Senin, 30 Juli 2012

Sekali ini saja - cerpen


You don't love a woman because she's
beautiful; she is beautiful because you love her.
- anonymous

      Gadis berwajah tirus yang menggunakan toga wisuda berwarna hitam dipadu dengan warna biru langit serta ijazah di tangannya keluar dari ruangan dengan wajah penuh senyuman. Ia tertawa bersama teman2nya, menikmati hari terakhir mereka di kampus. Hari di mana mereka harus melepaskan 'jabatan' mahasiswa mereka. Mereka memulainya bersama dengan senyuman, candaan, tangisan, perjuangan, hari ini mereka pun mengakhirinya dengan senyuman bahagia. Terlalu banyak kisah di kampus ini. Gadis itu lantas melambaikan tangannya pada teman2nya itu dan pergi menghampiri  empat orang yang nampaknya telah menunggunya sejak tadi
"akhirnya ade gue yang satu ini lulus juga. Congrats ya" ujar seorang pemuda bertubuh jangkung dengan kemeja putih dan jas yang lenganny dilipat setengah.
"makasih ka iel"
"selamat ya anakku" ucap papa dan mama gadis itu kemudian memeluk dan mencium pipi gadis itu.
“makasih ma, pa” ucap gadis itu kemudian berdiri di depan pemuda lainnya yang telah membuka jasnya
"happy graduated honey" ujar pemuda itu sambil memberikan sebuket mawar putih lantas mencium kening gadis itu dengan sayang.
"thank you honey. Aku kira kamu nggak bisa dateng"
"impossible. i'll always have time for you. Btw, you look so beautiful today" bisik pemuda itu membuat wajah gadis tersebut memerah. Pemuda itu lantas tertawa sambil memeluk pinggang kekasihnya  dan mengecup pipi kiri gadisnya
"kamu tuh sengaja ya, supaya muka aku merah semua" rengut gadis itu membuat kedua orang tuanya, kakaknya maupun kekasihnya.
"Ntar cantiknya ilang loh fy. terus si Rio nggak mau lagi sama kamu" goda Iel
"nggak kan say?" tanya ify berbalik pada Rio
"nope. Lagian aku sayang sama kamu kan bukan karena kecantikan kamu" ujar Rio membuat wajah ify semakin memerah, sedangkan iel manyun merasa adik iparnya ini tak kompak untuk menjaili adiknya. "kalo karena kecantikan kamu mah dari dulu aku nggak pernah pacaran sama kamu. kamu kan biasa aja, mending sama yang lain" tambah Rio membuat Ify manyun dan Iel terbahak dengan bahagia
"kamu mah"
"bercanda say. Kamu tetap jadi yang paling cantik di hatiku." ujar Rio membuat orang tua Ify hanya geleng2 kepala melihat anak mereka itu.

****


Your love's a permanent distraction, a perfect interaction
a feeling so extreme
- Hope

Tiga tahun..Tiga tahun lalu gadis itu mengenal seorang pemuda yang menjadi seniornya di kampus. Tiga tahun lalu, dirinya menjadi akrab dengan pemuda itu. Tiga tahun lalu pula, hubungannya dengan pemuda itu diresmikan menjadi sepasang kekasih. Dan selama tiga tahun ini, ia mengenal apa namanya cinta. Tiga tahun itu pun bukan hanya kebahagiaan yang ada pada mereka, tapi juga masalah datang silih berganti. Dimulai dari Via yang meneror gadis itu untuk menjauhi Rio, atau bahkan Iel yang selalu berusaha mendekati dirinya.
Gadis itu mengambil ponselnya kemudian mengetik sederet kata yang sudah biasa ia lakukan pada pagi hari. Seperti sebuah kecanduan yang sama sekali tak ingin ia hentikan. Apakah jatuh cinta itu memang indah?

To : Rio
Morning....udh bangun blm?? Love you..

From : Rio
Morning too. Ak udh d kantor. I met someone this morning. and you know who? She is via. Love u too.

To : Rio
Waduuuh pagi banget sih kamu k kantor. Kamu udah sarapan? Really?! Let me guess, today she is look beautifull & smart. Aren't you falling in love with her??

From : Rio
 Belum, hehe. kamu udah sarapan? Oh you're right. she's look beautifull. Unfortunetly i  had a girlfriend. :p. Tapi kalo boleh jujur, kecantikan dia cuma karena riasan.

To : Rio
Iiih, kamu tuh udh dibilangin. Makan gih. Ntar sakit lagi. Ak baru selesai sarapan. Hahaha. Dasar! Kamu jgn gitulah. Kasihan dia. Klo ak liat2 kmu cocok sama dia. :p

From : Rio
Ya udh kamu jg sama iel aj. Dia juga keliatan baik. :p
Say, ak males nih ngapa2in di kantor. coba kalo ad kamu d sini. Pasti ak bakal srmangat

To : Rio
Deal. Gombal. Kamu pulang jm brp hari ini?

From : Rio
no deal. Ah kamu gimana sih. Di mana2 tuh cewek bakal jealous. Hmm, jm 10 kyknya. Banyak kerjaan.  oh ya say, mama minta kamu dtg ke rumah hari ini. Kamu bisa ga??

To : Rio
Hahahaha. Abisnya kamu dulu sih yg mulai. Cape hati klo ak cemburu. Mending ngegodain balik :p
Hah? Tapi say, hari ini ak ga bisa. Ak udh jnjian sama shilla & agni. Klo bsok aj gimana? Ntar ak dtg k rumah kamu.

From : Rio
Ooh gitu. Ya udh klo gitu. Ntar besok pulang kantor ak jemput kamu y..Kmu janjian di mana?? Hati2 ya..

To : Rio
Ga usah say. Ak langsung k rumah kamu aj. Kasian kalo kamu harus ke kosan ku dulu baru pulang ke rumahmu. Kamu pasti cape. Lagian biar ak bisa ketemu mamamu dari pagi. Ak janjian ketemu d GI.

From : Rio
Oke deh say. Ntar ak bilang mama. I miss u so badly honey. Love you :*

To : Rio
I miss u tooo honey. Love u too :*. Kamu makan ya.. Met bekerja honey. *dasar workholic* :p

From : Rio
Okay sayang. Ak kan kerja jg buat masa depan kita, hahaha. Have fun ya. Salam buat agni & shilla..


****

Love is the master key that opens the gates of
happiness. - Oliver Wendell Holmes

“Om senang deh punya calon mantu yang jago masak” puji papa Rio –om Freddy–, ketika mereka sedang makan malam di rumah Rio. Hari ini, Ify memang sudah ada di rumah Rio sejak pagi. Ia menemani mama Rio –tante manda– ke pasar, shopping, masak, bahkan ikut arisan bersama teman2 tante manda yang lain. Paling menghebohkan adalah ketika tante manda memperkenalkan Ify sebagai calon isteri dari Rio, padahal sama sekali tak ada pembahasan itu di antara Rio dan Ify
“Jadi kapan fy, married sama Rio?” tanya tante manda membuat wajah Ify langsung memerah
“Ah tante, kan masih lama. Lagian Rio nya juga nggak ngelamar” jawab Ify malu2
“Kalau gitu tante bilang deh ke Rio ntar”
“Eh jangan tante...”
“Kenapa?”
“Ify kan Cuma bercanda, lagian Ify malu”
“Beneran juga nggak apa2 fy” goda tante manda membuat wajah Ify lagi2 memerah. Keluarga Rio memang dekat dengan Ify, dimulai dari mamanya, papanya maupun adiknya -Ray-. Orang tua Rio pun sangat menyukai Ify, entah karena mereka tak pernah punya anak perempuan, atau karena mereka memang Ify mempunyai daya ikat tersendiri untuk disayangi siapa saja
“Sini tante, biar Ify yang cuci piringnya” tawar Ify pada tante manda
“Nggak usah fy, kamu nemenin om aja di depan”
“Nggak tante, aku aja yang cuci, tante yang nemenin om di depan. Kalau aku nemenin om, ntar Rio cemburu lagi” ujar Ify membuat tante manda langsung tertawa
“Kalau gitu tante tinggal ya” Ify pun mengangguk dan mengambil alih pekerjaan tante manda. Dalam minggu ini Ify memang masih belum mendapatkan pekerjaan. Ia masih meng-apply ke beberapa perusahaan, dan masih menunggu panggilan untuk interview.
“Hei honey” ucap seorang pemuda sambil memeluk Ify dari belakang. Ify nampak terkejut, namun sedetik kemudian ia sadar siapa yang memeluknya ketika mendengar suara dan mencium aroma parfum yang selalu membuat Ify kehilangan konsentrasinya
“udah makan?”
“Udah. Kamu udah selesai?” tanya Rio dan Ify mengangguk “Ngobrol di halaman belakang aja yuk” ajak Rio. Ia melepaskan pelukannya, lantas menggenggam tangan Ify. Ify menatap wajah Rio yang sedang menatap ke langit. Ada yang berbeda dari wajah kekasihnya. Tampak kelelahan dan beban besar.
“Kamu ada masalah?” tanya Ify, membuat Rio menatap Ify. Rio tersenyum tipis kemudian menggeleng. “Jujur aja.” Ujar Ify lagi. Sudah tiga tahun ia lalui bersama Rio, ia pasti menyadari ada hal yang salah..
“Cuma masalah pekerjaan”
“Bener?”
“Kamu percaya sama permintaan yang dikabulkan bintang jatuh nggak?” tanya Rio membuat Ify mengernyitkan keningnya. Apa Rio sedang berusaha mengalihkan pembicaraan?
“Hmm, percaya nggak percaya sih.”
“Aku percaya” sahut Rio “Well, kalo emang nggak bener, setidaknya Tuhan denger permintaan kita. Iya kan?” tanya Rio membuat Ify mengangguk. Rio lantas menarik Ify ke dalam dekapannya “Aku sayang kamu”

****
You come to love not by finding the perfect
person, but by seeing an imperfect person perfectly. -Sam Keen

            Ify memekik histeris ketika ia memasuki The Energy Building, Sudirman Central Business District (SCBD) lantai 2. Pantas saja Rio memintanya untuk menggunakan dress dan heels yang bukan tipenya berpakaian. Setelah ia pikirkan lagi, jika ia menggunakan kemeja dan rok atau jeans dan kaos, mungkin ia akan diusir atau setidaknya ia akan menjadi pusat perhatian karena semua yang makan di sini pun menggunakan dress dan jas untuk pria nya. Amuz Gourmet adalah tempat candle light dinner terbaik yang pernah ia kunjungi. Interior bergaya perancis, yang bisa dilihat dengan hadirnya menara Eiffel dari besi, tetesan air mata yang unik seperti Chandelier dan lukisan asli dari pelukis Indonesia yang terkenal. Menunya pun menawarkan masakan Perancis kontemporer disertai anggur Prancis yang terbaik sehingga memberikan pengalaman bersantap mewah dan menyenangkan. Rio memang mengajaknya untuk dinner berdua malam ini. Ia tau bahwa Rio itu terkadang memang romantis, tapi ia tak pernah membayangkan dirinya akan mendapat hal spesial seperti ini. Akhirnya pelayan pun mengatarkan pesanan yang sudah diminta dari Rio beberapa hari lalu. Untuk malam ini Rio memang mempersiapkan segalnya.
            “Say, ini bagus banget” ujar Ify yang masih terpana dengan restoran ini
            “I’ll always give my best for you” sahut Rio sambil menggenggam tangan Ify, kemudian mengecupnya. “I heve something special for you.” Rio kemudian memanggil pelayan. Pelayan itu mengantarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Ify membukanya perlahan dan lagi-lagi Rio membuat ia tak bisa berkata-kata. Ia melihat sebuah cincin berlian.
            “Yo..” Ify menatap Rio seolah mencari sebuah jawaban.
            “Would you marry me?”
            “I would” ucap Ify, membuat Rio tersenyum manis kemudian mengambil cincin di dalam kotak itu, dan memasangkannya di jari manis Ify.“I love you”
            “I love you more”
            “I love you more than you can imagine” ucap Rio sambil tersenyum manis. Rio mendekatkan wajahnya ke wajah Ify, namun ia menghentikannya secara tiba2 ketika ia merasakan sesak nafas, dan seluruh tubuhnya terasa lumpuh. Rio mendecak kesal, kenapa harus saat seperti ini.
            “Yo, what’s wrong?” tanya Ify yang mulai terlihat panik melihat Rio. Rio tidak menjawab, ia mencoba bernafas, namun tetap terasa sulit. Tak lama pandangannya mengabur, dan ia tak sadarkan diri

            ****
“ Rio terkena Miastenia Gravis. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan kelemahan otot. Kelemahan ototnya bisa ringan sampai berat. Awalnya hanya gangguan otot di sekitar mata, kemudian kelemahan anggota gerak, dan yang paling ditakuti adalah jika terkena otot pernafasan, karena pasien bisa sesak nafas. Jika demikian maka ini menunjukkan tingkat paling parah dari penyakit ini. Rio nampaknya sudah memiliki penyakit ini dari lama, dan sekarang sudah terkena otot pernafasan.”
            Ify mematung di samping tempat tidur Rio. Ucapan Dokter masih terngiang-ngiang di pikirannya. Dia tidak bisa tidur semalaman, bahkan ia hanya bisa menangis.
            “Say...” Ify menoleh mendapati Rio telah sadar kemudian membuka selang oksigennya.
            “Jangan dibuka”
            “Aku udah nggak apa2” ucap Rio.
            “Tante manda sama om Freddy lagi balik ke rumah buat ngambil baju kamu.” Ujar Ify.
            “Kamu nangis?” tanya Rio lembut sambil memegang pipi Ify. “Maafin aku. Aku nggak bisa buat kamu bahagia”
            “Nggak yo. Aku bahagia sama kamu..”
            “Myastenia Gravis. Itu nama penyakitku” ujar Rio lagi sambil menerawang. Ify tak ingin membahas penyakit Rio, karena ia sadar ia takkan cukup kuat untuk mendengarnya. “Aku tau kalau aku sakit sejak 5 tahun yang lalu, sebelum aku kenal kamu. Semuanya akan membaik jika aku meminum obat dan beristirahat. Namun sejak dulu dokter sudah memperingatkan aku, bahwa jika aku mengalami sesak nafas, maka itu artinya penyakitku memburuk. Selama 5 tahun ini, aku merasa semuanya baik-baik saja. Setidaknya aku tidak pernah merasakan sesak nafas dan aku masih dapat melakukan aktivitas walaupun siang hari aku harus beristirahat. Aku cukup yakin bahwa aku masih bisa hidup, menikah denganmu, dan punya anak. Oleh karena itu, aku tak pernah menceritakannya padamu. Namun, semuanya seolah meluluhlantakkan impianku ketika semalam aku sesak nafas. Dan yang ada di pikiranku hanya satu, bahwa aku tak akan lama ada di dunia ini. Aku...” Ify meletakkan jarinya di bibir Rio, meminta Rio  untuk berhenti bercerita. Ia sudah tak sanggup mendengar apapun lagi. Rio menyingkirkan jari Ify, kemudian menggenggam tangan Ify.
            “Maafin aku fy. Aku nggak pernah share masalah ini denganmu. Aku terlalu takut kalau kamu tau, kamu akan meninggalkan aku, atau kamu tak akan pernah mau jatuh cinta dengan pria penyakitan sepertiku. Aku pengecut. Seandainya saja aku mengatakan hal ini dari dulu, setidaknya kamu tidak akan pernah menderita denganku. Setidaknya kamu bisa mencari orang yang lebih baik dibandingkan aku jauh sebelum aku yang meninggalkan dunia ini. Aku egois” ujar Rio lagi membuat Ify mau tak mau menangis. Air mata yang mati2an ia tahan, memaksa untuk keluar.
            “Nggak yo. Aku nggak akan pernah ninggalin kamu dan aku nggak mau kamu ninggalin aku” ucap Ify sambil menangis, membuat Rio menarik Ify ke dalam dekapannya.
            “Menangislah fy. Tapi kamu harus janji padaku, tangisanmu hanya untuk hari ini, dan takkan pernah terjadi lagi besok. Aku nggak mau kamu nangis karena aku. Aku nggak mau kamu tersiksa karena aku” ucap Rio dan mengecup puncak kepala Ify. Ify mengeratkan pelukannya. Sungguh, ia tak ingin melepaskannya.

****
It is love, not reason, that is stronger than death. - Thomas Mann

“Please fy, aku mau keluar. Malam ini aja. Besok aku nggak minta apa2 lagi deh say.” Pinta Rio dengan wajah memelas membuat Ify mau tak mau meminta izin pada dokter, dan membawa Rio ke salah satu cafe yang sering mereka kunjungi waktu mereka masih kuliah. Cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Ify mendorong kursi roda Rio ke salah satu meja yang letaknya di taman dan bukan di dalam ruangan
“Kayaknya ruangan kafe ini jadi makin luas, dan dekor-nya juga berbeda dengan dua tahun lalu.” ujar Rio membuat Ify mengangguk walaupun yang ia pikirkan bukan dekor Cafe ini melainkan kesehatan Rio. Ini adalah hari kelima Rio berada di rumah sakit, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan selama ini. Ify tak pernah meninggalkan Rio sendiri di rumah sakit. Ia selalu berada di samping Rio. “Lihat deh say, bintang hari ini nggak sebanyak biasanya. Apa karena mau hujan ya?” tanya Rio entah kepada Ify, atau kepada dirinya sendiri. Ify pun tak berniat untuk menjawabnya. Hatinya sama sekali tak tenang
“Kamu kok jadi pendiam banget sih hari ini. Bukannya kamu paling bawel” ujar Rio sambil mencubit pipi Ify. Ify hanya meringis. “Kamu takut?” tanya Rio menatap mata Ify tajam. Ify menggigit sudut bibirnya mencoba menahan tangisannya. Ya, ia takut. Ia takut Rio meninggalkannya. Ia takut ketika hari esok datang, tak ada Rio di sampingnya. Ia takut, ia takkan pernah bisa menjalani hidup tanpa Rio. Ia takut ia tidak pernah cukup kuat tanpa Rio. Ia takut tak ada lagi alasan ia untuk tersenyum, karena selama ini Rio lah yang membuatnya tersenyum. Ia takut tak ada yang akan menghapus air matanya jika ia menangis. Terlalu banyak yang ia takuti. Rio kemudian membelai pipi Ify dengan lembut. Ify mencoba menutup matanya, mencoba meresapi waktu ini. Perasaannya semakin tak enak.
“I always love you, Alyssa. I never leave you, because I’ll always in your heart.” ucap Rio lembut. “Kamu tau apa yang aku minta waktu bintang jatuh? Aku mau kamu bahagia say. Baik itu ada aku di samping kamu atau...” Ujar Rio menahan nafasnya “tanpa aku” Tidak, Ify tidak ingin mendengar kata2 Rio lagi. Ia bisa menangis saat ini. Kalau ia menangis, ia tidak akan menepati janjinya pada Rio untuk tidak menangis.
“Fy, kamu mau janji sama aku satu hal?” Ify mengangguk
“Bahagia lah.”
“Tapi yo...”
“Sssh” Rio pun meletakkan jarinya di bibir Ify, meminta Ify tidak membantahnya. “boleh aku tidur di pundak kamu?” tanya Rio membuat Ify mengangguk.
bersamamu kulewati
lebih dari seribu malam
            DEG...Lagu ini merupakan lagu kesukaan Ify dan Rio. Sudah terlalu lama mereka tak pernah menyanyikan lagu ini lagi. Ify menutup matanya, menikmati suara lembut Rio
bersamamu yang kumau
namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
ijinkan aku untuk mencintanya
namun bila waktuku telah habis dengannya
biar cinta hidup sekali ini saja
            Nafas Rio memberat ketika menyanyi, Ify menyadarinya namun ia mencoba menepis segala pikirannya itu. Ia menggigit bibirnya lebih keras, agar ia tidak menangis. Mengapa lagu kesukaannya ini menjadi begitu menyakitkan saat ini
bersamamu kulewati
lebih dari seribu malam
bersamamu yang kumau
namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
ijinkan aku untuk mencintanya

            Tak ada nyanyian lagi dari Rio, bahkan suara nafasnya pun tak terdegar. Ify mencoba meraba denyut nadi Rio, dan Ify sadar satu hal, Rio telah pergi untuk selamanya.
            “Yo, kamu belum selesai nyanyiin lagu itu. Aku lanjutin ya” ujar Ify menahan isakan tangisnya, sambil memeluk tubuh Rio yang tidak bergerak
Namun bila waktuku telah habis dengannya
biar cinta hidup sekali ini saja
tak sanggup bila harus jujur
hidup tanpa hembusan nafasnya
tuhan bila waktu dapat kuputar kembali
sekali lagi untuk mencintanya
namun bila waktuku telah habis dengannya
biarkan cinta ini, biarkan cinta ini
hidup untuk sekali ini saja
“Maaf yo, malam ini saja, biarkan aku menangis”

The end

Sebenarnya cerita ini terinspirasi dari wisudaan sepupu, dan ngeliat banyak psangan. Hahaha. Awalnya mau happy ending, tapi waktu denger lagu glen fredly jadi pengen sad ending. Makasih udah mau membaca

Rabu, 04 Juli 2012

Sincerity - cerpen


                Hujan rintik2 membasahi kota Jakarta, kota metropolitan. Hujan dan dinginnya malam yang menusuk, merupakan alasan paing tepat untuk tidak keluar rumah, menikmati segelas cokelat panas, dan bergelung dalam selimut menanti datangnya mentari. Namun, gadis bertubuh kurus, dengan rambut sebahu dan keriting gantung ini malah dengan semangat yang entah muncul dari mana, mengalahkan segala rasa malas dan kantuknya hanya untuk bertemu dengan sang kekasih. Langkah kaki gadis itu pun memasuki sebuah mall  yang cukup terkenal di Jakarta. Kakinya kemudian berhenti pada sebuah tempat, yang sangat sering dikunjungi oleh orang2 di Jakarta atau anak muda yang memang ingin menghabiskan waktu untuk mengobrol. Tak butuh lama, matanya menemukan sosok yang ia cari, sosok yang sudah lama tak ia temui namun masih sangat jelas terekam di hatinya. Dengan senyumannya yang khas, ia pun memasuki tempat itu dan menghampiri sebuah meja yang berada di pojokan. Meja bundar dengan 2 kursi pada sisi yang berlawanan. Senyuman itu pun sirna ketika meliat sosok yang begitu ia rindukan, memeluk gadis lain di depannya.
                “Hai” ucap gadis itu kemudian menarik kursi, dan duduk tepat di depan kekasihnya “Udah lama?”
                “Baru sampai kok. Kamu mau pesan apa?”
                “Nggak. Aku udah makan tadi. Jadi, siapa dia?” tanya gadis itu to the point sambil melirik gadis berambut panjang, menggunakan softlens berwarna biru, dan make-up tipis pada wajahnya. Tanktop putih dengan cardigan berwarna cokelat serta rok jeans selutut menutupi tubuh gadis yang sedang dipeluk itu.
                “Oh kenalkan, dia pacar baruku. Namanya Shilla. Shill, ini Ify” suara gadis itu tercekat. Ada apa sebenarnya? “Ah ya, aku rasa alasan ini sudah sangat jelas agar kita putus. ”ucap pemuda itu lagi santai tanpa merasa bersalah.
                “Aku mau bicara denganmu.” Ucap Ify langsung berdiri “Di luar! Empat mata!” ucapnya tegas kemudian keluar, sambil sesekali melirik kekasihnya berbisik mesra terhadap gadis lain. Ia pun menuju taman yang ada di mall tersebut.
                “Apa lagi yang harus dibicarakan? Aku rasa semuanya sudah jelas!”
                “Nggak. Kenapa kamu tiba2 mutusin aku?”
                “Oh astaga, Ify. Setahuku kamu adalah gadis cerdas, dan untuk hal seperti ini saja kamu tidak mengerti? Keterlaluan.” Ujar kekasihnya sambil menggelengkan kepala dan melemparkan senyum meremehkan “Aku sudah tak ada perasaan apa2 lagi padamu Ify, aku sudah mencintai orang lain. Mengertilah. Kamu hanya bagian dari hidupku dulu. Kau adalah masa laluku. Sekarang aku ingin menjalin kisah yang berbeda dengan Shilla, gadis yang ku cintai saat ini. Shilla masa depanku. Aku mohon sama kamu, agar kamu tak pernah mengusik hidupku lagi”
                “Tapi..”
                “Cukup! Kisah kita berakhir malam ini fy” ujar pemuda itu kemudian meninggalkan Ify yang masih terpaku di taman mall itu. Kenapa harus seperti ini akhir kisah cintanya? Ia terduduk pada sebuah bangku taman, menatap kosong ke depan, mencoba mencari kekuatannya sendiri untuk melangkah namun kakinya tak bisa juga digerakkan. Akhirnya ia mengambil ponsel dan menekan duabelas digit  yang sudah ia hafal di luar kepalanya. Terdengar nada sambung dan suara hallo di ujung sana, namun sekali lagi ia kehilangan kekuatannya untuk sekedar berbicara. Akhirnya ia mematikan ponselnya dan memasukkan lagi ke dalam tas. Ia menyesali tidak menggunakan jaket malam ini untuk mengusir dingin yang ia rasakan. Ia memejamkan matanya, namun hanya ada bayangan kekasihnya di pikirannya
                ****
                ‘Damn’ umpat seorang pemuda di rumahnya kemudian mengambil jaket dan kunci mobilnya. Seusai menerima telepon yang sama sekali tak ada balasan dari seberang, sudah cukup menyatakan bahwa sahabatnya sedang berada dalam masalah. Ia mencoba menelpon sahabatnya itu, namun ponselnya sengaja dimatikan. Akhirnya ia putuskan untuk mencari sahabatnya itu. Mencoba berpikir, Lantas sebuah tempat yang cukup familiar terlintas dalam benaknya. ‘tak ada salahnya mencoba’ ia pun mulai menginjak pedal gas dalam2 dan menuju tempat yang ia pikirkan.
                Sesampainya di sana, ia menyapu pandangannya ke seluruh penjuru taman, kemudian menemukan gadis itu sedang duduk sambil menunduk. Tanpa ia sadari, ia menarik nafas lega, akhirnya ia bisa menemukannya juga. Ia pun melangkah mendekati gadis itu, duduk di sebelahnya kemudian menyampirkan jaket ke tubuh gadis itu. Tak ada kata di antara mereka. Hanya sikapnya saja yang seperti itu membuat sang gadis menatapnya kemudian menangis. Tangis yang tampaknya ditahan dari tadi. Ia pun merengkuh gadis itu, mencoba menenangkannya. Dan selalu saja Ia punya cara untuk menenangkan gadis di sampingnya ini.
                “Aku diputusin Rio” ujar gadis itu di tengah isakan tangisnya. Pemuda itu menghela nafasnya berat. Ia marah, ia benci dengan Rio. Ia tak menyangka bahwa Rio akan menyakiti gadis seperti Ify. “Dia ngenalin pacarnya padaku” ujar Ify membuat pemuda ini semakin marah. Marah terhadap Rio yang melukai Ify? Atau marah pada dirinya sendiri yang tak bisa menjaga Ify?
                “Aku antar kamu pulang” ujar pemuda itu dan membantu Ify berjalan ke arah mobilnya yang diparkir. Setidaknya untuk malam ini, ia hanya ingin Ify menenangkan diri, dan bukan terlihat tak menentu. Masih ada hari esok, untuk mendengar cerita gadis itu.
                ****
                Pemuda itu sekali lagi menatap dirinya di kaca spion mobilnya, memastikan bahwa penampilannya baik hari ini. Senyum manisnya tak lupa ia tunjukkan. Pemuda itu kemudian berjalan ke sebuah rumah besar yang terletak di perumahan real estate. Menekan bel yang tersampir di pojok pintu sebelah kanan.
                “Siang tante.”
                “Siang Iel. Ayo masuk, bentar lagi Ify nya turun kok” ujar wanita paruh baya yang membukakan pintu pada pemuda tadi, Iel.
                “Ma, Ify pergi ya” ujar Ify sambil mencium kedua pipi mamanya
                “Tante, Iel ajak Ify pergi main ya.”
                “Iya. Tante percaya sama kamu kok. Hati2 di jalan” Iel kemudian membukakan pintu mobilnya, layaknya seorang pangeran. Mobilnya pun melaju ke bagian utara dari Jakarta, dengan kecepatan sedang.             
                Iel dan Ify. Mereka memang telah bersahabat sejak kecil, bahkan saat mereka baru lahir ke dunia ini pun, mereka sudah bersebelahan. Kedua orang tua mereka pun bersahabat, membuat mereka berdua pun menjadi dekat. Tak pernah terlintas sekalipun di pikiran mereka dulu bahwa ketika mereka sudah memiliki pasangan masing2, maka mereka tidak akan bisa selamanya bersama. Ada saat di mana mereka harus bersama dengan pasangan masing2, dan ada saat di mana mereka akan bersama sebagai sahabat. Mendengar kata sahabat, membuat Iel merasa sakit di hatinya. Ia memang tak ingin hubungannya dengan Ify hanya sebatas sahabat. Sudah dari dulu ia ingin mengungkapkan perasaannya. Namun ia didahului oleh kakak kelasnya yang bernama Rio. Lelaki berkulit hitam manis, yang membuat banyak gadis di sekolahnya jatuh cinta pada Rio. Salah satunya pun Ify, sahabatnya. Sekali lagi yang bisa dilakukan seorang sahabat hanya bisa mendukung selama semuanya masih di jalur yang benar. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk hubungan kekasih antara Rio dan Ify. Mereka bahkan cukup membuat pasangan lainnya iri terhadap keserasian mereka. Walaupun Iel menyayangi Ify lebih dari seorang sahabat, tapi ia tak pernah menginginkan Ify putus dengan Rio. Ia hanya ingin Ify bahagia. Ia akan mengorbankan segalanya asalkan Ify bisa tersenyum, termasuk perasaannya sendiri. Karena ia tulus menyayangi gadis itu
                “Iel kok ngelamun sih.” Ucap Ify membuat ia langsung menoleh pada gadis itu.
                “Lagi ngelamunin cewek”
“Ngelamunin aku ya?” goda Ify membuat Iel mau tak mau tertawa kemudian mengacak rambut Ify penuh sayang. Memang ia sedang melamunkan gadis itu. Andai saja Ify tau perasaannya. Tidak, ia tidak butuh Ify tau perasaannya.
“Udah ah, udah nyampe. Kita parkir mobil terus kita masuk ke dalam.” Ujarnya membuat gadis itu tersenyum senang. “Yuk turun” ucapnya lagi kemudian menggandeng tangan Ify. Ify pun tak menolak tangannya digandeng Iel, bukankah selama ini memang seperti ini? Tapi Iel merasa kerja jantungnya semakin tak beraturan.
****
“Iel, aku senang banget kamu ngajakin aku ke sini” ujar Ify dengan tertawa bahagia setelah mereka mencoba berbagai macam permainan, dan mentari pun sudah tenggelam digantikan bulan. Ia bahkan lupa bahwa baru satu minggu ia putus dengan Rio, namun hari ini dia bahagia. Iel memang selalu bisa diandalkan sebagai sahabat. Iel selalu ada saat ia butuhkan.
“Baguslah kamu senang” ujar Iel  masih menggenggam tangan Ify berjalan ke arah parkiran. Namun Iel sadar langkah Ify terhenti “Kena..pa?” tanya Iel terhenti ketika mengikuti tatapan Ify dan menatap Rio sedang merangkul Shillla mesra.
“Eh, ada Ify dan Iel” ujar Rio sambil menampilkan senyum sinisnya. Tak ada lagi senyum manis yang selalu membuat Ify ikut tersenyum. Tak ada lagi tatapan hangat yang membuat Ify merasa tenang jika bersama pemuda itu. Namun walaupun seperti itu, di lubuk hati masih tetap terukir satu nama, Rio. “Nge-date?”tanya Rio meremehkan
“Kenapa memang? Cemburu?” tanya Iel balik
“Oh yang benar saja Iel. Untuk apa aku cemburu.” Ujar Rio sambil terkekeh “Aku nggak nyangka, ternyata cepat juga Ify ngelupain aku. Kata apa yang cocok untukmu? Murahan?” ucap Rio dengan sinis membuat Iel ingin melayangkan tinjunya ke wajah Rio, namun Ify menahan tangan Iel dan menggeleng pelan
“Terserah kamu Rio. Aku nggak perduli.”
“Takut?” ejek Rio
“Bukan. Aku terlalu baik untuk mengatai orang lain. well, menurutku Cuma orang yang nggak berpendidikan yang mengejek orang lain.”
“Kamu menghinaku?”
“Tidak Rio. Tapi jika kamu merasa, bukan salahku” Ujar Ify  kemudian menarik tangan Iel menjauhi Rio. Rio geram, ia mengepalkan tangannya. Ia tak menyangka bahwa Ify seberani itu.
“Kamu nggak apa2?” tanya Iel pada Ify ketika mereka telah sampai di mobil
“Nggak apa2”
“Nangis lagi?” tanya Iel membuat Ify langsung tertawa.
“Oh astaga Iel, tidak. Aku tidak akan melakukannya lagi pada pemuda seperti itu. Sudah cukup seminggu ku habiskan air mataku untuknya. Lagian kata seseorang tangisanku terlalu berharga untuk menangisi orang seperti dia” ujar Ify membuat Iel langsung mengacak rambut Ify.
“Ke mana kita sekarang?” tanya Iel kemudian menstarter mobilnya
“Makan. Aku lapar yel”
”Yah aku tau. Apalagi setelah menghabiskan energi untuk bermain dan sedikit membentak pemuda tadi” ujar Iel dan mengedipkan sebelah matanya pada Ify, membuat Ify lagi2 tertawa. Iel memang selalu memiliki caranya sendiri membuat Ify tertawa, dan Ify nyaman dengan semua itu.
*****
Sudah hampir jam 9 malam, dan gadis itu masih mematung di salah satu halte bus dekat sekolahnya. Ia baru saja menyelesaikan beberapa proposal yang harus diserahkan besok, serta absen nama2 panitia pensi di sekolahnya. Inilah salah satu tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh gadis itu, termasuk pulang malam dari sekolahnya. Hampir satu jam ia menunggu dan tak ada bus yang lewat. Jangankan bus, taksi saja tak ada satupun yang lewat. Atau seandainya lewat pun pasti sudah ada penumpang. Ia sedikit menyesal tidak menyanggupi tawaran jemputan dari Iel. Seandainya ia tidak menolak, ia pasti tidak akan luntang-lantung seperti ini. Namun ia hanya ingin menghindari Iel. Ia takut dengan perasaannya sendiri. Ia takut jika bersama dengan Iel terlalu lama malah membuat rasa yang ada di dadanya semakin membuncah. Ia tau rasa apa ini, karena ini untuk kedua kalinya ia rasakan. Namun, ia tak ingin merusak persahabatan yang telah terjalin hampir 17 tahun. Ataukah ia takut, perasaanya hanya sebatas pelampiasan setelah putus dengan Rio? Entahlah. Yang pasti 3 bulan ini Iel memang merasuki hatinya.
“Hai cantik, mau ke mana?” tanya salah seorang pria bertubuh besar duduk di sebelah Ify. Ia bisa mencium aroma alkohol dari mulut pria itu, dan itu membuat hati Ify semakin ketar ketir.
“Pulang” ujar Ify singkat kemudian menggeser duduknya menjauhi pria itu
“Om anterin aja ya. Atau mau pulang ke rumah om?” tanya pria itu lagi menggeser duduknya mendekati Ify. Ify menarik nafasnya dalam2, kemudian ia hembuskan secara perlahan. Ia butuh keajaiban malam ini. Ia kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan halte tersebut. Namun langkahnya kurang cepat sehingga tangannya dipegang oleh pria tadi
“Lepaskan” sentak Ify
“Tidak gadis cantik. Akan om lepaskan setelah kamu menolong om.” Ujar pria itu kemudian memeluk dirinya membuat Ify  langsung berontak. Ia tak punya kekuatan yang cukup besar melawan pria ini. Ia ingin sekali berteriak namun suaranya sama sekali tak keluar, dan mengingat daerah sekitar sini memang sepi, maka ia yakin takkan ada yang mendengar teriakannya
“Lepaskan saya pak” ujar Ify lirih hampir menangis. Pria tersebut kemudian menngendorkan pelukannya pada Ify, kemudian terhuyung-huyung dan ambruk di salah satu sudut halte.
“Iel?” tanya Ify histeris
“Kamu nggak apa2?” tanya Iel lantas membuang sebuah balok kayu yang ia gunakan untuk memukul tulang belakang pria tadi, kemudian memeluk Ify. Membelai rambut Ify, dan mengecup puncak kepala Ify
“Aku takut yel.” Ucap Ify terisak. Ketenangan, rasa nyaman dan aman yang ia rasakan jika bersama Iel.
“Sst..ada aku di sini.” Ujar Iel lantas mengeratkan pelukannya “Maafin aku ya, telat jemput kamu” Ify hanya menggelengkan kepalanya dalam dekapan Iel. Ini semua bukan salah Iel, jadi Iel memang tak perlu meminta maaf. Jantungnya kembali berdegup cepat. Sekarang ia yakin satu hal. Iel tidak merasuki hatinya selama tiga bulan ini, tapi Iel memang berhasil menyusup di hatinya selama 17 tahun ini. Iel memang selalu punya caranya tersendiri

****
                Ify mulai menyesap cokelat panas yang ada di gelasnya. Sudah terlalu lama ia tak melihat pemuda yang ada di hadapannya ini. Pemuda yang dulunya menghiasi hidupnya. Pemuda yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Rambutnya dipotong pendek, dan lebih terlihat rapi dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.
                “Bagaimana kabarmu?” tanya pemuda itu membuat Ify tersenyum manis
                “Seperti yang kau lihat saat ini”
                “Baik sekali”
                “Yah, begitulah kabarku saat ini. Kamu?”
“Buruk. Tiga bulan setelah aku berpisah denganmu dan menjalin hubungan dengannya, akhirnya aku putus dengannya. Ia selingkuh di belakangku” ujar Rio sambil menerawang, kisahnya. “Maafkan aku Ify” ujar Rio penuh penyesalan
                “Sudah aku maafkan dari dulu Rio” ujar Ify sambil mengembangkan senyumnya.
                “Setelah aku putus dengannya, aku mulai sadar bahwa hanya kamu yang ada di hatiku fy. Maukah kau kembali bersama denganku?” tanya Rio sambil menggenggam tangan Ify
                ****
                Iel menjalankan mobilnya meninggalkan kafe di mana Rio dan Ify sedang berbicara. Mobilnya melaju di tengah kota Jakarta, menuju rumahnya. Ia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi ia sudah cukup jelas mengetahui apa yang diminta Rio pada Ify ketika Rio menggenggam tangan Ify. Akhirnya ia sadar satu kenyataan yang selama ini ia tepis. Satu ketakutan untuk kehilangan Ify. Selama tiga bulan ini, ia mungkin merasa berharga bagi Ify dan memiliki Ify seutuhnya. Namun ia tau bahwa suatu saat nanti, ketika Rio datang lagi semuanya hanya tinggal kenangan. Ia lupa bahwa ada satu hal yang sulit disentuhnya, hati Ify. Kurangkah perhatiannya pada Ify? Kurangkah kebaikannya pada Ify? Kurangkah pengorbanannya pada Ify? Kurangkah cintanya yang tulus pada Ify? Apakah itu semua masih kurang? Iel membuang nafasnya kasar. Malam ini ia hanya ingin beristirahat, dan melupakan apa yang terjadi malam ini. Besok, semuanya akan berbeda. Benarkah? Ketika ia memejamkan matanya, yang terbayang hanyalah wajah Ify, senyum Ify, dan segala hal tentang Ify. Bagaimana ia bisa menghapus segala rasa ini? Ponselnya berdering membuat ia mau tak mau menjawabnya
                “Aku ada di depan rumahmu” Iel membelalak mendengar suara yang ada di seberang. Ia kemudian memandang layar ponselnya memastikan ia sedang tidak berkhayal, namun nama Ify memang tertera di ponselnya. Ia kemudian menampar pipinya mencoba menyadarkan dirinya jika ia sedang bermimpi, namun nama Ify tetap ada di layar ponselnya
                “Halo..” ujar Iel akhirnya
                “CEPETAN BUKAIN PINTUNYA” teriak Ify membuat Iel langsung keluar dari kamarnya, menuruni tangga dan membuka pintu rumahnya
                “Ify? Kamu kok di sini? Sendirian?”
                “Aku mau curhat Iel. tadi sih diantar Rio” ujar Ify membuat Iel terhenyak akan kenyataan yang menyakitkan buatnya.
                “Masuk. Di sini dingin. Aku buatkan teh manis untukmu, karena sepertinya ini akan jadi curhatmu yang panjang.” Ujar Iel kemudian menggenggam tangan Ify. Ia rela menukarkan apapun asalkan ia bisa bersama gadis ini. Ia membuat teh, meletakan 2 cangkir di atas meja, kemudian duduk di sebelah Ify. “Jadi, gimana kisahnya?”
                “Aku senaaaang bangeeeet malam ini Iel” ujar Ify bersemangat sambil meremas tangan Iel. “Tadi aku bertemu dengan Rio, dan ia memintaku untuk balikan dengannya”
                “Waaah, selamat ya. Traktirannya boleh lah” ujar Iel menutupi rasa pedih di hatinya
                “Apaan sih Iel. Aku belum selesai cerita. Lagian bukan itu inti ceritanya” Ujar Ify merengut membuat Iel meringis. Cukup! Ia tak sanggup mendengarkan apapun lagi. “Saat aku bersama Rio, saat dia memegang tanganku, aku sadar satu hal, bahwa tak ada lagi getaran yang dulu pernah aku rasakan bersama Rio. Tak ada lagi wajahku yang memerah jika dipuji Rio.”
                “Kamu...”
                “Aku sudah tidak mencintainya lagi Iel. Tadi pun aku menolaknya. Aku sadar bahwa getaran yang aku rasakan itu hanya bisa ku rasakan saat ini. Saat aku menggenggam tanganmu” ujar Ify dengan wajahnya yang memerah membuat Iel hampir saja melompat saking senangnya “Aku...” belum sempat Ify mengucapkan dua kata itu, Iel sudah mengecup lembut bibirnya.
                “Aku mencintaimu. Aku nggak mau kamu ngucapinnya pertama kali” ucap Iel sambil tersenyum manis membuat wajah Ify semakin memerah
                “Aku juga mencintaimu Iel.” Iel pun menarik Ify ke dalam pelukannya. Ia sangat bahagia hari ini. Kali ini ia yakin besok akan ada yang berbeda.

                The end