless.
            “Semoga lo suka.” Shilla pun tersenyum. Sambil melihat kembang api itu, Alvin memegang tangan Shilla erat, seolah takut Shilla akan pergi.

@Cakka- Agni
“Kak? Kenapa liatin gue kayak gitu?” tanya Agni yang melihat Cakka bengong di depan pintu rumahnya
“Hah? Nggak, nggak apa2. Gue takjub aja, lo hari ini cantik dan feminin banget.” Malam itu, Agni pakai gaun hitam dengan belt kuning+legginf panjang warna kuning, serta flatsoes warna hitam. Searsi  banget sama Cakka yang menggunakan jas hitam, kemeja kuning muda, celana+sepatu hitam.
“Yee, biasa aja deh ka. Btw, kita mau ke mana sih ka?”
“Gue mau ngajak lo makan malam biasa aja.”
“Oh ya udah kalo gitu, let’s go”
            Cakka mengajak Agni makan malam di Restoran Buenos partela (mau sok2 spanyol, tapi jadinya aneh. Haha). Cakka sudah memesan tempat untuk 2 orang di restoran itu. Ia memilih tempat di tengah2 ruangan,dengan lampu yang remang2, lilin putih di atas meja, dan setangkai mawar yang diletakkan di tempatnya. Agni kaget dengan semua itu. Ia tidak menyangka bahwa ini adalah ‘makan malam biasa’ yang dimaksud Cakka. Cakka menarik sedikit kursi di hadapannya.
            “Silahkan duduk tuan putri. ” sahut Cakka yang membuat semua anak muda di situ jadi iri, sedangkan semua orang tua senyum2.
Setelah mereka makan, dan mengobrol cukup banyak, salah seorang waittres menghampiri meja Cakka dan Agni sambil membawa bungkusan yang cukup besar
“Gue mau kasih ini ke lo” seru Cakka sambil memegang bungkusan yang cukup besar
            Agni membuka hadiah yang diberikan Cakka saat itu juga. Terdapat sebuah gitar listrik berwarna hitam, dengan corak2 merah di beberapa bagian.     
            “Lo suka?” 
            “Iya kak. Suka banget. Kereeen. Ini kan gitar yang gue pengen dari dulu. Lo tau dari mana ka? Thank’s ya kak. Tapi gue kan nggak ulang tahun ka?”
            “Semoga lo sering main tuh gitar. Gue Cuma mau nepatin janji gue yang dulu” Agni tersentak mendengar kata-kata Cakka
            “Lo?” Cakka pun menunjukkan kalung yang ia pakai. Kalung itu berliontin gitar yang sama seperti punya Agni
“Iya. Gue sahabat kecil lo itu. Maaf, gue nggak pernah bilang ke lo. Gue pikir lo bakalan tau. Tapi ternyata nggak.”
“Kapan lo balik ke jakarta? Kenapa nggak pernah hubungin gue kak?”
“Gue udah balik sebelum gue masuk SMA. Bokap ditugasin ke Jakarta lagi. Maaf kalo gue nggak pernah hubungin lo. Maaf kalo kita sampai lost contact. Gue Cuma takut ni.” Kata Cakka. Ia kemudian menggenggam tangan Agni erat. “gue takut sama perasaan gue sendiri. Gue takut kalo rasa sayang gue, bakalan bikin lo jadi ngejauhin gue. Gue emang bodoh, gue emang pengecut. Rasa yang udah gue tutup rapat2 selama ini, muncul lagi dan semakin kuat ketika lo masuk SMA yang sama. Ngelihat lo yang nggak berubah, gue jadi kangen sama kebanyolan kita waktu kecil.” Jelas Cakka  “tunggu bentar.” Kata Cakka kemudian naik ke panggung kecil yang ada di restoran itu.
            “Selamat malam, smuanya. Maaf menganggu ibu2, bapak2 yang lagi makan. Saya di sini hanya ingin bernyanyi. Lagu ini terkhusus untuk gadis yang duduk di sana.” Cakka pun menatap Agni sambil tersenyum. Semuanya pun mengikuti arah pandangan Cakka. Cakka pun mulai memainkan gitarnya
Awalnya ku tak mengerti apa yang sedang ku rasakan.
Segalanya berubah dan rasa rindu itupun ada
Sejak kau hadir di setiap malam dan tidurku
Aku tau sesuatu sedang terjadi padaku
Sudah sekian lama ku alami perih putus cinta
Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara
Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku
Kau berbeda dari yang ku kira.
Aku jatuh cinta kepada dirinya
Sungguh, sungguh cinta oh apa adanya
Tak pernah ku ragu namun tetap slalu menunggu,
 sungguh aku jatuh cinta kepadanya
                        Coba, coba dengarkan apa yang ingin ku katakan
Yang selama ini sungguh telah lama terpendam
                        Aku tak percaya, membuatku tak berdaya
Tuk ungkapkan apa yang ku rasa
Aku jatuh cinta kepada dirinya
Sungguh, sungguh cinta oh apa adanya
Tak pernah ku ragu namun tetap slalu menunggu,
 sungguh aku jatuh cinta kepadanya
Setelah Cakka selesai bernyanyi, ia pun menghampiri Agni dan berlutut di hadapannya
 “Gila lo kak. Bikin gue malu aja. Semuanya tuh liatin kita dari tadi tau nggak. Lo ngapain sih kak, kayak gini?” tanya Agni melihat Cakka berlutut di hadapannya.
“gue tau kok. ” kata Cakka sambil senyum2 yang lihat wajah Agni udah merah padam. “Lagu tadi menggambarkan perasaan gue buat lo. Agni, Gue pengen jadi seseorang yang selalu temanin lo waktu duka maupun suka. Gue mau jadi seseorang yang selalu menghapus air mata lo waktu nangis. Gue pengen menjadi seseorang yang bisa ngubah tangisan lo jadi senyuman. Lo mau nggak jadi cewek gue?” tanya Cakka.
“Ayo terima ajaa..” kata seorang ibu yang lagi makan dan terharu dengan sikap Cakka
            “Iya. gue mau ka” jawab Agni akhirnya. Semua pengunjung di sana pun bertepuk tangan. Cakka berdiri kemudian senyum2. ‘thank’s ya.’ Bisik Cakka tepat di telinga Agni
            @Rio-Ify
            Piano talent show pun dimulai. Semua pianist muda, menunjukkan kehebatannya bermain piano hari ini. Setiap pianist diharuskan memainkan 2 lagu wajib. 1 lagu untuk piano, dan 1 lagi lagu bebas, sesuai kreatifitas masing2. Rio pun dipanggil untuk naik ke atas panggung. Rio yang menggunakan kemeja hitam, dasi putih, jas putih, celana putih serta sepatu putih membuat ia tampak sangat keren. Ia pun duduk untuk mulai memainkan Black Grand Piano.
            “Lagu yang gue main hari ini, gue persembahkan untuk cewek yang sangat berarti dalam hidup gue. Gue sayang banget sama dia. Tapi gue nggak tau, dia lagi nonton atau nggak. ” Kata Rio sambil memainkan pianonya. Dia meminkan piano sambil menyanyi
            Aku ingin menjadi mimpi indah dalam hidupmu
            Aku ingin menjadi sesuatu yang slalu bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Oh karena hati tlah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yang slalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tau bahwaku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati.
Oh bayangmu seakan-akan
Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil riduku padamu oh..
Seperti udara yang ku hela kau selalu ada
Hanya dirimu yang bisa, membuatku tenang
Tanpa dirimu aku merasa hilang dan sepi
Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil riduku padamu oh..
Seperti udara yang ku hela kau selalu ada
Semua yang ada di tempat itu langsung berdiri dan memberikan standing applause untuk Rio. Rio hanya tersenyum sambil mebungkuk sedikit, memberikan penghormatan kepada para penonton. Lagu berikutnya Fur Elise .
Rio terdiam cukup lama. Semua penonton ikut terdiam. Yang terdengar hanyalah suara detik jam. Keringat membasahi pipinya, bukan karena cuaca yang panas, namun karena ia takut. Rasa takut itu masih ada di hatinya. ‘gue nggak bakalan bisa tanpa lo ren’ batin Rio. Jarinya kaku, jantungnya berdetak cepat. Tapi ketika keraguan itu ada, Rio melihat sosok bayangan gadis di antara penonton yang sedang tersenyum padanya
“Aren” bisik Rio. Bayangan yang dilihat itupun tersenyum dan mengangguk pelan. Ia melihat ke sebelah Aren, ada Ify yang duduk menontonnya. Ia tersenyum, dan dengan keberanian yang nggak tau berasal dari mana, Rio mulai memainkan lagu Fur Elise. ‘maaf Ren, ini bukan buat lo, tapi buat orang yang gue sayang’ batin Rio kembali melihat sosok Aren. Sosok itu pun kembali tersenyum.
‘Aku kangen pa..’ batin Ify yang sedang menonton show Rio. Tak terasa air matanya mengalir. Rio memainkannya begitu indah dan apik. Ketika selesai bermain, ia kembali mengangkat wajahnya dan mencari sosok bayangan Aren. Tapi ia tak melihat apa2 lagi. ‘Lo selalu nggak ada saat terakhir gue memainkan lagu ini. Tapi, makasih buat semuanya.’ Batin Rio sambil tersenyum. Ia tersadar dari lamunannya ketika mendengar dan melihat semua penonton yang berada di situ kembali memberikannya standing applause.
1 jam kemudian....
“Baiklah, kita akan mengumumkan juara 1 untuk pianist muda yaitu....Mario Stevano Aditya Haling..” kata MC. Rio pun segera naik ke atas panggung, sehingga semua yang menonton kembali memberikan standing applause. “Maaf Rio. Ada yang ingin bermain piano dengan anda. Siapakah dia??? Saya  mengundang Pak Yunus untuk naik ke atas panggung.”
‘DEG’ Rio terpaku, ia sangat mengingat nama itu. Ia hanya menatap ke depan dan tak mau menoleh sama sekali.
“Apakah kamu hanya akan berdiri di situ sampai selesai?” tanya Pak Yunus. Rio benar2 rindu dengan suara itu. Rio pun duduk di kursi untuk Black Grand Piano sedangkan Pak Yunus duduk di kursi untuk White Grand Piano. Tapi ia kembali diam dan tak memainkan pianonya. Di dalam hatinya, terjadi dilema yang luar biasa.
“Apa kamu ingin membiarkan semua orang menunggu?” tanya Pak Yunus lagi sambil tersenyum. Senyuman yang begitu lembut dan hangat. Tanpa adanya kata sepakat atau apapun, Rio dan Pak Yunus pun memulai permainan piano yang begitu indah. Rio sempat kaget melihat Pak Yunus memainkan lagu yang sama dengannya. Tapi ia kembali larut dalam permainan duet piano. Suasana panggung terlihat begitu dahsyat, tapi hangat karena ada kekuatan batin antara ayah dan anak yang begitu kuat.
            Oceans apart day after day, and I slowly go insane
            I hear your voice on the line, but it doesn’t stop the pain
            If I see you next to never, How can we say forever
                        Whereever you go, whatever you do
                        I will be right here waiting for you
                        Whatever it takes, or how my heart breaks I will be right here waiting for you
            I took for granted, all the times,
That I though would last somehow
I hear the laughter, I taste the tears, But I can’t get near u now
Whereever you go, whatever you do
                        I will be right here waiting for you
                        Whatever it takes, or how my heart breaks I will be right here waiting for you
            This romance, but in the end if I’m with you
            I’ll take the chance, Oh can’t you see it baby
            You’ve got me go in crazy
Whereever you go, whatever you do
                        I will be right here waiting for you
                        Whatever it takes, or how my heart breaks I will be right here waiting for you         
Selain mendapat standing applause, banyak yang melemparkan serangkaian bunga mawar ke atas panggung. Di sudut yang lain, ibu Rio hanya bisa menangis. Setelah, acara selesai dan semua penonton telah pulang, Rio pun kembali ke belakang panggung.
            “Saya bangga sama kamu.”
            “Terima kasih.” Kata Rio lirih dan langsung pergi meninggalkan Pak Yunus
            “Saya Cuma mau bilang kalau saya akan berangkat ke Inggris besok pagi.” Rio pun menghentikan langkahnya.
            “Kamu benar2 tidak mau memaafkan ayah?” Keduanya diam mengontrol emosi masing2. “Saya tahu saya telah melakukan kesalahan yang begitu besar dan tak termaafkan. Saya hanya ingin membangun segala sesuatu dari awalnya. Tapi saya rasa kamu dan ibumu takkan pernah mau. Jika memang seperti itu, saya hanya meminta agar bisa dimaafkan. Maaf jika saya terlalu egois.” Rio masih tetap bungkam. ”Rio, ayah akan mendoakan yang terbaik untukmu” kata Pak Yunus yang sudah pasrah.
            “Pa..” kata Rio akhirnya tapi ia masih tidak memandang ayahnya. Pak Yunus terlalu kaget, sehingga ia tak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa menatap Rio, anaknya dengan mata berkaca-kaca
            “maafin Rio pa. Rio dan ibu hanya...”
            “Tidak. Bukan salah kalian. Ini memang salah papa. Apakah kalian mau memaafkan papa?”         
“Bukan memaafkan pa. Tapi memberikan kesempatan kedua agar kita bisa hidup bersama lagi dan saling melengkapi. Karena sebenarnya papa nggak salah apa2 sama kita. Aku senang, kehebatan papa bisa menurun ke aku.” Kata Rio tersenyum.
            “Tapi bagaimana dengan mama kamu?”
            “Jika Rio mau, akupun mau. Karena kebahagiaanku adalah Rio dan kamu.” Kata Ibu Rio yang udah berada di sana juga.
            “Makasih Ira, rio” kata papa Rio kemudian memeluk mereka berdua sekaligus
            “Terima kasih yo..kamu memang anak yang baik.” kata papanya sambil mengacak-acak rambut rio pelan. Rio hanya tersenyum, ia memang tak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini.
            “Tapi papa jadi berangkat ke Inggris?”
            “Tidak, sayang. Papa sudah memutuskan, jika kamu dan ibumu tak mau memaafkan papa, papa akan pergi selamanya dari hidup kalian. Tapi ternyata, kalian memaafkan papa. Karena itu, papa nggak jadi berangkat.” Sahut papanya Rio, disambut pelukan hangat dari Rio.
            “Ngomong2 Ify itu pacar kamu ya?” tanya Ibu Rio
            “Nggak kok ma. Ify itu adik kelasku. Aku emang sayang sama dia, tapi dia....”
            “Papa suka kok sama Ify. Anaknya baik.”
            “Rio, ada yang mencari kamu. Katanya kalau kamu sudah selesai, tolong balik ke atas panggung lagi.” kata seorang wanita yang tak lain adalah MC memotong pembicaraan mereka.
“Pa..”
“Temuin aja orang yang   nyari kamu. Kali aja penting” kata papa rio sambil mengangguk. Mamanya pun tersenyum dalam pelukan pak Yunus. Rio pun segera kembali ke atas panggung. Ia bingung, siapa yang mau bertemu dengannya. Rio begitu kaget melihat gadis yang berada di hadapannya. Berkulit putih, berambut panjang, menggunakan bando merah, dress merah selutut dengan motif bunga berwarna hitam, & flatshoes hitam. Gadis itu duduk dan memainkan grand piano. Rio berjalan mendekati grand piano.  
            “Maafin gue ka, kalau lo jadi ngerasa aneh sama tingkah gue. Gue Cuma nggak mau aja, nyakitin Shilla” kata Ify yang telah menghentikan permainan pianonya
            “Siapa bilang lo nyakitin gue?” tanya Shilla. Ify pun memalingkan kepalanya, ia kaget melihat Via-Iel, Cakka-Agni dan Shilla-Alvin saling bergandengan tangan. “Maaf fy. Gue dulu Cuma obsesi sama Ka Rio. Lo tau kan Ka Rio mirip banget sama Riko. Tapi seiringnya waktu berjalan, gue jadi sadar.  See, sekarang gue udah sama Ka Alvin. Orang yang gue sayang.” Jelas Shilla panjang lebar. Alvin pun memegang tangan Shilla erat. “Maaf ya Fy. Oh ya, satu lagi. Perlu lo tau kalo ka Rio walaupun guru les Piano, tapi ia sama sekali nggak mau & nggak bisa main lagu Fur Elise. Tapi demi lo, dia rela membuang segala rasa ketakutannya, untuk membuat hati lo luluh” Ify hanya bisa melongo, dia masih kaget sama ucapan Shilla. Rio pun berjalan mendekati Ify, dan duduk di sebelah ify, di depan piano
“Main bareng yuk” Rio pun mulai memainkan 1 lagu. Jarinya menari indah di atas tuts2 piano. Ify yang dari tadi masih diam, akhirnya juga ikut bermain piano, dan bernyanyi berdua.
I wanna call the stars
Down from the sky
I wanna live a day
That never dies
I wanna change the world
Only for you
All the impossible
I wanna do

I wanna hold you close
Under the rain
I wanna kiss your smile
And feel the pain
I know what's beautiful
Looking at you
In a world of lies
You are the truth

And baby
Everytime you touch me
I become a hero
I'll make you safe
No matter where you are
And bring you
Everything you ask for
Nothing is above me
I'm shining like a candle in the dark
When you tell me that you love me

I wanna make you see
Just what I was
Show you the loneliness
And what it does
You walked into my life
To stop my tears
Everything's easy now
I have you here

And baby
Everytime you touch me
I become a hero
I'll make you safe
No matter where you are
And bring you
Everything you ask for
Nothing is above me
I'm shining like a candle in the dark
When you tell me that you love me

In a world without you
I would always hunger
All I need is your love to make me stronger

And baby
Everytime you touch me
I become a hero
I'll make you safe
No matter where you are
And bring you
Everything you ask for
Nothing is above me
I'm shining like a candle in the dark
When you tell me that you love me

You love me
When you tell me that you love me
“Fy, makasih. Lo udah ngajarin gue banyak hal. Tiap kali dekat lo, gue jadi pengen selalu ngelindungin lo. Gue suka sama Piano, karena piano membuat gue bertemu dengan orang2 yang gue sayang. Pertama, karena gue bisa main piano, akhirnya gue bisa memaafkan dan lihat kesungguhan bokap buat balik sama gue dan ibu. Kedua,  kalo bukan karena gue bisa main piano, gue nggak bakalan bisa ketemu BFF kayak Cakka, Iel sama Alvin. Ketiga, kalo bukan karena gue bisa main piano, gue nggak bakalan ketemu cinta sejati gue, yaitu lo Fy” ujar Rio yang menatap mata Ify tajam tapi lembut. Rio berdiri dan berjalan mengelilingi piano itu “Piano. Terlihat mewah. Karena itu nggak ada yang berani dekat2, takut bikin  goresan2. Tapi sebenarnya piano itu bukan apa2, kalo nggak ada pianist yang berani dekat sama dia. Karena itu Fy, gue pengen jadi kayak Piano yang bisa memberikan alunan indah dalam hidup lo. Yang selalu ada saat lo lagi dalam masalah. Tapi gue butuh pianist handal kayak lo yang nggak bakalan ninggalin pianonya gitu aja. Yang nggak bakalan ninggalin pianonya, walaupun udah nggak seindah awalnya. Gue bukan apa2 tanpa lo.” kata Rio, yang kini berdiri tepat di hadapan Ify. Rio pun berlutut sambil memegang tangan Ify
“Lo mau nggak jadi pianist, yang selalu ada buat piano ini?”
“Lo serius ka?” tanya Ify, Rio pun mengangguk
“Gue mau kak, jadi pianist yang bakalan selalu ada buat pianonya. Gue nggak akan lari ke mana2, karena Cuma lo kak, piano yang memberikan melodi dalam hidup gue. Lo juga kak, yang membuat gue sadar cinta gue utuh hanya untuk piano kayak lo.” Jawab ify sambil tersenyum. Rio pun langsung memeluk Ify
“Makasih ya Fy, gue juga cinta sama lo”
 “Ciieeee... PJ-nya jangan lupa...” seru semuanya kompakan.
“Jagain adik gue baik2 yo. Jangan pernah ngecewain dia. Gue percaya sama lo.” Kata Iel. Ify salting abis2an, dia lupa kalo kakaknya juga ada di situ. Rio sendiri, udah garuk2 kepalanya yang sama sekali nggak gatal
“Ok bro. Susah nih dapatinnya, masa iya gue kecewain.” Kata Rio. Semuanya pun tersenyum bahagia.
“Pulang yuuk..” kata Cakka
“Ayuuuk...” seru semuanya kompakkan. Via-Iel, Cakka-Agni, Alvin-Shilla udah nggak terlihat lagi
“Excuse me, Are you Mario Haling?” Rio pun mengangguk
“Hallo. My name is Scott Paltrow. I’m a pianist from england. I want to give you schoolarship. U can explore your talent there anda can be famous pianist. Are you interessting?”
‘Gile, dapat tawaran ke Inggris ’ batin Rio
“I’m so sorry sir, because playing piano just my Hobby and isn’t my purpose for the future. I just want to be a doctor”
“Oh, no problem. It’s your choice. Okay I must go now. But if you want to change your choice, call me” kata Mr. Le sambil menyerahkan kartu namanya
“i’m sorry sir, but thank’s very much for it” Mr Lee pun hanya tersenyum dan meninggalkan Rio bersama Ify
“Kok nggak diambil sih ka?” tanya Ify kemudian
“Aku nggak tega ninggalin kamu di sini sendirian ” kata Rio yang udah ber – aku-kamu
“Ih nggak apa2 kali ka. Aku nggak apa2. Kan itu semua buat masa depan ka Rio juga. Asal jangan ngelirik yang lain aja.”
“hahaha. Ya nggaklah fy. Kayak yang tadi aku bilang, piano tuh Cuma hobby. Cita2ku yang sebenarnya adalah dokter, Ify sayang..” sambil mencubit pipi ify gemes
“Aduuuh sakit ka..” kata Ify memegang pipinya. “Ya kali aja Ka rio takut kehilangan aku” goda Ify
“Emang iya” kata Rio santai sambil menatap mata Ify tajam. Sehingga sukses membuat Ify jadi blushing.
“hahahaha.. kamu lucu deh kalo lagi salting gitu” Kata Rio mengacak rambut Ify pelan
“Ka rio reseee...”
“Hahahaha...ya udah. Pulang yuk. Btw, aku lagi bingung.”
“Bingung kenapa kak?”
“Kok papaku kenal sama kamu?” tanya Rio.
“Ada deh...”
“Yah fy, curang...cerita dong...”
“Ok..ok..tapi di jalan aja.”
“Ok deh”
“Tapi kamu juga harus cerita tentang bad story with Fur elise.”
“Siiiip...” sahut rio kemudian merangkul Ify dan berjalan keluar gedung konser

********************************************
Piano
Kesabaran dalam belajar bermain piano
Kesetiaan untuk tidak pernah menyerah walaupun sulit
Kepercayaan pada diri sendiri untuk memainkan piano
Pengorbanan untuk mendapatkan hal yang terbaik

Cinta
Kesabaran Alvin dalam menghadapi Shilla, sehingga pada akhirnya Shilla luluh akan semua kebaikan ALvin
Kesetiaan Cakka terhadap Agni dan begitupun sebaliknya, dari kecil hingga sekarang yang membuat mereka dipersatukan kembali
Kepercayaan  Via terhadap Iel, membuat mereka berdua mendapatkan cinta yang indah.
Pengorbanan yang begitu besar dari Ify dan Rio mebuat mereka mengerti, bahwa mereka sebenarnya saling membutuhkan

Cinta Piano, bukan hanya Cinta kepada Piano (benda), tapi Cinta Piano adalah cinta yang membutuhkan Kesabaran, Kesetiaan, Kepercayaan, dan Pengorbanan


TAMAT..

2 komentar:

  1. Hai kak! Aku suka banget sama kata2 yg aku anggap bijak di cerbung Cinta Piano & Love is Circle. Izin copas ya, kata2 itu. Makasih..

    BalasHapus