Sabtu, 26 Mei 2012

Bersama dengannya - cerpen


Aku baru saja sampai di salah satu stasiun kota jogjakarta, kota kelahiranku. Kota ini memang penuh kenangan. Dari kecil sampai aku SMA, aku berada di kota ini. Hanya saat kuliah saja aku pindah ke ibukota Indonesia, kota metropolitan, tapi kota yang juga menyimpan begitu banyak sifat individualistis dan egois mungkin. Tapi toh aku tetap ke jakarta mencari peruntungan di kota itu, dan saat ini aku kemvali untuk sedikit melepaskan kepenatan setelah ujian dan sidang skripsi. Aku sedikit terperangah ketika melihat jalanan yang begitu sepi. Aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tanganku. Aku mendecak kesal. bagaimana bisa aku lupa bahwa ini sudah larut malam atau tengah malam dan kota jogja ini akan selalu sepi berbeda dengan jakarta. Salahku juga tidak mengatakan pada keluargaku bahwa aku akan pulang ke jogja hari ini. Tapi aku kan berencana membuat surprise. Kalo aku bilang, bukankah itu bukan sebuah kejutan lagi? Akhirnya aku mengedarkan pandangan masih berharap ada kendaraan yang lewat malam ini. Aku merapatkan jaketku karena merasa udara malam yang dingin menusuk badanku. Tiga puluh menit berlalu dan tak ada kendaraan satupun yang lewat. hmm, maksudku kendaraan umum tak ada satupun yang lewat. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sambil masih berharap ada kendaraan yang lewat. Setidaknya aku tidak perlu menunggu di stasiun kereta yang menurutku cukup terlihat angker pada malam hari. Tiba2 ada yang menepuk bahuku, bulu kudukku berdiri tegak dengan sempurna. Ah, apalagi ini. Aku berdoa ini bukanlah salah satu jenis hantu baru. Atau yang lebih parah lagi pemerkosa. Aku langsung menggeleng kepalaku kuat2. Aku menoleh mencari tahu siapa yang menepuk bahuku tadi.
"astaga Rio" ujarku ketika melihat sahabatku berdiri di sana sambil memamerkan gigi putihnya. sahabat SMA ku, cinta pertamaku.
"kenapa kaget gitu sih?" tanyanya
"aku kira tuh hantu. hmm, lebih parah lagi aku mikir kamu pemerkosa" ujarku manyun membuat dia langsung tertawa
"kamu sama sekali nggak berubah"
"btw kamu kok di sini yo?"
"jemput kamu"
"hah?" mulutku terbuka lebar. hei, aku sama sekali tidak mengatakan kepulanganku pada siapapun kecuali teman2 kuliahku yang ada di jakarta. Tapi mereka kan sama sekali tak mengenal Rio atau siapapun yang ada di jogja ini.
"jangan mangap gitu ah. kasihan nyamuknya dimakan sama kamu" ujarnya membuat aku refleks menuup mulutku
"kamu tau dari mana aku pulang malam ini?"
"kontak batin. Kamu lupa dulu kita sering banget kontak batin." ujarnya membuat aku mau tak mau mengangguk juga. Dulu, aku dan dia sering sekali kontak batin. entah bagaimana kita pasti tau bahwa salah satunya sedang sedih, tertimpa kecelakaan bahkan sedang ingin menangis dan butuh orang lain untuk mendengarkan cerita.
"ya udah. aku anterin kamu pulang ya. Tapi aku mau ngajak kamu ke taman main kita dulu. Mau kan?"
"malam2 begini yo? Kenapa nggak besok aja? Aku kan masih sebulan di sini"
"Aku maunya malam ini. Aku kangen banget sama kamu. Sama sahabat terbaik yang pernah ku miliki" ujarnya membuat aku kembali tersadar bahwa perasaan cintaku padanya masih ada sampai sekarang dan dia hanya menganggapku sebagai sahabat.
"oke" sahutku kemudian mwngambil helm dari tangannya, menggunakannya kemudian naik ke atas motornya. Motor yang sama seperti SMA dulu, hanya saja motornya sedikit hancur di bagian kirinya. Dia pun melaju dengan kecepatan sedang, membuat aku harus merapatkan jaketku lagi. Dingin menusuk seluruh tubuhku. Sudah terlalu lama aku tidak merasakannya. Akhirnya Rio menghentikan motornya, di tempat tujuan. Taman ini terlihat sedikit berbeda dibanding 4 tahun yang lalu. Ayunan yang selalu ku mainkan sudah terlihat rapuh di pohon tua yang nampaknya tidak begitu terawat. Namun di sisi lain terdapat meja dan kursi dengan lampu taman yang bagus.
"ayo duduk di sana" ujarnya kemudian menarik tanganku. Aku bisa merasakan tangannya yang juga dingin seperti tanganku. Namun genggamannya itu cukup menghangatkanku. Entah bagaimana panas di pipiku terasa.
"gimana kabarmu?" tanyanya membuat aku sedikit tersenyum
"baik."
"btw, selamat ya udah lulus"
"makasih. kamu sendiri gimana? udah seminggu lebih aku nggak dengar kabarmu. tapi setelah kulihat, sepertinya semua baik2 saja"
"ya, terkadang yang kamu lihat nggak selalu seperti kenyataannya" ujarnya sambil menerawang membuatku mengernyitkan keningku.
"jadi ada apa nih ngajakin anak gadis yang cantiknya nggak ada habis2nya, tengah malam, duduk di taman?" tanyaku membuat dia tertawa. Dia langsung mengacak rambutku. Kemudian kami sama2 terdiam. Aku sedang menunggu jawabannya, penjelasanya atau apa saja, namun dia sama sekali tak berkomentar dan malah duduk terdiam.
"kamu ingat nggak, dulu kita sering bermain di ayunan itu. Kamu akan berteriak sekeras mungkin jika kamu punya masalah, untuk melepaskan bebanmu. padahal tanpa kamu sadari bahwa aku akan selalu membantumu" ujarnya membuat aku tersenyum. Dulu setiap aku ada masalah dengan pendidikanku ataupun banyak kegiatan yang membuat diriku cukup sibuk atau bahkan punya sedikit masalah dengan teman2ku, maka aku akan selalu datang ke sini dan mengajak Rio. Aku memintanya untuk mendorong ayunanku. Dia memang selalu ada untukku
"tapi banyak berubah dibanding 4 tahun yang lalu."
"yah, nggak ada yang pernah abadi di dunia ini" sagutnya sambil menerawang. Aku hanya menatap wajahnya, yang entah bagaimana bisa membuatku jadi tenang.
"kamu udah punya pacar di sana?" tanyanya membuatku langsung mengalihkan pandanganku padanya
"belum."
"kenapa?" aku hanya diam, ntah apa yang harus ku jawab. Jujurkah ataukah aku harus berbohong padanya?
"kamu sendiri? udah punya pacar? atau setidaknya gadis pujaan?" tanyaku mengalihkan peertanyaannya
"pacar belum. Tapi kalau gadis yang ku suka, ada" jawabnya singkat membuatku membelalakan mata tak percaya, namun kemudian mengalihkan pandanganku pada langit. Malam ini mendung, tak ada satu bintang pun yang bersinar, seperti hatiku mungkin.  Sepi, sunyi, tenang. Kami berdua sama2 larut dalam pikiran masing2.
"aku punya sesuatu untukmu." ujarnya kemudain merogoh saku jaketnya. "Happy birthday" ucapnya sambil membuka kotak kecil yang berisi kalung berliontin dolphin. Aku tersadar bahwa sekarang pukul 1 pagi dan saat ini memang hari ulang tahunku.
"makasih yo" ucapku "boleh bantuin buat pasangin?" tanyaku padanya, membuat ia mengangguk kemudian memasang kalung itu di leherku.
"kamu tau bahwa lumba2 itu akan selalu mengenal suara pasangannya walaupun mereka berada di tempat beratus-ratus bahkan beribu-ribu meter jauhnya. Aku juga mau kita seperti iu. Walaupun kita berada di tempat yang berbeda dan jauh sekalipun, aku akan selalu tau kamu di mana dan kamu membutuhkanku." ujarnya sambil menyingkirkan beberapa helai rambutku ke belakang telinga. Dia menyusuri wajahku dengan jarinya, dan dia mendekatkan wajahnya padaku, membuatku terpaku tak tau harus berbuat apa. Tanpa ku sadari dia mengecup bibirku lembut, membuat jantungku berdetak tak karuan. Ia menjauhkan wajahnya, dan menatapku dalam. Aku bisa tiba2 pingsan di sini kalau aku terus bersama dengannya.
"fy, mungkin ini udah terlambat, tapi aku cuma mau bilang, aku sayang kamu. Aku sayang kamu sejak SMA dulu, tapi aku nggak punya keberanian buat bialng ke kamu." Aku menatapnya tak percaya. Aku tak menyangka bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama, dan itu artinya cintaku tak pernah bertepuk sebelah tangan.
"aku juga sayang sama kamu" ujarku membuat dia tersenyum pahit. bukankah seharusnya dia bahagia, kemudian memelukku, layaknya sinetron2? Tapi dia malah ttap pada posisinya
"makasih"
"untuk?"
"untuk malam ini dan untuk perasaanmu juga." aku tersenyum tipis mendengar jawabannya. Hei, ini sama sekali berbeda dengan film2. Tapi aku tetap saja bahagia. Ia kemudian mengantarku pulang ke rumah. Kali ini aku memeluk tubuhnya seolah takut kehilangan dirinya, seolah aku takut bahwa aku sedang bermimpi dan saat aku terbangun aku hanya dapat kekecewaan.
"apa yang kamu lihat mungkin nggak selalu sesuai dengan kenyataan, tapi apa yang kamu dengar nggak ada yang salah dan itu semua kenyataan" ucapnya membuat aku mengernyitkan keningku.
"kamu mau masuk dulu?" tanyaku padanya saat kami sampai di depan rumahku.
"nggak fy. udah malam. Kamu masuk saja." Aku pun mengangguk
"makasih ya udah mau jemput aku tadi" ujarku kemudian berjalan ke pintu rumahku.
"fy" panggilnya membuat aku menoleh padanya. "selamat malam" ucapnya kemudian mengecup keningku. Hangat. Itu yang ku rasakan. Kemudian dia berlalu dengan motornya. Tuhan, biarlah malam ini jadi malam yang indah.
            Aku mengetuk pintu rumahku beberapa kali. Pasti mama dan papa beserta kakak2ku akan terheran-heran dengan kepulanganku dan meeka akan memelukku layaknya di film2. Aku terkekeh membayangkan apa yang terjadi. Pintu dibuka"selamat malam semuanya" seruku heboh kemudian memasuki rumah. Nampak tak ada satu orang pun yang menunjukkan wajah kaget dan sebagainya. Satu lagi yang ku sadari, mereka duduk di ruang tamu pada tengah malam seperti ini? Ada apa?
"hmm, kalian nggak senang ya aku pulang?" tanyaku entah pada siapa saja yng ingin menjawab.
"ah ify, kami senang kok kamu pulang" ujar mamaku, namun kenapa wajahnya sama sekalk tidak menunjukkan kebahagiaan itu?
"kamu naik apa?"
"naik kereta"
"dari stasiun ke sini kamu naik apa?" tanya kakakku kali ini
"naik motor. Ah lebih tepatnya dianter sama Rio" ujarku membuat semua orang langsung memandangku. Entahlah apa yang tergambar dari wajah mereka, aku sama sekali tak tau.
"jangan bercanda"
"aku serius" ujarku kekeuh, membuat mamaku langsung menangis sedangkan papa berjalan mendekatiku.
"maafkan kami Ify. Tapi kamu harus tau satu hal" ujar papaku dengan wajah seriusnya "Rio kecelakaan motor 1 minggu yang lalu dan koma. sama sekali tak sadarkan diri. Dan beberapa menit yanv lalu sebelum kamu datang, orang tua Rio menelpon bahwa, ia telah menghembuskan nafas terakhirnya" aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.  Nggak mungkin. Ini pasti hanya akal2an keluargaku untuk membuat kejutan padaku. Apalagi hari ini kan ulang tahunku. Ataukah hari ini adalah april mop? Aku sama sekali tak percaya. Jika Rio kecelakaan minggu lalu, lantas siapa yang tadi mengantarku?

****
         Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Aku memandang sekeliling dan aku sadar bahwa aku ada di kamarku. Aku memandang cermin dan liontin dari Rio semalam masih menggantung manis di leherku. Tapi mataku terpaku pada koran yang ada di meja riasku. Koran yang bisa ku pastikan, terbit seminggu yang lalu. Namun yang membuatku terpana adalah headline news, dengan judul berukuran besar yang cukup menyita perhatianku. "PENGEMUDI TRUK MENYANGKAL DIRINYA MABUK"
Jogjakarta, 31 mei 2011
 ....Kecelakaan di jalan malioboro terjadi pada pukul 23.00 malam hari senin kemarin (30/5). Menurut saksi mata, kecelakaan terjadi saat seorang pemuda mengendarai motornya meninggalkan area malioboro, dan ada sebuah truk dari arah berlawanan. dengan kecepatan tinggi menabrak pemuda tersebut. Motornya hancur, dan setelah dievakuasi korban bernama Mario Haling....
   
Aku sama sekali tak membaca kelanjutannya lagi. Jadi ini semua kenyataan. Lantas aku melihat foto2 yang berada di koran tersebut. Bagian kiri dari motor tersebut hancur. Foto lainnya, terdapat foto korban dan kalung berliotin dolphin. Ini adalah kalung yang sama seperti yang diberikan Rio semalam. Aku memekik, menutup mulutku. Kejadian semalam pun mulai terputar lagi di otakku seolah menyusun setiap kejadian yang terlewatkan olehku.
"Ify, kamu siap2, kita pergi ke pemakaman Rio" ujar ka Iel dari balik pintu

****
             Di sinilah aku berada di depan nisan Rio. Air mataku terus turun tanpa henti. Rasa apa ini? Mengapa dadakku sesak setiap kali mengingat kenyataan.
"makasih yo, untuk semalam" ujarku sambil memegang kalung yang diberikannya padaku. Bukankah semalam dia berkata bahwa dia akan tau bahwa aku membutuhkannya?
 Aku tidak perduli bagaimana semua itu bisa terjadi. Yang aku lakukan saat ini hanyalah bersyukur karena aku bisa dipertemukan dengan Rio, walaupun itu merupakan malam terakhirku bersama dengannya


Tamat

Sabtu, 12 Mei 2012

no title - cerpen


                Seorang gadis dengan berwajah tirus duduk di bangku taman sekolahnya. Ia menutup matanya sambil merasakan semilir angin sore yang membelai wajahnya dan sinar matahari sore yang menyapanya. Matahari saat sore hari memanglah kesukaannya. Ia merasa warna jingga itu merupakan warna yang indah di mana membuat hatinya tenang. Memori tentang kisahnya kembali berputar
####
                “Gimana menurut kalian?” tanya gadis cantik berwajah tirus itu kepada puluhan pasang mata yang sedari tadi mendengar apa yang diucapkan
                “Tapi untuk pendaftaran atau penyebaran brosur gimana?” tanya salah seorang yang berada di ruangan itu
“Untuk masalah pendaftaran, kita buka pendaftaran secara online. Sedangkan brosur, selain kita kirim ke sekolah2 yang ada, kita juga upload di Fb, twitter ataupun jadi DP BB kita masing2. Dan untuk semua itu, aku minta bantuannya dari seksi publikasi dan dokumentasi serta seksi humas ” jawab gadis itu lagi membuat semua kepala di ruangan itu mengangguk-angguk setuju dengan pendapatnya. Gadis itu tersenyum bahagia. Rasa ketar-ketir nya menghilang sudah ketika melihat puluhan kepala menyetujui rancangan idenya. “Aku rasa sekian presentasi dari seksi acara” ujar gadis itu kemudian kembali ke tempat duduknya. Entahlah atas alasan apa sampai ia dipilih sebagai ketua seksi acara untuk kegiatan seminar nasional yang akan dilaksanakan. Ia bukanlah gadis yang terlalu pintar di angkatannya, ataupun ia juga bukan salah satu gadis populer yang ada di sekolahnya, dan perlu dicatat, ia juga bukan gadis yang gila akan organisasi, sehingga ia tak pernah mengikuti kepengurusan OSIS. Tapi semua itu sepertinya bukan merupakan bahan pertimbangan bagi ketua panitia untuk memilihnya sebagai ketua seksi acara. Lantas karena apa? Ia sendiri juga tak mengerti. Bahkan ketua panitianya saja ia baru kenal lewat panitia ini. Walaupun mereka sama2 berada di kelas XI tapi gadis itu berada di XI IPA 2, sedangkan ketua panitianya XI IPS 1. Jadi kalau tak kenal, bukan hal yang besar kan?  
                “Oke, sekian rapat kita hari ini. Semuanya boleh pulang. Terima kasih atas kerja samanya” ujar sang ketua panitia. “Ify, jangan balik dulu ya, ada yang mau gue omongin sama lo.” Gadis itu pun mengangguk, kemudian duduk menunggu semua panitia lain keluar dari ruangan.
                “Ada apa Rio?”
                “Untuk pembicaranya lo mau ngundang siapa?” tanya Rio –ketua panitia-. Ify menepuk jidatnya sendiri
                “Astaga gue lupa yo. Maaf, maaf. Kemaren gue terlalu fokus buat bikinin susunan acaranya.” Jawab Ify jujur, agak sedikit takut dimarahi Rio
                “I knew it. Gue tau lo pasti hectic banget, makanya gue udah nyariin daftar pembicara yang bagus sesuai dengan tema kita. Ini ada beberapa gue dapat recomment juga dari beberap teman gue yang ada di sekolah lain. Ada nomor HP & alamat emailnya juga. Well, mungkin lo perlu nyari2 biografinya & CV nya dulu, buat tau siapa yang paling bagus.” Ujar Rio panjang lebar membuat Ify mengangguk mengerti.
                “Thanks banget yo. Gila, gue nggak tau kalau nggak ada lo. Bisa bunuh diri kayaknya gue”
“Biasa aja kali. Udah ah, itu aja yang mau gue omongin. Pulang yuk, udah sore.” Ify mengangguk, kemudian membereskan arsip2 yang bertebaran di atas meja. “Pulang naik apa fy?”
“Metro mini” jawab Ify singkat tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Rio
“Gue anterin aja gimana? Lagian kan lo anak cewek”
“Emang kenapa kalo gue cewek?”
“Bahaya kalau pulang sore begini”
“Tenang aja yo, gue kan udah sabuk hitam.”
“Lo yakin nggak apa2?” tanya Rio memastikan lagi
“Nggak apa2 kok. Lo pulang aja. Lagian kalo lo nganterin gue, itu artinya besok lo harus nganterin setiap cewek yang jadi panitia ke rumah mereka masing2” jawab Ify membuat Rio meringis.
“Oke. Gue jalan duluan ya. Hati2 fy” ujar Rio kemudian meninggalkan Ify di dalam ruangan rapat sendiri. Ify hanya geleng2 kepala melihat tingkah laku ketua panitianya itu. Dulu ketika mereka belum saling mengenal atau lebih tepatnya belum dekat, Ify menganggap Rio adalah orang yang dingin, sombong dan tidak ramah dengan siapapun. Tapi saat ini pandangan Ify berubah, ia tahu sekarang bahwa Rio adalah orang yang baik, ramah, bertanggung jawab, dan nggak tanggung2 ia bakal membantu setiap anggota panitia.
****
“Ayolah fy, nyanyi satu lagu aja. ” ujar Via, sebagai vokalis band. Rio memang memiliki sebuah band, dimana personilnya berasal dari sekolah yang berbeda-beda namun mereka dipersatukan karena musik. Mereka bertemu saat lomba yang dilaksanakan 2 tahun lalu, kecuali via yang notabene adalah sahabatnya sejak kecil. Awal yang sama sekali tak mereka sangka-sangka, ternyata bisa berakhir sebagai satu band, dengan Rio sebagai ketua dari band tersebut. Mereka selalu menggunakan studio musik yang ada di rumah Rio sebagai tempat latihan mereka. Walaupun masih tingkat lokal, karena hanya seputaran jabodetabek namun itu sudah cukup membuat mereka menghasilkan duit sendiri untuk umur yang cukup belia. Via sebagai vokalis, Rio sebagai gitaris, Cakka sebagai basis, Ray sebagai drummer, Alvin sebagai keyboardist. Komposisi band, di mana Via menjadi satu-satunya perempuan di band itu, dan mendapat perlakuan khusus dari para lelaki yang ada di sekitarnya. Saat ini Ify memang diajak Rio latihan bersama teman2 band nya. Semenjak Rio dan Ify berada dalam kepanitiaan yang sama, dan acara seminar itu sukses, Rio dan Ify memang semakin dekat. Bahkan tak ada yang bisa mengerti sebenarnya bagiamana hubungan mereka.
“Tapi kalau gue nyanyi, semuanya pada kabur ntar. Suara gue jelek.” Ujar Ify nggak pede
“Nggak kok, gue yakin kita semua itu bisa nyanyi, karena dalam kehidupan kita itu seperti melodi dengan lirik. Hanya bagaimana caranya saja yang mungkin sedikit berbeda dan asing.” Ujar Alvin kali ini membuat semua mengangguk setuju.
“Hmm, ya udah deh kalo gitu. Tapi kalo jelek, jangan kaget ya. Gue udah ingetin sebelumnya”
Semua personil band tersebut langsung tersenyum, kemudian mengangguk setuju dengan pernyataan Ify.
“Lagunya apa Fy?”
“Officially missing You - tamia” jawab Ify dan membuat semua personil mengambil tempat masing-masing kecuali Via sebagai penonton kali ini.

Hmm...Ooh...ooh...

All I hear is raindrops falling on the rooftop
Ooh baby, tell me why’d you have to go
‘Cause this pain I feel it won’t go away
And today I’m officially missin’ you

I thought that from this heartache, I could escape
But I fronted long enough to know
There ain’t no way
And today I’m officially missing you

Ooh...can’t nobody do it like you
Say every little thing you do, hey, baby
Say it stays on my mind
And I-I’m officially

All I do is lay around, 2 ears full of tears
From looking at your face on the wall
Just a week ago you were my baby
Now I don’t even know you at all, I don’t know you at
all

Well, I wish that you would call me right now
So that I could get through to you somehow
But I guess it’s safe to say, baby
Safe to say that I-I’m officially missin’ you

Ooh...can’t nobody do it like you
Said every little thing you do, hey, baby
Say it stays on my mind
And I-I’m officially

Well, I thought I could just get over you, baby
But I see there’s something I just can’t do
From the way you would hold me
To the sweet things you told me
I just can’t find a way to let go of you

Ooh...can’t nobody do it like you
Say every little thing you do, hey, baby
Say it stays on my mind
And I-I’m officially

It’s official
Hoo, you know that I’m missin’ you, yeah, yes
All I hear is raindrops, oh, yeah
And I’m officially missin’ you
Ify mengakhiri nyanyiannya dengan tepuk tangan riuh dari semua personil band tersebut
“Gilaaaa. Kayak begini dibilang jelek, ini mah keren banget fy. Suara lo keren deh” puji Ray
“Gue yakin pasti Rio juga nggak nyangka lo punya suara keren kayak begini.” Ujar Cakka
“Duh, kayaknya posisi vokalis gue bentar lagi bakal digeser sama Ify deh” canda Via membuat semuanya tertawa.
“Fy, lo dipanggil mama tuh di dapur. Dia minta tolong lo buat bantuin dia” ujar Rio
“Gue keluar ya. Selamat latihan semuanya” ucap Ify
“Eh fy, ntar kalo pulang bilang gue ya, biar gue anterin” ucap Rio dibalas anggukan oleh Ify, kemudian meninggalkan studio musik mini yang ada di rumah Rio itu.
“Ify deket sama nyokap lo yo?” tanya Ray
“Iya”
“Emang ini bukan pertama kalinya dia datang ke sini?”
“Nggak. Kayaknya udah kelima atau keenam deh. Gue juga lupa” jawab Rio santai membuat semua personil band semakin cengo. Pasalnya, Rio nggak pernah membawa gadis ke rumahnya dan memperkenalkan kepada orang tuanya. Pengecualian terhadap Via dan mantannya, atau mungkin masih pacarnya sampai sekarang
“Lo pacaran sama Ify?” tanya Ray disambut pukulan dengan stick drum di kepala Ray oleh Rio
“Sembarangan. Gue sama dia Cuma teman doang kok.”
“Yakin? Padahal Ify manis loh, baik, jago musik, kalo lo nggak mau sih gue mau” ujar Cakka membuat Rio langsung melotot
“Enak aja. Nggak boleh.”
“Kenapa yo? Nggak rela ya?”
“Hmm, bukan gitu. Tapi dia udah kayak adik bahkan sahabat gue sendiri, masa gue ngizinin lo yang berjabatan sebagai ketua playboy sedunia buat deketin dia. Gue nggak setuju” ujar Rio tegas membuat yang lainnya nyengir. Sepertinya ada yang berbeda dari apa yang dikatakan Rio. Yah, antara yang diucapkan Rio dengan tatapan matanya dan hatinya mungkin. Sedangkan Via memandang Rio penuh tanya. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada Rio. Namun ia rasa saat ini bukan waktu yang tepat. Mungkin nanti. Via menghembuskan nafasnya kemudian berdiri
“Udah jangan berantem. Kita latihan sekarang” ajak Via membuat Rio menarik nafas lega agar tidak digoda oleh teman2nya yang lain.
****
                Rio, cakka, Alvin, ia, dan ray pun keluar dari studio mini mereka itu. jika sudah seperti ini mereka bisa menghabiskan terlalu banyak waktu. Empat atau 5 jam, entahlah mereka sendiri tak menyadarinya
                “Akhirnya kalian selesai juga. Rio tolong anterin Ify ya. Dari tadi dia udah mau pulang, tapi mama cegah soalnya dia ngoo buat naik metromini ketimbang dianter kamu”
                “Lho, kan tadi gue udah bilang fy, kalo mau pulang panggil gue aja. Lo kan jadi nunggu lama”
                “Nggak enak yo. Kalian kan lagi latihan, masa iya gue ganggu Cuma buat nganterin gue balik. Lagian gue juga udah gede, bisa lah gue pulang sendiri”
                “Tuh  denger deh yo. Akhirnya mama harus cegah dia buat pulang terus” Ify hanya meringis, merasa tak enak dengan yang lain
                “Atau pulang bareng gue aja fy, ntar gue anter” ucap cakka membuat Rio langsung melotot padanya
                “Nggak. Gue aja yang anterin” bales Rio kemudian menarik tangan Ify “Ma, Rio pergi ya” kemudian ia berlalu meninggalkan teman2nya yang bingung khususnya via dengan sikapnya barusan. Bukankah Rio tak pernah bersikap baik dengan seorang gadis?
                “Pegangan fy” ujar Rio ketika menaiki motor ninjanya itu. Ify hanya memegang ujung jaket Rio. Dengan sigap, Rio langsung menarik tangan Ify untuk melingkar di pinggangnya. Belum sempat Ify menariknya, Rio sudah mencengkram tangannya erat. “Gue nggak mau lo jatuh” ujar Rio membuat Ify pasrah dan tak berontak lagi. Rio tersenyum penuh kemenangan. Selama perjalanan pun, mereka hanya diam. Ntah karena tak ada topik yang ingin dibicarakan atau mereka sedang menikmati saat2 seperti ini yang membuat mereka harus mati2an menahan debaran jantung di dada mereka
                “Nggak mau masuk dulu yo?” ajak Ify lembut sambil menyerahkan helm yang ia gunakan tadi pada Rio, ketika mereka telah sampai di rumah Ify.
                “Hmm, nggak usah fy. Udah malem”
                “Makasih ya. Maaf ngerepotin” Rio mengangguk kemudian mengacak rambut Ify dengan lembut. Rio pun menstarter motornya kemudian meninggalkan Ify yang masih mematung dengan sikap yang dilakukan Rio. Mungkin terlalu sering Rio mengacak rambutnya, namun tetap saja membuat jantungnya berdebar kencang. Ify pun memasuki rumahnya dengan senyuman yang tak pernah bisa lepas dari wajahnya. Beginikah rasanya jatuh cinta? Atau karena ia hanya merasa nyaman dengan adanya sosok Rio di sampingnya?

Rio menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Senyum terukir di bibirnya, ketika mengingat bagaimana Ify memeluk pinggangnya ataupun getaran halus ketika ia menggenggam tangan Ify. Seperti ada yang menggelitik di dalam perutnya. Perasaan yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Semua lamunannya harus berakhir ketika HP-nya bergetar.
Ify calling....
“Hallo”
“Udah nyampe rumah yo?” tanya Ify memastikan
“Udah kok. Baru aja.” Jawab Rio, kemudian keduanya sama2 diam. “Hmm, lagi ngapain fy?”
“Mau ngerjain tugas fisika doang. Lo?”
“Cuma lagi telponan sama lo, sambil mikirin lo”
“Nggak lucu yo. Udah ah, gue tutup ya.” Ujar Ify membuat Rio sebenarnya tak rela mengakhiri pembicaraan mereka.
“Oke. Tidurnya jangan malam2 fy.”
“Iya lo juga. Bye yo”
“bye”
Baru saja Rio meletakkan HP-nya, HP-nya bergetar lagi. Nomor tak dikenal. Rio pun menekan tombol hijau yang ada di HP nya, mendekatkan HP ke telinganya
“Hallo Rio?” hanya sapaan singkat dari seberang namun cukup membuat Rio terdiam, rahangnya mengeras, tangannya terkepal kuat, jantungnya berdebar kencang, dan ada perasaan aneh yang berkecamuk dalam dadanya. Suara yang sudah begitu lama tak ia dengar. Suara yang dulu menghiasi hari2nya “Aku di jakarta” kalimat itu membuat Rio sama sekali tak tau harus bersikap seperti apa
****
                Via mendengus sebal kemudian membuang HP nya ke atas tempat tidur.
                “Rio telponan sama siapa sih, lama banget. Gue udah ngehubungin dia dari tadi tapi masih nggak bisa juga. Lihat aja, ntar kalo gue udah bisa ngehubungin dia, gue marah2in dulu” omel via sambil menatap boneka yang sedang ada di tangannya. HP via berdering membuat Via langsung mengangkat telponnya dengan cepat apalagi setelah melihat penelponnya adalah Rio, orang yang dari tadi ia hubungi untuk meminta penjelasan
                “Vi, dia balik” kalimat  pertama yang diucapkan Rio membuat Via memekik pelan kemudian menutup mulutnya sendiri. Segala omelan yang sudah ia siapkan, semuanya hilang.

****
                Rio menatap gadis yang sudah begitu lama tak ia lihat. Gadis yang sempat menawarkan cinta pertama kali pada Rio namun gadis yang pertama kali juga membuat ia kecewa dan sakit hati. Rio akhirnya memutuskan untuk duduk di sebelah gadis itu tanpa banyak komentar
                “rio aku senang kamu datang” ucap gadis itu dengan mata berbinar dan senyum yang terukir di wajahnya, seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Namun sedetik kemudian, senyuman itu sirna ketika melihat wajah Rio yang sama sekali tak bersahabat. “Maaf” ujar gadis itu sambil menggigit bibirnya
                “Aku tau aku salah ninggalin kamu gitu aja. Tapi aku pergi pun karena papa harus ngurusin perusahaannya di sana, makanya aku tiba2 berangkat yo. Aku nggak maksud buat nggak ngasih kabar ke kamu ataupun ninggalin kamu tanpa kepastian, tpai aku benar2 nggak dibolehin buat menggunakan gadget apapun selama aku di sekolah asrama yo. Sekarang aku balik karena papa udah selesai dengan perusahaannya di sana, dan ia sedang ada proyek besar di jakarta. Satu tujuan aku balik ke sini Cuma mau ketemu kamu, jelasin semuanya ke kamu. Aku minta maaf yo” ujar gadis itu sambil menitikkan air matanya. Rio menghembuskan nafasnya dengan kesal
                “Jangan nangis. Aku kan udah bilang paling nggak suka ngeliat kamu nangis” ujar Rio sambil menghapus air mata yang ada di pipi gadis itu dengan kedua ibu jarinya.
                “Yo, kamu mau kan maafin aku?” tanya gadis itu. Rio menatap mata gadis itu, mencari kejujuran dan ketulusan. Hal yang sudah lama tak pernah Rio lakukan.
                “Ya, aku maafin kamu”
                “Makasih yo” ucap gadis itu kemudian memeluk erat tubuh Rio “Hmm, sebenarnya hubungan kita sekarang gimana yo?” tanya gadis itu sedikit ragu. Takut Rio akan marah, atau malah menjawab bahwa Rio sudah memiliki kekasih lain.
                “Aku nggak tau. Kasih aku waktu untuk mikirin semuanya” jawab Rio akhirnya membuat gadis itu mengangguk
****
                Ify memasuki kamarnya, dengan begitu banyak pertanyaan yang melintas di pikirannya. Siapa gadis yang berpelukan dengan Rio tadi? Atau ada hubungan apa antara gadis itu dengan Rio? Kenapa ia harus cemas? Kenapa ia harus takut Rio meninggalkan dia? Bukankah dia memang bukan siapa2? Kedekatan mereka inipun bukankah hanya sekedar hubungan sahabat? Semakin ia memikirkannya, semakin membuat hatinya pilu
                Rio calling...
                Ify menggigit bibirnya, masih bingung apakah ia akan menjawab telepon Rio atau tidak . Tapi ia sadar, ia bukan orang yang suka lari dari masalah. Ia juga merupakan tipe orang yang akan penasaran, jadi lebih baik ia tidak menghindari Rio. Kecuali jika Rio memintanya
                “Fy, gue di depan rumah lu sekarang” Ify pun mengangguk namun ia sadar bahwa Rio tidak bisa melihat ekspresinya. Akhirnya ia membukakan pintu pada Rio
                “Masuk yo. Ada apa nih sampai nyari gue?” tanya Ify kemudian duduk di depan Rio “Btw, lo mau minum apa?” tanya Ify lagi, namun setelah itu keduanya hanya diam.
                “Shilla” ucap Rio lirih membuat Ify mengerutkan keningnya tak mengerti. Ada minuman baru yang bernama Shilla? “Shilla, pacar dan cinta pertama gue. Tadi gue ketemu dia di taman kompleks” ujar Rio seolah bisa membaca pikiran Ify. Jadi Shilla nama gadis yang bersama Rio dan memeluk Rio
                “Dulu gue pacaran sama dia waktu SMP kelas 3. Dia pergi, tapi nggak ada kata putus di antara kita sampai sekarang. Tadi dia datang dan ngejelasin semuanya ke gue” jelas Rio panjang lebar kemudian menceritakan apa yang dikatakan Shilla tanpa kurang suatu apapun, membuat Ify harus berulang kali menarik nafasnya dalam, menetralisir rasa sakit di hatinya.
                “Lo masih sayang sama dia?” tanya Ify tiba2, namun kemudian merutuki pertanyaannya “Maksud gue...”
                “Gue nggak tau” potong Rio “Saat dia kembali, gue pengen balik lagi ada di sisi dia. Tapi saat ini gue ngerasa sayang sama gadis lain. Gadis yang udah berhasil ngebuka pintu hati gue, yang kuncinya Cuma dipegang sama Shilla. Tapi gue nggak tau, apakah dia memiliki perasaan yang sama atau nggak. Menurut lo gimana fy? Gue harus balik lagi sama Shilla atau gue harus perjuangin gadis itu?”  Hati Ify mencelos mendengar penuturan Rio. Selain Shilla ada gadis lain yang disukai Rio. Jadi ia sama sekali tak ada tempat di hati Rio. Setidaknya, tempatnya hanya sebagai sahabat dan pendengar yang baik. Takkan pernah bisa lebih dari itu.
                “Menurut gue, lo harus pastiin perasaan lo, baik ke Shilla atau gadis itu. Apakah lo emang masih sayang sama Shilla atau lo hanya obsesi semata? Apakah lo beneran sayang sama gadis itu ataukah hanya kebetulan gadis itu datang saat lo merasa kesepian, sehingga lo merasa nyaman dengan posisi itu. Lo harus pikirin dan putusin itu baik2 yo. Masalahnya ada 3 hati dalam cerita lo. Shilla, gadis itu dan lo sendiri. Gue yakin salah satu keputusan lo pasti ada yang akan sakit hati, tapi lo cari paling minimal, di mana lo juga ngerasa bahagia” ujar Ify panjang lebar membuat Rio terperangah
                “Gue nggak nyangka lo bisa ngasih saran yang luar biasa. Nggak salah emang kalo waktu itu gue masukin lo jadi ketua seksi acara seminar nasional” ujar Rio membuat Ify langsung melemparkan bantal ke wajah Rio. “Kayaknya lo pengalaman banget masalah beginian. Udah pernah ngerasain ya?”
                “Pengalaman kan nggak perlu datang dari diri snediri, tapi bisa juga dari orang lain. Udah ah, ada yang masih mau lo omongin lagi nggak? Kalau nggak gue masti nyelesaiin LPJ”
                “Hari gini masih ngerjain LPJ?” sindir Rio membuat Ify mengerucutkan bibirnya
                “Lo kan yang nyuruh gue, dasar manusia nggak berperasaan.”
                “Hehehe, ampun fy. Ya udah gitu aja. Gue balik ya. Makasih buat sarannya” ujar Rio kemudian mengacak rambut Ify lagi seperti kebiasannya. Ify hanya mengangguk kemudian tersenyum tipis. Masih sulit untuk berpikir apa yang harus dilakukannya. Rio berlalu dari pandangannya, dan tanpa bisa ditahan air matanya meluncur sempurna. Ia bukan gadis cengeng, namun ia hanyalah seorang gadis yang hatinya bisa terluka. Satu yang ia tahu, ia hanya bisa menyimpan perasaan ini dalam2
****
                Seminggu Rio kembali dekat dengan Shilla, seminggu, pula Ify harus menahan sakit hatinya. Seminggu juga Ify harus cukup puas dengan hubungan persahabatannya bersama Rio. Namun Ify masih merasa bersyukur setidaknya Shilla tidak harus satu sekolah dengannya. Jadi di sekolah ia masih bisa tetap dekat dengan Rio , namun setelah itu kembali lagi ia harus menelan kepahitan yang dirasakan, ketika melihat Hsilla menunggu Rio di depan gerbang sekolah atau Shilla yang bergelayut manja di lengan Rio. Bukan berarti ia hendak merebut Rio. Bukan sama sekali. Tapi Rio lah yang selalu mencari dirinya untuk menceritakan kisahnya dengan Shilla selama seharian. Shilla pun telah mengenal dirinya sebagai sahabat Rio sama seperti Via, dan Shilla baik2 saja dengan kedekatannya dengan Rio. Karena menurut shilla, sahabat itu memang sulit dicari. Tapi apakah shilla tak pernah sadar bahwa perasaan cinta pun bisa tumbuh kapan saja? Ify bergegas pulang ke rumah sebelum ia harus melihat pemandangan yang menyakiti hati.
                “IFY” panggil seseorang membuat dirinya menghentikan langkah, dan mencari sumber suara. Ada tampang sosok laki-laki tampan yang berdiri tak jauh dari mobil porsche merahnya, sambil melambaikan tangannya ke arah Ify. Ify membulatkan matanya, memastikan bahwa ia sedang tidak berhalusinasi saat ini. Saat sudah yakin bahwa ia tidak sedang fatamorgana ataupun bermimpi, ia pun berlari menghampiri lelaki itu kemudian memeluknya.
                “KA IEEELL” teriak Ify heboh. Iel pun hanya tertawa sambil membalas pelukan Ify, sambil sesekali menepuk puncak kepala Ify, tak lupa ia mengecup kening Ify.
                “Gimana kabarmu?”
                “Hmm, seperti yang pernah aku ceritain.”
                “Ah, jadi udah masuk episode berapa?” ledek Iel, membuat Ify langsung mencubit perut Iel “Aww, ampun fy. Kamu sama sekali nggak berubah.”
                “Biarin” balas Ify kemudian melipat tangannya di depan dada, kemudian menggembungkan pipinya seperti anak kecil yang sedang ngambek
                “Yah, ngambek deh” ujar Iel kemudian mencubit pipi Ify. Semua gadis yang ada di sekolah itu pun memekik melihat Ify yang begitu mesra dengan cowok cakep
                “IFY” Ify kemudian berbalik memandang orang yang memanggilnya. Ah, ternyata hari ini pun ia masih harus melihat kemesraan Rio dan Shilla
                “Hai Shill, yo” balas Ify sambil tersenyum manis
                “Ini pacarmu fy? Cakep banget” tanya Shilla ketika melihat Iel, membuat Rio merasa tak terima dengan kalimat ‘pacar Ify’. Rio memandang sinis pada Iel.
“Ya ampun yoo, muka kamu jangan gitu dong. Jangan cemburu, mentang2 aku bilang pacar Ify cakep. Menurut aku, kamu tetap paling cakep kok” ujar Shilla membuat Ify mau tak mau menatap wajah Rio. Ya, cemburu, Itu yang Rio rasakan saat ini. Bukan karena Shilla, tapi karena Ify yang dekat dengan lelaki di hadapannya saat ini. Bahkan tangan Ify sama sekali tak terlepas dari genggaman lelaki itu
“Kenalin ini Shilla, dan pacarnya rio” ujar Ify memperkenalkan Shilla dan Rio pada Iel
“Ah, gabriel” ujar Iel sambil tersenyum ramah pada keduanya. Rio melengos, tak suka dengan sikap Iel yang terlalu ramah. “Ayo fy, kita pulang.” Ujar Iel kemudian membuka kan pintu mobilnya untuk Ify.
“Shilla, Rio, gue duluan ya. Bye” pamit Ify kemudian masuk ke mobil Iel. Iel pun hanya tersenyum, kemudian masuk ke mobilnya, dan melajukan mobilnya. Pandangan Rio sama sekali tak lepas dari mobil porsche merah itu. Ia tak terima Ify dekat dengan lelaki lain. Hanya ia yang boleh memiliki Ify. Egoiskah? Bukankah cinta memang egois?
“Cemburu?” tanya Shilla membuat Rio tersentak dengan pertanyaannya “Yakin masih mau dilanjutin?”
“Ayo gue anterin pulang” ujar Rio dingin pada Shilla, membuat gadis itu hanya mengangguk.
****
                “Jadi itu yang namanya Rio?” tanya Iel tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan
                “Ya”
                “Cakep sih, tapi aku lebih cakep ”
                “Ih ka Iel, narsisnya jangan mulai deh” dengus Ify, membuat Iel terkekeh “Btw, ka Iel kok nggak bilang kalo hari ini balik dari europe? Terus tinggal di sini berapa lama? Atau mau cari kerja di sini aja? Tapi bukannya di sana gajinya lebih gede? Di sana udah dapat cewek belum ka?” tanya Ify tanpa henti membuat Iel menggelengkan kepalanya. Dua tahun ia meninggalkan adiknya ini, tapi sama sekali tidak ada perubahan, ia tetap saja akan cerewet seperti ini.
                “Nanya nya satu2 neng” ujar Iel setelah Ify berhenti bertanya. Ify hanya nyengir “Maaf ya aku nggak sempat bilang ke kamu, lagian aku juga mau ngebuat surprise. Aku mau nyari kerja di sini aja. Emang sih, gaji di sana bisa 3x lipat gaji di Indonesia, tapi aku nggak mau ngebiarin adik aku yang satu2nya ini sendirian di Indonesia, sambil galau gara2 Rio. Hahaha” ujar Iel membuat Ify memanyunkan bibirnya. Kakaknya ini memang senang sekali menggodanya. Iel termasuk anak yang cukup pintar, sehingga hanya dengan waktu 2 tahun ia dapat menyelesaikan kuliah S1 nya di negeri tetangga.
                “Toh juga karena pacarku di sini. Nggak enaklah, long distance kelamaan.” Ujar Iel lagi
                “Hah? Ka Iel udah punya pacar? Siapa ka? Kok nggak dikenalin? Kapan jadiannya? Udah lama? Kok nggak pernah cerita ke aku? Anak mana ka? Siapa namanya? Cantik nggak orangnya? Terus dia...” tanya Ify beruntun kembali, namun langsung menutup mulutnya setelah sadar bahwa ia telah menanyakan begitu banyak pertanyaan sekaligus
                “Makanya aku jemput kamu buat ngenalin dia ke kamu.”
                “Asyiiiik, ketemu kakak ipar. Berarti aku dapat PJ nya dong? Cihuuuy...” seru Ify dengan bahagianya
                ****
                Kalau ada yang bilang bahwa dunia ini hanya selebar daun kelor, maka Ify adalah orang yang pertama kali menyetujuinya. Ia masih tak percaya siapa yang ada di hadapannya saat ini, sebagai calon kakak iparnya.
                “Aku nggak nyangka kalo kalian berdua ternyata saling kenal” ucap Iel
                “Iya, aku kenal Ify dari Rio. Aku kan vokalis band yang Rio buat” ujar Via, namun masih memperhatikan ekspresi Ify. Sejak masuk ke restoran ini, Ify sama sekali tak berbicara dengannya, bahkan ekspresinya begitu datar. Apakah Ify tak menyetujui hubungannya dengan kakaknya? ”Fy, kamu kok diam? Nggak setuju ya aku sama kakakmu?” tanya Via to the point. Ify menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan segala lamunannya dari tadi
                “Hmm, aku Cuma bingung ntar mau manggil kamu Via, atau ka Via, karena bakal jadi kakak iparku” jawab Ify sambil mengedipkan sebelah  matanya dan membuat Via serta Iel tertawa lega dengan jawaban Ify.
                “Astaga Ify, kamu bikin aku deg2 an tau nggak sih. Panggil aku via aja, adik ipar” jawab Via santai. Ify pun tertawa. Dia bahagia jika kakak yang paling dia sayangi bahagia, apalagi dengan orang yang setidaknya sudah ia kenal.

****
                BUG...
                1 pukulan Rio telak mengenai wajah Iel.
                “Lo kenapa sih?” tanya Iel tidak terima dipukul begitu saja, ketika ia sedang menunggu Via keluar dari toilet
                “Lo yang apa2an. Tadi siang lo mesra2an sama Ify, sekarang lo jalan bareng cewek lain. Lo punya hati nggak sih?” ujar Rio marah masih mengepalkan tangannya, dan ingin memukul Iel lagi.
                “RIO, IEL” teriak Via membuat keduanya langsung menoleh
                “Lo kenal dia Vi?”
                “Dia pacar gue yo.” Jawab via yang masih tak mengerti ada masalah apa ini
                BUG....
                “RIO” pekik Via ketika Rio memukul Iel lagi
                “Lo keterlaluan lo lukain sahabat gue dan Ify.” Ujar Rio pada Iel “Via, lo jangan pernah percaya sama dia, tadi siang gue liat dengan mata kepala gue sendiri dia jalan berdua bareng Ify” ujar Rio pada Via membuat Via mau tak mau melongo. Namun kemudian ia menyadari, bahwa Rio cemburu, tak terima Ify bersama orang lain. Ia juga sadar bahwa Rio sama sekali tak tau Iel merupakan kakak Ify
                “Tapi yo...” Via ingin sekali menjelaskannya pada Rio namun tangannya ditahan oleh Iel seolah itu menjelaskan bahwa ini bukanlah saat yang tepat, karena Rio pasti takkan percaya
                “Terus ada masalah kalo gue dekat sama Ify dan Via? Hah? Emang mereka siapa lo?” tanya Iel santai
                “Via sahabat gue, dan Ify....” Rio terdiam tak tau harus menjawab apa.
                “Lo nggak bisa ngejawab karena lo bingung atas perasaan lo sendiri atau lo berusaha nutupin perasaan lo?” tanya Iel membuat Rio langsung mengatupkan bibirnya. Iel pun menarik Via pergi dari tempat itu agar tidak semakin menjadi tontonan orang banyak di situ. Ify memang tak bersama mereka berdua saat ini, karena Ify tak ingin menjadi obat nyamuk di antara mereka berdua. Toh ia juga sadar, bahwa kakaknya pun punya privasi untuk berdua saja.
                Rio mematung, mungkin ini saatnya ia mengakhiri semua permainan yang ia buat sendiri.
                “Shill, gue rasa gue bakal jujur dan mau berhenti dari permainan ini” ujar Rio di telepon, dan langsung meninggalkan tempat itu. Ada satu tujuan yang ada di otaknya saat ini, yaitu rumahnya Ify.
                *****
                “Fy, lo harus percaya sama gue, Iel selingkuh di belakang lo bareng Via” Rio mencoba menjelaskan pada Ify, membuat Ify melongo tak percaya
                “Tapi yo, dia nggak selingkuh.”
                “Please lo harus percaya sama gue.”
                “Tapi yo..”
                “Gue Cuma nggak mau lo nanti sakit hati”
                “Please yo biarin gue ngomong” ucap Ify akhirnya “Ka Iel nggak mungkin selingkuh. Ka Iel sama Via memang udah pacaran sejak 1 tahun yang lalu. Gue nggak bakal sakit hati, gue malah bahagia, karena kakak gue satu2nya akhirnya menemukan pasangannya.” Jelas Ify panjang lebar ‘Dan kalau gue sakit hati pun itu bukan karena dia, tapi karena lo yo’ batin Ify melanjutkan kalimatnya. Gantian Rio yang melongo
                “Ja..jadi..Fy, gue minta maaf  ya sama kakak lo, gue tadi mukulin dia, karena gue pikir dia selingkuh di belakang lo” ujar Rio membuat Ify melotot.
                “Astaga Rioo..Udah, mending lo jangan urusin kehidupan gue yo, daripada semuanya jadi salah paham” ucap Ify “Sekarang lo pulang aja, gue mau nelpon kakak gue dulu. Apa kabarnya dia, setelah lo pukulin” sindir Ify
                “Maaf fy”
                “Jangan minta maaf sama gue. Lo nggak ada salah sama gue. Minta maaf sama ka Iel langsung. Itu pun kalo lo cukup gentle ngakuin kesalahan lo”
                ****
                Malam ini, Ify menggunakan mini dress berwarna baby pink, dengan flatshoes berwarna sama, rambutnya pun dikeriting gantung, membuat dia nampak begitu cantik, dan semua mata memandangnya. Sekolahnya memang selalu merayakan acara white days selain acara valentine day. Dan di sinilah ia sekarang, di aula sekolahnya yang bisa menampung siswa siswai dari kelas X-XII.
                “IFY” panggil Shilla sambil melambaikan tangannya. Ify pun menghampiri Shilla yang berdiri di sudut ruangan “Lo cantik banget malam ini”
                “Ah lo bisa aja shill, lo juga cantik kok” puji Ify membuat Shilla hanya tersenyum tipis.  “Acaranya udah mulai dari tadi ya?”
                “Hmm, lumayan. Mungkin sekarang pertengahan acaranya”
                “Astaga, gue telat banget dong. Apa aja nih yang gue lewatin?”
                “Cuma drama romeo juliet, beberapa nyanyian grup band, dan tak lupa ada yang nari” ujar Shilla membuat Ify mengangguk mengerti
                “Mari kita panggilkan, united band” panggil MC-nya membuat Ify memekik perlahan, ketika melihat Cakka, Alvin, Ray, Via, dan Rio. Namun ada yang berbeda, Rio menjadi vokalis, Via gitaris nya.
                “Lagu ini gue persembahkan buat gadis yang special di hati gue.” Ujar Rio sebelum memulai laugnya
                “Betapa beruntungnya gadis itu. Seumur-umur, gue jadian sama Rio, dia nggak pernah nyanyi buat gue. Emang gadis itu special” ujar Shilla membuat Ify menoleh padanya dan mengerutkan keningnya tak mengerti. Kalau lagu ini bukan untuk Shilla, lantas untuk siapa?

Bucket full of tears
Baby know I’m here
I’m here waiting
                “Ada hal yang harus lo tau fy”
close your precious eyes
And just realize
I’m still fighting
                “Setelah gue balik lagi ke Indonesia, dan gue jujur sama Rio, gue nggak balik lagi sama dia.” Ify menatap Shilla tak percaya. Lantas apa yang terjadi selama seminggu ini?
For you to be with me
Sit under this tree
And we can watch the sunrise
we can watch the sunrise
Wake up feel the air that I’m breathing
I can’t explain this feeling that I’m feelin
I won’t go another day without you

                “Hatinya dia udah bukan milik gue lagi. Tapi dia minta gue buat pura2 balikan lagi sama dia. Sebenarnya Cuma pengen ngeliat reaksi gadis special itu. Apakah gadis itu cemburu, ataukah nggak. Tapi ternyata gadis itu sama sekali nggak menunjukkan reaksi apapun. Malahan ia yang dibuat cemburu, karena gadis itu bersama lelaki lain, yang ternyata adalah kakaknya sendiri” ify langsung tersadar bahwa ini adalah bagian dari kisahnya. Jadi apakah gadis itu adalah dirinya?

I know your feeling down
Like no ones around
But baby your wrong
Just get rid of the fear
Promise that I’m here
I’ll never be gone
“Lagu ini buat lo fy” ujar Shilla akhirnya kemudian berjalan meninggalkan Ify yang masih mematung di tempatnya. Apa ia tidak sedang bermimpi? Ia melihat Rio yang sedang menatap tepat kearah kedua manik matanya.

So baby come with me
We can fly away and we can see the
Stars shine And baby you can be my love
Wake up feel the air that I’m breathing
I can’t explain this feeling that I’m feeling
I won’t go another day without you
Hold on I promise its gets brighter
When it rains I’ll hold you even tighter
I won’t go another day without you (without you)
This is me tonight
No more games and no more lies
And I know its right
Cause of the way you look into my eyes
And when I hold you tight
The worries disappear I’m glad your in my life
Wake up feel the air that I’m breathing
I can’t explain this feeling that I’m feeling
I won’t go another day without you
Hold on I promise its gets brighter
When it rains I’ll hold you even tighter
I won’t go another day without you (without you)
Setelah selesai, Rio menarik tangan Ify keluar dari Aula yang begitu penuh sesak.
“Fy gue mau jelasin semuanya” ujar Rio namun Ify langsung meletakkan telunjuknya di bibir Rio.
“Shilla udah ngomong ke gue. Gue udah tau semuanya”
 “I Love you” ungkap Rio dengan begitu lembut membuat Ify mematung. Ify tak butuh kalimat lain yang lebih gamblang untuk memintanya menjadi milik Rio. Hanya kalimat sederhana itu, namun sudah cukup sebagai tanda bahwa mereka berada dalam hubungan khusus
                “I love you too” ucap Ify. Rio pun mendekap tubuh gadisnya itu. Tak ingin melepaskannya lagi.
                “Ehmm”
                “Eh kakak ipar, maafin gue ya” ujar Rio sambil menggaruk tengkuknya yang nggak gatal ketika melihat Iel sedang menggandeng Via dan berdiri tak jauh dari mereka berdua
                “Gue maafin. Tapi kalo lo ngebuat Ify nangis lagi, orang yang pertama kali gue cari adalah lo.” Ujar Iel
                “Siap bos” ujar Rio sambil mengacungkan ibu jari tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memeluk pinggang Ify.

#####
Gadis itu membuka matanya lagi ketika merasa ada seseorang menghalangi sinar matahari sore itu
“Maaf ya lama” ujar sosok laki-laki yang berdiri di depannya itu.
Gadis itu menggeleng “Nggak apa2 kok”
Tanpa bertanya lagi, si laki-laki itu pun duduk di sebelah sang gadis. Laki-laki itu hanya diam dan memperhatikan wajah gadis di sampingnya itu.
“Kenapa?” tanya gadis itu membuat si laki2 tersentak dari lamunannya
“Kenapa?” tanya si laki2 tak mengerti pertanyaan yang keluar dari mulut gadis itu
“Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?”
“Aku belum pernah bilang ya kalau aku suka ngeliat kamu yang menikmati senja?”
“Tapi jangan diliatin gitu juga”
“Salting ya?” ujar laki-laki itu sambil terkekeh
“Riooo, jangan ngegodain aku deh”
“Hmm dan kamu juga perlu tau fy, bahwa aku juga senang melihat wajah kamu yang cemberut karena aku godain” Belum sempat ify membalas rio, HP-nya bergetar dan itu cukup baginya untuk tau bahwa Iel menanyakan keberadaan dirinya. Sejak Iel balik dari Euorpe, Iel menjadi orang yang sangat protektif terhadap dirinya
“Udah ah. Ka Iel udah nanyain aku di mana. Yuk pulang.” Rio pun mengangguk kemudian menggenggam tangan Ify lembut sampai ke parkiran. Ia bahkan tak habis pikir bagaimana dulu ia bisa cemburu pada Iel. Tapi saat ini ia bersyukur karena Iel lah yang membuat ia semakin yakin akan perasaannya pada gadis itu. 1 tahun sudah berlalu, sejak ia jadian dengan gadisnya ini. Sebentar lagi mereka akan meninggalkan putih abu-abu.
“Pegangan ya” ucap Rio ketika berada di atas motor. Saat ini tanpa ragu, Ify memeluk tubuh Rio, kemudian menyenderkan kepalanya ke punggung Rio. Rio hanya tersenyum tipis, kemudian menjalankan motornya.