Minggu, 15 Mei 2011

Life is like a puzzle

Kau kembali hari ini, menatapku dengan sebuah senyuman. Apa yang ku lakukan? Aku hanyalah mengikuti alur ceritamu, dan aku sama sekali tak menyinggung hal yang kemarin. Oh, bukannya aku tak peduli dengan kisahmu, hanya saja aku tidak mau membuatmu menangis lagi seperti kemarin, jika itu memang menyakitimu. Hanya saja aku ingin mendengar kau bercerita karena inisiatifmu sendiri, dan bukan karena paksaanku.

Aku pun hanya bisa ikut tertawa dengan apa yang kau ceritakan. Kenapa harus kau pakai topeng itu dihadapanku? Kenapa kau tak bisa membuka topeng itu? Atau kau ingin agar aku tidak mengasihanimu dan membuatku tau bahwa kau baik-baik saja? Walaupun kau tertawa dan tersenyum, tapi aku tetap menemukan gurat kesedihan di wajahmu. Tanpa kau sadari, aku menangkapmu berkali-kali menunjukkan kesedihan itu. Namun, sekali lagi aku tak ingin membuatmu mengingat semuanya lagi. Aku ingin agar kau tersenyum seperti biasanya dan itu tulus dari dalam hatimu sendiri.

NB: Ini adalah catatan gilaku yang mungkin jika kalian baca, tak pernah kalian mengerti. Karena ini, hanyalah sekeping puzzle yang kususun. Bukan puzzle milikku, ini puzzle milik orang lain. Namun dengan senang hati, aku ingin membantu untuk menyusun puzzle itu, hingga sempurna pada akhirnya.
Aku tau hidup ini seperti puzzle. Ada berbagai warna di sana, termasuk hitam. Terkadang kita sering untuk menyingkirkan warna yang tak kita senangi itu, dan lebih memilih menyusun kepingan puzzle, yang kita senangi. Tapi seberapa kita berusaha, puzzle itu takkan sempurna tanpa kepingan yang tak kita sukai itu. Hidup layaknya puzzle. Kita sangat ingin untuk bahagia dan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun sebenarnya hidup itu takkan pernah terasa sempurna jika kita tak pernah merasakan kesedihan. Kita tidak pernah tau rasanya bahagia, jika kita tidak pernah merasakan kesedihan. Isn't it??