Senin, 20 Desember 2010

l\Love without reason - cerpen

                “Perkenalkan namaku Alyssa Saufika Umari. Panggil aja Ify. Asalku dari Bandung.” Ucap gadis yang berwajah tirus, berambut panjang itu sambil melemparkan tatapan bersahabat untuk semua siswa dalam kelas. Matanya tertuju pada seorang cowok yang duduk di sudut belakang, tak menatapnya sama sekali. Ingin sekali ia melihat yang lain, namun sama sekali tak bisa ia lepaskan tatapannya itu. Kelas itupun yang tadinya hening menjadi riuh dengan bisikan2 tentang teman baru mereka.
                “Ify kamu duduk di situ ya.” Ucap Bu ira sambil menunjuk ke satu arah. Arah di mana, tempat duduknya, tepat di depan cowok tadi. Ify mengangguk, tersenyum tipis, kemudian berjalan ke arah yang diunjukkan bu Ira tadi. “Saya juga ada pengumuman lain. hari ini pak Oni tidak bisa mengajar, karena ada rapat di dinas pendidikan. Karena itu, kalian belajar sendiri saja.” Anak2 pun tersenyum bahagia, karena mendapatkan teman baru maupun karena guru mereka tidak masuk.
                “Kenalin gue via” ucap gadis yang duduk di sebelah Ify
                “Ify” ucap Ify sambil menyodorkan tangannya.
                “Kenalin juga ini teman2 gue, Ini Shilla, ini Agni” ucap Via memperkenalkan temannya yang duduk di depan mereka.
                “Ify” ucap Ify sekali lagi dan tersenyum ramah
                “Gue mau nanya, lo novelis itu bukan?” tanya Agni, cewek berambut pendek, yang terlihat sedikit tomboy. Ify mengangguk, menjawab pertanyaan Agni. Mata Via, Shilla dan Agni pun berbinar-binar menatap Ify tak percaya
                “Lo yang selama ini bukan novel romance itu?” tanya Via memastikan lagi. Ify terdiam, mendesah berat. Sedangkan Via, Agni dan Shilla memandangnya penuh harap
                “Iya” jawab Ify akhirnya
                “Ify, lo tau nggak sih kita bertiga tuh punya semua novel lo. Kita suka banget sama gaya cerita lo. Bahasanya, alurnya, maupun adegan2 yang bikin kita bisa nangis ataupun meleleh dalam suatu waktu.” Ujar Shilla panjang lebar, membuat Via dan Agni mengangguk semangat.
                “Makasih udah suka novel gue” ucap Ify tersenyum
                “Sejak kapan lo suka bikin novel?” tanya Agni lagi
                “Dari kelas 1 SMP, gue suka nulis cerita. Baru SMP kelas 3, gue publikasikan. ”
                “Fy, sekali-kali bikin cerpen dong, masukin ke buletin sekolah” ujar Via yang merupakan ketua buletin
                “Tema?”
                “Bebas. Terserah lo aja. Asal jangan terlalu frontal. Hehe..”
                “Kapan deadlinenya?”
                “Maunya sih, yang buat tahun ini. Cuma, buletinnya udah siap buat dicetak. Jadi lo bikin buat tahun depan ya.”
                “Okeey..”
                “Waaaa...thanks fy...” ucap Via langsung memeluk Ify membuat Ify hanya bisa tersenyum
                “Ke kantin yuk..lapar nih..” pinta Shilla sambil memegang perutnya. Semua pun mengangguk menyetujui pendapat Shilla. Sebelum mereka meninggalkan kelas, Ify memalingkan wajahnya menatap cowok yang duduk di belakangnya namun sama sekali tak merespon kedatangannya, tak seperti teman2nya yang lain. Bukannya Ify ingin mendapatkan perhatian, namun ia hanya penasaran dengan cowok tersebut. Mungkin bisa dijadikan bahan buat ceritanya nanti.
                Sesampainya di kantin, mereka berempat memilih tempat di pojokan. Via, Agni dan Shilla memang suka banget tempat itu. Karena bise ngelihat semua yang ada di kantin, paling dekat sama penjual2 makanan, dan paling pewe buat mereka
                “Via?”
                “Eh, ka Iel lagi ngapain di sini?”
                “Mau beli minuman. Lagi pelajaran olahraga, Cuma ngambil nilai doang. Aku udah dipanggil, sekarang mau beli minuman. Kamu ngapain di sini?”
                “Jam kosong ka. Eh, kenalin teman baruku, Ify” kata Via memperkenalkan Ify. Ify hanya tersenyum
                “Iel.” Ucap Iel dan tersenyum menatap Ify. Iel mengalihkan pandangannya ke Via “Bukannya belajar malah makan. Dasar!” ucap Iel sambil mengacak rambut Via penuh sayang”
“Ih, rese”
“Aku pergi ya..” ucap Iel tidak menghiraukan keluhan Via. Iel mencubit pipi Via, membuat pipinya merah merona. “Dagh sayaang..pulang bareng ya” Iel pun berlari kecil meninggalkan kantin menuju gedung olahraga
                “Itu siapa Vi?” tanya Ify yang masih bingung
                “Itu pacarnya Via. Gue jamin deh, lo bakal bisa muntah2 kalo ngeliat mereka berdua tiap hari. Romantis banget.” Jawab Agni membuat Via menatap Agni tajam. Ify dan Shilla tertawa, sedangkan Agni sendiri hanya bisa mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
                “Btw lo udah pernah pacaran belum fy?” tanya Shilla blak-blakan. Ify menggeleng pelan.
                “Jatuh cinta atau suka sama cowok?” Ify menggeleng lagi.
                “Terus lo kok bisa bikin cerita yang so sweet begitu? Dapat ide dari mana?” tanya Via kali ini. Ify hanya mengangkat bahunya. Mata Ify pun tertuju pada cowok yang baru saja masuk ke kantin. Cowok yang di kelas tadi duduk tepat di belakangnya. Ify menatap tiap lekuk wajahnya.
                “Jangan dipelototin gitu fy” kata Agni membuat Ify nyengir
                “Itu...”
                “Namanya Rio. Papanya penyumbang dana paling gede di sini. Waktu SMP dulu, gue sempat satu sekolah sama dia. Sebenarnya dia anaknya baik, pintar, nggak sombong, cakep lagi. Tapi karena mama dan papanya cerai, dia langsung berubah 180 derajat, kayak yang lo liat sekarang. Dia jadi pendiam, males, dan acak2an kayak gitu” jelas Shilla panjang lebar membuat Ify mengangguk
                “Oh ya, waktu mama sama papanya cerai, dia diputusin sama ceweknya. Namanya Dea. Dea tuh adik kelas gue. Dea tuh juga pintar, mereka tuh dulu jadi pasangan paling romantis di sekolah gue dulu. Cuma, Dea selingkuh sama yang namanya Septian. Rio tau, terus Dea mutusin Rio, padahal Rio tuh sayang banget sama Dea. Sejak masalah2 itu, Rio selalu menutup dirinya dari dunia luar, bahkan menutup hatinya untuk semua cewek. Pokoknya trouble banget deh hidupnya. ” sambung Shilla lagi
                “Kenapa? Lo suka ya?”
                “Hah? Nggak kok. Gue Cuma penasaran doank.”

********
Ify mengeluarkan laptopya. Ia memang selalu membawa laptopnya ke manapun. Karena ide membuat cerita bisa muncul kapan saja. Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari tadi. Teman2nya pun semua sudah pulang.  Tapi Ify masih asyik menyusun ceritanya tentang ‘Ridho’s troubles’ . Ify mengklik save untuk karya yang baru saja ia buat. Ia memasukan laptopnya ke dalam tas, kemudian meninggalkan taman sekolahnya.
BRUK..
“Maaf” ucap Ify dan membantu membereskan kertas2 yang dibawa orang yang ditabraknya
“Iya nggak apa2.” Ucap orang itu sambil tersenyum manis, membuat jantung Ify berdegup cepat. Ify terpaku. “belum pulang?” tanya cowok itu lembut
“E..itu..”
“Kenalin gue Rio”
“Gue..”
“Ify. Novelis, diminta Via buat nulis cerpen di buletin sekolah, dan tadi di kantin ngomongin tentang gue.” Ify langsung diam. Ia tau wajahnya pasti memerah saat ini. Ia tak tau bahwa Rio bakal memperhatikan setiap percakapan mereka dan ia juga malu karena Rio tau mereka membicarakannya tadi.
“Lo..”
“Suara kalian gede banget tadi. Makanya gue bisa mendengar jelas pembicaraan kalian” sahut Rio seolah tau pikiran Ify
“Maaf.” Ucap Ify akhirnya sambil menundukkan wajahnya karena merasa bersalah.
“Nggak apa2. Oh ya, pertanyaan gue tadi belum dijawab, lo kok belum pulang?”
“Maunya sih juga gitu tadi. Tapi tadi gue lagi dapat inspirasi buat cerpen gue, makanya gue langsung bikin cerpen, sampai lupa waktu.”
“Dasar penulis!”
“Heh?”
“Nyokap gue juga novelis kayak lo. Dia bisa ngabisin banyak waktu di depan laptop, dia bisa bangun tiba2 padahal sedang tidur nyenyak padahal Cuma nulis 2 kalimat doank.” Cerita Rio membuat Ify  mengangguk seolah setuju dengan  apa yang dikatakan Rio “Ya udah gue anterin pulang” ucap Rio membuat Ify ternganga, namun senang.


                8  bulan kemudian...
                @kantin
                “Ify, gue perhatiin lo akhir2 ini dekat banget sama Rio. Dia tuh care banget. Lo ingat nggak, waktu lo sakit bulan lalu, dia rela nungguin lo di rumah sakit, padahal rumahnya jauh banget dari rumah sakit tempat lo dirawat” ungkap Shilla
                “Apa sih!! Nggak kok..”
                “Kalau gue liat ya, kayaknya si Rio suka deh ama lo. Akhir-akhir ini dia sering nganter lo pulang kan?! Dia juga ngebeliin barang yang lo pengen. Padahal lo nggak minta sama dia. Lo juga. Kayaknya suka sama si Rio. Tiap kali ketemu Rio tatapan lo beda banget, muka lo juga merah. Rio juga udah berubah. Dia nggak kayak dulu lagi. Dia lebih membuka dirinya.”
                “Huh, dasar. Sok jadi peramal Cinta lo..”
                “Beneran Fy..Kalian berdua tuh kayak orang pacaran tau nggak. Rio selalu neglindungin lo. Kalian juga sering marahan kalau ada masalah. Tapi baikan juga, dan selalu minta maaf kalau ngerasa diri sendiri salah. Selalu kasih kepercayaan, tapi sering jealous juga kalau ngeliat pasangannya ama orang lain. Pasangan aneh, tapi sweet banget..”
                Ify pun menunduk malu-malu. Dia mengingat secara rinci, apa yang terjadi antara mereka berdua selama ini. Rio emang selalu mengantarnya pulang ke rumah. Bahkan ibunya pun sudah mengenal Rio. Rio selalu ada tiap kali dibutuhin, dan selalu nggak ada ketika dia ingin sendiri. Rio, orang yang bisa bikin dia tertawa dan sebal sekaligus, tapi care banget. Dia nggak pernah cemburu kalau Rio jalan ama cewek lain tapi kadang-kadang sebal kalau Rio care ama cewek lain. Begitupun sebaliknya dengan Rio. Rio juga rela hujan-hujanan hanya untuk menepati janjinya, walaupun Ify tertidur pulas. Rio pun bahkan tak marah, jika Ify membatalkan janjinya untuk membuat cerpen atau novel.  Rio membelikan sesuatu yang dia inginkan selama ini, padahal dia nggak pernah minta. Rio selalu menyempatkan sedikit waktu walaupun Cuma 2 menit hanya untuk menanyakan keadaannya. Rio pun selalu menyuporrt apapun yang dilakukan dirinya, asalkan yang dilakukan itu positif dan baik untuknya. Jika ada masalah pasti tak bertahan lama. Hanya 1 hari. Setelah itu pun pasti mereka baikan lagi. Sama-sama keras kepala, tapi sama-sama minta maaf kalau merasa ada kesalahan di diri masing-masing. Dia pun mulai berpikir, apakah dia cewek yang terlalu egois? Tapi Rio sendiri pun nggak pernah menunjukkan apa yang Rio rasakan. Rio membuat segala sesuatunya mengambang, menggantung. Seperti hubungan tanpa status. Apakah ia tak boleh untuk berharap?
                “Gue nggak suka sama Rio.Dia tuh buat inspirasi cerpen gue doank” bentak Ify
                “Ini buku lo yang gue pinjam kemarin.Makasih” ucap Rio datar sambil memberikan sebuah buku tulis bersampul biru bergambar doraemon. Tak ada ekspresi apapun dari wajah Rio.
“Rio tunggu. Lo salah paham sama apa yang gue bilang” ucap Ify sambil memegang lengan Rio. Menahan Rio agar tidak pergi
“Makasih karena lo udah jadiin gue tokoh utama di cerita lo. Makasih karena gue bisa jadi inspirasi lo. Makasih karena ternyata semua ini Cuma palsu. Oh ya, lo juga boleh kok mengumpulkan cerita lo itu di buletin.” Rio menghentakan tangannya, agar terbebas dari cengkraman Ify. Rio langsung meninggalkannya, membuat Ify terduduk lemas. Air matanya pun turun.
“Ify...sabar ya..” ucap Via meneangkan.
”Lo kenapa nggak jujur sama perasaan lo aja sih fy? Lo emang suka kan sama Rio? Lo taukan kita bakal selalu ngedukung lo?”
“Gue....dulu gue emang jadiin dia buat inspirasi cerpen gue. Tapi dengan berlalunya waktu, gue...” Ify kembali terisak.
“Sst..tenang fy.” Ucap Shilla menenangkan sambil memeluk Ify
“Gue nggak yakin sama perasaannya. Makanya gue takut berharap.” Lanjut Ify masih tetap menangis.

********
Ify berjalan lesu ke tempat duduknya. Sudah seminggu lebih, Rio sama sekali nggak berbicara dengannya. Jangankan bicara, melihatnya saja pun enggan. Saat ia sedang ada masalah, deadline cerpennya pun menanti. Ia ingin sekali membatalkannya, tapi ia merasa nggak enak dengan Via. Kalau dia mengumpulkan cerpennya tentang ‘Ridho’s troubles’ itu sama saja seperti menyiram minyak di api. Sebenarnya hari ini, ia malas sekali ke sekolah. Bukan saja untuk menghindari Rio, tapi karena bu Winda tak bisa hadir karena cuti melahirkan. Ify menatap Rio sekilas, kemudian duduk di bangkunya sendiri
“Ify..” ucap Via pelan
“Hhh..Lo tau kan vi, gue nggak pernah pacaran, ataupun suka sama cowok.” lirih Ify, membuat Via harus mendekatkan kursinya, agar bisa mendengar apa yang dikatakan Ify. “Ini pertama kalinya. Dan gue nggak tau, kalo kisah cinta tuh bukan kayak dongeng yang akan happily ever after.  Gue baru tau, kalo cinta tuh nyakitin banget. Bukan kayak yang gue gambarin di setiap novel yang bakal memaafkan” ujar Ify sambil menerawang
“Fy...”
“Gue nggak tau harus kayak gimana lagi vi. Gue nggak tau. Gue udah ngelakuin semua cara, untuk minta maaf. Gue........ngerasa lemah karena rasa ini” lirih Ify sambil memegang dadanya. Dan entah keberapa kalinya, Ify mengeluarkan air matanya
“Fy, lo jangan nagis dong. Lo harus kuat. Kalo dia nggak mau dengerin lo, dia nggak mau maafin lo, biarin aja. Yang penting lo udah minta maaf dan mau ngejelasin semuanya sama dia” nasihat Via sambil mengusap air mata Ify.
“Thanks. Gue pulang ya, ntar izinin gue ke guru. Gue nggak enak badan. Oh ya, ini cerita yang gue bikin. Maaf kalo udah mepet banget” ucap Ify sambil memberikan beberapa lembar kertas, kemudian meninggalkan Via. Sebenarnya Via ingin sekali menahan Ify, ataupun menemaninya. Namun ia tau, ini pertama kalinya Ify merasakan jatuh cinta, karena itu ia bakal begitu sulit melupakan atau bangkit lagi. Dan ia tau bahwa Ify membutuhkan banyak waktu untuk sendiri. Via membaca judul cerpen Ify. Via tersentak ketika membaca cerpen yang dibuat Ify.
******
Bukannya langsung pulang, Ify pergi ke danau, tempat pertama kali Rio mengajaknya jalan. Tempat pertama kali, Rio memegang tangannya lembut. Tempat yang menyadarkan dia, bahwa Rio bukanlah sebagai inspirasi. Tapi Rio memang telah melekat di dalam pikiran dan hatinya. Ify duduk di tepi danau, memainkan air danau dengan jari tangannya, menutup matanya mengingat kejadian bersama Rio di sini. Ia membiarkan sinar matahari menyengat wajahnya. Tak ada yang ia pedulikan lagi saat ini. Ia hanya butuh sebuah ketenangan.
“Ify!”  panggil seseorang. Ify membalikan badannya, menatap orang yang memanggilnya. Ia tersenyum tipis.
“Ada apa?”
“Gue..”
“Lo mau marah sama gue?” potong Ify cepat
“Fy..”
“Atau lo mau bilang kalo lo nggak bisa maafin gue?” tanya Ify pasrah kemudian berdiri
“Ify..”
“Nggak apa2 kalo lo nggak mau maafin gue. Gue Cuma mau lo dengerin penjelasan gue doank kok. Tapi gue rasa, lo benci banget sama gue. Maaf. Gue pergi dulu. Gue nggak mau ganggu lo” ucap Ify kemudian berjalan menjauhi Rio
“ALYSSA SAUFIKA UMARI..” panggil Rio membuat Ify menahan langkahnya
“Via udah jelasin semuanya ke gue. Gue minta maaf. Maafin gue, karena gue nggak mau maafin lo. Maafin gue karena gue nggak mau denger penjelasan lo. Maafin gue karena gue ngebikin lo jadi bimbang sama perasaan gue. Maafin gue, karena gue bikin lo nangis dan sakit hati. Maafin gue, karena gue nggak bisa jadi cowok yang sempurna. Maafin gue, karena gue kangen banget sama lo. Dan, maafin gue karena gue jatuh cinta sama lo.” Jantung Ify berdetak lebih cepat. Ia memutar badannya, sehingga ia bisa berhadapan dengan Rio. Sekali lagi Ify menjatuhkan air matanya. Rio berjalan mendekati Ify. Ia menghapus air mata di pipi Ify dengan jari-jarinya begitu lembut. Seolah takut melukai Ify.
“Kenapa lo bisa jatuh cinta sama gue?”
“Gue...” Rio mendesah berat “Maafin gue, karena gue nggak menemukan alasan kenapa gue bisa cinta sama lo. Malahan pertama kali gue ketemu lo, gue nggak tau bakal jatuh cinta sama lo. Semuanya mengalir begitu saja.” Ify tersentak mendengar penuturan Rio. “Apa gue butuh alasan untuk mencintai lo? Apa kalo gue nggak punya alasan, maka artinya cinta gue nggak tulus? ”tanya Rio. Ify yang mendengarnya, hanya bisa terdiam.
“Fy, bukankah cinta nggak butuh alasan? Karena, ketika alasan itu hilang maka cinta itupun hilang. Gue sama sekali nggak ada alasan buat sayang dan cinta lo fy.” Ucap Rio dan mengangkat wajah Ify yang dari tadi tertunduk.
What can I do, to make you mine
                Falling so hard so fast this time
                What did I say, what did you do?
                How did I fall in love with you?

Rio menyanyikan chorus lagu Backstreetboys untuk menunjukkan apa yang ia rasakan saat ini. “Jawab pertanyaan gue satu2. Lo cukup ngangguk atau geleng.” Ucap Rio lagi. “Lo mau nggak maafin gue fy?” tanya Rio yang harap-harap cemas karena takut Ify akan menggeleng setiap pertanyaan yang ia tujukan. Ify menganguk
“Lo percaya kan kalo gue sayang sama lo?” Ify menganguk
“Lo nggak butuh alasan buat cinta gue kan?” Ify mengangguk lagi
“Fy, lo mau nggak nulis buat gue, bukan di kertas, tapi lo tulis di sini, di hati gue fy” ucap Rio dan menempelkan tangan Ify di dadanya. “Lo mau nggak jadi penulis hati khusus buat gue?” tanya Rio, membuat Ify terperangah. Ify menunduk dalam2, kemudian dengan gerakan cepat Ify mengecup pipi Rio.
“Iya, gue mau. Gue juga sayang sama lo yo ”
“Ify, gue kan bilang lo cukup ngangguk doank” sahut Rio yang wajahnya mulai memerah sambil memegang pipinya
“Cerita yang gue kasih ke Via, akhirnya si cewek akan mencium pipi cowok itu sebagai sebuah jawaban ya.” Jelas Ify sambil mengedipkan sebelah matanya
“Bandel banget sih lo. Sebagai hukumannya...” Rio pun langsung mengecup kening Ify begitu penuh kasih sayang, membuat Ify lagi-lagi terperangah. Mereka berdua hanya bisa mengontrol degup jantung yang tak karuan.
“Fy, lo sakit ya? Badan lo panas begini” tanya Rio nampak cemas
“Hehehe..”
“Kenapa bisa sakit sih?”
“Kebanyakan mikirin lo sih” Rio langsung mengacak rambut Ify
“Ya udah gue anterin lo pulang ke rumah, supaya lo bisa istirahat. Btw, cerpen lo itu judulnya apaan?”
“Love without reason”
“Tentang?”
“Ada deh..udah baca aja ntar, kalo buletinnya udah keluar” ucap Ify sambil tersenyum jail. Rio pun mendengus kesal. Rio menggenggam tangan Ify lembut, seolah takut kehilangannya.
“Gue juga minta maaf ya yo. Lo mau kan maafin gue?”
“Jangankan maafin lo fy. Lo minta kita nikah sekarang gue juga oke2 aja”
“Dasar mesum!”
“canda fy..” mereka berdua pun berjalan meninggalkan danau itu. Danau yang merupakan saksi buta kisah cinta mereka.



NB: and this is story in buletin

The end...

Always have a choice - part 4

                Ify merapikan buku2 yang baru saja ia baca. Membaca emang hobinya dari dulu. Ia suka membaca buku apa saja, mulai dari novel, komik, buku pelajaran, ataupun buku2 biografi. Hari ini Ify memang keras kepala buat masuk. Ia nggak mau ketinggalan pelajaran. Ify melirik jam tangannya. Masih  ada 15 menit lagi sebelum bel istirahat selesai. Ify pun segera bergegas keluar dari perpustakaan menuju kantin. Tadi, ia memang meminta teman2nya agar pergi duluan ke kantin.
                Sesampainya di kantin, Ify celingak-celinguk mencari keberadaan teman2nya. Ia cukup kaget melihat teman2nya begitu akrab dengan anggota lieblings lainnya.
                “Hei fy. Ayo duduk.” Panggil via sambil menunjukkan kursi kosong di depannya. Ify pun langsung duduk.
                “Mau makan apa fy?” tanya Iel
                “Ehm..tadi aja, kita nggak ditawarin.” Celetuk Shilla, membuat yang lainnya mengangguk setuju
”Nggak usah ka. masih kenyang kok. ”
“Yakin? Ntar malah sakit..” Ify hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan menjawab pertanyaan Iel
“Eh...Mm, kayaknya gue kelewatan berita deh.  Ka Cakka, nggak kenalin ke gue??” tanya Ify sambil melirik ke arah gadis yang duduk di samping Cakka.
“Hehehe..abisnya lo kemaren nggak masuk sih fy. Kenalin, ini Agni, cewek gue. XI IPS 2.”
“Hai kak. Gue Ify.” Ucap Ify sambil tersenyum manis dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman
“Agni..” ucap Agni sambil membalas uluran tangan Ify *Agni di sini jadi cewek feminin*
“Ka Cakka, emang kapan pdkt-nya? Kok gue nggak tau sih?”
“Beuh...lo baru masuk di lieblings sih fy. Cakka nih ya, udah ngejar2 agni dari kelas 1.” Tambah Ray membut Ify Cuma ber’oo’ ria.
“Btw, ka Rio mana?” tanya Ify
“Lagi di ruang band. Katanya lagi nyari inspirasi buat bikin lagu pertama buat lieblings.” Ucap Iel
“Terus, kita nggak bantuin?”
“Mending lo jangan ganggu dia deh. Dia tuh paling nggak suka, kalo lagi dapat inspirasi, terus lagi serius2nya, kita tawarin bantuin. Dijamin hidup lo nggak bakal tenang. Gue aja yang udah kenal sama dia, masih suka dilemparin stik drum. ” ujar Alvin panjang lebar
“Jadi yang bikin aransemen itu ka Rio?” tanya Ify lagi. Anggota lieblings hanya ngangguk2. “Oh..gue kirain ka Alvin atau ka Iel gitu”
“Kenapa emang kalo Rio?” tanya Cakka
“Jangan salah lo fy, gitu2 dia jago banget loh..” tambah Ray, membuat Ify cengo. Namun pembicaraan mereka harus terhenti saat itu, karena bel mausk sudah berbunyi.

@pulang sekolah
Ify membereskan buku2nya dan memasukannya ke dalam tas. Ia harus segera ke ruang band, untuk mengambil laporan kimia-nya yang ketinggalan pada hari sebelum mereka pentas. Sesampainya di depan ruang band, Ify terdiam. Terdiam mendengar permainan gitar yang begitu indah. Ia tau benar bahwa yang ada di dalam ruang band adalah Rio, karena permainan gitar Rio emang berbeda dengan permainan gitanya Alvin. Permainan gitar Rio saat ini, terdengar begitu menyentuh hatinya. Padahal lagunya juga nggak beat ataupun slow banget. Tapi nggak tau kenapa, ia suka sama permainan Rio untuk lagu ini. Ify mengigit sudut bibirnya, mengingat untuk apa dia datang ke sini. Ia ragu untuk masuk. Ia takut mengganggu Rio yang sedang konsentrasi dengan pembuatan lagu. Namun, jika ia tak masuk dan mengambil laporan kimia-nya, bisa dipenggal oleh bu Dina besok. Karena besok pagi2 banget laporan itu udah harus ada di meja ibu Dina.
“Gue tau lo ada di luar fy.” Sahut Rio dari dalam membuat Ify cukup tersentak “Hmm, apa gue salah ya? Masuk aja fy.” Tambah Rio lagi. Akhirnya,  Ify pun memegang gagang pintu, menutup matanya, dan berharap Rio nggak bakal marah2.
“Kenapa berdiri di situ? Masuk aja fy” ucap Rio sekali lagi sambil tersenyum membuat Ify nggak takut lagi.
“Eh, maaf ya ka ganggu. Gue mau ngambil laporan kimia yang ketinggalan, harus dikumpulin besok.” Ify pun mengambil laporannya. Ia melihat Rio mengkerutkan alisnya berkali-kali sambil menatap kertas di hadapannya. Ify pun mundur perlahan untuk keluar, agar tidak membuat keributan.
“Mau ke mana? Gimana kalo lo nemenin gue?” tanya Rio yang masih menatap kertasnya
“Heh??”
“Lo mau kan?” tanya Rio dan menatap Ify tajam. Ify pun hanya bisa mengangguk pelan. Ify pun duduk di samping Rio. Ia masih diam, melihat tampang Rio yang sepertinya frustasi banget.
“Mm ka, ada yang bisa gue bantu?” tanya Ify akhirnya memecahkan keheningan antara mereka berdua
“Hmm, gue lagi bingung nih sama liriknya. Gue mau menceritakan tentang cowok yang lagi mikir gimana calon pacarnya nanti. Gue udah bikin liriknya, tapi belum selesai. Yang part awalnya juga, gue rasa agak2 aneh”
“Lo bisa maenin musiknya dari awal nggak?” pinta Ify. Rio pun memainkan gitarnya lagi. Sambil memainkan gitarnya, Ify mencoret-coret di kertas yang berbeda, dan mulai mengikuti permainan gitar Rio degna keyboard. Rio cukup terperangah, ia pun menghentikan permainan gitarnya
“Kenapa?” tanya Ify taku2 melihat Rio yang langsung berhenti memainkan gitarnya
“Nggak. Gue lagi mikir, kayaknya lagu itu bagus banget kalo Cuma diiringin piano. Lo udah tau kan musiknya? Gue nyanyi ya.” Rio pun memainkan gitarnya dan mulai bernyanyi
I was thinking about you
I wrote my feeling
But maybe you can’t put on paper
Like you like shooting stars
Or read some books there
Got more things to do than stare at a mirror
Rio menghentikan permainan gitarnya. Ify juga terdiam. Ia baru tau kalo Rio punya suara yang keren banget. Ify sempat bertanya-tanya kenapa nggak Rio yang jadi vokalisnya.
“Gimana?” tanya Rio
“Hmm, menurut gue ya. Lirik yang ‘I wrote my feeling’ kayaknya ganti sama ‘I drew a little picture’ deh. Jadi maksudnya tuh, si cowok menggambarkan calon pacarnya nanti seperti apa. Trus, ‘But maybe you can’t put on paper’ udah pas sih, Cuma gimana kalo ganti maybe sama some things?”
 ”Hmm, patut dicoba” ujar Rio dan menuliskan lirik yang baru di kertas yang berbeda. “Hmm, kayaknya ini juga harus gue ganti deh” tambah Rio
“Terus gimana sama Reff-nya?” tanya Ify. Rio menggeleng lemah
“Eh btw, kenapa lo nggak masuk tadi? Malah berdiri di depan”
“Abisnya gue takut ganggu lo yang lagi bikin lagu. Takut dilempar gue.” Rio hanya terkekeh mendengar penuturan Ify.
“waktu Lo di luar tuh ya, sebenarnya gue masih ragu itu lo atau...” Rio menghentikan ucapannya. Senyum merekah di wajahnya. Ia langsung menulis lirik lanjutan. Ify yang  heran dengan sikap Rio pun , lebih memilih diam. Setelah 30 menit, Rio mencoret beberapa kata, atau menggantinya dengan kata yang baru, akhirnya selesai juga lirik lagunya itu.
                “Ifyy,, thanks banget lo ngasih gue inspirasi...” ucap Rio sambil tersenyum senang
“Gue emangnya ngasih ide apan?”
“Ntar baru gue jelasin. Lo udah tau kan musiknya. Lo coba deh main tuh lagu, gue nyanyi. Tapi lo dengar ya liriknya.” Ify pun hanya bisa mengangguk
I was thinking about you
I drew a little picture
But somethings you can’t put on paper
Like you like shooting stars
Or  write songs on guitar
Got more things to do than stare at a mirror
                And I know, I know
                She’s gotta be out there, out there
                I know, I know, shes’s gotta be
Maybe i’m wrong, maybe i’m right
Maybe i’ll just let you walk by
What can i say, maybe i’ve known you all my life
Is she the one, is it today
Will i turn the corner, see my future
In a beautiful face..maybe
                She’s anything but typical
                A sweet surprise
                No mater what she’s looking at the brightside
                It’s gonna be worth it
                Cos that’s what love it’s
                I’ll keep searching for my kind of perfect
And I know, I know
She’s gotta be out there, out there

Ify pun mulai bernyanyi bersama Rio, membuat Rio tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Ify menyanyi sopran, sedangkan Rio pecah suara jadi tenor, membuat mereka berdua sadar bahwa masing2 dari mereka memiliki suara yang bagus, selain kemampuan memainkan alat musik.

I know, I know, shes’s gotta be
Maybe i’m wrong, maybe i’m right
Maybe i’ll just let you walk by
What can i say, maybe i’ve known you all my life
Is she the one, is it today
Will i turn the corner, see my future
In a beautiful face..maybe
                They say give it time, give it time
                And it will fall in line
                But i keep wondering how and
                When and why I haven’t met you

“Kyaaa keren banget ka...” ucap Ify “Gue suka banget kata2nya. Tapi kok gue yang jadi inspirasinya?”
“Hehehe..iya, gue inget lo tadi di luar. Sedangkan gue juga nggak yakin itu lo apa bukan,. Nah makanya kata2 ‘ And I know, I know, She’s gotta be out there, out there, bla..bla..bla’ itu ya, karena lo ify. Ceritanya, uh cowok juga nggak yakin sama calon pacarnya. Dia Cuma menduga-duga” Ify tertegun mendengar kata2 Rio. Ia menatap lirik lagu yang sedang dipegang Rio. Yah, kata2nya benar2 menunjukkan keraguan Rio, apa benar dia atau tidak.
‘satu lagi fy. Karena gue ngebayangin lo yang jadi calon pacar gue’ batin Rio sambil menatap Ify yang ngangguk2 mengerti. “Ya udah kalo gitu, udah sore. Gue enterin pulang deh, sebagai ucapan trima kasih gue”
“Btw, kapan lo mau bilang sama yang lain ka?”
“Besok. Hmm, gue jadi nggak sabar buat besok..” seru Rio bersemangat. Mereka berdua pun meninggalkan ruang band. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang menatap mereka dari jauh. Bersembunyi agar tak diketahui, namun ia mendengar semua lagu yang baru saja dibuat Rio.
‘kenapa gue ngerasa itu bukan Cuma sekedar inspirasi? Tapi benar2 dari lubuk hati lo yo? ’ batin Iel

bersambung..

Senin, 06 Desember 2010

Always have a choice - part 3

Matahari  telah menggantung tinggi di langit. Warna keemasannya pun masuk ke dalam sebuah kamar yang bercat biru muda. Seorang gadis yang sedang tertidur pun, membuka matanya perlahan. Ia melihat jam yang bertengger di mejanya menunjukan pukul 12. Ia mencoba bangun, namun kepalanya terasa begitu berat. Seperti ada sekarung beras di kepalanya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam
“Siang sayang..”  Ify yang ternyata anak gadis itu pun, memicingkan matanya karena silau.
“Siang. Mama nggak kerja?”
“Nggak sayang. Kalau mama kerja, siapa yang mau ngurusin kamu coba.” Jawab mama Ify dan duduk di samping anaknya. “Kamu makan dulu ya, mama suapin” Ify pun hanya mengangguk lemah. Dalam posisi duduk  di tempat tidur, Ify pun melahap sarapannya
“Ify, Rio itu siapa? Kok kamu nggak pernah cerita ke mama?” tanya mamanya membuat Ify batuk-batuk “Eh, hati-hati sayang.” Ucap mamanya dan memberikan segelas susu pada Ify.
“Rio itu temen Ify ma.” Kata Ify, ketika ia nggak batuk2 lagi. “Hmm, lebih tepatnya sih senior Ify di sekolah. Dia kelas 12. Tapi kita berdua, sama ka Alvin, ka Cakka, ka Ray, dan Ka Iel adalah grup band di sekolah kami” ujar Ify bangga
“Kamu deket sama dia?”
“Maksud mama? Ka Rio?” tanya Ify, membuat mamanya mengangguk cepat
“Heuh...boro2 ma. Ka Rio tuh jutek banget sama aku ma. Dia selalu marah2 sama aku. Dingin banget sama aku, padahal kalo sama teman2 yang lain, ka Rio baik banget. Walaupun kita latihan bareng, tapi seharian bisa saja dia nggak bakal ngomong sama aku. Dia kayak nganggep aku nggak ada ma. Tapi...” Ify menggantungkan kata-katanya, mengingat kejadian semalam, bagaimana Rio menggandeng tangannya lembut. Ataupun kejadian, ketika Rio menolongnya dari preman. “ka Rio itu baik”
“Kok kamu bisa tau kalau dia baik?”

“Nggak tau kenapa, aku ngerasa kalo ka Rio itu sebenarnya baik. Hanya saja dia menutupi segala kebaikannya dengan kejutekannya. Dia pernah nolong aku, waktu digodain preman2 di jalan. Ataupun nolongin aku semalam”
“Kamu tau nggak, kalau semalam Rio rela menggendong kamu.” Goda mama Ify yang membuat wajah Ify memerah
“Ih..mama apaan sih. Aku maluuu....”
“Kamu suka sama Rio?” Wajah Ify semakin merah, membuat mamanya tersenyum geli melihat anak gadisnya seperti itu “Duuh..anak mama yang satu ini udah gede...” Ify hanya memajukan bibirnya
“Fy, kalo memang Rio itu selalu jutek sama kamu, kenapa kamu bisa betah di grup band kamu?”
“Karena aku nggak merasa sepi dan sendiri. Aku merasa memiliki kakak2 cowok yang akan selalu memperhatikanku dan selalu baik padaku. Selain itu......” sekali lagi Ify menggantungkan kata-katanya. “karena aku menemukan sosok papa pada diri ka Rio. Ingatanku memang samar-samar tentang papa, karena papa pergi waktu aku kecil. Namun, kebaikan ka Rio itu mengingatkanku pada papa. Kebaikan yang tersembunyi dengan sifat lainnya. Papa yang akan selalu marah ketika melihatku berlari-lari di tengah hujan, tapi aku tau kalau papa sebenarnya takut kalau aku sakit.” Ucap Ify sambil menerawang. Ia menatap mamanya, yang mulai menitikan air mata. “Ya ampun ma. Aku nggak maksud bikin mama sedih.” Kata Ify dan menghapus air mata yang telah jatuh. Mamanya pun memeluk anak gadisnya itu
‘maafin mama, fy’ batin mamanya.
 “IFYYYYYYYYYY”
Ify pun menndongak, menatap siapa yang teriak-teriak di depan pintu kamarnya. Ia cukup terperangah melihat Via, Shilla, Alvin, Iel, Cakka dan Ray ada di sini, sambil senyum2 gaje.
“Mama keluar dulu ya” ucap mamanya dan keluar meninggalkan Ify dan teman-temannya
“Ifyyy, lo sakit apaan?” tanya Shilla yang langsung memeluk temannya dan duduk di sisi Ify. Via juga duduk di sisi Ify lainnya
“Kecapean doank, terus jadi demam deh”
“Ya ampuun, tapi sekarang udah baikan kan?” Ify pun mengangguk. Ify kemudian celingak-celinguk masih nyari seseorang.
“Ka Rio nggak bisa datang” Ify pun langsung menatap Shilla yang sedang senyum2 menggodanya
“Apaan sih, gue nggak nyari ka Rio kok” elak Ify.
“Terus siapa coba?”
“Emm, itu..e...” Wajah Ify pun blushing membuat semua tertawa kecuali 1.
“Eh, jangan gitu dong...ada yang jealous nih di sini.” Celetuk Cakka membuat Iel langsung menoyornya
“Siapa bilang gue jealous?”
“Idih, siapa juga yang bilang lo jealous. Kayaknya di kalimat gue sebelumnya, sama sekali nggak nyebutin nama lo. Tapi kenapa lo yang jadi ngerasa? Oh jadi beneer nih...” jawab Cakka sambil menaik-turunkan alisnya membuat Iel hanya bisa menggaruk tengkuknya yang nggak gatal sama sekali. Sedangkanyang lain hanya bisa tertawa
******
Setelah teman-temannya pulang, Ify pun segera mandi, karena merasa udara jakarta begitu gerah. Padahal kamarnya telah terpasang AC. Tadinya ia ingin membantu mamanya memasak, namun dilarang sama mamanya, dan menyuruhnya istirahat. Ify membuka pintu ke arah balkon di kamarnya. Ia berdiri, menikmati udara menyapu lembut wajahnya
“Udara malam nggak bagus buat kesehatan. Ntar malah tambah sakit”
Ify yang sedang memejamkan matanya, langsung berbalik, manatap orang yang berbicara tadi. Ify membelalakkan matanya, mencoba memfokuskan pandangannya. Ia takut kalau ia salah liat.
“Kenapa sih lo ngeliatin gue kayak gitu?”
“Eh..maaf.” Ify pun langsung menutup pintu ke arah balkon dan duduk di tempat tidurnya. “Ka duduk aja dulu. Tuh ada kursi” orang itu pun hanya mengangguk dan duduk di kursi yang paling dekat dengan Ify sekarang.
“Ini.” ucap orang itu memberikan sesebuah boneka tedy bear yang cukup besar pada Ify “Gue nggak sempat beliin lo buah. Kebetulan gue lewat, dan liat boneka ini. Ya udah gue beliin aja. Mudah-mudahan sih lo suka.”
“Sukaa bangeeet...Makasih ya ka Rio” ucap Ify tulus seperti anak kecil, membuat sebuah senyum terukir di wajah Rio
“Gimana keadaan lo?”
“Seperti yang lo lihat. Udah baik kok.” Jawab Ify yang mencoba setenang mungkin.
“Ify, makan dulu ya sayang...” ucap mama Ify sambil membawa sebuah piring dan gelas.
“Ah..aku nggak mau ma..”
“Tapi fy..”
“Biar saya aja tante yang nyuapin Ify.” Celetuk Rio membuat mama Ify tersenyum tipis.
“Tolong ya Rio..” Rio hanya mengangguk. Mama Ify pun keluar meninggalkan Rio dan Ify.
“Makan ya..” ucap Rio lembut membuat dadanya berdesir. Jantungnya pun berdegup lebih cepat. Rio emang nggak pernah selembut ini padanya. Ify hanya mengangguk. Keduanya sama-sama diam. Tak tau apa yang mereka pikirkan masing-masing. Sampai sendok terakhir pun, mereka nggak ngomong sama sekali. Yang terdengar hanyalah dentingan sendok dengan piring.
Drrt...drrt.. Ify pun merogoh HP-nya
From  : Ka Iel ‘Lieblings’
Gmn? Skrg udah enakan blm?

“Siapa fy?”
“Hah? Hmm, ka Iel” Rio hanya tersenyum. Ada perasaan aneh yang menjalar
“Oh...lo udah pacaran sama dia?”
“Nggak kok ka.” jawab Ify cepat seolah takut Rio salah paham
“Hmm, pacaran juga nggak apa2 kok” balas Rio membuat hati Ify kembali menciut.

To : Ka Iel ‘Lieblings’
Udah kak. Eh kak, gue tidur dulu ya. Ngantuk..hehehe

Ify sendiri nggak mengerti kenapa ia harus berbohong pada Iel. Padahal Iel sudah begitu baik padanya. Namun, ia nggak ingin waktunya dengan ka Rio terganggu begitu saja.

From : Ka Iel ‘Lieblings’
Oke.Night..Get well soon ya..^^

Ify pun meletakkan HP-nya. Memandang Rio yang sedang menerawang. Ntah kenapa, Ify merasa Rio malam ini sangat berbeda daripada biasanya. Bukan Rio yang suka marah2 nggak jelas. Bukan Rio yang terlihat kuat. Namun Rio malam ini yang terlihat begitu lembut dan rapuh.
“jangan ngeliatin gue kelamaan. Naksir  loh ntar” ujar Rio membuat Ify salting karena ketahuan. Rio hanya terkekeh melihat reaksi Ify
“Kak, lo kok jadi baik gini sih sama gue?” tanya Ify penasaran
“Gue emang baik kali, lo aja nggak kenal sama gue”
“Iya sih lo baik, tapi kenapa sama gue, lo juteknya setengah mampus”
“Emang iya ya?” tanya Rio masih terkekeh
“Banget. Jangan bilang kalo...” Ify menggantungkan kata-katanya, memicingkan matanya, menatap Rio tajam. Rio yang dari tadi terkekeh pun, terdiam. Seolah takut, semua rahasianya diketahui. “tamu bulanan lo datang. Maksud gue, lo PMS...” mereka berdua diam, sedetik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak
Kirain eike cewek jadi cowok ” balas Rio dengan nada ayu, membuat mereka berdua kembali tertawa. Tawa, obrolan nggak penting pun mengalir di antara mereka berdua. Tak lama kemudian Rio pun pamit pulang, pada Ify dan mamanya. Ia nggak mau ganggu waktu istirahat Ify.
               
                Ify memeluk boneka tedy bear yang diberikan Rio tadi. Bibirnya masih membentuk sebuah senyuman. Tak henti-hentinya ia memikirkan kejadian tadi bersama Rio. Ify menatap boneka tedy bear itu
                “Damn! Ka Rio lo sukses bikin gue bener2 jatuh cinta sama lo.” Ucap Ify kembali memeluk bonekanya.
                Drrt..drrt..Ify mengambil HP-nya.

                From : Ka Rio ‘Lieblings’
                Jangan bilang lo lagi mikirin gue. Hahaha..kidding
                To  : Ka Rio ‘Lieblinsg’
Idih...males banget.Narsis lo. Ngapain juga mikirin lo. Mending gue mikirin sapi tetangga. Lo kali yang lagi mikirin gue. Ayo ngaku...iya kan? Btw, lo udah nyampe rumah?
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Iya..^^
Ify terdiam. ‘Iya? Iya, mikirin gue atau iya, udah nyampe di rumah?’ batin Ify
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Blm tidur?
To: ka Rio ‘Lieblings’
Blm ngantuk.
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Blm ngantuk, apa lagi sms-an sama Iel?
To : Ka Rio ‘Lieblings’
Beneran belum ngantuk kok..lagian gue juga cm sman doank sama lo.
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Tidur gih. Ntar lo nggak smebuh2 lagi. Kalo ga sembuh, ntar gue lagi yang disalahin.
                To: Ka Rio ‘Lieblings’
                Iya. Bawel lo
                From : Ka Rio ‘Lieblings’
                Suka2. Wlee.. :P ya udah kalo gitu..Mpe ketemu bsok. Moga lo udah msuk bsok. Night..^^
                To: Ka Rio ‘Lieblings’
                Night too..^^

                Ify senyum2. Rio benar2 berbeda 180 derajat dengan hari2 sebelumnya. Ia memeluk HP-nya, mendekapnya. Rasanya ia nggak ingin memejamkan matanya. Karena ia takut, kalau besok ia membuka matanya, semua ini hanyalah mimpi.

                @kamar Rio
                Rio membaca kembali smsnya dengan Ify. Ia tersenyum. Tembok penghalang antara dirinya dan Ify mungkin telah hancur. Tapi, ada selaput bening tipis yang membatasi  mereka, sehingga mereka berdua tetap tak bisa bersatu. Batasan yang ingin sekali ia hancurkan, namun takkan pernah bisa. Batasan yang membuat ia tidak usah takut dengan segala perasaannya. Percakapannya dengan mama Ify pun berkelabat di pikirannya.
----------FLASHBACK-----------------
                “Rio? Mau jenguk Ify?” Rio hanya mengangguk “Boleh. Tapi saya mau ngomong sesuatu yang penting denganmu. Ada waktu kan?” tanpa menunggu jawaban, mama Ify pun menarik Rio ke gazebo halaman belakang. Halaman belakang ini memang jarak yang paling jauh dengan kamar Ify. Sehingga, Ify tak bisa mendengar apapun. Dan kalau seandainya Ify akan ke sana pun, pasti mereka mengetahui.
                “Gimana kabarmu?”
“Nggak usah basa basi. Langsung aja ke masalahnya.” Jawab Rio
                “Yo, please kamu jangan pernah jauhin Ify. Ify udah cerita semuanya ke saya, kalau kamu selalu dingin dan jutek padanya. Saya mohon, kamu kembalilah seperti Rio yang dulu.”
                “Kenapa?”
                “karena dia menemukan sosok papa di dalam diri kamu yo.”
                “Dan akhirnya aku yang harus selalu berkorban?”
                “Maafin saya yo..Maaf..” lirih mama Ify yang mulai menjatuhkan air mata
                “Tante tau kenapa aku selalu menghindar dari Ify?  Aku nggak mau Ify tau kejadian buruk yang terjadi dulu. Kejadian yang membuat segalanya hancur. Kejadian yang membuat..... ”
                “Jangan kamu bocorkan itu pada Ify. Biarkan Ify nggak ingat sama sekali tentang kejadian itu.”
                “Oke. Aku akan merubah sifatku semuanya pada Ify. Ini bukan buat tante atau siapapun, tapi ini untuk Ify. Dan aku tulus ngelakuin semua ini tanpa paksaan”
                “Saya tau, kamu tulus” ucap mama Ify.
--------------FLASHBACK END-----------
                Rio memandangi kembali foto yang terletak dekat tempat tidurnya. Ia menghela nafas panjang. Ia memejamkan mata, mencoba menghapus memori yang pernah ada dulu. Walaupun ia tau itu nggak pernah mungkin terjadi. Wajah Ify dan Iel berkeliaran liar di pikirannya. Sikap2 baik Iel pada Ify membuat rahangnya mengeras, tanganya dikepal sekuat mungkin, menahan segala rasa aneh yang bergemuruh di dalam hatinya.
                “Gue nggak tau yel, gue harus bersyukur atau gue harus marah kalo lo suka sama Ify. Tapi yang gue tau, ini semua bakal sulit buat gue.”

Bersambung.....