Jumat, 28 Desember 2012

Love completely everything - cerpen


When Love comes...You can’t ignore it.
                Gadis bertubuh tinggi layaknya seperti orang Asia, dengan wajahnya yang khas Indonesia walaupun terlihat mata nya yang seperti orang Jepang, dengan rambutnya yang berwarna cokelat seperti orang Belanda. Perpaduan sempurna yang dimiliki gadis itu membuat wajahnya cantik tanpa perlu riasan apapun. Kacamata setengah frame menghiasi wajahnya, rambutnya diikat asal layaknya seorang seniman, bajunya pun hanya tanktop berwarna hitam dilapisi dengan cardigan cokelat dan jeans berwarna biru melengkapi tubuhnya, di tangan kirinya terdapat beberapa buku, sedangkan tangan kanannya dengan cekatan menekan keypad  pada ponselnya.
                “Ify!!” sapa seorang gadis lain berambut pendek berwarna cokelat dengan kulit putih, bertubuh tinggi dan pipinya yang chubby.
                “Hi via” balas Ify sambil tersenyum
                “Aku, Iel, Cakka akan pergi ke museum setelah kuliah. Kamu ingin pergi bersama kami?”
                “Aku nggak bisa via. Aku harus menyelesaikan tugasku.
                “Ooh Ify, ayolah. Perjalanan nanti pasti akan membosankan kalau kamu tak ada” bujuk Sivia
                “Sorry via”
                “Alright. Oh ya, aku punya berita bagus hari ini.” ujar Via sambil merangkul Ify dan berjalan ke kelas.
                “Biar ku tebak, apa Iel jadian dengan Cakka?”
                “Bukan. Oh, kamu memang memiliki imajinasi yang bagus. Tapi bukan itu. Kelas kita kali ini bukan Mr.Daniel yang akan mengajar. Ia digantikan oleh Mr.Rio. Aku dengar, Rio adalah pemuda yang tampan dan masih muda. Ia lulusan universitas ini tahun lalu sebagai lulusan terbaik. I think that he could be a good boyfriend”
                “Apa kamu akan mendepak Alvin, pacarmu, begitu saja?”
                “Tidak. Aku mencintai Alvin. Aku hanya berpikir bagaimana kalau kamu dengan Mr.Rio.”
                “You really have a bad imaginary” ujar Ify kesal membuat Sivia tertawa. Sudah 5 tahun Ify meninggalkan Indonesia. Dua tahun ia menyelesaikan SMA nya di Swedia, dan ia kemudian mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas terbaik di Swedia, dan ia mengambil jurusan art and music. Ia bertemu dengan Sivia, Iel dan Cakka ketika ia baru menginjakkan kaki di SMA. Sekarang mereka berempat menjadi sahabat baik. Ia tak pernah putus kontak dengan Ray, sahabatnya. Ify pun datang ke Swedia, karena ia berusaha melupakan seseorang. Seseorang yang ia cintai, tapi tak bisa ia miliki.
*****
                “Morning class
                “Morning
                “Perkenalkan saya adalah dosen kalian yang baru. Saya sebagai pengganti Mr.Daniel untuk sementara. Nama saya Rio. Ada yang ingin ditanyakan?” ucap Rio, ia memiliki tubuh tinggi, wajah tampan, keturunan Amerika- Indonesia
                “Pak, umur berapa pak?”
                “23 tahun. Karena umur kita tidak berbeda jauh, maka jangan panggil saya pak. Panggil saya Kak Rio atau nama saja juga boleh.” ucap Rio dengan senyuman manis membuat hampir seluruh gadis terpukau
                “Single?”
                “Yup, Single. Perkenalannya sekian, kita mulai saja pelajarannya” ucap Rio mengakhiri perkenalan hari itu membuat para gadis kecewa.
                “Ify, sudah ku bilang kan ia tampan dan masih single.” Ujar Sivia sambil tersenyum jail membuat Ify mendengus, kemudian memandang ke proyektor
                ****
                Ify mendengus kesal. Ia sudah di depan lukisan ini dari 2 jam yang lalu, membuka buku yang menunjukkan arti dan maksud dari pelukis, namun tetap saja ia tak mengerti bagaimana semua perpaduan warna yang ada di depannya bisa menyampaikan makna tertentu. Ini hanya terlihat seperti coretan-coretan anak TK yang baru mengerti akan warna. Ia rasa khusus untuk mata kuliah seni lukis ini, ia akan mendapat nilai yang buruk. Ia tak menyukai mata kuliah seni lukis ini sejak semester lalu. Semester pertama sampai ketiga, ia sangat menyukainya karena berhubungan dengan musik. Ia menyukai musik, karena dengan alunan nada bisa menyampaikan perasaan pemusik pada pendengarnya. Tapi dengan lukisan? Hanya orang-orang tertentu yang memang mengerti tentang seni saja yang bisa mengerti maksud dari pelukis.
                “Lukisan yang menarik bukan?” ucap seseorang di sebelahnya membuat Ify menoleh dengan cepat. Astaga, apa orang ini gila mengatakan lukisan seperti ini menarik? Ini benar-benar berbeda dengan lukisan yang lain. Ini benar-benar abstrak. Oke, Ify tau bahwa lelaki di sampingnya ini adalah lulusan terbaik dan dosen, karena itu ia menganggap ini mudah. Coba saja ia masih mahasiswa, ia pasti akan berpikir sama dengan yang Ify pikirkan saat ini. “Hai, sepertinya tadi kita bertemu di kelas”
                “Iya pak”
                “Sudah saya bilang jangan panggil pak. Apa saya terlihat setua itu?” tanya lelaki itu sambil menunjukkan cengiran. “Siapa namamu?”
                “Ify, pak. Maksudku kak Rio”
                “Lukisan yang menarik kan?” tanyanya lagi membuat Ify mendengus kesal
                “Saya sama sekali nggak ngerti kak maksud dari pelukis. Ini benar-benar seperti coretan anak TK”
                “Warna-warna itu sendiri mewakili pengertian masing2. Seperti warna kuning dan merah yang ingin menimbulkan maksud kehangatan, sedangkan warna abu2 yang ingin menunjukkan kesan damai.” Ucap Rio sambil menunjukkan beberapa warna yang ada pada lukisan itu “Kadang sengaja dibuat abstrak, agar tak dimengerti maksudnya tapi tersampaikan perasaannya walaupun sangat tersirat.”
                “Kenapa harus begitu? Bukankah lebih bagus semuanya diungkapkan secara gamblang? Seperti musik, sehingga dengan mendengarnya pun orang bisa mengerti.”
                “Ada kalanya, kamu nggak bisa mengungkapkan perasaanmu secara gamblang. Ketika kamu merasakannya, maka kamu akan mengerti lukisan ini maupun lainnya” ucap Rio masih memandang lukisan yang ada di hadapannya. “Saya pergi dulu. Saya yakin kamu akan menyukainya” ujar Rio kemudian meninggalkan Ify yang masih mematung di hadapan lukisan itu. ‘Merasakannya? Menyukainya? Itu tidak akan pernah terjadi. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyukai seni lukis’ Batin Ify kemudian membereskan buku dan meninggalkan galleri yang ada di kampusnya itu.
****
6 bulan kemudian....
Rio dan Ify memang semakin dekat. Dimulai dari lukisan, musik, kemudian nilai Ify yang buruk di seni lukis, membuat Rio dengan sukarela mengajarkan seni lukis pada Ify. Kedekatan mereka pun merubah cara memanggil mereka. Ify tidak lagi menggunakan kata ‘pak’, ‘kak’ ataupun ‘saya’ sebagai kata ganti. Begitupun juga Rio
“Bagaimana nilaimu?” tanya Rio
“Aku dapat A-.” Ucap Ify histeris dan langsung memeluk Rio. Rio yang dipeluk tiba2, kaget bukan main, tapi ia balas memeluk Ify “Ini semua berkat kamu. Aku nggak nyangka bisa mendapatkan nilai bagus dan menyukai seni lukis seperti ini”
“Itu karena kamu bisa merasakannya. Aku turut senang” ucap Rio “Hmm, by the way, sampai kapan kamu mau memelukku seperti ini?” tanya Rio membuat Ify sontak melepuskan pelukannya dengan wajah memerah
“Maaf yo”
“Wajahmu lucu, memerah seperti itu. Aku suka” ucap Rio sambil menyentuh pipi Ify membuat wajah Ify semakin memerah. “Ify, apa sabtu ini kamu ada kegiatan? Kalau nggak ada, aku ingin mengajakmu ke galeri yang ada di tengah kota.” Ucap Rio membuat Ify mengernyitkan keningnya. Apakah Rio sedang mengajaknya kencan? Selama ini Rio memang tidak pernah mengajaknya kencan. Mereka hanya sebatas pulang dan pergi bersama ke kampus, juga kebetulan yang terlalu sering sehingga mereka sering bertemu di tempat2 tertentu.
                “Aku bisa”
                “Baiklah. Aku tak sabar untuk bertemu denganmu sabtu ini.” ucap Rio sambil tersenyum “Ayo kita pulang” sahut Rio lagi dan langsung menggenggam tangan Ify. Ify berharap Rio tidak mendengar detak jantungnya. Ini bukan pertama kali Rio menggenggam tangannya, tapi tetap saja ada sensasi menggelitik di hatinya. Ia jadi teringat ketika Rio menggenggam tangannya pertama kali, waktu itu.
‘apakah kak Rio akan selalu menggenggam tangan teman perempuanmu?’ pertanyaan itu terlontar dari mulut Ify ketika Rio menggenggam tangannya pertama kali
‘tidak. Itu hanya ku lakukan untuk perempuan yang ku sukai’ jawab Rio membuat Ify serasa terbang ke langit ketujuh.
                “Ify” Ify tersentak dari lamunannya
                “Ayo, aku antar kamu pulang” ucap Rio dan Ify pun mengangguk. Ia sadar bahwa ia merasakannya, dan ia menyukai seni lukis. Ia juga merasakan cinta dan ia menyukai lelaki yang menggenggam tangannya ini.
****
Love is vulnerability
                Hari ini adalah hari sabtu di mana Rio mengajaknya bertemu di sini. Ify memandangi lukisan-lukisan yang ada di galeri. Sungguh, ia sangat menyukai lukisan sekarang. Ketika dulu ia merasa bahwa ia salah memilih jurusan, saat ini ia sangat yakin bahwa darah seni memang mengalir di tubuhnya. Ayahnya yang merupakan composer sedangkan ibunya yang merupakan pelukis, memang perpaduan yang bagus. Dan ia menyukai lukisan maupun musik saat ini. Apakah ini benar2 karena kedua orang tuanya ataukah ada tokoh lain yang mempengaruhinya? Mengingatnya saja membuat jantung Ify berdebar 2x lebih cepat dibandingkan biasanya, dan pipinya memanas. Ia tak membayangkan seperti apa anaknya nanti, jika mereka menikah. Astaga, pikiran ini terlalu jauh. Bahkan ia belum lulus dari sini. Ia pun menggeleng kepalanya beberapa kali. Mencoba menyadarkan dirinya bahwa ia masih berada di bumi, bukannya terbang ke dunia dongeng. Ia kemudian memalingkan wajahnya, namun matanya menangkap sosok yang menghantui pikirannya akhir-akhir ini malah sedang menggenggam tangan gadis lain sambil berkeliling di galeri ini. Gadis itu memiliki tubuh yang sangat proporsional dengan wajahnya yang cantik dan sepertinya sangat memperhatikan penampilan sangat sesuai dengan lelaki itu. Lelaki itu berbisik, membuat gadis itu tersenyum dengan wajah memerah kemudian memukul manja lengan lelaki. Ada perasaan sakit yang dirasakan Ify. Rasa ini terlalu menyakitkan dibandingkan ketika ia mendapatkan nila C di mata kuliah seni lukis. Saat ini, yang ingin ia lakukan hanyalah menghilang dari ruangan ini tanpa disadari
                “Hai Ify...” sapa lelaki itu membuat Ify terpaku di tempatnya “Aku senang bertemu denganmu disini. ” Ify hanya bisa tersenyum kaku
                “Ify kenalkan ini Shilla, Shilla ini Ify muridku di kelas” ujar lelaki itu lagi yang tak lain tak bukan adalah Rio, membuat Ify membeku di tempatnya. Pengakuan dari mulut Rio bahwa dirinya murid semakin menyakiti dirinya. Ia sadar bahwa selama ini mereka hanya lebih dekat dan semakin sering pergi bersama. Tapi apakah semua itu lantas menjadi biasa saja di mata Rio? Ifu pun mengulurkan tangan untuk berkenalan. “Sedang apa kamu di sini fy?” tanya Rio lagi membuat Ify kali ini hancur tak bersisa. Ify menatap mata Rio mencoba mencari jawaban apakah Rio sedang bercanda, ataukah hari ini adalah april mop? Namun yang ia dapatkan hanya tatapan penuh tanya dari Rio. Apa dia lupa akan janjinya? Ify kemudian menggelengkan kepalanya
                “Maaf pak, saya harus pergi” ujar Ify kemudian meninggalkan Rio dan Shilla yang masih menatapnya dengan bingung. Ify tak sanggup menahan tangisnya. Rasanya semuanya terlalu cepat dan berat untuknya. Mengapa ia harus merasakannya dua kali? Apakah ia tak pantas untuk bahagia? Atau inikah resikonya ketika ia jatuh cinta? Ketika ia membuka hatinya dan membiarkan orang dekat dengannya, maka ia harus menerima juga untuk tersakiti.

****
                Rio memandang Ify yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan Shilla tanpa menjawab pertanyaannya sama sekali
                “Tadi dia memanggilku apa?”
                “Pak” jawab Shilla membuat Rio langsung mengernytikan keningnya tak mengerti. Ify tak pernah memanggilnya Pak lagi, bahkan Kak pun sudah jarang karena hubungan mereka yang memang dekat beberapa akhir hari ini
                “Tanggal berapa hari ini?”
                “15”
                “Astaga. Aku sudah membuat janji dengannya untuk bertemu di sini”
                “You hurt her” ucap Shilla membuat Rio langsung memalingkan wajahnya memandang Shilla “Kamu melukai dia, Rio. Kamu membuat janji dengannya, lantas kamu mengajak gadis lain datang ke tempat yang sama dan kamu bahkan lupa mengapa ia berada di sini. ”
                “Apa yang harus aku lakukan?”
                “Minta maaf?”
                “Bagaimana caranya? Bagaimana kalau ia tak mau memaafkanku?” tanya Rio panik, namun tak dijawab Shilla

****
Love is sacrifice
                “IFY!” panggil Rio membuat Ify merutuki pertemuan mereka di kampus. Ia masih butuh waktu untuk menyatukan hatinya yang hancur
                “Ada apa pak?”
                “Kamu kenapa manggil aku ‘pak’ lagi?”
“Maaf pak, kalau tidak ada yang penting, saya harus ke kelas” ucap Ify. Rio sadar,ia telah melakukan kesalahan besar. Ify telah mengganti kata ganti menjadi ‘pak’ dan ‘saya’. Rio akhirnya hanya menghembuskan nafasnya pasrah
“Ify tunggu” Rio pun menahan lengan Ify agar tidak pergi, namun dengan segera dilepaskan Ify
“Maaf pak ini di kampus. Bukannya bapak sendiri yang melarang agar kita tidak terlihat akrab di kampus.”
“Ify aku tau kamu marah. Aku minta maaf, aku benar2 lupa bahwa aku punya janji denganmu. Aku..”
“Nggak apa2 pak. Saya nggak marah. Lagian saya juga Cuma murid bapak, jadi nggak apa2 kalau bapak lebih mementingkan pacar bapak”
“Ify, kamu... ”
“Bapak tenang saja. Saya pergi dulu pak” Ify pun meninggalkan Rio yang nampak frustasi. Rio kemudian berlari mengejar Ify. Namun ketika melihat Ify, ia juga melihat Shilla menyebrang ke arahnya sambil melambaikan tangan, dan truk yang berjalan ke arah Shilla
“SHILLAE AWAAS” teriak Rio membuat Shilla tersentak, Ify pun menoleh ke arah Shilla.
BRAAAK
****
Love is victory
                Rio memasuki kamar yang serba putih itu. Sungguh sakit melihat orang yang ia sayang terbaring tak sadarkan diri. Ia kemudian mengambil tempat di sisi tempat tidur, memegang tangan gadis itu, kemudian mengecupnya pelan.
“Kamu jangan pernah ninggalin aku. Aku takut kehilangan kamu. Aku sayang kamu” ucap Rio kemudian mengecup kening gadis itu. Tak lama kemudian, gadis itu membuka matanya perlahan
“Rio?” sahut gadis itu pelan, membuat Rio langsung menarik nafas lega “Aku kenapa di sini?” tanya gadis itu lagi membuat Rio menyadari bahwa gadis ini benar2 sudah memaafkan dirinya, karena tak menggunakan kata ‘pak’ dan ‘saya’ lagi. Gadis itu kemudian memandang orang lain yang ada di ruangan itu, kemudian ia ingat bahwa ia mengalami kecelakaan karena menyelamatkan orang itu
“Bentar aku panggilin dokter” ucap Rio sambil tersenyum lega dan mengecup kening gadis itu sekali lagi dan meninggalkan ruangan.
****
“Ify, aku pulang dulu ya. Semoga cepat sembuh, dan hmm terima kasih karena telah menolongku” ucap Shilla
“Aku senang kamu nggak apa2” ucap Ify tulus
“Kamu memang gadis yang baik dan hebat. Aku pulang” ucap Shilla
“Hati2 Shilla. Kalau sudah sampai, kabari aku secepat mungkin” ucap Rio dengan sirat khawatir membuat Ify harus menelan rasa sakitnya lagi. Shilla mengangguk kemudian meninggalkan ruangan.
“Yo, kok nggak nganterin Shilla?”
“Nggak apa2, dia bisa pulang sendiri. Lagian aku mau jagain kamu” ucap Rio membuat Ify mengerutkan kening, bagaimana bisa Rio membiarkan pacarnya pulang sendiri. Tapi di sisi lain, Ify merasa jantungnya berdebar cepat, astaga ia harus melupakan Rio. “Makasih”
“Untuk?”
“Makasih udah maafin aku dan udah mau menyelamatkan Shilla. Dia sangat berarti untukku” ucap Rio membuat Ify terhempas lagi ke bumi.
“Bukan masalah. Hmm, yo maaf rasanya mataku terlalu lelah. Aku tidur dulu” ucap Ify dan diangguki Rio. Ify memejamkan matanya. Ia tidak benar2 mengantuk. Ia hanya ingin menghindari percakapan antara dirinya dengan Rio. Luka di tubuhnya masih belum sembuh, jangan ditambah dengan luka yang harus ditorehkan lagi di hatinya.
“Aku sayang kamu” bisik Rio. Ify merasa perutnya seperti terisi banyak jutaan kupu2 yang terbang, rasa menggelitik yang menyenangkan. Namun ia sadarsatu hal bahwa Rio sudah memiliki Shilla.

****
Love is you and me
Ify menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya mencoba menghangatkan telapak tangannya yang terasa membeku. Ini sudah tahun keenam ia berada di Swedia, tapi tetap saja ia masih tak bisa menyesuaikan diri dengan 4 musim di sini.
                “Sorry, I’m late” ucap seorang lelaki kemudian duduk di hadapannya. Ify kemudian tersenyum, setidaknya lelaki itu tidak melupakan janjinya lagi.
                “No problem. So, what will we talking about?” tanya Ify kemudian membuat lelaki itu terkekeh.
                “I like snow” ujar lelaki itu membuat Ify merengut karena tak menjawab pertanyaannya. “You are so funny, Ify. I’m not regret that i’m falling in love with you” ujar lelaki itu sambil memberika senyuman manisnya
                “You are kidding me”
                “Nope. I’m serious, Ify.” Ucap Rio membuat Ify terpaku. Apakah ia sedang dipermainkan?
                “Hmm, How about Marrie?” tanya Ify akhirnya
                “She is my cousin. I’m sorry not to tell you about this before, but when i wanna tell it, you look like jealous” ujar lelaki itu sambil tersenyum nakal
                “I’m not jealous, Rio” ujar Ify sambil memukul lengan Rio dengan pipi memerah
                “Kamu tau aku suka lukisan, selain musik tentunya. Tuhan itu seperti pelukis. Tuhan melukis hidup kita, bahkan saat kita sama sekali nggak tau maksudnya, hasilnya pasti akan tetap indah, dan aku percaya bahwa aku bisa menemukanmu pun merupakan lukisan Tuhan dalam hidupku.” Ujar Rio panjang lebar “Alyssa, would you marry me?” tanya Rio mengeluarkan sebuah cincin, membuat Ify kehilangan kata-katanya. Sebelum ini mereka memang dekat, namun tak pernah ada kata pacaran di antara mereka. Bahkan hubungan mereka sempat memburuk karena kesalahpahaman Ify tentang Shilla. Semua ini terasa seperti mimpi dan begitu tiba2
                “I would, Rio..”
                “I love you” ucap Rio membuat Ify tersenyum kemudian mengangguk “Oh Ify, bahkan kamu nggak mau membalas ucapanku? Kamu nggak mau mengucapkan ‘I love you too’?” tanya Rio sedikit memohon
                “I love you, I love you, I love you, I love you, I love you, I...” ucapan Ify terhenti ketika Rio membungkam bibirnya dengan ciuman manis.
                “Thanks” ucap Rio
                “Terima kasih buat apa?”
                “Karena kamu menjadi muridku, karena kamu mau menikah denganku, karena kamu juga mencintaiku, dan karena kamu mengizinkan ku mencium bibirmu”
                “Hei, aku nggak pernah mengizinkanmu menciumku, kamu saja yang sembarangan” protes Ify tak setuju. Rio langsung tertawa melihat ekspresi Ify.
                “Ayo kita pulang, aku antarkan kamu sampai rumah. Besok, aku akan membicarakan pernikahan ini dengan orang tuaku dan orang tuamu” ucap Rio kemudian mengulurkan tangan pada Ify.
                “Tapi kamu belum tanggung jawab karena telah mencuri ciuman pertamaku”
                “Oke baiklah, aku akan tanggung jawab. Jadi apa yang harus ku la...” kali ini ucapan Rio terpotong karena ciuman singkat dari Ify tepat di bibir Rio
                “satu sama. Itu sudah cukup” ucap Ify sambil nyengir tak berdosa meninggalkan Rio yang masih terpaku. Ia tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Rio kemudian mensejajarkan langkahnya dengan Ify, kemudian menggenggam tangan Ify erat seolah takut kehilangan Ify. Cinta membuat segalanya menjadi lengkap.

The End

Rabu, 26 Desember 2012

You're my reason


Cinta itu....abstrak namun konkrit. Tak bisa dijelaskan namun tau pasti rasanya. Cinta itu tak pernah  bisa ditebak. Termasuk cintaku padamu. Aku bahkan tak pernah membayangkan bahwa aku bisa jatuh cinta padamu. Dulunya aku hanya senang melihat wajahmu, dan permainan piano yang begitu indah. Namun hanya sebatas itu karena aku tau kau sudah ada yang punya. Kau sudah bersama dia dan itu terlihat ketika kau bahkan tak mau melepaskan tangannya dari genggamanmu. Aku mencoba melupakanmu, mencoba menahan agar apa yang aku rasakan hanya sebatas kekaguman. Bahkan aku tetap berusaha mencoba melupakanmu walaupun aku tau kau sudah tak bersamanya lagi. Dan aku berhasil, sampai kau masuk ke dalam hidupku dengan cara yang sama sekali tak ku sangka. Ketika aku menyadari bahwa kau terlalu masuk ke dalam hidupku, aku hanya bisa menggigit bibir, karena aku tau kau telah masuk terlalu dalam dengan kunci yang kau pegang ataukah aku yang sengaja membuka pintu hatiku terbuka lebar?

*****
"Malam ini begitu dingin" ucapku sambil mencoba menghangatkan telapak tanganku yang terasa membeku. Di saat semua teman2ku menghabiskan waktu di rumah sambil melakukan kegiatan yang mereka sukai, aku di sini malah mengerjakan tugas OSIS.
"Benarkah? Kalau begtu biarkan aku menghangatkanmu." Ucapmu kemudian menarik tanganku dan menggenggamnya erat. "Apa terasa hangat sekarang?" tanyamu lembut membuat aku terpaku dan hampir lupa bagaimana cara bernafas. Pipiku yang terasa hangat. Sungguh, aku takkan pernah bisa melupakan bagaimana kau menggenggam tanganku.
  "Masuklah. Aku tak mau kamu semakin kedinginan dan sakit karenaku. Terima kasih untuk malam ini. Aku pulang" ucapmu kemudian pergi begitu saja meninggalkanku yang masih mencoba menahan debaran jantungku. Sugguh, kau punya cara tersendiri membuatku jatuh cinta

**** 
Kau selalu berada di sekelilingku, walaupun kau tak menghampiriku namun dengan ekor mataku aku tau kau sedang mengawasiku. Atau itu hanya karena aku bisa menangkap radarmu? Ataukah aku saja yang terlalu berharap bahwa kau mengawasiku?

****
Aku memandang rintik hujan di luar sana. Aku suka hujan. Hujan seolah bisa menghapus segala masalahku.
“Kamu kenapa belum makan?” Aku tersentak mendapatkanmu berdiri tepat di hadapanku.
“Aku....”
“Kenapa kamu masuk sekolah kalau sakit?” tanyamu lagi membuatku megernyitkan kening tak mengerti. Tau dari mana kau bahwa aku belum makan dan aku sedang sakit? Bahkan teman sebangku pun tak menyadarinya
“Aku baik-baik saja”
“Kamu sungguh tak pintar berbohong. Setidaknya tidak di depanku” ujarmu membuat aku menghembuskan nafas pelan
“Maaf” ujarmu lagi membuat aku mendongak. Aku sungguh tak mengerti kenapa kau meminta maaf. “Gara2 aku, kamu jadi sakit”
“Ini bukan salahmu. Hanya daya tahan tubuhku saja yang lemah” ujarku sambil terkekeh
“Aku membelikanmu bubur. Makan ya?”
“Aku sedang tak ingin makan..”
“Kamu harus cepat sembuh. Aku tak mau kehilangan sekretarisku ini. Atau perlu ku antar ke UKS?” tanyamu lagi membuatku menggeleng pelan
“Aku tak apa2. Lagian kamu masih ada sekretaris 2 kan?”
“Ya, tapi aku Cuma kamu yang aku mau” ucapmu membuat jantungku berdebar. “Makanlah. Apa perlu ku suap?”
“Baiklah aku akan makan. Tapi kamu tak perlu menyuapiku. Kamu kembali ke kelas saja.”
“Tidak. Aku akan menemanimu di sini. Aku akan memastikan kam menghabiskan makananmu. Lagian aku....” ucapmu terhenti kemudian duduk di depanku, sambil menatap mataku “Aku ingin melihat wajahmu lebih lama”

****
Seharusnya ini kisahku dan kisahmu, atau setidaknya itulah yang ku harapkan. cinta tak pernah salah. Lantas jika ada yang tersakiti dalam kisah ini, siapa yang harus dipersalahkan? Aku, kamu atau dia? Aku melihatmu menepuk puncak kepalanya kemudian tersenyum manis padanya. Aku takkan pernah bisa mengalahkannya. Ia punya posisi istimewa di hatimu. Ia cantik, anggun, feminin, dan cerdas. Seperti langit dan bumi. Aku tau hal itu dari dulu, tapi kenapa aku tetap saja mencintaimu?
 Aku akhirnya pergi meninggalkanmu tertawa bersama dengannya. Aku bahagia jika kamu bahagia. Benarkah? Tapi kenapa aku merasa tak rela, mengapa aku ingin akulah yang ada di posisinya? Aku sadar kamu takkan pernah bisa menjadi milikku. Dan aku merasakan pipiku basah karena air mata yang mengalir.

****
"kenapa kamu menghindar dariku akhir2 ini?"
"siapa bilang? Aku masih di sini saja. Kamu yang terlalu sibuk" ucapku sambil tersenyum miring. Bagaimana aku bisa melupakanmu kalau kau masih saja ada di sekitarku
"kamu tak usah berbohong padaku. Ada apa sebenarnya? Apa kamu cemburu melihatku dekat dengan dia lagi??" tanyamu kemudian mencengkram erat kedua tanganku
"Apaan sih? Aku tak mengerti apa yang kamu bicarakan"
"jangan berbohong padaku. Apakah kamu mencintaiku juga seperti aku mencintaimu?" tanyamu membuatku membelalakan mata tak percaya. Permainan apalagi yang sedang kamu mainkan?
"Cukup. Kamu sudah bahagia bersama dengannya jangan membuatku seperti ini lagi. jangan membuatku bingung dengan perasaanku sendiri." lirihku
"Aku serius dengan apa yang aku katakan. Aku mencintaimu. Ketika aku dulu mencintainya dengan banyak alasan, aku tak perlu satu alasan pun untuk mencintaimu, karena aku mencintai semua yang ada pada dirinu. Cuma denganmu aku bisa menjadi diriku sendiri, tak perlu berpura2 menjadi romatis dan perhatian karena kamu menerimaku apa adanya. Walaupun dia pernah meninggalkanku bersama pria lain, tapi jauh lebih sakit saat kamu yang menghindar dariku, mencoba menghilang dari hidupku. Aku mohon jangan siksa aku lebih lama lagi. Aku mencintaimu" ujarmu kemudian menarikku ke dalam dekapanmu. Membuatku mau tak mau mengeluarkan air mata yang aku tahan. "Hei jangan menangis. Aku tak suka melihatmu menangis. Apalagi akulah alasanmu menangis" ujarmu kemudian menghapus air mataku
"Kamu tau? Kamu adalah alasanku untuk bisa tersenyum. Aku juga mencintaimu" ujarku membuat ia langsung tersenyum bahagia. Ku rasa itu kalimat tepat untuk membalas semuanya




The end