Sabtu, 27 November 2010

Always have a choice - part 2

1 bulan kemudian...
                “Saya rasa semua di sini, menunggu-nunggu group band sekolah kita yang tercinta ini. Mari kita panggilkan....LIEBLINGS BAND...” ujar pembawa acara yang membuat semua orang di situ, berteriak-teriak histeris. Seolah mereka bertemu dengan salah satu grup band dari luar negeri.
                “Selamat malam semuanya...”sapa seorang vokalis yang membuat separuh cewek di situ melted. “Sebelum gue sama yang lainnya nyanyi buat kalian, kita mau ngenalin personil baru di group kita ngegantiin Debo. Ini dia Ify, kelas X.” Ucap Iel membuat yang cewek pada manyun, merasa iri dengan Ify yang bisa dekat dengan 5 anggota lieblings lainnya, dan membuat para cowok tersenyum dengan mata berbinar-binar menatap Ify yang emang cantik.
“Itu aja. This song just for you all” ucap Gabriel. Ray pun mulai memainkan drumnya, diikuti Cakka, Rio, Alvin dan Ify. “Semuanya nyanyi bareng ya, buat yang tau lagunya.”
                Ada suka ada duka kawan
                Hidup ini kan berputar kawan
Kita mesti tegar menghadapi
Untuk masa depan kita nanti
                                Tengoklah indahnya negeri ini
                                Kebesaran yang kita miliki
                                Tanah air yang indah nan permai
                                Bersama kita syukuri
                Oooo...mari kita bergembira kawan..
                Oooo...tinggalkanlah rasa duka kawan.
                Oooo...indahnya persahabatan kita
                Ooooo...hidup kita kan bahagia
                                Yeeyoo..iyeyeyeyoo...yeyoo
                Tengoklah indahnya negeri ini
                Kebesaran yang kita miliki
                Tanah air yang indah nan permai
                Bersama kita syukuri
                Oooo...mari kita bergembira kawan..
                Oooo...tinggalkanlah rasa duka kawan.
                Oooo...indahnya persahabatan kita
                Ooooo...hidup kita kan bahagia
Yeeyoo..iyeyeyeyoo...yeyoo Yeeyoo..iyeyeyeyoo...yeyoo Yeeyoo..iyeyeyeyoo...yeyoo
Oooo...mari kita bergembira kawan..
                Oooo...tinggalkanlah rasa duka kawan.
                Oooo...indahnya persahabatan kita
                Ooooo...hidup kita kan bahagia

Setelah mereka menyanyi, nampak para penonton bertepuk tangan histeris.
“Lagiiiiiiiiiiiii...............” ucap para penonton
“Hmm, gimana ya?” kata Iel menggantungkan kata-katanya. “Oke deh. Buat kalian semua, kita mau nyanyi 1 lagu lagi...” Rio dan Alvin pun mulai memetik senar gitar, mengawali lagu mereka yang kedua. Semua penonton sekali lagi terpesona dengan kemampuan mereka untuk memainkan alat musik. Kemudian diikuti Iel yang memainkan marakas-nya
Sejenak kawan cobalah pahami
Makna dari semua ini
Terlalu banyak air mata yang jatuh
Ratapi kesedihan kita
Iel menatap sekilas ke arah Ify dan tersenyum tipis. Ify memainkan keyboard-nya bersamaan dengan Ray dan Cakka.
Mungkin ini sebuah peringatan tentang semua manusia
Yang telah merubah hakikatnya
Dan melupakan sang kuasa
Semua ini takkan berhenti
jika keangkuhan masih bertahta
Jika keajaibannya terabaikan.
Segeralah bersujud kawan
sebelum semuanya t’lah sia-sia
Itu yang terbaik buat hidup kita

Terlihat para penonton di situ mengangkat tangannya mengikuti musik yang dimainkan oleh Lieblings. Musik mereka emang berbeda. Lagu yang mereka bawakan, mungkin memang lagu yang dibawakan oleh grup band terkenal di Indonesia. Tapi jangan salah sangka, aransemen musik mereka berbeda. Sampai-sampai, setiap orang yang pernah menonton konser mereka, pasti akan mengingat dengan jelas aransemen mereka, dibandingkan penyanyi aslinya

Mungkin ini sebuah peringatan tentang semua manusia
Yang telah merubah hakikatnya
Dan melupakan sang kuasa
Semua ini takkan berhenti
jika keangkuhan masih bertahta
Jika keajaibannya terabaikan.
Segeralah bersujud kawan
sebelum semuanya t’lah sia-sia
Itu yang terbaik buat hidup kita

“Makasih semuanya” ucap Iel menutupi nyanyian mereka malam ini. Mereka berenam pun turun dari panggung, kembali ke backstage.
                “Ka...” ucap Ify pelan dan memegang lengan Iel.
                “Ify ada ap...Ya ampuun ify, lo kenapa? Lo pucat banget. Lo sakit ya?” tanya Iel beruntun dan memegang kedua tangan Ify, agar Ify tidak kehilangan keseimbangan. Semua personil yang udah jalan duluan, langsung menghampiri Iel dan Ify yang memang berjalan paling belakang.
                “Yel, kita bawa Ify duduk di situ dulu” saran Alvin menunjukkan sebuah kursi yang tak jauh dari mereka. Tangan kanan Iel dilingkarkan di pinggang Ify, sedangkan tangan kiri Iel memegang tangan Ify yang melingkar di lehernya. Rio hanya bisa menatap tanpa membantu apapun. Ada rasa aneh yang menjalar di dalam tubuhnya. Ia tak ingin ada seorang pun yang mendekati Ify kecuali dirinya. Namun ia sendiri, tak bisa mendekati Ify.
                “Fy, lo nggak apa-apa?” tanya Iel ketika Ify sudah duduk.
“gue lemes banget ka.”
“Lo sakit?” tanya Iel dan menyentuh lembut pipi Ify. Ify hanya mengangguk lemah.“Kenapa nggak bilang ke kita?”
“Gue nggak mau kalian cemas aja.” Ucap Ify lirih
“Lo kira kalo kayak gini kita nggak cemas apa? Kalo tadi lo pingsan di panggung, kita bisa malu besar fy..” bentak Rio yang sebenarnya panik banget
“Yo, please kali ini aja lo tahan dulu emosi lo.” Ucap Ray
“Maafin gue. Gue emang ceroboh” ucap Ify sambil menatap mata Rio. Rio yang melihat tatapan lembut namun penuh penyesalan dari Ify pun, hanya bisa memalingkan wajahnya.
“Lo kalo ada apa2 ngomong sama kita ya.” Kata Cakka
“Yo, lo anterin Ify ya.” Ujar Iel
“Lho? Kenapa gue?” tanya Rio
“Soalnya lo pake mobil. Kita semua pake motor. Masa iya, Ify naik motor.”
“Ya udah kalo gitu. ” sahut Rio males2an
“Antar sampai rumah yo.”
                “Iyee.. Lo kira gue mau nyulik dia apa.” Ucap Rio sewot. “Lo masih bisa jalan nggak fy?”
                “bisa kak.”
                “Ya udah yok..” Rio pun mendekati Ify memegang tangannya lembut namun genggamannya kuat seolah tak ingin kehilangan Ify. Ify yang kaget dengan perlakuan Rio malam itu, hanya bisa tertunduk, menutupi wajahnya yang mulai memerah.

                @rumah Ify
                “Fy, bangun dong. Masa lo tega sih, biarin gue gendong lo. Lo tau kan gue ceking begini” ujar Rio sambil mendorong-dorong bahu Ify. Namun tak ada reaksi dari Ify. Rio menghela nafas panjang. Rio menatap Ify, menikmati tiap lekukan wajah Ify. Wajah yang sudah lama tak pernah ia lihat. Rio turun dari mobilnya, dan menggendong Ify di punggungnya. Sampai di depan rumah Ify, Rio pun menekan tombol bel.
                “Mau cari sia...Ify? Apa yang terjadi dengan Ify?” tanya seorang wanita paruh baya yang begitu panik. Rio terpaku memandang orang yang ada di hadapannya. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Namun semuanya terasa kelu di lidahnya
                “Boleh saya masuk?”
                “Iya, iya” Rio pun membaringkan Ify di sofa dekat wanita yang membuka pintu tadi. “Saya mamanya Ify. Apa yang terjadi sebenarnya?”
                “Ify sakit. Tadi dia pucat banget dan lemas. Selama perjalanan, sepertinya ia tertidur.”
                “makasih banget ya..makasih. Ngomong2 kamu temannya Ify? Siapa namamu?” Rio hanya mengangguk
                “Rio..”
                “Makasih nak Ri..”
                “Mario stevano aditya haling” potong Rio membuat mama Ify tersentak. “Selamat malam, saya pulang dulu, tante” ucap Rio dengan penekanan pada kata tante. Mama Ify hanya bisa mengangguk lemah. Seolah hawa dingin ada di antara mereka berdua tiba-tiba muncul.
                Rio segera memacu mobil ke rumahnya. Terlalu penat. Ia tak sanggup lagi berpikir sekarang. Ia membuka pintu
                “Hai yo!”
                “Rio mau istirahat pa.” Ujar Rio tanpa memandang papa dan mamanya sama sekali.  Rio menaiki tangga, menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Ia meletakkan kunci mobil di atas meja belajarnya, menyalakan radio, kemudian mengganti pakaiannya dan berbaring. Ia menatap sebuah foto yang sudah cukup lama. Terlihat dari foto yang masih tidak berwarna seperti sekarang, dan tanggal yang tercantum di lembaran foto itu. Foto yang ia bingkai dan ia letakan di meja dekat tempat tidurnya.
                “Gue cape...” lirih Rio “Gue cape dengan semua keadaan ini. Sampai kapan gue harus berlari? Sampai kapan gue menghindar? Gue nggak ngerti fy, sama perasaan yang ada dalam diri gue sekarang. Dulu gue sayang sama lo. Sekarang gue juga masih sayang sama lo. Tapi rasa sayang yang berbeda fy. Rasa sayang yang menurut gue salah. Kalau boleh jujur, gue.....takut kehilangan lo fy.” Rio pun menutup matanya, menikmati sang penyiar berceloteh.
                “Hallo pendengar setia musik Fm semua. Kembali lagi bareng gue, Excel di sini. Gue bakal nemenin kalian semua sampai pukul 1 pagi. Gue bakal puterin lagu-lagu yang lagi hits banget di belantika musik Indonesia. Well, gue mau muterin 1 lagu ini, sebagai awal perjumpaan kita hari ini. Buat yang cintanya bertepuk sebelah tangan, atau lagi bingung sama perasaannya, lagu ini cocok banget buat kalian. Ya udah, daripada kalian pindah siaran karena bosen dengerin bacot gue, denger aja lagu satu ini. For musikers yang ada di mana aja. Check this out...”
                Menikmati kesalahan ini
                Ku biarkan hatiku merasa
                Sayang dan cinta yang tak pernah berakhir
                Untukmu, bukan milikku
                Aku tahu kau pun merasakah hal yang sama ketika ku di sini
                Menahan segumpal harapan
                ‘Tuk tetap mencoba, mancintai dirimu
                Sudahlah tak apa bagiku
                Semuanya bahagia untukmu
                Walau ku tak sanggup menepis bayanganmu
               
Rio bangkit berdiri dan langsung mematikan radionya. Ia tak ingin dengar lagu yang cukup menusuk perasaannya.  ‘Nggak boleh yo. Rasa lo itu salah besar. ’batin Rio meyakinkan dirinya. Rio pun memejamkan matanya, berusaha tidur dan melupakan semuanya malam ini. Berusaha agar keadaan besok hari akan lebih baik dari hari ini. Berusaha, agar semuanya terhapuskan ketika besok ia membuka matanya. Berusaha untuk meyakinkan dirinya, bahwa ia akan baik-baik saja, dan perasaannya nggak akan pernah berubah.