Senin, 14 Maret 2011

Cinta piano - part 1

Tokoh
Ify: Anak yang cantik, manis, lucu, cerdas, cerewet, tapi manjanya minta ampuun. Hobby nyanyi bareng kk-tersayangnya
Gabriel : kakak Ify, cowok kereeen, ketua ekskul basket, hobbynya nyanyi, sk main gitar, paling care sama adik2nya.
Ibu Uci dan Pak Hanny; orang tua dari Ify dan gabriel. Tapi Pak Hanny udah meninggal. Jadi Ibu Uci jadi single parents
Rio : teman Gabriel, dari keluarga yang nggak terlalu berada. Tapi dia emang baik banget, pintar, ketua ekskul musik
Cakka : teman Gabriel juga, cowok paling tajir, cakep tapi playboy. Ketua ekskul fotografi tapi masuk dalam tim basket juga
Alvin: Teman Gabriel yang baru datang dari Singapura. Cowok cool, kereeen, tajir, pendiam.
Shilla : Teman Ify dari kecil. Cewek cantiq, lucu, imut, cerewet, tapi care sama teman. Walaupun terkadang suka mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas segalanya
Sivia : Teman baru Ify waktu masuk SMA. Pemalu, cantiq, imut, tapi sejak mengenal Shillan dan Ify jadi nggak pemalu lagi.
Agni: Cewek paling tomboy, suka basket, tampil apa adanya, tapi pintar, nilainya selalu kedua setelah Ify. Jadi teman Ify juga di SMA, yang kalau ngomong blak-blakkan.






 @rumah Ify
            “Ma, boleh nggak Ify minta sesuatu??”
“Kamu mau minta apa sayang??”
“Ify mau ikut les Piano ma..”
Kamu yakin? Bentar lagi kan UAN SMP, nanti kamu nggak konsen lagi ke pelajaran.”
“Nggak deh ma..Ify janji.”
Boleh deh. Tapi les pianonya setelah kamu ujian. gimana?
Ok deh ma..Asyik…makasih ma…mama baik deh…” seru Ify sambil mencium pipi mamanya. Ibu Uci cuma bisa tersenyum melihat tingkah laku anak gadisnya.
Fy, kebetulan tuh, teman gue ada yang jago main pianonya. Kalo lo mau, gue bakal bilang ke dia. Gimana??” Tanya Gabriel, yang kebetulan lewat dan mendengar pembicaraan mama dan adiknya.
“Tapi, bukan pianist kacangan kan??.”
“Ya elah..nih anak kok nggak percayaan amat…Dia tuh jago banget. Waktu SMP, dia pernah juara 1 tingkat internasional. Kamu kenal kok. Ituloh si rio yang sering datang ke sini
“Oh, ka Rio? Boleh deh ka..”
“Huuu…dasar…” sambil melemparkan bantal ke muka Ify.
“Kakak…”
Alyssa Saufika Umari anak ke-2 dari 2 bersaudara. Anak yang selalu rangking 1 di kelas tapi nggak kuper ini, memiliki wajah yang cantik banget karena mukanya yang kayak indo-indo gitu, ditambah hidung yang tinggi dan kulit kuning langsat. Tinggi dan berat badan yang sesuai, benar-benar membuat dia tampil luar biasa. Ayahnya, Pak Hanny, Direktur Bank Indonesia udah meninggal tahun lalu. Ibu Uci adalah pengusaha yang bekerja pada perusahaan PT. Vernon Persie. Ify punya kakak laki-laki yang bernama Gabriel Steven Damanik. Tapi ia lebih suka dipanggil Iel. Ciri-ciri Iel mirip dengan Ify (ya iyalah…kan saudaraan). Tinggi 175cm, membuat banyak cewek tergila-gila dengannya. Iel bentar lagi naik kelas 3 SMA. Pintar banget di kelas. Walaupun dia selalu berada di posisi kedua setelah Rio. Ify dan Iel memiliki banyak persamaan. Dari ciri-ciri sampai kepintaran bahkan sifat. Tapi namanya manusia pasti ada yang beda. Mungkin karena Iel anak pertama dan kepala keluarga, dia memiliki aura kepemimpinan. Beda dengan Ify yang manja. Ify emang dekat banget ama kakaknya. Ify sering curhat ke Iel, begitupun sebaliknya. 


@lapangan SMP Nusa Bangsa
            “Baiklah anak-anak, kami mengucapkan selamat, karena kalian semua bisa lulus demgan nilai yang memuaskan” kata Pak Oni sebagai kepala sekolah. Terdengar sorak sorai gembira dari seluruh siswa kelas 3. Semua guru-guru pun terharu.
            Shilla yang kebetulan lagi berdiri dekat Ify pun langsung berpelukan..
            “Fy, akhirnya kita bisa pakai putih abu-abu juga.”
            “Iya, Shil. Gue senang banget, apalagi kita bakalan 1 sekolah juga di SMA.” Seru Ify sambil tersenyum gembira.
            “Eh fy, kita ngurus verkas2 buat masuk SMA yuuk...minggu depan kan udah MOS”
            “Ayuuuukkkk”

@rumah Rio
            Berjejer piala-piala dari yang paling tinggi ke rendah dan dari lokal sampai internasional. Nggak terhitung berapa kali keluar negeri. Meja panjang yang udah kemakan usia ini masih kurang panjang untuk piala-piala itu. Butuh sebuah lemari untuk meletakkan semua piala itu.
            “Bu, aku pergi sekolah dulu yah..”
“Ya udah. Nanti pulang cepat ya.”
“Iya bu. Kan aku juga harus kerja part time.”
“Ya udah, klo gitu. Ayo pergi, Jangan sampai terlambat”
“Iya bu. Da ibu...”.
“Hati-hati di jalan” pesan ibunya. Anak lelaki itu pun segera pergi meninggalkan rumah yang nggak besar tapi juga nggak kecil-kecil amat. Sederhana.
Yo...” teriak cakka dari kejauhan. Anak itu pun memalingkan wajahnya
“Hai cak. Mau brangkat juga??” Tanya Rio. Cakka pun mengangguk.
Bareng sama gue aja. Jangan sampai telat loh yo. Yuuuk.. ” Dengan segera Rio naik ke dalam mobil Cakka. Cakka ini anak dari Pak Excel yang punya perusahaan Retro dan sekaligus menjabat posisi direktur. Berbeda dengan Rio yang ibunya seorang penjahit dan memiliki sebuah butik, tapi nggak terlalu besar. Ayahnya yang pergi meninggalkan ibunya dan dirinya saat dia baru berumur 5 tahun. Untungnya, Rio memiliki bakat untuk memainkan piano sehingga dia bisa membantu perekonomian keluarga. Dengan biaya sendiri, dia dapat masuk dan bersekolah sejak SMP sampai sekarang. Rio nggak punya kakak atau pun adik yang ia punya hanya sepupu cewek yang sekarang bersekolah di Aussie.

@parkiran sekolah
“Hoi…jangan bengong, ntar kesambet lagi” teriak Gabriel yang udah berdiri di samping mobil avanza berwarna merah. Rio tersadar dari lamunannya.
“Loh?? Kok elo bisa ada di sini??”
“Wooii..sadar..udah nyampe di sekolah ni..Masa lo nggak nyadar sih. Lo masih tidur? Masih di alam mimpi??” Rio hanya tersenyum kecut menanggapi pernyataan Cakka.
Yo, gue mau minta tolong.”
“Kalau gue bisa bantu . Emangnya apaan sih?”Tanya Rio penasaran
“gini, adik gue mau les piano. Bisa nggak dia ikut di tempat lo ngajar? ” Tanya Iel
“Mmph…oke deh..”
“Thanks ya yoo
“Tapi dengan satu syarat.”
“Apaan??”
“Gue nggak mau dibilang KKN, jadi lo harus tetap bayar gue kayak yang lain, dan juga adik lo nggak boleh terlambat.”
“Ok..”
“Les piano tiap hari Selasa, Rabu dan Jumat. Pukul 15.00 – 16.00 WIB. Lantai 4, di sebuah Gedung tua yang ada dekat RSCM (penulis ngarang). Boleh bawa buku, atau pena untuk catat beberapa hal. Tapi nggak usah bawa-bawa piano.”
“Kenapa??”
“Berat tahu…Hehehe..”
“Hu..jayus. Ok deh. Thanks ya. Jadi ‘ntar siang dia udah boleh ikut?”Tanya Iel. Rio pun mengangguk.
“Aduh…Masih belum selesai pembicaraannya?? Udah mau masuk nieh..Gue belum ngerjain PR.” Seru Cakka. Gabriel dan Rio hanya terseyum kemudian mengangguk dan berjalan meninggalkan parkiran. Rio, Gabriel dan Cakka emang sekelas. Gabriel dan Rio udah temenan sejak masih SMP, dan Iel sangat mengaggumi Rio yang mau bekerja keras untuk bisa sekolah. Kalau Cakka, baru mereka kenal saat MOS masuk SMA. Tapi mereka bertiga bersahabat dan udah kayak keluarga. Jika ada satu yang susah, pasti mereka akan bantu. Motto mereka yaitu all for one and one for all.
@kelas
            “Alviiiiiiiiiiiinnn, hari ini loe cakeeeep banget....Gue pinjam PR lo ya...” rayu Cakka
“Emangnya kenapa nggak minta sama Rio atau Iel?”
“Yaah, elo kayak nggak tau mereka aja...mereka kan Cuma mau ngajarin, trus nyuruh gue bikin sendiri”
“Kalo gitu gue sama deh ama mereka.”
“Yah...lo kok gitu amat siiih..Gue janji deh ini yang terakhir kali...pleaseee” seru cakka menunjukkan senyum paling manis
“Iya deh...” kata alvin pasrah sambil menyerahkan bukunya
“Lo emang paling baik...ngertiin gue banget...”
“Udah dek Cak, jangan kayak gitu juga, ntar dikirain kita hombreng lagi”
“Najonk lo.. gini2 juga gue masih normal”
Gabriel & Rio yang duduk di belakang mereka, udah ngakak aja ngeliat teman mereka. Alvin emang teman baru mereka waktu kelas 2, tapi nggak tau kenapa mereka jadi kompak aja..mungkin ngerasa senasib punya tampang cakep..hahahah
****
            @rumah Ify
            “Ifyyyyyyy,,, cepetan doooonk..Udah telat nih...Ini kan hari pertama lo masuk SMA, masa iya sih terlambaat..”    teriak Iel dari ruang makan
“Iyaaa,, kaaaa. Ini juga udah mau turuuuun kok..” teriak Ify nggak kalah gede sama teriakan Iel. Ify pun segera keluar dari kamarnya
“Ya udah ka..ayuuuk berangkat”
“loh? Lo nggak makan?”
“Nggak keburu...udah telat...ntar pas istirahat aja deh, gue ke kantin. Ayuuuk ka,,, ntar gue dimarahin”  seru Ify sambil narik2 tangan kakaknya..
“Iya baweell...”
Iel dan Ify pun segera melaju dengan cagiva merah punya Iel...

@SMA Ganesha
“ya ampuuuuuuunnnn fyyyyy,,, cepetaaaan udah pada baris semua tuuuuuh” teriak Shilla histeris yang lagi nunggu Ify di depan sekolah
“Hehehe...maaf,, maaf...Btw, gue ngerasa jadi kayak badut gini...Aneeh...” seru Ify ngedumel melihat penampilannya hari itu. Rambut yang diikat sesuai tanggal lahir masing-masing. Pake kaos kaki yang nggak sepasang, pipi merah dan idung merah kayak badut beneran.
“ya ampuun adikku sayang, kalau nggak aneh juga bukan namanya MOS kalee...” seru Iel yang mendengar perkataan Ify. Ify Cuma manyun aja.
“Ya udah, ayuuukk..ntar kita disuruh yang macem2 lagi...” Shilla pun segera menarik tangan Ify
“Yuuuk”
            Setelah upacara dilaksanakan, acara selanjutnya diberikan kepada OSIS.
            “Selamat pagi semua” sapa sang ketua OSIS
            “Selamat pagiii kaakk...”
            “Oke, gue berdiri di sini selaku ketua OSIS kalian. Nama gue Rizky. Tapi kalian bisa manggil gue ka Kiki aja..Gue minta semua siswa kelas X menggunakan name tagnya.”
            Ify pun mengacak-ngacak tasnya. “Damn..”
            “Lo kenapa fy?”
            “Mampus deh gue...Gue lupa bawa tu name tag.” Bisik Ify
            “Lo gimana sih, bukannya udah gue smsin?” tanya Shilla
            “Iya, tapi tadi pagi gue buru2. Makanya tuh nametag ketinggalan di atas meja.”
            “Ya ampuun Ifyyyy,, gue nggak tau deh, bakalan diapain lo di depan” Ify, udah pucat + takut dengar kata2 Shilla.
            “Yang nggak bawa nametag harap maju ke depan” kata ketua OSIS lagi. Ify pun maju ke depan. Dilihat oleh ratusan pasang mata. Ify udah malu abiiis, hatinya juga ketar ketir. Waktu maju ke depan Ify udah nunduuuk melulu..menyembunyikan air matanya yang udah mau keluar.
            “Kenapa lo berdua nggak bawa nametag?” tanya seorang cewek
            ‘Berdua? Berarti gue nggak sendirian dong?’ batin Ify. Ify pun memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya. Ia speechless, liat orang yang di sampingnya. Dia sempat bingung, untung dia sadar kalau orang yang berdiri di sebelahnya pakai rok. Kalau nggak mungkin dia udah jatuh cinta kali ama tuh penampilan cewek yang di sebelahnya.
            “Woy, jawab pertanyaan guee...” kata cewek itu lagi dengan kerass
            “Nggak usah gitu juga kali.” Kata Debo ramah
            “Tapi kan, mereka udah melakukan kesalahan fatal Deboooo”
            “Angel, nggak usah marah2 gitu juga kali..” seru Dea. Akhirnya Angel hanya diam
            “Sekarang kalian berdua jawab pertanyaan gue, knapa lo mpe bisa lupa gini bawa tuh nametag?” tanya Debo dengan selembut mungkin
            “Em,,gi..ginnii kaa...Sa..saya,, lupa ngambil di di...atas..me..ja kak..” kata Ify terbatah-batah
            “Kalo lo?” tanya Debo, ke cewek sebelah Ify
            “Lupa kak” jawabnya lebih santai
            “Ya udah kalau gitu...Gue kasih hukuman ke kalian berdua..Tapi nggak berat2 amat kok.. Cuma lari keliling lapangan 5x aja..” kata Debo masih sambil memberikan senyuman ramahnya. Ify udah lemas dengar lari keliling lapangan.
            “Lo tunggu apa lagi?? BURUUUUAAAN” teriak Angel. Mereka berdua pun lari. Sedangkan anak2 yang lain disuruh masuk ke ruangan masing2. Semenrtara mereka berdua yang lagi lari, malah ngobrol-ngobrol
            “Hai, kenalin gue Alyssa Saufika Umari. Tapi panggil Ify aja. Lo?” seru Ify yang udah ngos-ngosan tapi teteeup, nyari teman..
            “Gue Agni.” Jawab Agni yang kali ini sambil tersenyum
            “Lo dari SMP mana? Gue sih dari SMP Nusa Bangsa.” kata Ify lagi sambil ngeliat Agni dari ujung kaki mpe ujung rambut
            “Gue SMP 45. Nggak usah ngeliatin gue kayak gitu juga kali. Gue emang terkenal tomboy. Tapi biasa aja kok, lagian gue masih suka sama cowok” seru Agni yang ngerasa risih sama pandangan Ify. Ify Cuma senyum aja karena ketahuan lagi pelototin Agni.
“Btw, lo klas brapa? Gue X-1” kali ini Agni yang memulai percakapan
“Sama dong kalau gitu. Berarti kita bakalan sekelas.” Jawab Ify dengan wajah sumringah. Setelah berlari 5 putaran. Mereka pun dapat izin untuk masuk ke kelas.

            @Kelas XII IPA 1
            “Yel, adik lo masuk SMA ini juga?”tanya Cakka. Iel pun mendelik, menatap Cakka tajam, seolah-olah ‘awas aja lo mpe dektin adik gue’
            “Yah yel, gue Cuma nanya doang..nggak usah ngeliatin gue kayak gitu juga kenapa sih. Gue nggak bakal macam2 kok..”
            “Baguslah kalo lo sadar. Iya, adik gue juga masuk sini. Kelas X-1.”
            “Oh..Btw temannya Ify yang sering ke rumah lo, juga masuk sini? Siapa sih namanya?” tanya Alvin
            “Shilla namanya. Iya, dia masuk sini juga. Kenapa lo nanya2, vin? Lo naksir ya?”
            “Hah? Nggak kok. Gue Cuma nanya doank” bantah alvin, sambil garuk2 kepalanya yang sebenarnya nggak gatal sama sekali.
            “Hahahahaha...muka lo merah vin. Lucuuu...kayak tomat.” Seru Cakka yang membuat Alvin makin salah tingkah. Rio Cuma senyum2 aja ngelihat Alvin. Tapi sebenarnya dia lagi mikir seseorang yang bakalan masuk SMA ini.

            @kelas X-1
            “Oke gue rasa itu aja yang harus kalian bawa selama 2 hari berikut. Dan jangan lupa, hari terakhir demo ekskul. Sekarang waktunya kalian buat kenalan. Supaya lebih akrab gitu” kata Septian. Semuanya pun ramai, saling kenalan
            “Hai. Nama gue Alyssa Saufika Umari. Tapi panggil Ify aja”
            “Gue Sivia Azizah, tapi cukup panggil via aja.”
            “Shilla”
            “Agni”
            Mereka berempat pun jadi kompak dalam beberapa waktu saja.

            @rumah Ify
            Indah terasa Indah bila kita berdua dalam alunan cinta       
            Iel menyanyi di halaman belakang, sambil ngejreng gitarnya and ngeliatin bintang. Nggak lama kemudian Ify datang dan duduk di samping Iel
            “Eh elo fy. Gue kira siapa. Gimana tadi hari pertamanya?”
            “Capeeee kak...Gue disuruh larii 5 putaran, gara2 gue lupa bawa nametag. Untung gue nggak sendiri.”
            “Hahahaha, makanya fy lain kali jangan lupa lagi. Btw, udah dapat teman baru?” tanya Iel. Ify pun mengangguk
            “ada 2 kak. Yang satu namanya Via, orangnya tuh pemalu gitu kak. Sedangkan yang satunya lagi Agni, orangnya tomboy abis ka. Tadi aja gue kira cowok. Tapi untung gue nyadarnya cepat. Si Agni ini juga yang lari bareng gue gara2 nggak bawa nametag juga.”
            “hahahahah...ada2 aja...” Iel dan Ify pun ngobrol-ngobrol cukup lama. Sampai akhirnya mereka masuk ke dalam, karena nyadar udah malam banget.

            @hari terakhir MOS di lapangan SMA Ganesha
            “Selamat pagi semua. Kita di sini selaku ketua2 ekskul, mau memperkenalkan aj ekskul yang ada di SMA ini. Kalau kalian mau mendaftar, boleh langsung ke ketua ekskul masing2 atau lewat ketua kelas aja.” Seru Gabriel mengawali semuanya “Langsung aja, gue ketua ekskul basket. Nama gue Gabriel. Tapi panggil aja Iel, Ini teman  gue Cakka, dan ini Alvin.” Mereka bertiga pun main basket dengan santainya. Semua cewek2 di situ udah pada histeris ngeliat Cakka dan Gabriel
            ‘Lho? Kayaknya gue kenal deh. Tapi di mana ya?’ Batin Agni
            “Fy, gue kenal lo udah lama banget, tapi kok gue nggak tau ya kalau ka iel ketua ekskul basket?”
            “Jadi yang ketua ekskul basket tadi kakak lo fy?” tanya via. Ify hanya mengangguk
            “Gue dari ekskul fotografi. Gue selaku ketua. Sepertinya kalian udah tau nama gue, tapi gue ulang aja supaya lebih diingat. Hehehe.. nama gue Cakka”
            “Gue dari ekskul musik. Gue juga ketua di ekskul ini. Nama gue Mario Stevano Aditya Haling. Tapi panggil aja Rio” jelas Rio sambil tersenyum yang membuat orang2 di sekitarnya pada meleleh.
            “Fyyyy,,, Ka Rio cakeeeeep yaaa....” kata Shilla
            “lo naksir?”
            “Nggaak.” Jawab Shilla, tapi mukanya langsung blushing..Ify nggak ngelihat ekspresi best friendnya itu, karena dia terlalu asyik dengar permainan gitar ka Rio. Setelah selesai demo dari semua ekskul, mereka semua pun diperbolehkan pulang. Ify, Agni, Shilla, Sivia pun pergi meninggalkan lapangan.
            “Fyy” teriak Iel. Ify pun menolehkan kepalanya
            “Pulang bareng?”
            “Emmmmm...” Ify lagi mikir. Nggak enak ninggalin teman2 barunya itu
            “Udah Fy, kita nggak apa2 kok.” Kata Agni seolah tau pikiran Ify. Yang lainnya pun mengangguk tanda setuju.
            “iya deh ka. Tapi kenalin dulu ini Via & Agni” kata Ify memperkenalkan teman2nya.
            “Iel.” Sapa Iel tersenyum ramah sambil melihat ke salah satu di antara mereka ‘ya elah, gue nggak tau kalau gue punya penyakit jantungan’ batin Iel yang merasakan jantungnya berdebar kencang
            “fy, kok gue nggak dikenalin?” tanya Shilla
            “ya elah Shill, lo kan sering ke rumah, numpang makan sama tidur. Masa gue nggak kenal sih.” Kata iel yang membuat Shilla senyum2 gaje.
            “Yel, kita duluan ya...” seru Alvin
            “yoi friend...”
            “Daa semuanyaa...” kata Cakka sambil melambai-lambaikan tanganya ke arah ify dkk. Alvin udah geleng2 kepala ngeliat sifat Cakka, sedangkan Rio cuma melemparkan senyumnya ke arah Ify dkk, tapi matanya hanya terpaku kepada 1 orang.
            ‘melted gue tiap kali ngeliat senyumnya ka Rio.’ Batin Shilla sambil senyum2
            “Ya udah ayooo” kata Iel. Ify pun mengangguk dan pamitan sama teman2nya.
           
            @rumah Ify
            “Ma, Ify sama Ka Iel udah pulang nih...”
            “Eh non Ify, nyonya lagi arisan non. Kata nyonya, kalo non sama den udah pulang, makan aja duluan. Nggak usah nunggu nyonya.”
            “Makasih ya bi..” sahut iel. Iel dan Ify pun segera menyerbu meja makan. Mereka berdua emang udah kayak orang nggak makan setahun. Kalau perut mereka masih bisa nampung mah, makanan di atas meja udah ludes semua..
            “Oh ya fy, gue lupa ngasih tau lo. Minggu lalu gue udah tanya ke Rio. Terus Rio bilang Les pianonya tiap hari Selasa, Rabu dan Jumat. Pukul 15.00 – 16.00 WIB. Lantai 4, di sebuah Gedung tua yang ada dekat RSCM. Sebenarnya sih lo bisa mulai dari minggu lalu. Cuma gue beneran lupa...Maaf ya fy”
            “oh, nggak apa-apa kok ka. Ok deh ka..Berarti hari selasa nanti Ify udah bisa mulai kan ka?” tanya Ify. Iel pun mengangguk tanpa melepas pandangannya dari ayam yang lagi di atas piringnya.

            @rumah Agni
            “ma, Agni pulang.”
            PRAAANGG...terdengar bunyi barang yang pecah. Agni segera berlari menuju kamar mamanya. Ia emang khawatir banget kalau ninggalin mamanya sendiri di rumah. Ketika dia memasuki kamar mamanya, ia kaget karena gelas yang ada di samping tempat tidur mamanya jatuh.
            “Ma, mama nggak apa2?” tanya Agni khawatir
            “Iya, mama nggak apa2. Tadi mama mau minum air, tapi tangan mama nggak sengaja kena tuh gelas.”
            “ya udah kalau gitu. Agni ambilin yang lain ya. Mama jangan bergerak dari tempat tidur. Ntar kena belingnya. Agni bersihin dulu.”
            Agni emang sayang banget sama mamanya. Kalau papanya lagi berangkat2 ke luar negeri kayak gini, dia yang biasanya ngejaga mamanya dan adiknya Keke. Jantung mamanya Agni emang lemah, karena itu mamanya Agni nggak bisa ngapa2in selain tidur2an. Dulu juga untung banget waktu ngelahirin Agni sama Keke, mamanya masih sselamat. Itu juga karena cesar.
            “Ini ma, airnya.” Kata Agni sambil menyerahkan air yang telah ia ambil. Setelah itu dia membersihkan pecah beling yang berserakan di lantai. Dia pun pergi ke dapur dan mulai memasak. Walaupun Agni tomboy, tapi dia jago banget masak. Di rumah Agni emang nggak ada pembantu. Pernah sih mereka nyoba pakai pembantu, tapi pembantu pertama ngambil barang2 yamh cukup berharga di rumah mereka. Sedangkan pembantu kedua, Cuma sebulan aja, karena minta kawin sama tukang kebun tetangga (Ada2 aja..). karena itu papanya Agni nggak mau lagi pakai jasa pembantu. Setelah memasak, Agni pun kemambali ke kamar mamanya sambil membawa sepiring makanan untuk mamanya.
“Ma, makan dulu yuk..” kata Agni lembut. Mamanya pun tersenyum melihat anak gadisnya yang sudha ABG
            “Ma, Ka Agni, Keke pulang...”
            “Kakak lagi di kamarnya mama” teriak Agni. Keke pun segera masuk ke dalam rumahnya itu, dan membuka pintu kamar mamanya
            “Kamu makan gi. Tuh, udah kakak masakin”
            “Kakak udah makan?” tanya Keke. Agni hanya menggeleng, karena dia lagi serius menyuapi mamanya.
            “Kalo gitu Keke tunggu ya ka...”
            “Oke deh.” Sahut Agni. Setelah mamanya selesai makan, Agni pun segera turun ke ruang makan
            “Ke, gimana tuh sama si pujaan hati lo?” tanya Agni blak-blakkan, yang berhasil bikin wajah Keke semerah tomat. Agni sama keke sering curhat-curhatan. Sebenarnya sih Keke yang lebih sering curhat. Tapi sebagai kakak yang baik, Agni emang selalu siap dengar keluh kesah Keke. Mereka berdua tampak akrab. Walaupun sangat bertolak belakang, karena sifat Keke yang feminim abiiis, sedangkan Agni yang tombooy abiiis...
            “Ih kakak..Nggak tau deh ka. Orangnya cueek abiiis..tapi karena cueknya itu yang bikin Keke suka. Kesannya misterius gitu” jawab Keke malu2
            “Halah, gaya banget sih lo..Btw siapa sih namanya? Kakak lupa...Emm, Dewa? Diva? Davi? ” agni yang mulai menerka-nerka
            “devaa kak....”
            “Oh iya gue lupa...hehehe...abis susah sih namanya..” (nama 4 huruf gitu aja susah..Aneh nih si Agni). Setelah selesai makan, Agni sama Keke tolong-tolongan biuat nyuci piring dsb. Terus dilanjutin dengan sesi curhat-curhat dari si Keke.
            “Ke, kakak ke lapangan dekat rumah dulu ya..Mau main basket, bntar. Tangan kakak udah gatel nih nggak pernah main lagi. Kamu jaga rumah baik2, jaga juga mama. Kalo ada apa2, tau kan mesti hubungi kakak ke mana?” tanya Agni. Keke pun mengangguk dengar  petuah2 dari kakaknya.
            “Ya udah kalau gitu...Da adikuu sayaang”
            “Daa kakakku tercinta”

            Agni pun berjalan menuju lapangan. Pas di jalan dekat lapangan
            “eh ada Ka Agni”
            “Lho? Randi kok bisa di sini?”
            “Ray kak..bukan Randi”
            “Oh iya,, maaf..maaf...nggak tau kenapa semua temannya Keke, susah diingat semua namanya. btw, ngapain ke sini?”
            “Ya elah ka..Cuma 3 huruf gitu R-A-Y, apa susahnya sih ka? Mau nemenin kakakku main basket..” sahut Ray, Agni Cuma ber ‘ooo’ ria...
            “Kakak sendiri?” tanya Ray balik
            “Mau latihan renang” jawab Agni cuek. Ray melongo dengar jawaban Agni.
            “Huahaahahahaha....Ray, tampang lo lucu banget...Ya enggaklah gue mau latiha basket juga.” Ray Cuma mengangguk-anggguk malu...
“RAAAY,, lo ngapain sih?? Jalan aja lamaa amaat....”
            “Eh, itu kakak Ray udah manggil. Ke sana yuk.” Tarik Ray menuju tengah lapangan. Kakaknya Ray yang sedang membelakangi, langsung balik marah2.
            “RAY, kan udah gue bilang kalo...” ucapan kakaknya terhenti ketika ngeliat agni.
            “Ka, kenalin ini ka Agni. Kakaknya teman Ray.”
            “Kayaknya gue kenal deh..Lo?”
            “Agni. Anak kelas X-1 SMA Ganesha” Agni memperkenalkan diri
            “Pantesan, muka lo familiar gitu..Oh y, sampai lupa ngenalin diri. Gue.. ”
            “Udah tau kok kak.” Potong Agni
            “Ya..kali aja lo lupa nama gue.”
            “mau main basket ka?” tanya agni. Cowok itupun hanya mengangguk.
            “Gimana kalo kita tanding?” tanya Agni lagi.
            “hah? Lo mau ngelawan gue? Nggak salah? Emangnya lo bisa?” tanya cowok itu balik
            “Liat aja nanti.” Agni senyum, kemudian merebut bola basket yang lagi dipegang sama kakaknya Ray, dan memasukkan ke ring.
            “Ok. Kita tanding.” Sahut kakaknya Ray
            Giliran Cakka yang menguasai bola. Tapi direbut sama Agni, dan di shoot ke dalam ring. Selang setengah jam, Ray yang bertugas sebagai wasit maupun papan score, menunjukkan kalau Agni yang menang 10-12.
            “Gimana?” tanya Agni
            “Wah, salah gue ngeremehin lo. Lo emang berbakat. Masuk ekskul basket aja.” Tawar Cakka. Agni pun mengangguk
“Itu emang tujuan gue masuk nih sekolah. Kan SMA Ganesha terkenal karena basketnya” Cakka mengangguk.
“Btw, Lo tinggal di mana? “
“di blok 2.”
“Oh,, gue di blok 3..hmm, berarti nggak jauh2 juga ya..Eh udah sore nih, kita pulang yuk.” Seru Cakka
“Ayuuk. Gue juga udah cape.” Mereka berpisah. Karena arah Agni sama Cakka dan Ray emang beda. Sepanjang perjalanan Agni terus mikir, ‘gue pernah ketemu kak Cakka di mana ya?’

*********************************************************
            Rio menjejaki tangga memasuki sebuah gedung tua yang sudah tak dipakai lagi. Tapi di dalam gedung itu terdapat bermacam-macam benda mahal sampai yang paling murah kalau mau dijual. Tapi nggak ada satu orangpun yang berani mengambilnya. Nggak tau kenapa. Ia memang sengaja datang lebih awal untuk mempersiapkan diri aja. Sesegera mungkin dia memasuki sebuah ruangan yang letaknya di lantai 4 gedung itu, dia mendekati piano yang sangat tua dan tidak terlihat bagus, tapi setidaknya masih dapat berbunyi. Ketika  hendak duduk, dia tersentak karena di sana telah duduk seorang gadis yang sangat manis tapi wajahnya menunjukkan raut kebingungan.
            “Lho? Ify?”. Gadis itu pun tersentak mendengar suara Rio. Ify pun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Rio
 “Kak, gue baru tau kalo ka Rio bisa main piano. Kirain Cuma bisa main gitar? tanya Ify yang mencoba menekan tuts-tuts piano.
Yah, kalau gue nggak bisa main semua alat musik juga nggak bakalan deh jadi ketua ekskul.
Kakak bisa main semua alat musik? Emangnya kalau mau jadi ketua ekskul musik harus bisa main semua alat musik kak?”
“Nggak semua juga sih. Yang standard aja, kayak piano, gitar, harmonica, biola, sama drum dikit-dikitlah..Nggak harus juga kali. Tapi setidaknya guru2 ngelihat bakat terpendam gue..”
“Hahahaha...Narsis lo kak.” Mereka kembali dalam diam yang cukup lama.
Kak, gue minta bantuannya yah, agar bisa ngerti.” Rio hanya tersenyum mendengar permintaan Ify
“Sebelumnya, lo tau yang mana kunci C, D dan sebagainya??” Tanya Rio. Ify hanya mengangguk
 “Tau main lagu apa aja??”
“Ify belum pernah coba, kak”
“Kalau gitu kita coba dari yang cukup mudah aja yah. You raise me up. Kita main di C. tau kan ini apa??”
“itu do dan mi kak”
“Bagus. Gue Cuma kasih contoh beberapa kali. Nanti lo langsung praktek. Tapi kalo nggak ngerti, bilang aja” Seru Rio dengan tegas. Ify pun mengangguk. Ify memperhatikan bagaimana cara Rio memainkan piano dengan santai tapi bisa menghayatinya begitu dalam.
Gue udah bikin contoh kan?? Sekarang coba deh lo yang main.” Perintah Rio. Walaupun ragu, Ify mencoba memainkan lagu yang tadi dimainkan oleh Rio. Tapi yang pasti nggak sebaik dan sehebat Rio.
“Untuk seorang pemula, lo cukup baik. Ingatan lo bagus. Tapi satu yang ingin gue bilang ke lo, mengingat not-not yang kemudian dimainkan itu sangat biasa. Semua orang bisa melakukan itu. Tapi yang ingin gue tekankan di sini, bermain piano harus dengan hati. Lo harus benar-benar menghayati lagu itu dan benar-benar merasakan apa maksud dari lagu itu. Lo juga harus cinta piano. Lo harus menganggap bahwa piano adalah bagian jiwamu. Sehingga tanpa piano lo ngerasa kesepian, dan nggak ingin berpisah jauh. Anggap aja piano itu pacar lo. Itu aja. Oh ya, tadi ada yang salah. Di bagian Reffnya itu. langsung masuk ke F, nggak usah C dulu. Soalnya kalo lo masuk ke C dulu, ketukannya bakalan berantakan kayak punya lo tadi. Melodinya jadi masuk duluan, sedangkan akordnya ketinggalan beberapa ketuk. Makanya hasil nadanya juga aneh, kayak punya lo tadi. Ngerti??”
“Oh gitu ya kak. Iya kak. Ngerti.” Setelah beberapa nasihat dari Rio, tak lama kemudian anak-anak lain yang mengikuti les piano pun datang.
“Ify?? Kok lo bisa ada di sini??”
“Ya ampun…Shilla?? Lo les di sini juga?? Gue di sini mau belajar main piano. Lo tau kan itu impian gue dari kecil. Gue nggak nyangka kalau kita berdua bisa ketemu di sini. ”
Lo tahu kalau ka Rio ngajar??” tanya Shilla. Ify pun mengangguk
“Gue bilang ke kak Iel, terus ka Iel yang bilang supaya les di tempatnya Ka Rio aja.”
“Oh..” sahut Shilla dengan tatapan yang nggak bisa diartikan.
“Ok semua. Kita kedatangan teman baru. Ify, silahkan perkenalkan diri.” Seru Rio. Ify pun mengangguk
“Selamat sore teman-teman semua. Nama gue Alyssa Saufika Umari. Teman-teman bisa panggil gue Ify aja. Gue sekolah di SMA Ganesha, masih kelas X. mohon bantuannya. ” pinta Ify, kemudian duduk di sebelah Shilla.
            “Ify, lo ikut aja ya. Nanti pelajaran yang ketinggalan, lo bisa minta tolong teman-teman yang lain atau kalau lo mau, lo bisa bilang ke gue seupaya les privat dulu. Ya, kita lanjukan pelajaran 2 hari yang lalu. ” ujar Rio. 1 jam berlalu. Les piano pun berakhir. Anak-anak pun segera keluar meninggalkan ruangan itu. Kecuali Ify dan Shilla
Ka Rio, gue masih nggak ngerti bagian ini.Pinta Shilla
“Mau nyoba?” tanya Rio. Shilla pun mengangguk senang. Shilla duduk, dan mulai memainkan jari-jarinya di atas tuts piano. Rio pun melihat permainan Shilla.
“Tuh kan ka, nggak bisa..” Rio pun tersenyum.
“Jangan tunggu sampai ketukan keempat. Pas Ketukan ketiga lo langsung pindah ke kunci Am. Jadi gini..” Rio duduk di sebelaah Shilla, dan mecontohkan di oktaf yang lain.  “Bisa?” tanya Rio sekali lagi. Shilla hanya menggeleng. Rio berdiri di belakang Shilla, sedikit membungkuk, hingga ia bisa meletakkan tangannya di atas tangan Shilla yang lagi main akordnya. Kemudian ia membantu Shilla memindahkan jari-jarinya saat ketukan2 tertentu (ngerti nggak sih maksud gue??).
“Gini Shill, Jadi pas bagian ini, lo masih tetap di kunci G” Jelas Rio. Shilla? Tangannya udah dingin banget..Nervous gitu dekat sama Rio. Ify? Udah merah padam wajahnya waktu ngelihat adegan itu. ‘Duh, kok gue jadi kayak gini sih? Aaaarrrgh..’ batin ify sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Makasih ya kak. Shilla udah ngerti sekarang. Shilla pulang dulu ya,, Daa ka Rioo” pamit Shilla. Shilla pun pergi berlalu tanpa menyapa Ify yang lagi menunduk menahan rasa yang nggak jelas di hatinya.
“Lho fy? Belum pulang?” tanya Rio. Ify pun mengangkat kepalanya dan menggeleng lemah.
“Kenapa? Lagi nunggu Iel?” tanya Rio lagi. Dan Ify hanya mengangguk, walaupun dia tau itu bohong banget.
“Woy. Tumben lo diem? Biasanya juga banyak bicara. Pulang bareng yuk.” Ajak Rio
“Hah? Serius? Boleh deh kak” langsung jadi semangat lagi
“Tapi kita naik Patas AC aja ya. Nggak apa-apa kan??”
“Iya. Nggak apa-apa. Tadi gue juga datang ke sini naik Patas AC kok” sahut Ify. Rio dan Ify pun segera meninggalkan gedung tua itu

@Bus
“Kak, tadi gue pinjam catatan Shilla. Setelah gue lihat2, banyak yang nggak gue ngerti. Lo bisa privat kan kak??” Tanya Ify
“Kalau lo mau, gue bisa datang ke rumah lo hari Senin, Kamis, Sabtu. Jamnya seperti biasa. Lo juga bisa pinjam catatan gue kok. Di rumah lo ada piano kan??”Tanya Rio. Ify pun mengangguk pasti. Piano peninggalan ayahnya. Emang nggak ada yang bisa main piano selain pak Hanny, ayahnya Ify. Karena itu  Ify pengen banget belajar main piano, karena dia senang dengar suara piano.
“Ya udah kalau begitu. Tapi lo harus bayar tambah.”
“Ok deh. Tapi besok kak Rio udah bisa datang kan?”tanya Ify. Rio memandang sebentar wajah Ify, kemudian ia mengangguk.
“emm, fy, kok minggu lalu lo nggak datang?”
“Maaf ya ka rio. Ka iel baru ngasih tau gue kemarin siang. Katanya dia lupa” jawab Ify
“Oh..gue kira lo emang nggak niat latihan piano”
“Ya nggaklah ka. Gue tuh pengen banget latihan piano. Soalnya kalao gue dengar suara piano, gue jadi ngerasa kalo bokap ada di dekat gue.”
“Gue juga” Rio membalas yang membuat Ify bingung. Tapi ia tak mau bertanya lebih lanjut lagi. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Ify terus-terusan memandang ke luar. Sedangkan rio, nggak tau kenapa dia jadi ngeliat wajah Ify.
Setelah mengantar Ify sampai di rumah, Rio pun segera pulang ke rumahnya. Ia melihat sedan hitam yang terparkir di depan rumahnya. Mobil yang selama ini, selalu ngebuntutin rio ke mana aja. Mobil itu yang membuat Rio jadi nggak nyaman sendiri. Rio pun memasuki halaman depannya. Ketika dia sampai di depan pintu rumahnya, ia mengurungkan niat untuk memanggil ibunya. Dia mencoba menajamakan pendengarannya.
“Mau apa kamu ke sini? Belum puas kamu nyakitin hidupku dan rio? ”
“Aku mau agar rio bisa tinggal bersamaku”
“Untuk apa? Untuk kamu telantarkan seperti dulu lagi? Untuk kau sakiti lagi? Ke mana kamu selama ini? Ke mana kamu ketika Rio membutuhkanmu? Di mana kamu, ketika Rio membutuhkan sosok ayah yang bisa melindunginya? Di mana tanggung jawabmu, ketika Rio sempat menangis karena melihat teman2nya datang dengan ayah dan ibunya, sedangkan ia hanya denganku? Di manakah tanggung jawabmu sebagai ayah, ketika Rio membutuhkan dana untuk sekolah, dan pada saat itu aku memang benar2 tak memiliki uang? ” tanya Ibu Rio dengan sinis
“Aku hanya ingin mengejar cita-citaku menjadi seorang pianist terkenal. Apa itu salah?” tanya Pak Yunus, yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya Rio yang telah pergi meninggalkan Rio dan ibunya.
“Semuanya menjadi salah, ketika kamu pergi tidak kembali dan tidak memberi kabar apapun kepadaku. Kamu terlalu egois. Kamu selalu mementingkan dirimu saja”
“Maafkan aku. Apa salah jika aku ingin menyusun kehidupan yang indah seperti dulu lagi?”
“Semuanya sudah terlambat. Pergi dari sini. ”
“Tapi izinkan aku menemui Rio.”
“Seandainya Rio ada di sini pun, aku yakin dia tidak akan pernah mau bertemu dengan seorang ayah, yang sudah ia anggap mati” Rio yang tau bahwa ‘tamu’ itu akan keluar pun, Rio segera pergi ke taman. Taman di mana, sering ia kunjungi.

@taman
Rio duduk di sebuah bangku yang tersedia di situ. Ia memandang anak2 yang sedang berlari-lari. Nggak tau kenapa tiap kali dia ke sini, dia merasa damai banget. Serasa masalahnya hilang begitu aja.
“Cha, dia balik lagi..” bisik Rio  lebih kepada dirinya sendiri
‘Gue nggak tau Cha harus kayak gimana sekarang. Dulu waktu gue lagi sedih lo selalu ada di dekat gue dan selalu beri support. Apa lo bisa bilang, gue harus kayak gimana sekarang? Gue bingung Cha. Bokap balik lagi. Dia pengen minta maaf, n bangun semuanya lagi dari awal. Apa gue maafin aja? Tapi gue udah terlanjur kecewa sama dia. Saat-saat di mana gue butuhin, dia nggak ada. Dia nggak ada di samping gue. Bukan dia yang nyuport gue. Bukan dia yang ngasih gue nasihat2 kayak bapak2 lainnya. Bukan dia yang ngelindungin gue. Bukan dia juga yang ngehidupin gue sama ibu. Aaaargh,,, gue harus gimana cha? Gue binguuung...’ batin Rio. Tak terasa air matanya mengalir, tapi segera dia hapus. ‘Yo, lo nggak boleh selemah ini. Lo harus kuat. Lo selalu nunjukin kalo lo kuat di depan ibu lo. Kenapa sekarang nggak bisa?’ ‘Yo, jangan pernah jadi orang lain. Jadi aja diri lo sendiri. Jangan pernah nipu hati lo. Lo mungkin bisa bersikap tegar di luar, tapi di dalam hati, lo rapuh banget. Selama ini lo Cuma pakai topeng yo, sadar. ’ ‘Yo, masa cowok nangis, lo nggak boleh nangis. ’ ‘Yo, nangis, sedih itu emosi wajar lo sebagai manusia.’
“Aaaargh....stoooooop” teriak Rio lebih kepada dirinya. Hatinya emang  lagi nggak nentu banget. Seolah-olah hatinya terbagi 2 antara yang putih dan yang hitam. Dia jadi bingung, tatapannya kosong. Dia ingin segera pulang, tapi dia takut nggak kuat nahan air mata ketika melihat ibunya.
“Acha...Gue kangen sama lo..” seru Rio sambil tersenyum pahit. Ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan, sebelum pulang ke rumah

****
            Seperti janjinya, hari ini Rio udah sampai di depan sebuah rumah yang begitu besar. Kemudian ia mengetuk pintu besar yang terbuat dari kayu jati. Tak lama kemudian pintu pun dibuka.
“Selamat siang tante !”sapa Rio sopan
“Iya, selamat siang. Eh Rio. Apa kabar??”Tanya Bu Uci
“Baik kok tante. Ify nya ada tante??”
Ify belum pulang sekolah. Ada tambahan pelajaran di sekolahnya. Mungkin bentar lagi dia udah pulang kok. Kalau mau langsung ke kamarnya Gabriel aja. ”
“Oh iya. Makasih tante.”
Rio pun memasuki rumah yang berlantai marmer, lampu keramik dan sangat banyak patung-patung kristal yang dipajang di sebuah lemari. Rio emang udah biasa melihat ini semua. Karena dia kan udah temenan sama Gabriel sejak lama. Rio pun masuk ke dalam kamar Iel
“Hai yel
“Hei..kok lo bisa ada di sini??”
“Iya, les privat buat adik lo, Ify. Emangnya dia nggak cerita ke lo??”
“Nggak. Ya udah daripada lo bengong di situ temenin gue main PS aja yuk.”ajak Iel. Rio pun menyanggupi ajakan Iel. Setelah setengah jam puas bermain, Ify baru pulang sekolah..
“Ma, Kak…Ify pulang. Eh, mama. Ma, Kak Rio udah datang??”
“Udah dari tadi. Tuh ada di kamarnya kakak kamu. Eh, kamu makan dulu.”
“Udah tadi ma. Di sekolah. Ify ke kamar kak Iel dulu ya.”sahut Ify. Ify pun segera beranjak pergi menuju kamar kakaknya.
“Kak, ada kak Rio??” Tanya ify.
“Tuh ada di kamar mandi. Nah, orang yang dibicarain udah muncul tuh”
“Kak Rio, maaf ya Ify terlambat. Soalnya ada tambahan pelajaran di sekolah. Kak Rio udah dari tadi ya?? Maaf ya kak”
“Ya udah nggak apa-apa kok. Mau dimulai sekarang??”Tanya Rio sambil tersenyum. Ify mengangguk.
 Mereka berdua pun keluar dari kamar Iel, dan pergi ke ruang tengah, dimana piano terletak di situ.
“Pelajaran sebelumnya, gue Cuma ngajar bagaimana caranya agar tangan kiri kita tetap stabil walaupun tangan kanan kita sedang memainkan melodi. gue minta anak-anak untuk memainkan lagu The prayer. Tapi itu masih sulit. Anak-anak yang udah terbiasa aja butuh waktu 2 minggu, 6 kali pertemuan untuk bisa menguasainya. Jadi gue ajar lagu yang gampang aja ya. Kita mulai dengan lagu Hinga akhir waktu, Right here waiting, Kasih Tak sampai dilanjutkan dengan lagu Seperated. Setelah lo kuasai semua lagu yang tadi gue sebutin, baru kita lanjutin sama The Prayer. Seperti lagu You raise me Up, gue hanya akan memainkannya beberapa kali. Gue yakin lo bisa.” Ujar Rio panjang lebar. Rio pun mulai memainkan lagu Hingga akhir waktu. Ify melihat jari-jari Rio yang menari indah di atas tuts piano, kemudian dia memandang wajah Rio ‘ dari dulu Ka Rio emang cakep.’ batin Ify sambil senyum2. Tanpa mencatat, Ify pun mengulang apa yang dimainkan Rio. Emang sih, agak tersendat-sendat, tapi cukup baik. Dan setelah, 2 minggu, Ify udah bisa memainkan 5 lagu. Kasih tak sampai, Seperated, Hingga akhir waktu, Right here waiting, dan You raise me up. (Lagu jadul semua...hahaha..)
‘Gila. Kalo anak murid gue semuanya kayak nih anak, gue senang baget. Cuma beberapa kali ngajar doang, dia bisa nangkap dengan cepat. Lagipula anaknya manis kayak gini, walaupun agak manja sih..Ify..Ify..Aduh mikir apa sih gue’ Batin Rio 
 “Ok. Menurut gue, lo itu sangat baik dalam menangkap pelajaran. Dalam 8 kali pertemuan, lo udah bisa main semua lagu yang gue berikan. Hebat Lo emang cerdas. Tapi lo jangan Cuma bisa ngikutin gimana cara gue main. Tapi lo udah bisa kan dasar-dasarnya? Jadi kalau lo dikasih lagu baru, lo udah bisa menerka-nerka kunci2ny.Jelas Rio. “Kali ini gue, mau ngetes dasar2 lo. Gue pengen lo main lagu The Prayer, ikut kata hati lo aja. Tiap kali lo main piano, lo harus bisa merasakan nada2 yang pas dan ketukan yang baik.” Awalnya Ify ragu. Tapi akhirnya dia mencoba juga. Banyak sekali dia melakukan kesalahan, tapi Rio memperbaikinya dan tersenyum bangga dengan Ify.
 Gue kesal Kak. Lagu The Prayer emang susah. Kalau Cuma main melodinya aja atau kuncinya aja gue bisa. Tapi kalau dua-duanya gue nggak bisa. ” jerit Ify kesal
“Sini deh…” ajak Rio. Rio pun mengajak Ify ke suatu tempat yang Ify sendiri nggak tau itu di mana. Sebuah taman yang begitu indah karena memiliki banyak bunga yang bermekaran.
“Ini tempat kesukaan gue. Cuma lo, gue sama acha yang tahu ini tempat kesukaan gue. Kalau seandainya gue punya masalah, gue akan datang ke sini. Tempat ini  memberikan gue inspirasi dan tahu bahwa Tuhan itu membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya. Tapi bukan Tuhan yang membangun tempat ini. Tuhan memberikan kita akal budi agar kita bisa berpikir dan dapat membuat semua ini. Walaupun harus disertai dengan kerja keras dan penuh kesabaran. Tapi hasilnya, bagus kan?? Sama dengan orang yang membangun tempat ini, Tuhan juga memberikan  kita karunia untuk memainkan piano. Tapi karunia itu takkan berguna jika tidak kita asah dengan baik. Butuh kerja keras agar karunia itu dapat berguna. Karena itu lo harus berusaha. Kalau di sekolah, kamu cuma baca buku sekilas, apa lo bisa jadi bintang kelas??” Tanya Rio. Ify hanya menggeleng.
“Karena itu, lo nggak boleh putus asa. Ngerti??”
“Iya. Tapi kak, kenapa Cuma gue aja yang diajak ke tempat ini?? gue yakin, pasti banyak yang nyerah karena nggak bisa main lagu itu juga. Iya kan??”
“e..Itu..karena, karna gu..gue udah anggap lo kayak adik gue sendiri.” Jawab Rio ngasal.
“Oh” sahut Ify. ‘Tapi kok Cuma adik aja sih, kak??’ Rio memandang wajah Ify yang terlihat manis itu.
“ada apa kak?? Kok ngeliat Ify kayak gitu?? Apa ada yang salah di muka Ify?
“e..Ngg..ak..nggak kok” jawab Rio tersendat-sendat. ‘Duh, gue kok jadi tegang gini sih kalau dekat sama lo fy?’ Batin Rio.
“Oh ya ka, gue ada 1 pertanyaan lagi. Acha itu siapa kak?”
“Acha itu orang yang paling ngertiin gue. Dia selalu ada di samping gue. Dia selalu ngasih support ke gue. Dulu dia nggak pernah ninggalin gue sendiri. Dia tuh kayak malaikat tak bersayap yang dikirimin Tuhan buat gue.” Tatapan mata Rio kosong, dia benar-benar merindukan Acha. Ify yang dengar itu udah jealous abis, tapi ketika ngelihat ka Rio kayak gitu, dia jadi sedih. Ify pun memegang tangan Rio. Rio tersentak dengan sentuhan lembut itu. Tapi ia tersenyum ketika melihat Ify tersenyum memandangnya. ’Ka Rio, gue nggak tau siapa itu Acha. Gue mungkin nggak bisa kayak dia. Tapi gue mau kok jadi orang yang pertama lo cari, kalau lo ada masalah. Gue siap.’ Batin Ify

            @Rumah Ify
            Sesampainya di rumah, Ify segera masuk kamar dan naik di atas tempat tidurnya yang empuk. Dia mulai membayangkan wajah Rio.
            ‘Kak Rio, kok lo keren banget ya?? Sikap sabar dan perhatian lo tuh yang bisa bikin gue kayak gini. Apa gue jatuh cinta? Tapi Acha itu siapa sih ka? Pacar lo? Buat Acha yang nggak tau di mana, gue Cuma mau bilang, lo sukses berat bikin gue jealous.’ seru Ify dalam hati. Ify pun segera pergi ke kamar Iel
“Kak, ada yang mau gue tanyain. Kalau lagi jatuh cinta itu kayak gimana sih??”
“Mmphh…Tiap dekat dia, jantung lo tuh kayak mau copot. Kalau nggak ada dia, lo jadi pengen cepat-cepat ketemu. Lo selalu mikirin dia. Eh..Tapi tunggu dulu. lo lagi jatuh cinta ya? sama siapa??”
“Kak Rio”seru Ify keceplosan ‘Oops..Mati deh..Kenapa mesti keceplosan gini sih.’
“Oh jadi si Mario Stevano Aditya Haling yang bikin lo kayak gini??”
“nggak kok..Nggak..Tadi gue salah ngomong. Gue pikir lo nanya siapa guru les piano gue.”
“nggak usah bo’ong deh sama gue. Kakak kan tau guru les piano lo.Jadi adik kakak yang satu ini udah mulai jatuh cinta nih?? Nah ya, nggak cerita ke kakak. Sejak kapan adikku ini jadi orang yang tertutup dan menyembunyikan dari kakanya yang ganteng ini?? ”Tanya Iel.
“Nggak kok..”jawab Ify, tapimukanya udah merah banget. Tapi Iel tau adiknya emang sedang jatuh cinta.
“Ya udah deh kak. Gue balik ke kamar ya.” Ify pun segera kembali ke kamarnya. Nggak lama setelah itu, HP Ify bunyi
“Hallo”
“Hallo, ini Ify?”
“Iya, Ini siapa?”Tanya Ify
“Ini gue Rio
“Oh kak Rio. Ada apa kak?” Ify deg-degan. Dia nggak abis pikir kalau ka Rio bakal nelpon dia malam2 gini.
“Ha??” ‘mati deh gue, ngapain gue nelpon ifya ya?’batin Rio. “nggak kok. Cuma mau bilang thank’s ya buat yang tadi. Ya udah kalau gitu. Night” sambung Rio. Walaupun Ify bingung, tapi dia senang juga sih., karena Rio nelpon dia malam-malan gini. Ify pun terlelap sambil memeluk HPnya

@kamar Shilla
‘Huaa, ka Rioo...Kenapa sih gue kepikiran lo terus. Apa gue suka sama lo? Hmm,, nggak...nggak mungkin. Tapi,, lo tuh ngingetin banget sama dia. Wajah lo, senyuman lo, bahkan nama lo tuh mirip sama dia ka.’
---------FLASHBACK----------
            2 tahun lalu
            “Shill, gue sayang sama lo. Lo mau nggak jadi cewek gue?”
            “Serius? Lo nggak lagi bercanda kan?” tanya Shilla memastikan. “Iya deh..”
            “Iya apaan?”
            “Iya gue mau jadi pacar loooo RIKOOO” seru Shilla gemes...
“Shill, gue janji bakalan selalu ada di samping lo.”

--------FLASHBACK  END----------

            Tak terasa air mata Shilla membasahi pipinya. Shilla tersenyum pahit.
            ‘Riko, gue kangen sama lo. Kenapa sih lo ninggalin gue? Kenapa sih lo harus datang ke rumah gue malam itu? Kenapa lo nggak tepatin janji lo?  Kenapa lo harus kecelakaan?’ teriak Shilla dalam hati. Ia pun berdiri, mengambil foto Riko dan dirinya ketika mereka berada di museum untuk tugas sekolah.
“Ko, gue ketemu sama cowok. Dia mirip banget sama lo.  Tapi dia dingin banget, Ko. Gue bingung Ko, gue emang beneran suka sama dia, atau gue Cuma terbayang-bayang sama lo doank?’ curhat Shilla. “Ada cowok lain lagi, yang perhatian banget sama gue. Gue juga nyaman sama dia. Gue aneh ya! Ko, gue tidur dulu ya.” Lanjut Shilla, kemudian meletakkan foto mereka berdua, di atas meja. Dia hendak tidur. tapi dia jadi ingat Alvin yang sering ngajakin dia pulang karena nggak sengaja ketemu di jalan, ataupun karena perhatian Alvin yang besar banget lewat sms. Ia pun tersenyum.
            @kamar Agni, pagi hari
            Alarm di kamarnya telah berbunyi. Agni pun segera berdiri dan bersiap-siap ke sekolah. Ketika ia mengambil tasnya, matanya tertuju pada gantungan  kunci yang berbentuk gitar. Di dalam kepalanya, terputar kembali memori2 yang ada selama ini. gantungan itu mengingatkannya pada sahabat pertamanya ketika ia pindah ke jakarta. Tapi ketika mereka baru saja dekat, sahabatnya itu harus pergi ke kota lain.
======== FLASHBACK=========
            “Agni, aku mau pergi. Kamu baik2 ya di sini. Semoga kita bakalan bertemu lagi. Kamu jangan nangis. Aku nggak mau ngelihat kamu nangis. Aku lebih suka melihat senyummu” Agni hanya tersenyum pahit
            “Aku punya ini buat kamu. Aku membelinya sepasang. Karena yang satunya sudah ku pakai, satunya lagi kamu yang pakai ya. Terserah mau dibikin jadi apa. Yang pasti kamu harus simpan barang ini. kalau duah besar nanti, aku akan memberikan yang asli. Ini janjiku.” Kata anak lelaki itu sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
            “Agni, aku sayang kamu”
==========FLASHBACK END========
Agni pun tersenyum. Kemudian ia segera, ke sekolah

@kelas X-1
            “Fy, muka lo kenapa? Ditekuk gitu.” Tanya Agni
            “Gw sebel sama ka Iel. Masa dia pergi ninggalin gue sendiri. Akhirnya gue telat. Untung satpam kita baik. Jadi gue diizinin buat masuk”
            “Hahahaha..,Ya ampuuun, Ify,, ify...pasti lo telat bangunnya deh” tebak Shilla. Ify pun Cuma nyengir mendengar tebakan Shilla. Shilla, Agni dan Via ngakak abis ngelihat Ify berantakan banget, pagi itu. Tapi mereka pun harus menghentikan tawa mereka, karena Pak Duta selaku guru musik udah masuk kelas.
            “Anak-anak, kita diundang oleh SMA Jaya Bangsa untuk mengisi pensi mereka bulan depan. Boleh diisi dengan nyanyian ataupun permainan alat musik saja. Bisa berkelompok maupun pribadi.” Jelas pak Duta. “Ify, bapak tunggu kamu di ruangan musik.” Ify yang mendengar namanya disebut pun hanya mengangguk.
            “Jika ada yang berminat, hubungi bapak. Itu saja untuk pengumuman, sekarang kita lanjutkan materi minggu lalu.”
Teng.....teeng...tengg....
            “eh, ke kantin yuk” ajak via
            “Maaf ya vi, gue mesti ke ruang musik” kata Ify
            “Vi, gue juga nggak bisa nih..Gue ada perlu sama Bu Ira” ujar Shilla
            “Yah, gue mesti ke gedung olahraga. Mau daftar buat seleksi tim basket putri.”
            “Wiiiihhh,, kereen looo...jam berapa seleksinya?”
            “Jam 5 Sore. Lo semua nonton ya!” pinta Agni
            “Ok deh..” seru semuanya kompak.
            @Kantin
Iel yang udah pesan makanan lagi celingak-celinguk nyari tempat buat dia duduk
            “Via, gue boleh duduk di sini ya?” tanya Iel yang membuat Via hampir tersedak dengan bakso yang sedang ia makan.
            “Eh kak Iel. Iya kak. Nggak apa2 kok.”
            “Sendiri? Yang lain di mana vi?”
            “Ify lagi dipanggil Pak Duta, Shilla lagi perlu sama Bu Ira, Agin lagi di gedung olahraga buat daftar seleksi tim putri. Ka Iel jg kok sendiri?”
            “Cakka lagi di gedung olahraga. Dea minta tolong ke dia, buat bantu dia ngedaftar putri yang mau seleksi. Kalau yang lain gue juga nggak tau ke mana.” Via pun hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Gabriel.
“Yang cowok nggak seleksi kak?”
“Belum. Ntar besok atau lusa. Nunggu yang putri kelar dulu. Btw, ntar  pulang sekolah gue antar pulang ya.”
“Ify gimana ka?”
“Gue udah sms dia kok. Dia juga setuju” jawab Iel sambil tersenyum manis, yang membuat wajah Via beneran merah
“iya deh ka, gue mau” jawab Via malu-malu
‘Yes.’ Batin Iel.  “Btw, lo nggak mau ngisi pensi?”
“Mau sih ka. Tapi gue malu..”
“Gimana kalo kita duet aj.”
“Lagu apa kak?” tanya Via. Mereka pun terdiam
“Lucky-Jason Mraz” ucap mereka berdua barengan, kemudian tersenyum.
“Ya udah kalau gitu, pulang sekolah lo temenin gue ya daftar di pak Duta” ia pun mengangguk. Mereka berdua mengingat kejadian selasa sore di toko kaset
-------------        FLASHBACK            ---------------
            “Nah ini dia...” ucap via dan iel berbarengan. Sambil memegang kaset yang sama
            “Via? /Ka iel?” tnya mereka kompakan lagi
            “Lo juga suka?” tanya mereka kembali bersamaan. Semua pengunjung di toko itu pun senyum-senyum melihat mereka berdua. Mereka yang dilihatin kayak gitu, bikin iel garuk2 kepalanya yang nggak gatal, dan via menunduk karena wajahnya udah merah banget.
            “Btw, nih kaset tinggal 1 ya?” tanya Iel
            “Nggak tau nih, tapi kayaknya sih iya deh ka” kata via smabil mencari-cari di tumpukkan kaset.
            “Mbak, kaset Jason Mraz yang ini sisa 1 ya?” tanya Iel kepada penjaga toko itu
            “Wah, maaf ya mas. Emang Cuma tinggal 1 itu doank. ”
            “Makasih mba.” Ucap Iel
             “Yah, vi tinggal 1. Ya udah deh, buat lo aja.”
            “lo gimana ka?”
            “Gue kan masih bisa pinjam dari lo. Jadi nih kaset kita patungan aja. Bayar setengah2.” Saran Iel. Via pun mengangguk tanda setuju dan segera membayar di kasir.
            “Ka, gimana kalau kita dengar 1 lagu dulu. Tuh kebetulan ada tempatnya. Ada 2 headset pula.” Iel pun setuju, selain mendengarkan lagu yang lagi diputarkan, Via dan Iel jadi nyanyi bareng, karena terlalu menghayati.
Jason Mraz – Lucky
(Iel):
Do  you hear me? I’m talking to you
Across the water, across the deep blue ocean
Under the open sky, oh my
Baby I'm trying
(Via):
Boy I hear you in my dreams
I feel your whisper across the sea
I keep you with me in my heart
You make it easier when life gets hard
I’m Lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
Ooooh ooh-oooooh ooh-ooooooh....

They don't know how long it takes
Waiting for a love like this
Every time we say goodbye, I wish we had one more kiss
I'll wait for you, I promise you, I will

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home agai
n
Lucky we're in love in every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home some day
(Iel)
And so I'm sailing, through the sea
To an island, where we'll meet
You'll hear the music, fill the air
I put a flower in you hair
(Via)
And though the breezes through the trees
Move so pretty, you're all I see
Let the world keep spinning round
You hold me right here, right now
Selesai mereka berdua bernyanyi dan melepaskan headset. Mereka tercengang dan kaget karena semua pengunjung toko itu ada yang tersenyum, ada yang melongo dan ada yang bertepuk tangan riuh. Via , iel pun hanya melemparkan senyum kepada para pengunjung dan langsung kabur dari toko kaset itu...
            “Waah, gila kaa. Malu banget.”
            “Hahaha...Tapi lucu juga. Btw, suara lo keren vi”
            “Suara Ka iel juga keren.”
            “Ya udah kita pulang yuk. Keburu sore. Gimana kalo lo gue antar?”
            “Nggak ngerepotin kak?”
            “Nggak. Yuk naik.” Via pun menganguk menanggapi tawaran Iel

-----------          FLASHBACK END  -----------------

            @ruang musik
            “Ka rio?”
            “Eh,, Hai fy. Lo di sini juga? Pasti disuruh pak Duta?” tanya Rio memastikan
            “Iya ka, tapi gue nggak tau tujuannya apa. Kira-kira apa ya kak?”
            “Tadi sih Pak Duta nunggu lo, tapi karena ada urusan, akhirnya dia bilang ke gue. Pak Duta mau kita duet buat acara ‘Teenage multitalent’, gue yang main piano, lo yang nyanyi. Atau kalau lo udah bisa main piano sih, gue mundur aja...”
            “JANGAN KAK. GUE MAU. Eh.., ma..maksudnya, gue kan masih bego ka sama namanya Piano. Jadi mending lo yang iringin gue”
            “Ok deh kalau gitu. Btw, lo sakit ya?”
            “Hah? Nggak kok ka.” Jawab Ify, yang sebenarnya lagi nahan sakit di perutnya
            “Abisnya lo pucat gitu sih. Gue jadi khawatir.”
            “Nggak apa2 kok ka. Suer deh. Btw, gue ke kelas dulu ya, ada yang mesti gue selesain sama ketua kelas” sahut Ify yang sebenarnya hanya mencari-cari alasan agar dia bisa segera pergi. ‘Aduh hari ini kok, gue complicated baget sih. Udah kepala gue puyeng, perut gue sakit, sekarang jantung gue yang giliran nggak tenang dekat2  sama ka Rio.’ Batin Ify           
            @Rumah Ify
            “Hai yel, Ify nya ada?”
            “Ya ampuun yoo, sorry banget nih...gue lupa bilang ke lo kalo hari ini Ify nggak bisa latihan piano. Dia sakit. Demamnya tinggi banget, pas pulang sekolah.”
            “Hah? Ify sakit? Pantesan tadi di sekolah mukanya pucat banget. Kok bisa sih yel?” tnya Rio
            “Kecapean deh kayaknya. Ditambah sama, kebiasaanya lupa makan.”
            “Emm, yel..gue boleh jnguk ngga?”
            “Boleh. Langsung aja ke kamarnya”  io pun mengangguk dan segera pergi ke kamarnya Ify. Dia membuka pintu Ify perlahan,  dia duduk di sebelah tempat tidur Ify. Ify lagi tidur. Rio pun mencoba memegang pipi Ify ‘gila, beneran panas nih anak’. Kemudian dia tersenyum memandangi wajah Ify yang sedang tidur  ‘Fy, cantiq jg lo klo lagi tidur. Gue suka ngelihat lo kayak gini, kayak bayi lagi tidur.’ Tak lama kemudian Ify pun bangun
            “Ka Rio?” Rio pun hnya tersenyum
            “Udah dari tadi kak?” Rio hanya mengangguk. Ify mencoba duduk, tapi ia langsung memegan kepalanya.
            “Fy, lo gpp?”
            “Pusing doank kak.”
            “Kalo nggak bisa bangun, nggak usah dipaksain. Ntar lo jadi tambah parah” Ify pun menurut
            “Sorry ya ka,  lo jadi buang2 waktu gini gara2 nggak jadi latihan”
            “Gpp kali fy, gue juga senang bisa ketemu lo” Kata Rio sambil tersenyum dan mengacak rambut Ify lembut. Ify senang dengan perlakuan Rio hari ini untuknya
            “Tapi bukannya semalam waktu gue telpon,  lo masih sehat2 ya? Atau lo sakit gara2 gue ngajakin lo ke taman kemarin ya? Makanya lo jadi sakit gini? ” tanya Rio khawatir
            “nggak kok ka. Bukan karena ka Rio kok. Gue aja yang emang suka lupa makan + terlalu memaksakan diri buat bisa perfect.”
            “Lo tuh emang bandel ya” kata Rio
            “Fy, ini gue bawa makanan buat lo. Pokoknya lo harus makan. Gue taruh di sini ya” Kata Iel sambil meletakkan makann itu di atas meja
            “Iya kak. Makasih” kata Ify. Iel pun keluar dari kamarnya Ify
            “Fy, makan dulu gih” sahut Rio
            “Ntar aja deh ka.”
            “Gue g mau tau. Lo mesti makan.  Gue g mau liat lo kayak gini lagi fy” Rio mengambil piring yang tadi diletakkan Iel. Rio pun menyuapi Ify. Mereka berdua pun hanya diam. Keduanya mencoba mengontrol perasaan yang bergejolak dalam hati mereka.
            “Fy, gue pulang  dulu ya, udah sore nih” kata Rio setelah menyuapi ify
            “Iya kak, makasih ya untuk semuanya” Rio pun mengacak rambut Ify lagi sebelum meninggalkan kamar Ify. Ify merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasain selama ini.
            @kamar Ify, malam hari
            “Lo udah minum obatnya fy?”
            “Udah ka RIo”
            “Fy, Rio tuh udah pulang dari tadi. Ini gue Iel. Ya ampuuuuun fy,,, segitu dalemnya lo ngingat si Rio” Ify jadi salah tingkah
            “Eh, sorry ka..salah ngomong tadi..”
            “Btw, lo udah makan?”
            “Udah, tadi disuapin ka Rio..”
            “Oh, jadi gituu toooh..Pantesan nama gue aja dilupain” goda Iel. Ify Cuma bisa manyun aja.
            “Ify, Ify. Gitu aja lo pake malu sama kakak lo sendiri.”
            “Ka Iel mulai ngaco nih..”
            “Waktu itu kan lo udah ngaku sama gue.”
            “Itu kan gue salah dengar kak”
            “Ya elah fy, lo tuh ade gue. Masa iya, gue nggak tau kalau adek gue lagi jatuh cinta?”
            “Iihhhh,, ka Iel apaan siiiih. Mending lo keluar deh ka.” Kata Ify yang udah salah tingkah abis2an
            “Hahaha...ya udah klo gitu. Lo cepat sembuh ya” kata Iel tulus, dan ia pun segera keluar
Mail here...(bunyi sms)...Hp ify berbunyi menandakan ada sms masuk. Ify pun membuka sms itu
From : Via
Fy lo gpp? Sakit apa lo? Katanya Ka Iel lo sakit?
-------------------------------------------------------------
To : Via
Cm demam tinggi + mag gw kambuh. Tp udh mndingn kok. Cieeee, jadi kk gue laporan ke lo nih.
-------------------------------------------------------------
From :  Via
Gw doain smg lo cpt smbuh ya. Ih, Ify apaan sih. Lo tuh lagi sakit tapi msih smpat ya godain gw.
-------------------------------------------------------------
To : Via
Thank’s ya. Gw kan cm mendoakan yg terbaik buat lo sm ka Iel. Btw Agni gimana?
-------------------------------------------------------------
From : Via
Rese lo..Agni..Lulus donk. Malahan dia langsung jadi pemain inti.
-------------------------------------------------------------
To : Via
Wow, Kereen tuh. Ya udah  kalo gitu gue telp si agni dulu ye..Bye ^^
-------------------------------------------------------------
From : Via
Bye fy. Cepat smbuh ya.
-------------------------------------------------------------
 Calling Agni
“Hallo”
“Hallo, Agni selamat yaa lo masuk tim basket putri. Wah keren lo langsung jadi pemain inti. Sorry ya ni, gw nggak nonton. Tapi jujur, gue nyesel banget nggak bisa nonton lo beraksi. Gue emang jadi sahabat, nggak bis... ” Ify nyerocos kayak kereta api
“Woy,nggak apa2 kali. Lagian lo kan juga lagi sakit. Cepat sembuh ya. Oh ya gue Cuma mau ngingetin makan tuh dijaga. Btw thank’s buat ucapannya ”
“Hehehe..iya..iya..lo tuh ternyata bawel juga ya kayak Ka rii..” ucapan Ify pun terhenti
“Hahahaha...Ingat ka rio nih ceritanya?”
“Apaan sih lo, ngga lucu deh.”
“Ya udah deh. Lo istirahat deh, gue juga mau tidur.”
“Yoiii...bye”
“Bye..”

Ketika Ify mencoba untuk memejamkan matanya, HP Ify kembali berbunyi menandakan ada sms
From : Ka Rio
Hai fy, gimana udah baikan?
-------------------------------------------------------------
To : Ka Rio
Hai kak. Lumayanlah.
-------------------------------------------------------------
From: Ka rio
Bagus deh kalau gitu. Jangan lupa makan lagi fy. Btw lagi ngapain?
-------------------------------------------------------------
To : Ka Rio
Iya ka. Ify janji deh. Lagi sms-an doank kak
-----------------------------------------------------------
From : Ka Rio
Sama cowok lo ya fy?
---------------------------------------------------------------
To : Ka Rio
G ada kali kak. Lagian gw jg cm sms sm lo doank. Knapa ka?
-------------------------------------------------------------
From: Ka Rio
Berarti gw ad kesempatan donk
-------------------------------------------------------------
To Ka Rio
Hah?
-------------------------------------------------------------
From Ka rio
Hahahaha...Ya ampun fy, segitu banget sih. Gw cm bcanda kaliii..
-------------------------------------------------------------
‘yah, becanda. Kirain betulan’ batin Ify
To Ka Rio
Ah lo bisa aj deh ka. Ka, gue udah ngantuk nih. Gue tidur dulu ya.
-------------------------------------------------------------
From Ka rio
Ya udah, tidur gih, supaya cepat sembuh. Night
-------------------------------------------------------------
To Ka rio
Night jg ka.^^
-------------------------------------------------------------
@Rumah RIo
‘Cepat sembuh ya fy. Gue nggak mau orang yang gue sayang sakit kayak gini,.’ Batin Rio sambil memandangi sms dari Ify
Tok..tok...tok....Terdengar suara ketukan pintu.
‘Siapa sih yang datang malam2 bgini? Nggak punya jam di rumah apa.’ Rio ngedumel tapi ia keluar dari kamar dan membuka pintu rumahnya.
            “Lo kok bisa di sini?” tanya Rio
“Hai yo. Kok muka lo gitu sih? Nggak senang kalau gue datang?” Rio yang benar2 kaget itu tak bisa berkata apa2. Ia hanya bisa memandang cewek yang lagi di depannya. Cewek berkulit putih,berambut panjang yang diikat asal, itu menggunakan flatshoes dengan hotpants, blouse putih + cardigan hitam, yang membuat cewek itu begitu cantik. Rio pun langsung memeluknya
“Yooo,, gue tau lo kangen sama gue, tapi nggak usah peluk gue sekencang ini kali...”         “Sorry cha, sorry...Abisnya gue kangen banget sama lo...”          
“Gue nggak dipersilahkan masuk nih?”
“hehehe...sorry cha, abis gue speechless banget liat lo sekarang. Tambah cantik aja lo. Masuk yuk!” ajak Rio
“Gue kan emang dari dulu udah cantik. Hehe..Btw, gue nggak masuk lagi deh, gue balik aja. Udah malam nih. Besok lo ada acara nggak? ” tanya Acha.
“Hm..nggak ada.”
“Ya udah. Kita jalan aja besok, jam 9 pagi gue tunggu lo di rumah gue.” Seru Acha. Rio pun mengangguk.
“Gue pulang ya”
“Mau gue antar?” tanya Rio nggak tega Acha jalan malam2 begini
“Nggak usah kali yo. Cuma tetangga gini...Ya udah c u tommorow, salam ya buat tante Ira. Bye...”
“Bye, cha” Acha pun pergi meninggalkan rumah Rio dan pulang ke rumahnya. Rio menutup pintu rumahnya, dan segera masuk ke kamarnya.
“Acha gue senang lo ada di sini.” Kata Rio

@rumah Acha
“Selamat pagi tante” sapa Rio
“Selamat pagi juga...Ya ampun rio,, udah gede kamu. Tambah cakep aja. ” kata tante Winda yang merupakan mamanya Acha
“Ah, tante bisa aja. Tante, Achanya ada?”
“Ada, ada. Lagi di kamar. Achaaaa, Rio udah datang”
“Iya, ma. ” Acha pun segera keluar dari kamarnya. “ma, Acha pergi dulu ya. Da mama...”
“Tante, kita pergi dulu ya” kata Rio
“Hati-hati ya..” Rio dan Acha pun pergi. Mereka naik mobilnya Acha. Tapi Rio yang menawarkan diri untuk nyetir.
“Kita mau ke mana?”
            “Ke taman aja yuk. Gue udah lama nggak ke sana. ”
            “Baik tuan putrii”
            “Ah lo bisa aj yo. Btw, lo masih sering ke sana?”
            “Nggak sesering dulu sih. Kadang2 doank kalo gue lagi ada masalah.”
            “Btw, udah punya pacar yo?”
            “hahaha...Belum..”
            “masa sih? Gue nggak percaya, sepupu gue yang ganteng begini nggak ada yang naksir?”
            “kalo naksir sih banyak, tapi gue aja yang nggak suka sama mereka. Hahahaha...Btw, lo masih setia nih sama Ozy?”
            “Halah, gaya lo. Iya donk. Abisnya gue nggak pernah ketemu cowok sebaik dia.”
            “Wah, ozy pasti udah rindu setengah mati di sana, gara2 lo balik ke Indonesia. Ngomong2, ngapain lo datang ke sini? Berapa lama lo di sini?”
            “Ngapain ya? Liburan aja. Kebetulan di ausie lagi summer holiday, jadi gue ke sini. Kangen aja sama Indonesia, sama bawel dan perhatiannya lo, semuanya deh. Gue Cuma sebulan di sini. Makanya lo harus selalu nemenin gue.”
            “Yah, lo kan tau gue harus sekolah, ngajar di tempat les. Gimana kalo lo aja yang nemenin gue.”
            “Boleh deh..Eh, udah nyampe. Turun yuk”


            @taman
            “Yoo, cerita2 donk..Hidup lo gitu. Cewek kek, keluarga kek, teman2 lo di sekolah kek.”
            “Kebetulan banget, gue emang lagi butuh lo buat cerita. Bokap balik lagi”
            “Hah? Terus?”
            “itu dia. Jadi gini...” Rio pun menceritakan apa yang terjadi pada malam ayahnya datang.  “Gue bingung Cha. Gue nggak tau harus gimana. Menurut lo?”
            “Ikutin kata hati lo. Dari lubuk hati lo yang paling dalam, lo pengen nggak maafin bokap lo? Apa kekecewaan lo, kemarahan lo, bikin lo jadi orang yang egois dan nutupin semua yang lo tahu itu baik, hanya untuk dendam semata? Apa lo nggak pengen ngerasain punya ayah? Keinginan lo selama ini yang nggak pernah terpenuhi. Apa  lo nggak pengen kembaliin waktu yang udah begitu lama terbuang, untuk kebahagiaan ke depannya? Apa lo yakin, lo nggak akan menyesal, kalo lo tetap benci sama dia?” tanya Acha yang membuat Rio tersentak
            “Tapi Cha, gue takut. Gue takut kalo dia ninggalin gue sama Ibu kayak dulu lagi.” Kata Rio lirih
            “Semuanya tergantung lo yo. Kalo lo bisa ngasih 1 kesempatan saja buat bokap lo, mungkin akan merubah semua pandangan dan ketakutan lo. Tapi, itu semua terserah lo kok. Gue nggak bisa paksa keputusan lo. Yang pasti, gue Cuma mau bilang apapun keputusan lo, itu yang terbaik & gue selalu dukung lo. Tapi jangan pernah nyesal atas keputusan yang udah lo ambil.” Rio terdiam, mencoba meresapi setiap perkataan Acha. Dia tahu Acha emang benar.
            “Yooo” panggil Acha pelan. Dia takut kalau ucapan dia tadi ada yang salah. Tatapannya seolah mengisyaratkan ‘lo nggak kenapa2 kan?’ Rio hanya tersenyum. Kemudian mereka mulai ngobrol2. Nggak jelas ke mana arahnya.

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar