Jumat, 28 Desember 2012

Love completely everything - cerpen


When Love comes...You can’t ignore it.
                Gadis bertubuh tinggi layaknya seperti orang Asia, dengan wajahnya yang khas Indonesia walaupun terlihat mata nya yang seperti orang Jepang, dengan rambutnya yang berwarna cokelat seperti orang Belanda. Perpaduan sempurna yang dimiliki gadis itu membuat wajahnya cantik tanpa perlu riasan apapun. Kacamata setengah frame menghiasi wajahnya, rambutnya diikat asal layaknya seorang seniman, bajunya pun hanya tanktop berwarna hitam dilapisi dengan cardigan cokelat dan jeans berwarna biru melengkapi tubuhnya, di tangan kirinya terdapat beberapa buku, sedangkan tangan kanannya dengan cekatan menekan keypad  pada ponselnya.
                “Ify!!” sapa seorang gadis lain berambut pendek berwarna cokelat dengan kulit putih, bertubuh tinggi dan pipinya yang chubby.
                “Hi via” balas Ify sambil tersenyum
                “Aku, Iel, Cakka akan pergi ke museum setelah kuliah. Kamu ingin pergi bersama kami?”
                “Aku nggak bisa via. Aku harus menyelesaikan tugasku.
                “Ooh Ify, ayolah. Perjalanan nanti pasti akan membosankan kalau kamu tak ada” bujuk Sivia
                “Sorry via”
                “Alright. Oh ya, aku punya berita bagus hari ini.” ujar Via sambil merangkul Ify dan berjalan ke kelas.
                “Biar ku tebak, apa Iel jadian dengan Cakka?”
                “Bukan. Oh, kamu memang memiliki imajinasi yang bagus. Tapi bukan itu. Kelas kita kali ini bukan Mr.Daniel yang akan mengajar. Ia digantikan oleh Mr.Rio. Aku dengar, Rio adalah pemuda yang tampan dan masih muda. Ia lulusan universitas ini tahun lalu sebagai lulusan terbaik. I think that he could be a good boyfriend”
                “Apa kamu akan mendepak Alvin, pacarmu, begitu saja?”
                “Tidak. Aku mencintai Alvin. Aku hanya berpikir bagaimana kalau kamu dengan Mr.Rio.”
                “You really have a bad imaginary” ujar Ify kesal membuat Sivia tertawa. Sudah 5 tahun Ify meninggalkan Indonesia. Dua tahun ia menyelesaikan SMA nya di Swedia, dan ia kemudian mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas terbaik di Swedia, dan ia mengambil jurusan art and music. Ia bertemu dengan Sivia, Iel dan Cakka ketika ia baru menginjakkan kaki di SMA. Sekarang mereka berempat menjadi sahabat baik. Ia tak pernah putus kontak dengan Ray, sahabatnya. Ify pun datang ke Swedia, karena ia berusaha melupakan seseorang. Seseorang yang ia cintai, tapi tak bisa ia miliki.
*****
                “Morning class
                “Morning
                “Perkenalkan saya adalah dosen kalian yang baru. Saya sebagai pengganti Mr.Daniel untuk sementara. Nama saya Rio. Ada yang ingin ditanyakan?” ucap Rio, ia memiliki tubuh tinggi, wajah tampan, keturunan Amerika- Indonesia
                “Pak, umur berapa pak?”
                “23 tahun. Karena umur kita tidak berbeda jauh, maka jangan panggil saya pak. Panggil saya Kak Rio atau nama saja juga boleh.” ucap Rio dengan senyuman manis membuat hampir seluruh gadis terpukau
                “Single?”
                “Yup, Single. Perkenalannya sekian, kita mulai saja pelajarannya” ucap Rio mengakhiri perkenalan hari itu membuat para gadis kecewa.
                “Ify, sudah ku bilang kan ia tampan dan masih single.” Ujar Sivia sambil tersenyum jail membuat Ify mendengus, kemudian memandang ke proyektor
                ****
                Ify mendengus kesal. Ia sudah di depan lukisan ini dari 2 jam yang lalu, membuka buku yang menunjukkan arti dan maksud dari pelukis, namun tetap saja ia tak mengerti bagaimana semua perpaduan warna yang ada di depannya bisa menyampaikan makna tertentu. Ini hanya terlihat seperti coretan-coretan anak TK yang baru mengerti akan warna. Ia rasa khusus untuk mata kuliah seni lukis ini, ia akan mendapat nilai yang buruk. Ia tak menyukai mata kuliah seni lukis ini sejak semester lalu. Semester pertama sampai ketiga, ia sangat menyukainya karena berhubungan dengan musik. Ia menyukai musik, karena dengan alunan nada bisa menyampaikan perasaan pemusik pada pendengarnya. Tapi dengan lukisan? Hanya orang-orang tertentu yang memang mengerti tentang seni saja yang bisa mengerti maksud dari pelukis.
                “Lukisan yang menarik bukan?” ucap seseorang di sebelahnya membuat Ify menoleh dengan cepat. Astaga, apa orang ini gila mengatakan lukisan seperti ini menarik? Ini benar-benar berbeda dengan lukisan yang lain. Ini benar-benar abstrak. Oke, Ify tau bahwa lelaki di sampingnya ini adalah lulusan terbaik dan dosen, karena itu ia menganggap ini mudah. Coba saja ia masih mahasiswa, ia pasti akan berpikir sama dengan yang Ify pikirkan saat ini. “Hai, sepertinya tadi kita bertemu di kelas”
                “Iya pak”
                “Sudah saya bilang jangan panggil pak. Apa saya terlihat setua itu?” tanya lelaki itu sambil menunjukkan cengiran. “Siapa namamu?”
                “Ify, pak. Maksudku kak Rio”
                “Lukisan yang menarik kan?” tanyanya lagi membuat Ify mendengus kesal
                “Saya sama sekali nggak ngerti kak maksud dari pelukis. Ini benar-benar seperti coretan anak TK”
                “Warna-warna itu sendiri mewakili pengertian masing2. Seperti warna kuning dan merah yang ingin menimbulkan maksud kehangatan, sedangkan warna abu2 yang ingin menunjukkan kesan damai.” Ucap Rio sambil menunjukkan beberapa warna yang ada pada lukisan itu “Kadang sengaja dibuat abstrak, agar tak dimengerti maksudnya tapi tersampaikan perasaannya walaupun sangat tersirat.”
                “Kenapa harus begitu? Bukankah lebih bagus semuanya diungkapkan secara gamblang? Seperti musik, sehingga dengan mendengarnya pun orang bisa mengerti.”
                “Ada kalanya, kamu nggak bisa mengungkapkan perasaanmu secara gamblang. Ketika kamu merasakannya, maka kamu akan mengerti lukisan ini maupun lainnya” ucap Rio masih memandang lukisan yang ada di hadapannya. “Saya pergi dulu. Saya yakin kamu akan menyukainya” ujar Rio kemudian meninggalkan Ify yang masih mematung di hadapan lukisan itu. ‘Merasakannya? Menyukainya? Itu tidak akan pernah terjadi. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyukai seni lukis’ Batin Ify kemudian membereskan buku dan meninggalkan galleri yang ada di kampusnya itu.
****
6 bulan kemudian....
Rio dan Ify memang semakin dekat. Dimulai dari lukisan, musik, kemudian nilai Ify yang buruk di seni lukis, membuat Rio dengan sukarela mengajarkan seni lukis pada Ify. Kedekatan mereka pun merubah cara memanggil mereka. Ify tidak lagi menggunakan kata ‘pak’, ‘kak’ ataupun ‘saya’ sebagai kata ganti. Begitupun juga Rio
“Bagaimana nilaimu?” tanya Rio
“Aku dapat A-.” Ucap Ify histeris dan langsung memeluk Rio. Rio yang dipeluk tiba2, kaget bukan main, tapi ia balas memeluk Ify “Ini semua berkat kamu. Aku nggak nyangka bisa mendapatkan nilai bagus dan menyukai seni lukis seperti ini”
“Itu karena kamu bisa merasakannya. Aku turut senang” ucap Rio “Hmm, by the way, sampai kapan kamu mau memelukku seperti ini?” tanya Rio membuat Ify sontak melepuskan pelukannya dengan wajah memerah
“Maaf yo”
“Wajahmu lucu, memerah seperti itu. Aku suka” ucap Rio sambil menyentuh pipi Ify membuat wajah Ify semakin memerah. “Ify, apa sabtu ini kamu ada kegiatan? Kalau nggak ada, aku ingin mengajakmu ke galeri yang ada di tengah kota.” Ucap Rio membuat Ify mengernyitkan keningnya. Apakah Rio sedang mengajaknya kencan? Selama ini Rio memang tidak pernah mengajaknya kencan. Mereka hanya sebatas pulang dan pergi bersama ke kampus, juga kebetulan yang terlalu sering sehingga mereka sering bertemu di tempat2 tertentu.
                “Aku bisa”
                “Baiklah. Aku tak sabar untuk bertemu denganmu sabtu ini.” ucap Rio sambil tersenyum “Ayo kita pulang” sahut Rio lagi dan langsung menggenggam tangan Ify. Ify berharap Rio tidak mendengar detak jantungnya. Ini bukan pertama kali Rio menggenggam tangannya, tapi tetap saja ada sensasi menggelitik di hatinya. Ia jadi teringat ketika Rio menggenggam tangannya pertama kali, waktu itu.
‘apakah kak Rio akan selalu menggenggam tangan teman perempuanmu?’ pertanyaan itu terlontar dari mulut Ify ketika Rio menggenggam tangannya pertama kali
‘tidak. Itu hanya ku lakukan untuk perempuan yang ku sukai’ jawab Rio membuat Ify serasa terbang ke langit ketujuh.
                “Ify” Ify tersentak dari lamunannya
                “Ayo, aku antar kamu pulang” ucap Rio dan Ify pun mengangguk. Ia sadar bahwa ia merasakannya, dan ia menyukai seni lukis. Ia juga merasakan cinta dan ia menyukai lelaki yang menggenggam tangannya ini.
****
Love is vulnerability
                Hari ini adalah hari sabtu di mana Rio mengajaknya bertemu di sini. Ify memandangi lukisan-lukisan yang ada di galeri. Sungguh, ia sangat menyukai lukisan sekarang. Ketika dulu ia merasa bahwa ia salah memilih jurusan, saat ini ia sangat yakin bahwa darah seni memang mengalir di tubuhnya. Ayahnya yang merupakan composer sedangkan ibunya yang merupakan pelukis, memang perpaduan yang bagus. Dan ia menyukai lukisan maupun musik saat ini. Apakah ini benar2 karena kedua orang tuanya ataukah ada tokoh lain yang mempengaruhinya? Mengingatnya saja membuat jantung Ify berdebar 2x lebih cepat dibandingkan biasanya, dan pipinya memanas. Ia tak membayangkan seperti apa anaknya nanti, jika mereka menikah. Astaga, pikiran ini terlalu jauh. Bahkan ia belum lulus dari sini. Ia pun menggeleng kepalanya beberapa kali. Mencoba menyadarkan dirinya bahwa ia masih berada di bumi, bukannya terbang ke dunia dongeng. Ia kemudian memalingkan wajahnya, namun matanya menangkap sosok yang menghantui pikirannya akhir-akhir ini malah sedang menggenggam tangan gadis lain sambil berkeliling di galeri ini. Gadis itu memiliki tubuh yang sangat proporsional dengan wajahnya yang cantik dan sepertinya sangat memperhatikan penampilan sangat sesuai dengan lelaki itu. Lelaki itu berbisik, membuat gadis itu tersenyum dengan wajah memerah kemudian memukul manja lengan lelaki. Ada perasaan sakit yang dirasakan Ify. Rasa ini terlalu menyakitkan dibandingkan ketika ia mendapatkan nila C di mata kuliah seni lukis. Saat ini, yang ingin ia lakukan hanyalah menghilang dari ruangan ini tanpa disadari
                “Hai Ify...” sapa lelaki itu membuat Ify terpaku di tempatnya “Aku senang bertemu denganmu disini. ” Ify hanya bisa tersenyum kaku
                “Ify kenalkan ini Shilla, Shilla ini Ify muridku di kelas” ujar lelaki itu lagi yang tak lain tak bukan adalah Rio, membuat Ify membeku di tempatnya. Pengakuan dari mulut Rio bahwa dirinya murid semakin menyakiti dirinya. Ia sadar bahwa selama ini mereka hanya lebih dekat dan semakin sering pergi bersama. Tapi apakah semua itu lantas menjadi biasa saja di mata Rio? Ifu pun mengulurkan tangan untuk berkenalan. “Sedang apa kamu di sini fy?” tanya Rio lagi membuat Ify kali ini hancur tak bersisa. Ify menatap mata Rio mencoba mencari jawaban apakah Rio sedang bercanda, ataukah hari ini adalah april mop? Namun yang ia dapatkan hanya tatapan penuh tanya dari Rio. Apa dia lupa akan janjinya? Ify kemudian menggelengkan kepalanya
                “Maaf pak, saya harus pergi” ujar Ify kemudian meninggalkan Rio dan Shilla yang masih menatapnya dengan bingung. Ify tak sanggup menahan tangisnya. Rasanya semuanya terlalu cepat dan berat untuknya. Mengapa ia harus merasakannya dua kali? Apakah ia tak pantas untuk bahagia? Atau inikah resikonya ketika ia jatuh cinta? Ketika ia membuka hatinya dan membiarkan orang dekat dengannya, maka ia harus menerima juga untuk tersakiti.

****
                Rio memandang Ify yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan Shilla tanpa menjawab pertanyaannya sama sekali
                “Tadi dia memanggilku apa?”
                “Pak” jawab Shilla membuat Rio langsung mengernytikan keningnya tak mengerti. Ify tak pernah memanggilnya Pak lagi, bahkan Kak pun sudah jarang karena hubungan mereka yang memang dekat beberapa akhir hari ini
                “Tanggal berapa hari ini?”
                “15”
                “Astaga. Aku sudah membuat janji dengannya untuk bertemu di sini”
                “You hurt her” ucap Shilla membuat Rio langsung memalingkan wajahnya memandang Shilla “Kamu melukai dia, Rio. Kamu membuat janji dengannya, lantas kamu mengajak gadis lain datang ke tempat yang sama dan kamu bahkan lupa mengapa ia berada di sini. ”
                “Apa yang harus aku lakukan?”
                “Minta maaf?”
                “Bagaimana caranya? Bagaimana kalau ia tak mau memaafkanku?” tanya Rio panik, namun tak dijawab Shilla

****
Love is sacrifice
                “IFY!” panggil Rio membuat Ify merutuki pertemuan mereka di kampus. Ia masih butuh waktu untuk menyatukan hatinya yang hancur
                “Ada apa pak?”
                “Kamu kenapa manggil aku ‘pak’ lagi?”
“Maaf pak, kalau tidak ada yang penting, saya harus ke kelas” ucap Ify. Rio sadar,ia telah melakukan kesalahan besar. Ify telah mengganti kata ganti menjadi ‘pak’ dan ‘saya’. Rio akhirnya hanya menghembuskan nafasnya pasrah
“Ify tunggu” Rio pun menahan lengan Ify agar tidak pergi, namun dengan segera dilepaskan Ify
“Maaf pak ini di kampus. Bukannya bapak sendiri yang melarang agar kita tidak terlihat akrab di kampus.”
“Ify aku tau kamu marah. Aku minta maaf, aku benar2 lupa bahwa aku punya janji denganmu. Aku..”
“Nggak apa2 pak. Saya nggak marah. Lagian saya juga Cuma murid bapak, jadi nggak apa2 kalau bapak lebih mementingkan pacar bapak”
“Ify, kamu... ”
“Bapak tenang saja. Saya pergi dulu pak” Ify pun meninggalkan Rio yang nampak frustasi. Rio kemudian berlari mengejar Ify. Namun ketika melihat Ify, ia juga melihat Shilla menyebrang ke arahnya sambil melambaikan tangan, dan truk yang berjalan ke arah Shilla
“SHILLAE AWAAS” teriak Rio membuat Shilla tersentak, Ify pun menoleh ke arah Shilla.
BRAAAK
****
Love is victory
                Rio memasuki kamar yang serba putih itu. Sungguh sakit melihat orang yang ia sayang terbaring tak sadarkan diri. Ia kemudian mengambil tempat di sisi tempat tidur, memegang tangan gadis itu, kemudian mengecupnya pelan.
“Kamu jangan pernah ninggalin aku. Aku takut kehilangan kamu. Aku sayang kamu” ucap Rio kemudian mengecup kening gadis itu. Tak lama kemudian, gadis itu membuka matanya perlahan
“Rio?” sahut gadis itu pelan, membuat Rio langsung menarik nafas lega “Aku kenapa di sini?” tanya gadis itu lagi membuat Rio menyadari bahwa gadis ini benar2 sudah memaafkan dirinya, karena tak menggunakan kata ‘pak’ dan ‘saya’ lagi. Gadis itu kemudian memandang orang lain yang ada di ruangan itu, kemudian ia ingat bahwa ia mengalami kecelakaan karena menyelamatkan orang itu
“Bentar aku panggilin dokter” ucap Rio sambil tersenyum lega dan mengecup kening gadis itu sekali lagi dan meninggalkan ruangan.
****
“Ify, aku pulang dulu ya. Semoga cepat sembuh, dan hmm terima kasih karena telah menolongku” ucap Shilla
“Aku senang kamu nggak apa2” ucap Ify tulus
“Kamu memang gadis yang baik dan hebat. Aku pulang” ucap Shilla
“Hati2 Shilla. Kalau sudah sampai, kabari aku secepat mungkin” ucap Rio dengan sirat khawatir membuat Ify harus menelan rasa sakitnya lagi. Shilla mengangguk kemudian meninggalkan ruangan.
“Yo, kok nggak nganterin Shilla?”
“Nggak apa2, dia bisa pulang sendiri. Lagian aku mau jagain kamu” ucap Rio membuat Ify mengerutkan kening, bagaimana bisa Rio membiarkan pacarnya pulang sendiri. Tapi di sisi lain, Ify merasa jantungnya berdebar cepat, astaga ia harus melupakan Rio. “Makasih”
“Untuk?”
“Makasih udah maafin aku dan udah mau menyelamatkan Shilla. Dia sangat berarti untukku” ucap Rio membuat Ify terhempas lagi ke bumi.
“Bukan masalah. Hmm, yo maaf rasanya mataku terlalu lelah. Aku tidur dulu” ucap Ify dan diangguki Rio. Ify memejamkan matanya. Ia tidak benar2 mengantuk. Ia hanya ingin menghindari percakapan antara dirinya dengan Rio. Luka di tubuhnya masih belum sembuh, jangan ditambah dengan luka yang harus ditorehkan lagi di hatinya.
“Aku sayang kamu” bisik Rio. Ify merasa perutnya seperti terisi banyak jutaan kupu2 yang terbang, rasa menggelitik yang menyenangkan. Namun ia sadarsatu hal bahwa Rio sudah memiliki Shilla.

****
Love is you and me
Ify menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya mencoba menghangatkan telapak tangannya yang terasa membeku. Ini sudah tahun keenam ia berada di Swedia, tapi tetap saja ia masih tak bisa menyesuaikan diri dengan 4 musim di sini.
                “Sorry, I’m late” ucap seorang lelaki kemudian duduk di hadapannya. Ify kemudian tersenyum, setidaknya lelaki itu tidak melupakan janjinya lagi.
                “No problem. So, what will we talking about?” tanya Ify kemudian membuat lelaki itu terkekeh.
                “I like snow” ujar lelaki itu membuat Ify merengut karena tak menjawab pertanyaannya. “You are so funny, Ify. I’m not regret that i’m falling in love with you” ujar lelaki itu sambil memberika senyuman manisnya
                “You are kidding me”
                “Nope. I’m serious, Ify.” Ucap Rio membuat Ify terpaku. Apakah ia sedang dipermainkan?
                “Hmm, How about Marrie?” tanya Ify akhirnya
                “She is my cousin. I’m sorry not to tell you about this before, but when i wanna tell it, you look like jealous” ujar lelaki itu sambil tersenyum nakal
                “I’m not jealous, Rio” ujar Ify sambil memukul lengan Rio dengan pipi memerah
                “Kamu tau aku suka lukisan, selain musik tentunya. Tuhan itu seperti pelukis. Tuhan melukis hidup kita, bahkan saat kita sama sekali nggak tau maksudnya, hasilnya pasti akan tetap indah, dan aku percaya bahwa aku bisa menemukanmu pun merupakan lukisan Tuhan dalam hidupku.” Ujar Rio panjang lebar “Alyssa, would you marry me?” tanya Rio mengeluarkan sebuah cincin, membuat Ify kehilangan kata-katanya. Sebelum ini mereka memang dekat, namun tak pernah ada kata pacaran di antara mereka. Bahkan hubungan mereka sempat memburuk karena kesalahpahaman Ify tentang Shilla. Semua ini terasa seperti mimpi dan begitu tiba2
                “I would, Rio..”
                “I love you” ucap Rio membuat Ify tersenyum kemudian mengangguk “Oh Ify, bahkan kamu nggak mau membalas ucapanku? Kamu nggak mau mengucapkan ‘I love you too’?” tanya Rio sedikit memohon
                “I love you, I love you, I love you, I love you, I love you, I...” ucapan Ify terhenti ketika Rio membungkam bibirnya dengan ciuman manis.
                “Thanks” ucap Rio
                “Terima kasih buat apa?”
                “Karena kamu menjadi muridku, karena kamu mau menikah denganku, karena kamu juga mencintaiku, dan karena kamu mengizinkan ku mencium bibirmu”
                “Hei, aku nggak pernah mengizinkanmu menciumku, kamu saja yang sembarangan” protes Ify tak setuju. Rio langsung tertawa melihat ekspresi Ify.
                “Ayo kita pulang, aku antarkan kamu sampai rumah. Besok, aku akan membicarakan pernikahan ini dengan orang tuaku dan orang tuamu” ucap Rio kemudian mengulurkan tangan pada Ify.
                “Tapi kamu belum tanggung jawab karena telah mencuri ciuman pertamaku”
                “Oke baiklah, aku akan tanggung jawab. Jadi apa yang harus ku la...” kali ini ucapan Rio terpotong karena ciuman singkat dari Ify tepat di bibir Rio
                “satu sama. Itu sudah cukup” ucap Ify sambil nyengir tak berdosa meninggalkan Rio yang masih terpaku. Ia tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Rio kemudian mensejajarkan langkahnya dengan Ify, kemudian menggenggam tangan Ify erat seolah takut kehilangan Ify. Cinta membuat segalanya menjadi lengkap.

The End

Rabu, 26 Desember 2012

You're my reason


Cinta itu....abstrak namun konkrit. Tak bisa dijelaskan namun tau pasti rasanya. Cinta itu tak pernah  bisa ditebak. Termasuk cintaku padamu. Aku bahkan tak pernah membayangkan bahwa aku bisa jatuh cinta padamu. Dulunya aku hanya senang melihat wajahmu, dan permainan piano yang begitu indah. Namun hanya sebatas itu karena aku tau kau sudah ada yang punya. Kau sudah bersama dia dan itu terlihat ketika kau bahkan tak mau melepaskan tangannya dari genggamanmu. Aku mencoba melupakanmu, mencoba menahan agar apa yang aku rasakan hanya sebatas kekaguman. Bahkan aku tetap berusaha mencoba melupakanmu walaupun aku tau kau sudah tak bersamanya lagi. Dan aku berhasil, sampai kau masuk ke dalam hidupku dengan cara yang sama sekali tak ku sangka. Ketika aku menyadari bahwa kau terlalu masuk ke dalam hidupku, aku hanya bisa menggigit bibir, karena aku tau kau telah masuk terlalu dalam dengan kunci yang kau pegang ataukah aku yang sengaja membuka pintu hatiku terbuka lebar?

*****
"Malam ini begitu dingin" ucapku sambil mencoba menghangatkan telapak tanganku yang terasa membeku. Di saat semua teman2ku menghabiskan waktu di rumah sambil melakukan kegiatan yang mereka sukai, aku di sini malah mengerjakan tugas OSIS.
"Benarkah? Kalau begtu biarkan aku menghangatkanmu." Ucapmu kemudian menarik tanganku dan menggenggamnya erat. "Apa terasa hangat sekarang?" tanyamu lembut membuat aku terpaku dan hampir lupa bagaimana cara bernafas. Pipiku yang terasa hangat. Sungguh, aku takkan pernah bisa melupakan bagaimana kau menggenggam tanganku.
  "Masuklah. Aku tak mau kamu semakin kedinginan dan sakit karenaku. Terima kasih untuk malam ini. Aku pulang" ucapmu kemudian pergi begitu saja meninggalkanku yang masih mencoba menahan debaran jantungku. Sugguh, kau punya cara tersendiri membuatku jatuh cinta

**** 
Kau selalu berada di sekelilingku, walaupun kau tak menghampiriku namun dengan ekor mataku aku tau kau sedang mengawasiku. Atau itu hanya karena aku bisa menangkap radarmu? Ataukah aku saja yang terlalu berharap bahwa kau mengawasiku?

****
Aku memandang rintik hujan di luar sana. Aku suka hujan. Hujan seolah bisa menghapus segala masalahku.
“Kamu kenapa belum makan?” Aku tersentak mendapatkanmu berdiri tepat di hadapanku.
“Aku....”
“Kenapa kamu masuk sekolah kalau sakit?” tanyamu lagi membuatku megernyitkan kening tak mengerti. Tau dari mana kau bahwa aku belum makan dan aku sedang sakit? Bahkan teman sebangku pun tak menyadarinya
“Aku baik-baik saja”
“Kamu sungguh tak pintar berbohong. Setidaknya tidak di depanku” ujarmu membuat aku menghembuskan nafas pelan
“Maaf” ujarmu lagi membuat aku mendongak. Aku sungguh tak mengerti kenapa kau meminta maaf. “Gara2 aku, kamu jadi sakit”
“Ini bukan salahmu. Hanya daya tahan tubuhku saja yang lemah” ujarku sambil terkekeh
“Aku membelikanmu bubur. Makan ya?”
“Aku sedang tak ingin makan..”
“Kamu harus cepat sembuh. Aku tak mau kehilangan sekretarisku ini. Atau perlu ku antar ke UKS?” tanyamu lagi membuatku menggeleng pelan
“Aku tak apa2. Lagian kamu masih ada sekretaris 2 kan?”
“Ya, tapi aku Cuma kamu yang aku mau” ucapmu membuat jantungku berdebar. “Makanlah. Apa perlu ku suap?”
“Baiklah aku akan makan. Tapi kamu tak perlu menyuapiku. Kamu kembali ke kelas saja.”
“Tidak. Aku akan menemanimu di sini. Aku akan memastikan kam menghabiskan makananmu. Lagian aku....” ucapmu terhenti kemudian duduk di depanku, sambil menatap mataku “Aku ingin melihat wajahmu lebih lama”

****
Seharusnya ini kisahku dan kisahmu, atau setidaknya itulah yang ku harapkan. cinta tak pernah salah. Lantas jika ada yang tersakiti dalam kisah ini, siapa yang harus dipersalahkan? Aku, kamu atau dia? Aku melihatmu menepuk puncak kepalanya kemudian tersenyum manis padanya. Aku takkan pernah bisa mengalahkannya. Ia punya posisi istimewa di hatimu. Ia cantik, anggun, feminin, dan cerdas. Seperti langit dan bumi. Aku tau hal itu dari dulu, tapi kenapa aku tetap saja mencintaimu?
 Aku akhirnya pergi meninggalkanmu tertawa bersama dengannya. Aku bahagia jika kamu bahagia. Benarkah? Tapi kenapa aku merasa tak rela, mengapa aku ingin akulah yang ada di posisinya? Aku sadar kamu takkan pernah bisa menjadi milikku. Dan aku merasakan pipiku basah karena air mata yang mengalir.

****
"kenapa kamu menghindar dariku akhir2 ini?"
"siapa bilang? Aku masih di sini saja. Kamu yang terlalu sibuk" ucapku sambil tersenyum miring. Bagaimana aku bisa melupakanmu kalau kau masih saja ada di sekitarku
"kamu tak usah berbohong padaku. Ada apa sebenarnya? Apa kamu cemburu melihatku dekat dengan dia lagi??" tanyamu kemudian mencengkram erat kedua tanganku
"Apaan sih? Aku tak mengerti apa yang kamu bicarakan"
"jangan berbohong padaku. Apakah kamu mencintaiku juga seperti aku mencintaimu?" tanyamu membuatku membelalakan mata tak percaya. Permainan apalagi yang sedang kamu mainkan?
"Cukup. Kamu sudah bahagia bersama dengannya jangan membuatku seperti ini lagi. jangan membuatku bingung dengan perasaanku sendiri." lirihku
"Aku serius dengan apa yang aku katakan. Aku mencintaimu. Ketika aku dulu mencintainya dengan banyak alasan, aku tak perlu satu alasan pun untuk mencintaimu, karena aku mencintai semua yang ada pada dirinu. Cuma denganmu aku bisa menjadi diriku sendiri, tak perlu berpura2 menjadi romatis dan perhatian karena kamu menerimaku apa adanya. Walaupun dia pernah meninggalkanku bersama pria lain, tapi jauh lebih sakit saat kamu yang menghindar dariku, mencoba menghilang dari hidupku. Aku mohon jangan siksa aku lebih lama lagi. Aku mencintaimu" ujarmu kemudian menarikku ke dalam dekapanmu. Membuatku mau tak mau mengeluarkan air mata yang aku tahan. "Hei jangan menangis. Aku tak suka melihatmu menangis. Apalagi akulah alasanmu menangis" ujarmu kemudian menghapus air mataku
"Kamu tau? Kamu adalah alasanku untuk bisa tersenyum. Aku juga mencintaimu" ujarku membuat ia langsung tersenyum bahagia. Ku rasa itu kalimat tepat untuk membalas semuanya




The end

Kamis, 18 Oktober 2012

True love - cerpen


PENGUMUMAN PEMAIN DRAMA TRUE LOVE
Mario Stevano XI IPA 1 as Koizumi Asano
Alyssa Saufika XI IPA 2 as Yumi Katsushika
Gabriel Steven XI IPA 2 as Masato Senmatsu
Ashilla Zahrantiara X as Shizuka Ariwara

Sinopsis : Drama True Love ini menceritakan tentang Yumi yang hebat untuk berperang, memiliki kemampuan bela diri, keras, cuek dengan penampilan dan tidak berlaku layaknya seorang putri, tidak ada sisi feminin. Ia merupakan putri sebuah kerajaan, namun ia bukannya orang yang dilindungi, tapi ia yang memimpin pasukan perang. Asano merupakan putra dari  kerajaan musuh. Walaupun Asano juga pemimpin perang, namun ia tetap berlaku seperti putra raja. Ia tetap memperhatikan segala peraturan dan tata krama. Mereka dipertemukan oleh kejadian yang tidak sengaja, dan jatuh cinta. Namun mereka diperhadapkan dengan banyak tantangan. Dimulai dari Asano yang akan dinikahkan dengan Shizuka, putri dari sahabat ayahnya, sekaligus putri salah satu kerajaan yang bisa membantu kerajaan Asano untuk menghancurkan kerajaan Yumi. Maupun Masato yang merupakan sahabat sekaligus partner Yumi untuk berperang, malah mengungkapkan cinta pada Yumi. Dan masalah yang paling besar dihadapi Yumi dan Asano adalah keluarga mereka sendiri. Manakah yang akan mereka pilih? Cinta? Ataukah keluarga?
            True Love Coming soon...

            Aku hanya bisa membulatkan mata ketika melihat pengumuman yang ditempel di mading sekolah. Di sekolahku memang ada salah satu ekstrakurikuler segala sesuatu berbau jepang. Sebenarnya aku nggak pernah mengikuti ekskul tersebut, tapi untuk drama True love yang dibuat oleh ekskul jepang ini, aku malah terpilih menjadi salah satu pemeran utama. Aku mengikuti audisi pemilihan peran ini karena dipaksa oleh sahabatku yang merupakan penulis skenario dan sutradara nya. Menurut mereka, aku cocok untuk memerankan tokoh Yumi, karena memiliki karakter yang mirip. Akhirya setelah dipaksa, aku pun memutuskan untuk mengikuti audisi yang dilakukan seminggu lalu. Sungguh, aku masih tak percaya dengan pengumuman ini.
            “Selamat ya fy, lo terpilih jadi Yumi. Gue nggak sabar buat acting bareng lo” ujar Gabriel yang merupakan sahabatku.
            “Selamat juga yel.”
            “Sebenarnya gue pengennya jadi Asano, tapi gue malah dijadiin Masato. Tapi nggak apa2 sih, soalnya menurut gue Rio emang cocok jadi Asano.” Aku hanya mengangguk. Aku hanya sekedar tau Rio, anak XI IPA 1. Pemain basket, anak terpintar di kelasnya, tak lupa wajahnya yang cukup tampan. Kalau ada yang belum mengenalnya mungkin akan berpikiran bahwa dia adalah tipe cowok cool atau jaim. Karena itupun yang aku pikirkan saat bertemu dengannya pertama kali. Tapi setelah aku mengobrol dengannya, aku menyadari satu hal bahwa dia cukup friendly dengan orang yang baru ia kenal. Hanya sekali aku ngobrol dengannya. Setelah itu dia bahkan bersikap tak mengenaliku.
            “Masuk kelas yuk fy” ajak Iel, membuatku menganggukan kepala dan mengikuti langkah Iel meninggalkan papan mading yang masih dipenuhi banyak orang. Ketika aku memasuki kelas, tak jauh berbeda dengan Iel, teman2 sekelasku secara bergantian memberikan selamat untukku juga Iel atas tokoh utama dalam drama. Aku pun duduk di tempatku, memejamkan mata, dan meresapi bagaimana nantinya. Aku sama sekali tak bisa ber-acting. Aku bukan Shilla yang memang mengambil ekskul drama. Aku di sekolah ini pun hanya mengambil 1 ekskul yaitu musik, dan menjadi seksi Humas di OSIS. Kepalaku mulai berdenyut memikirkan hal yang sepertinya akan memiliki tantangan sendiri

****
            “Selamat sore semuanya. Sebelumnya kami mengucapkan selamat kepada semua yang terpilih menjadi pemeran dalam drama ini. Kalian adalah orang2 terbaik yang kami lihat, bisa membuat drama ini benar2 menjadi hidup. Untuk lebih meresapinya, dalam kehidupan sehari-hari kalian mungkin bisa memanggil nama tokoh yang diperankan” Ujar Sivia, sahabatku yang merupakan penulis skenario dan sutradara. “Rio sebagai Asano, Ify sebagai Yumi, Iel sebagai masato, dan Shilla sebagai Shizuka, serta pemeran pembantunya ada.....” aku tidak mendengarkan apa yang dikatakan Via berikutnya. Pikiranku tertuju hanya pada script yang sekarang ada di tanganku. Aku mulai membaca setiap skenario dan mulai menggantikan diriku sebagai Yumi. Cerita yang menarik. Setidaknya ini tentang kerajaan yang berperang, aku suka tantangan.
            “Kalian boleh pulang sekarang. Tolong dibaca setiap skenarionya, suasana hatinya, dan juga latar waktu maupun tempat. Besok kita ketemu lagi di sini, untuk latihan. Terima kasih untuk dukungan semuanya” Ujar Via membuat yang lain meninggalkan tempat.
            “Ify!”
            “Lo manggil gue?” tanya gue seperti orang bodoh, membuat Rio tersenyum.
            “Nama lo masih Ify kan? Atau mau gue panggil Yumi?” tanyanya balik membuat aku menggaruk tengkukku
            “Ada apa?”
            “Setelah ini lo ada acara nggak?”
            “Nggak. Kenapa emangnya? Lo lagi nggak ngajak gue kencan kan?” tanyaku to the point membuat dia langsung terbahak
            “Gue mau ngajakin lo, baca script bareng2 setidaknya supaya gue nggak ketiduran dan supaya gue bisa makin memahami karakter gue ”
            “Ooh. Boleh, mau di mana?”
            “Di rumah lo?”
            “Oke. Itu artinya gue bareng lo kan?”
            “Gue naik motor, lo jalan kaki” ujarnya membuat gue langsung melongo. Lagi2 dia terbahak melihat ekspresi gue “Iyalah bareng gue. Lagian gue juga nggak tau rumah lo. Ayo, ntar kemaleman.” Aku pun mengangguk dan mengikuti dia dari belakang.
            “Btw pacar lo nggak marah kan?”
            “Gue belum punya pacar. Pacar lo kali yang ntar marah”
            “Tadi gue udah bilang ke dia  kok, dan dia oke2 aja.”
            “Tadi?”
            “Ah, Shilla pacar gue. ”
            “ooh..”
            “Gue kira kabar gue pacaran sama Shilla udah nyebar seluruh pelosok sekolah, ternyata masih ada aja yang nggak tau. Atau mungkin karena lo kurang gaul?” Aku langsung memanyunkan bibir gue, membuat dia sekali lagi tertawa puas melihat ekspresiku.

****
            Aku berdiri dari tempatku, kemudian meregangkan sedikit badanku. Setelah beberapa minggu ini aku latihan drama, cukup menyita waktu, pikiran dan tenaga ku. Yah, berhubung drama nya ada perang, maka aku pun harus latihan salah satu bentuk bela diri yang ada. Cape rasanya, tapi menyenangkan. Hari ini aku masih harus latihan drama dan bela diri, padahal aku sedang demam mungkin karena kecapean.
            “Fy, lo nggak ke kantin?” tanya Rio yang baru saja memasuki kelasku.
            “Males yo, badan gue pegal2 semua. Males ngapa2in gue. ”
            “Udah gue duga” ujarnya membuatku mengernyitkan kening “Ini gue bawain lo nasi goreng sama aqua. Tadi waktu ke kantin, gue kepikiran lo, jadinya gue beliin” ujarnya santai membuat jantungku berdegup cepat. Astaga, beberapa minggu ini aku memang menjadi lebih dekat dengan Rio. Atau lebih tepatnya terlalu dekat. Dia selalu mengantar jemputku ke sekolah, mengajakku ke kantin, menemaniku makan, bahkan menungguku selesai latihan drama, kalau memang tak ada bagiannya untuk latihan. Entahlah aku benar2 tak mengerti mengapa ada rasa yang asing tumbuh dalam diriku. Rasa yang menyenangkan sekaligus menggelitik ketika bersama dengannya. Aku sadar ini salah, aku tau ia sudah ada yang punya, namun semakin aku mencoba mengenyahkan perasaan ini, malah tumbuh semakin liar.
            “Hei kok bengong” ujarnya membuatku menatapnya
            “Makasih ya yo.”
            “Iya sama2. Ya udah, lo makan ya. Gue balik ke kelas dulu” ucapnya kemudian mengacak rambutku pelan, membuat darahku berdesir, dan bisa kurasakan pipiku memanas, untungnya Rio tidak melihatnya karena ia sudah berjalan keluar kelasku.
            ****
            Rio P.O.V
            Aku melihatnya agak pucat, untuk latihan drama kali ini. Ka Ray sebagai pelatih bela dirinya, menyerang dengan ganas, membuat jantungku berdebar. Aku takut dia kenapa2. Satu tendangan dari ka Ray tepat di ulu hatinya membuat ia sedikit limbung, kemudian jatuh pingsan
            “IFY!!” aku langsung berlari menghampiri mereka, menggendong tubuh Ify ke UKS. Aku khawatir. Aku kemudian membaringkan tubuh Ify di salah satu tempat tidur di UKS, kemudian memanggil petugas UKS yang sedang bertugas saat itu untuk memeriksa Ify
            “Ify, nggak apa2. Efek kecapean makanya ia demam dan bisa pingsan seperti ini”
            “Makasih” ucapku kemudian duduk di tepi tempat tidur Ify. Aku menggenggam tangan kanannya, matanya masih terpejam. Aku menatap wajahnya yang nampak begitu lelap dan polos. Berada dengannya sedekat ini membuat jantungku berdegup cepat. Tak lama kemudian, ia membuka matanya
            “Rio?”
            “Udah enakan fy?”
            “Gue kenapa?”
            “Lo pingsan tadi, ditendang sama ka Ray. Tapi katanya itu efek kecapean lo, dan karena lo lagi sakit” ujarku mencoba menjelaskan membuat ia mengangguk mengerti “Lo kenapa nggak bilang sih kalo lagi sakit? Bikin khawatir tau nggak sih
            “Maaf” ucapnya sambil menunduk. Aku menghembuskan nafasku kasar, mengangkat wajahnya yang menunduk. Aku sadar satu hal saat ini, aku tidak bisa melihatnya sedih, dan itu artinya aku mencintainya.
            “Yang penting lo nggak apa2”
            “Fy..” panggil seseorang membuat aku melepaskan genggaman tanganku pada Ify
            “Ka Ray?”
            “Maafin gue ya fy, gue nggak maksud buat nendang lo kuat2”
            “nggak kok ka, gue emang lagi nggak enak badan, terus jadi ngefek sama latihannya. Harusnya gue yang minta maaf soalnya nggak bisa latihan dengan baik hari ini”
            “nggak apa2 kok fy. Cepet sembuh ya. Gue balik duluan ya fy, yo” ujar ka Ray kemudian meninggalkan aku dan Ify di UKS
            “Yuk pulang, gue anterin” ucapku, dan menggandeng tangan Ify berjalan ke arah parkiran. Saat menggenggam tangannya, ada rasa hangat di dalam dada, dan aku tak ingin melepaskannya.
           
****
            Author P.O.V
            Saat ini keadaan terlalu mendesak, tidak ada lagi cara untuk berdamai. Yumi dan Asano berada dalam perang yang sama, mempertahankan kerajaan masing-masing. Seolah cinta yang mereka rasakan dalam waktu kemarin hanyalah sesaat. Beribu pasukan telah mati dalam peperangan ini. Yumi dan Asano akhirnya berhadapan dengan kondisi yang sama sekali berbeda. Tekad yang telah dibuat Yumi untuk tidak memandang cinta, dan tetap menghancurkan kerajaan musuh, runtuh begitu saja ketika menatap mata elang Asano yang selalu memberikan kedamaian baginya. Tidak ada yang memulai untuk membunuh.
“Saya tidak ada hubungan apapun dengan Shizuka. Saya dipaksa oleh ayah. ” ujar Asano
“Kamu pikir, saya akan mempercayainya begitu saja? Cih..Lagian, saya tidak pernah mencintaimu. Saya mendekatimu hanya untuk mencari kelemahan dari kerajaanmu” ujar Yumi dan memalingkan wajahnya. Ia tak sanggup menatap mata Asano terlalu lama. Tanpa Yumi tau, Asano tersenyum tipis.
“watashi wa Yumi ga daisuki. (Saya mencintaimu Yumi)” sahut Asano tepat sebelum panah dari Masato melesat tepat ke jantungnya. Yumi menutup mulutnya menggunakan tangannya, nafasnya memburu, air mata pun keluar dari kedua matanya. Pertama kalinya ia menangis dalam hidupnya.
“Watashi wa anata mo Asano Ai (Saya juga mencintaimu Asano)” bisik Yumi sambil memeluk tubuh Asano yang bersimbah darah.
“Kau membuatku jatuh cinta” bisik Asano lebih pelan.
Kerajaan Asano pun kalah, semuanya mati. Tapi tak begitu dengan cinta yang masih hidup dalam hati Yumi.
Semua penonton berdiri kemudian bertepuk tangan riuh. Ada penonton yang tersenyum, ada juga yang masih menghapus air matanya merasa terharu dengan adegan dari Yumi dan Asano. Semua pemain pun berdiri di atas panggung, kemudian memberi hormat kepada para penonton. Ify berjalan meninggalkan panggung, namun Rio malah menahannya.
“Kalimat gue terakhir tadi, berasal dari lubuk hati gue yang paling dalam. Lo berhasil membuat gue jatuh cinta fy.” Ify tau kalimat itu sama sekali tak ada di skenario. Apakah Rio sedang mempermainkan hatinya? Ify memang mencintainya. Bahkan ia sendiri tak sadar kapan ia mulai jatuh cinta pada pemuda di hadapannya ini. Ataukah ini hanya perasaan semu karena drama yang mereka mainkan?
“Lo udah punya Shilla, yo. Sadar! Lo nggak pantes ngomong kayak gitu ke gue. Itu sama aja kayak lo menghancurkan Shilla. Lagian yang lo rasakan itu Cuma semu, karena drama ini”
“Itu perasaan gue yang sebenarnya. Dan gue yakin ini bukan semu. Apa lo ngerasain apa juga yang gue rasain?” tanya Rio membuat Ify harus menahan air matanya. Ia sadar ia juga jatuh cinta, tapi ia tak ingin dicap sebagai perempuan perebut pacar orang. Ia juga tak ingin menghancurkan hubungan Rio dan Shilla. Bagaimanapun juga Shilla itu perempuan, punya hati yang mudah terluka
“Nggak yo”
“Jangan bohongin perasaan lo sendiri fy” ujar Rio dan mengeratkan genggaman tangannya
“Gue nggak sayang sama lo, gue nggak pernah jatuh cinta sama lo yo. Puas?”
“Nggak fy!”
“Lo harus mempertahankan perasaan lo buat Shilla, anggap gue nggak pernah ada di hati lo. Berhenti mencintai gue. Please, gue mohon yo, jangan pernah ngebuat gue dalam posisi kayak gini lagi. ” Air mata Ify turun mengalir di kedua pipinya. Rio melepaskan genggamannya.
“Oke kalau itu mau lo. Gue nggak bisa ngelihat orang yang gue sayang mohon buat gue. Dan satu juga gue mohon buat lo, supaya lo jangan pernah nangis lagi” ujar Rio kemudian meninggalkan Ify yang masih saja menangis. Ify sadar satu hal. Drama ini berakhir, dan cinta nya pada Rio pun harus berakhir.
****
3 tahun kemudian...
RIO P.O.V
Aku menyesap espresso yang ku pesan sejak tadi, memang tepat menemani saat hujan. Aku mengedarkan pandanganku dan terhenti pada sosok gadis yang baru saja memasuki caffe ini. Ia mengambil tissue dari tasnya untuk mengeringkan beberapa bagian tubuhnya serta rambutnya yang basah. Ia kemudian menghampiri mejaku, duduk tepat di hadapanku, namun matanya masih tertuju pada buku menu yang ada di tangannya. Aku sama sekali tak menyangka bisa bertemu dengannya. Aku sadar satu hal, debaran itu tetap ada, dan perasaan cintaku padanya tetap ada.
“Mbak saya pesan hot cappucino satu. makasih” ujarnya kemudian mengangkat wajahnya dan menatapku
“Hai, senang sekali bisa bertemu denganmu lagi” sapaku santai membuat ia terpaku, mungkin ia bahkan berpikir untuk menghilang saat ini. Namun ternyata pikiranku salah.
“Hai Rio, apa kabar? Sudah lama sekali kita nggak pernah ketemu. Sekarang kamu kuliah di mana?” tanya nya santai sambil memberikan senyumannya yang manis
“Aku kuliah di UI, ngambil jurusan kedokteran. Kamu? Di aussie ngambil jurusan apa?” tanyaku balik. Ada yang salah dalam percakapan kami. Terlalu baku dan terlalu canggung.
“Aku ngambil fakultas art & music, jurusannya sih khusus drama & musik” ujarnya santai sambil mengucapkan terima kasih kepada pelayan yang mengantarkan minuman
Let me guess, kamu udah selesai terus balik ke Indonesia untuk berkarir di sini. Am I right?” Ia langsung tertawa, kemudian mengangguk singkat. Tak ada yang berubah darinya. Hanya satu yang berubah ia tambah cantik dan feminin tentunya. Ia kemudian mengedarkan pandangan. “Aku sendirian di sini” ujarku seolah bisa membaca pikirannya. Ia pun hanya mengangguk mengerti
“Shilla nggak bareng kamu?” Tanyanya membuat aku mau tak mau tersenyum
“Aku dan Shilla udah putus, sejak SMA” ujarku membuat ia menggigit ujung bibir bawahmya tanda ia merasa bersalah “tenang saja, bukan salahmu kok. Aku sudah berusaha melakukan apa yang kamu minta, tapi nyatanya dia jatuh cinta pada Iel. Jadi aku nggak bisa memaksa kan?” Ia kemudian menganggukk lagi ‘andai saja kamu masih ada di Indonesia saat itu, mungkin kisah cinta kita akan berbeda’ batinku.
“Maaf aku nggak tau. Terus pacar kamu sekarang di mana?”
 “Nggak ada. Aku nunggu seseorang. Seseorang yang sempat menolakku dulu saat drama” ujarku santai membuat pipinya yang putih bersemu merah “Kamu sendiri? Udah ketemu belahan jiwamu di sana?” tanyaku
“Nggak.” Jawabnya singkat. Aku dan dia kembali terdiam. “Sebenarnya alasan utama aku balik ke Indonesia bukan hanya untuk berkarir di sini, tapi untuk jujur dengan perasaanku sendiri. Perasaan yang aku tutupi selama 3 tahun ini. Aku...”
“Aku mencintaimu” ujarku memotong ucapannya. Dia menatapku dengan entahlah tatapan yang tak bisa aku artikan “sampai sekarang. Maaf, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu tiga tahun lalu untuk berhenti mencintaimu.”
“Maafkan aku yo. Aku melukai perasaanmu. Maaf.”
“Sudah ku bilang itu bukan salahmu. Mungkin sudah seharusnya kisah kita seperti ini”
“Aku mencintaimu juga Rio” ujarnya membuatku membelalakan mata tak percaya
“Kamu serius?”
“Dari dulu yo, tapi aku tak punya cukup keberanian untuk perasaan itu. Perasaan yang aku takutkan hanya sementara. Aku...” Aku meletakkan telunjukku di bibirnya
“Sst..yang berlalu biarkan berlalu. Kita buka lembaran yang baru bersama. Would you be my girl friend?” tanyaku to the point. Ia mengangguk, membuatku langsung menariknya ke dalam dekapanku
“watashi wa Ify ga daisuki. (Saya mencintaimu Ify)” sahutku sama seperti dialogku saat drama, membuat Ify langsung tertawa
“Watashi wa anata mo Rio Ai (Saya juga mencintaimu Asano)”

The End


Senin, 30 Juli 2012

Sekali ini saja - cerpen


You don't love a woman because she's
beautiful; she is beautiful because you love her.
- anonymous

      Gadis berwajah tirus yang menggunakan toga wisuda berwarna hitam dipadu dengan warna biru langit serta ijazah di tangannya keluar dari ruangan dengan wajah penuh senyuman. Ia tertawa bersama teman2nya, menikmati hari terakhir mereka di kampus. Hari di mana mereka harus melepaskan 'jabatan' mahasiswa mereka. Mereka memulainya bersama dengan senyuman, candaan, tangisan, perjuangan, hari ini mereka pun mengakhirinya dengan senyuman bahagia. Terlalu banyak kisah di kampus ini. Gadis itu lantas melambaikan tangannya pada teman2nya itu dan pergi menghampiri  empat orang yang nampaknya telah menunggunya sejak tadi
"akhirnya ade gue yang satu ini lulus juga. Congrats ya" ujar seorang pemuda bertubuh jangkung dengan kemeja putih dan jas yang lenganny dilipat setengah.
"makasih ka iel"
"selamat ya anakku" ucap papa dan mama gadis itu kemudian memeluk dan mencium pipi gadis itu.
“makasih ma, pa” ucap gadis itu kemudian berdiri di depan pemuda lainnya yang telah membuka jasnya
"happy graduated honey" ujar pemuda itu sambil memberikan sebuket mawar putih lantas mencium kening gadis itu dengan sayang.
"thank you honey. Aku kira kamu nggak bisa dateng"
"impossible. i'll always have time for you. Btw, you look so beautiful today" bisik pemuda itu membuat wajah gadis tersebut memerah. Pemuda itu lantas tertawa sambil memeluk pinggang kekasihnya  dan mengecup pipi kiri gadisnya
"kamu tuh sengaja ya, supaya muka aku merah semua" rengut gadis itu membuat kedua orang tuanya, kakaknya maupun kekasihnya.
"Ntar cantiknya ilang loh fy. terus si Rio nggak mau lagi sama kamu" goda Iel
"nggak kan say?" tanya ify berbalik pada Rio
"nope. Lagian aku sayang sama kamu kan bukan karena kecantikan kamu" ujar Rio membuat wajah ify semakin memerah, sedangkan iel manyun merasa adik iparnya ini tak kompak untuk menjaili adiknya. "kalo karena kecantikan kamu mah dari dulu aku nggak pernah pacaran sama kamu. kamu kan biasa aja, mending sama yang lain" tambah Rio membuat Ify manyun dan Iel terbahak dengan bahagia
"kamu mah"
"bercanda say. Kamu tetap jadi yang paling cantik di hatiku." ujar Rio membuat orang tua Ify hanya geleng2 kepala melihat anak mereka itu.

****


Your love's a permanent distraction, a perfect interaction
a feeling so extreme
- Hope

Tiga tahun..Tiga tahun lalu gadis itu mengenal seorang pemuda yang menjadi seniornya di kampus. Tiga tahun lalu, dirinya menjadi akrab dengan pemuda itu. Tiga tahun lalu pula, hubungannya dengan pemuda itu diresmikan menjadi sepasang kekasih. Dan selama tiga tahun ini, ia mengenal apa namanya cinta. Tiga tahun itu pun bukan hanya kebahagiaan yang ada pada mereka, tapi juga masalah datang silih berganti. Dimulai dari Via yang meneror gadis itu untuk menjauhi Rio, atau bahkan Iel yang selalu berusaha mendekati dirinya.
Gadis itu mengambil ponselnya kemudian mengetik sederet kata yang sudah biasa ia lakukan pada pagi hari. Seperti sebuah kecanduan yang sama sekali tak ingin ia hentikan. Apakah jatuh cinta itu memang indah?

To : Rio
Morning....udh bangun blm?? Love you..

From : Rio
Morning too. Ak udh d kantor. I met someone this morning. and you know who? She is via. Love u too.

To : Rio
Waduuuh pagi banget sih kamu k kantor. Kamu udah sarapan? Really?! Let me guess, today she is look beautifull & smart. Aren't you falling in love with her??

From : Rio
 Belum, hehe. kamu udah sarapan? Oh you're right. she's look beautifull. Unfortunetly i  had a girlfriend. :p. Tapi kalo boleh jujur, kecantikan dia cuma karena riasan.

To : Rio
Iiih, kamu tuh udh dibilangin. Makan gih. Ntar sakit lagi. Ak baru selesai sarapan. Hahaha. Dasar! Kamu jgn gitulah. Kasihan dia. Klo ak liat2 kmu cocok sama dia. :p

From : Rio
Ya udh kamu jg sama iel aj. Dia juga keliatan baik. :p
Say, ak males nih ngapa2in di kantor. coba kalo ad kamu d sini. Pasti ak bakal srmangat

To : Rio
Deal. Gombal. Kamu pulang jm brp hari ini?

From : Rio
no deal. Ah kamu gimana sih. Di mana2 tuh cewek bakal jealous. Hmm, jm 10 kyknya. Banyak kerjaan.  oh ya say, mama minta kamu dtg ke rumah hari ini. Kamu bisa ga??

To : Rio
Hahahaha. Abisnya kamu dulu sih yg mulai. Cape hati klo ak cemburu. Mending ngegodain balik :p
Hah? Tapi say, hari ini ak ga bisa. Ak udh jnjian sama shilla & agni. Klo bsok aj gimana? Ntar ak dtg k rumah kamu.

From : Rio
Ooh gitu. Ya udh klo gitu. Ntar besok pulang kantor ak jemput kamu y..Kmu janjian di mana?? Hati2 ya..

To : Rio
Ga usah say. Ak langsung k rumah kamu aj. Kasian kalo kamu harus ke kosan ku dulu baru pulang ke rumahmu. Kamu pasti cape. Lagian biar ak bisa ketemu mamamu dari pagi. Ak janjian ketemu d GI.

From : Rio
Oke deh say. Ntar ak bilang mama. I miss u so badly honey. Love you :*

To : Rio
I miss u tooo honey. Love u too :*. Kamu makan ya.. Met bekerja honey. *dasar workholic* :p

From : Rio
Okay sayang. Ak kan kerja jg buat masa depan kita, hahaha. Have fun ya. Salam buat agni & shilla..


****

Love is the master key that opens the gates of
happiness. - Oliver Wendell Holmes

“Om senang deh punya calon mantu yang jago masak” puji papa Rio –om Freddy–, ketika mereka sedang makan malam di rumah Rio. Hari ini, Ify memang sudah ada di rumah Rio sejak pagi. Ia menemani mama Rio –tante manda– ke pasar, shopping, masak, bahkan ikut arisan bersama teman2 tante manda yang lain. Paling menghebohkan adalah ketika tante manda memperkenalkan Ify sebagai calon isteri dari Rio, padahal sama sekali tak ada pembahasan itu di antara Rio dan Ify
“Jadi kapan fy, married sama Rio?” tanya tante manda membuat wajah Ify langsung memerah
“Ah tante, kan masih lama. Lagian Rio nya juga nggak ngelamar” jawab Ify malu2
“Kalau gitu tante bilang deh ke Rio ntar”
“Eh jangan tante...”
“Kenapa?”
“Ify kan Cuma bercanda, lagian Ify malu”
“Beneran juga nggak apa2 fy” goda tante manda membuat wajah Ify lagi2 memerah. Keluarga Rio memang dekat dengan Ify, dimulai dari mamanya, papanya maupun adiknya -Ray-. Orang tua Rio pun sangat menyukai Ify, entah karena mereka tak pernah punya anak perempuan, atau karena mereka memang Ify mempunyai daya ikat tersendiri untuk disayangi siapa saja
“Sini tante, biar Ify yang cuci piringnya” tawar Ify pada tante manda
“Nggak usah fy, kamu nemenin om aja di depan”
“Nggak tante, aku aja yang cuci, tante yang nemenin om di depan. Kalau aku nemenin om, ntar Rio cemburu lagi” ujar Ify membuat tante manda langsung tertawa
“Kalau gitu tante tinggal ya” Ify pun mengangguk dan mengambil alih pekerjaan tante manda. Dalam minggu ini Ify memang masih belum mendapatkan pekerjaan. Ia masih meng-apply ke beberapa perusahaan, dan masih menunggu panggilan untuk interview.
“Hei honey” ucap seorang pemuda sambil memeluk Ify dari belakang. Ify nampak terkejut, namun sedetik kemudian ia sadar siapa yang memeluknya ketika mendengar suara dan mencium aroma parfum yang selalu membuat Ify kehilangan konsentrasinya
“udah makan?”
“Udah. Kamu udah selesai?” tanya Rio dan Ify mengangguk “Ngobrol di halaman belakang aja yuk” ajak Rio. Ia melepaskan pelukannya, lantas menggenggam tangan Ify. Ify menatap wajah Rio yang sedang menatap ke langit. Ada yang berbeda dari wajah kekasihnya. Tampak kelelahan dan beban besar.
“Kamu ada masalah?” tanya Ify, membuat Rio menatap Ify. Rio tersenyum tipis kemudian menggeleng. “Jujur aja.” Ujar Ify lagi. Sudah tiga tahun ia lalui bersama Rio, ia pasti menyadari ada hal yang salah..
“Cuma masalah pekerjaan”
“Bener?”
“Kamu percaya sama permintaan yang dikabulkan bintang jatuh nggak?” tanya Rio membuat Ify mengernyitkan keningnya. Apa Rio sedang berusaha mengalihkan pembicaraan?
“Hmm, percaya nggak percaya sih.”
“Aku percaya” sahut Rio “Well, kalo emang nggak bener, setidaknya Tuhan denger permintaan kita. Iya kan?” tanya Rio membuat Ify mengangguk. Rio lantas menarik Ify ke dalam dekapannya “Aku sayang kamu”

****
You come to love not by finding the perfect
person, but by seeing an imperfect person perfectly. -Sam Keen

            Ify memekik histeris ketika ia memasuki The Energy Building, Sudirman Central Business District (SCBD) lantai 2. Pantas saja Rio memintanya untuk menggunakan dress dan heels yang bukan tipenya berpakaian. Setelah ia pikirkan lagi, jika ia menggunakan kemeja dan rok atau jeans dan kaos, mungkin ia akan diusir atau setidaknya ia akan menjadi pusat perhatian karena semua yang makan di sini pun menggunakan dress dan jas untuk pria nya. Amuz Gourmet adalah tempat candle light dinner terbaik yang pernah ia kunjungi. Interior bergaya perancis, yang bisa dilihat dengan hadirnya menara Eiffel dari besi, tetesan air mata yang unik seperti Chandelier dan lukisan asli dari pelukis Indonesia yang terkenal. Menunya pun menawarkan masakan Perancis kontemporer disertai anggur Prancis yang terbaik sehingga memberikan pengalaman bersantap mewah dan menyenangkan. Rio memang mengajaknya untuk dinner berdua malam ini. Ia tau bahwa Rio itu terkadang memang romantis, tapi ia tak pernah membayangkan dirinya akan mendapat hal spesial seperti ini. Akhirnya pelayan pun mengatarkan pesanan yang sudah diminta dari Rio beberapa hari lalu. Untuk malam ini Rio memang mempersiapkan segalnya.
            “Say, ini bagus banget” ujar Ify yang masih terpana dengan restoran ini
            “I’ll always give my best for you” sahut Rio sambil menggenggam tangan Ify, kemudian mengecupnya. “I heve something special for you.” Rio kemudian memanggil pelayan. Pelayan itu mengantarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Ify membukanya perlahan dan lagi-lagi Rio membuat ia tak bisa berkata-kata. Ia melihat sebuah cincin berlian.
            “Yo..” Ify menatap Rio seolah mencari sebuah jawaban.
            “Would you marry me?”
            “I would” ucap Ify, membuat Rio tersenyum manis kemudian mengambil cincin di dalam kotak itu, dan memasangkannya di jari manis Ify.“I love you”
            “I love you more”
            “I love you more than you can imagine” ucap Rio sambil tersenyum manis. Rio mendekatkan wajahnya ke wajah Ify, namun ia menghentikannya secara tiba2 ketika ia merasakan sesak nafas, dan seluruh tubuhnya terasa lumpuh. Rio mendecak kesal, kenapa harus saat seperti ini.
            “Yo, what’s wrong?” tanya Ify yang mulai terlihat panik melihat Rio. Rio tidak menjawab, ia mencoba bernafas, namun tetap terasa sulit. Tak lama pandangannya mengabur, dan ia tak sadarkan diri

            ****
“ Rio terkena Miastenia Gravis. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan kelemahan otot. Kelemahan ototnya bisa ringan sampai berat. Awalnya hanya gangguan otot di sekitar mata, kemudian kelemahan anggota gerak, dan yang paling ditakuti adalah jika terkena otot pernafasan, karena pasien bisa sesak nafas. Jika demikian maka ini menunjukkan tingkat paling parah dari penyakit ini. Rio nampaknya sudah memiliki penyakit ini dari lama, dan sekarang sudah terkena otot pernafasan.”
            Ify mematung di samping tempat tidur Rio. Ucapan Dokter masih terngiang-ngiang di pikirannya. Dia tidak bisa tidur semalaman, bahkan ia hanya bisa menangis.
            “Say...” Ify menoleh mendapati Rio telah sadar kemudian membuka selang oksigennya.
            “Jangan dibuka”
            “Aku udah nggak apa2” ucap Rio.
            “Tante manda sama om Freddy lagi balik ke rumah buat ngambil baju kamu.” Ujar Ify.
            “Kamu nangis?” tanya Rio lembut sambil memegang pipi Ify. “Maafin aku. Aku nggak bisa buat kamu bahagia”
            “Nggak yo. Aku bahagia sama kamu..”
            “Myastenia Gravis. Itu nama penyakitku” ujar Rio lagi sambil menerawang. Ify tak ingin membahas penyakit Rio, karena ia sadar ia takkan cukup kuat untuk mendengarnya. “Aku tau kalau aku sakit sejak 5 tahun yang lalu, sebelum aku kenal kamu. Semuanya akan membaik jika aku meminum obat dan beristirahat. Namun sejak dulu dokter sudah memperingatkan aku, bahwa jika aku mengalami sesak nafas, maka itu artinya penyakitku memburuk. Selama 5 tahun ini, aku merasa semuanya baik-baik saja. Setidaknya aku tidak pernah merasakan sesak nafas dan aku masih dapat melakukan aktivitas walaupun siang hari aku harus beristirahat. Aku cukup yakin bahwa aku masih bisa hidup, menikah denganmu, dan punya anak. Oleh karena itu, aku tak pernah menceritakannya padamu. Namun, semuanya seolah meluluhlantakkan impianku ketika semalam aku sesak nafas. Dan yang ada di pikiranku hanya satu, bahwa aku tak akan lama ada di dunia ini. Aku...” Ify meletakkan jarinya di bibir Rio, meminta Rio  untuk berhenti bercerita. Ia sudah tak sanggup mendengar apapun lagi. Rio menyingkirkan jari Ify, kemudian menggenggam tangan Ify.
            “Maafin aku fy. Aku nggak pernah share masalah ini denganmu. Aku terlalu takut kalau kamu tau, kamu akan meninggalkan aku, atau kamu tak akan pernah mau jatuh cinta dengan pria penyakitan sepertiku. Aku pengecut. Seandainya saja aku mengatakan hal ini dari dulu, setidaknya kamu tidak akan pernah menderita denganku. Setidaknya kamu bisa mencari orang yang lebih baik dibandingkan aku jauh sebelum aku yang meninggalkan dunia ini. Aku egois” ujar Rio lagi membuat Ify mau tak mau menangis. Air mata yang mati2an ia tahan, memaksa untuk keluar.
            “Nggak yo. Aku nggak akan pernah ninggalin kamu dan aku nggak mau kamu ninggalin aku” ucap Ify sambil menangis, membuat Rio menarik Ify ke dalam dekapannya.
            “Menangislah fy. Tapi kamu harus janji padaku, tangisanmu hanya untuk hari ini, dan takkan pernah terjadi lagi besok. Aku nggak mau kamu nangis karena aku. Aku nggak mau kamu tersiksa karena aku” ucap Rio dan mengecup puncak kepala Ify. Ify mengeratkan pelukannya. Sungguh, ia tak ingin melepaskannya.

****
It is love, not reason, that is stronger than death. - Thomas Mann

“Please fy, aku mau keluar. Malam ini aja. Besok aku nggak minta apa2 lagi deh say.” Pinta Rio dengan wajah memelas membuat Ify mau tak mau meminta izin pada dokter, dan membawa Rio ke salah satu cafe yang sering mereka kunjungi waktu mereka masih kuliah. Cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Ify mendorong kursi roda Rio ke salah satu meja yang letaknya di taman dan bukan di dalam ruangan
“Kayaknya ruangan kafe ini jadi makin luas, dan dekor-nya juga berbeda dengan dua tahun lalu.” ujar Rio membuat Ify mengangguk walaupun yang ia pikirkan bukan dekor Cafe ini melainkan kesehatan Rio. Ini adalah hari kelima Rio berada di rumah sakit, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan selama ini. Ify tak pernah meninggalkan Rio sendiri di rumah sakit. Ia selalu berada di samping Rio. “Lihat deh say, bintang hari ini nggak sebanyak biasanya. Apa karena mau hujan ya?” tanya Rio entah kepada Ify, atau kepada dirinya sendiri. Ify pun tak berniat untuk menjawabnya. Hatinya sama sekali tak tenang
“Kamu kok jadi pendiam banget sih hari ini. Bukannya kamu paling bawel” ujar Rio sambil mencubit pipi Ify. Ify hanya meringis. “Kamu takut?” tanya Rio menatap mata Ify tajam. Ify menggigit sudut bibirnya mencoba menahan tangisannya. Ya, ia takut. Ia takut Rio meninggalkannya. Ia takut ketika hari esok datang, tak ada Rio di sampingnya. Ia takut, ia takkan pernah bisa menjalani hidup tanpa Rio. Ia takut ia tidak pernah cukup kuat tanpa Rio. Ia takut tak ada lagi alasan ia untuk tersenyum, karena selama ini Rio lah yang membuatnya tersenyum. Ia takut tak ada yang akan menghapus air matanya jika ia menangis. Terlalu banyak yang ia takuti. Rio kemudian membelai pipi Ify dengan lembut. Ify mencoba menutup matanya, mencoba meresapi waktu ini. Perasaannya semakin tak enak.
“I always love you, Alyssa. I never leave you, because I’ll always in your heart.” ucap Rio lembut. “Kamu tau apa yang aku minta waktu bintang jatuh? Aku mau kamu bahagia say. Baik itu ada aku di samping kamu atau...” Ujar Rio menahan nafasnya “tanpa aku” Tidak, Ify tidak ingin mendengar kata2 Rio lagi. Ia bisa menangis saat ini. Kalau ia menangis, ia tidak akan menepati janjinya pada Rio untuk tidak menangis.
“Fy, kamu mau janji sama aku satu hal?” Ify mengangguk
“Bahagia lah.”
“Tapi yo...”
“Sssh” Rio pun meletakkan jarinya di bibir Ify, meminta Ify tidak membantahnya. “boleh aku tidur di pundak kamu?” tanya Rio membuat Ify mengangguk.
bersamamu kulewati
lebih dari seribu malam
            DEG...Lagu ini merupakan lagu kesukaan Ify dan Rio. Sudah terlalu lama mereka tak pernah menyanyikan lagu ini lagi. Ify menutup matanya, menikmati suara lembut Rio
bersamamu yang kumau
namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
ijinkan aku untuk mencintanya
namun bila waktuku telah habis dengannya
biar cinta hidup sekali ini saja
            Nafas Rio memberat ketika menyanyi, Ify menyadarinya namun ia mencoba menepis segala pikirannya itu. Ia menggigit bibirnya lebih keras, agar ia tidak menangis. Mengapa lagu kesukaannya ini menjadi begitu menyakitkan saat ini
bersamamu kulewati
lebih dari seribu malam
bersamamu yang kumau
namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
ijinkan aku untuk mencintanya

            Tak ada nyanyian lagi dari Rio, bahkan suara nafasnya pun tak terdegar. Ify mencoba meraba denyut nadi Rio, dan Ify sadar satu hal, Rio telah pergi untuk selamanya.
            “Yo, kamu belum selesai nyanyiin lagu itu. Aku lanjutin ya” ujar Ify menahan isakan tangisnya, sambil memeluk tubuh Rio yang tidak bergerak
Namun bila waktuku telah habis dengannya
biar cinta hidup sekali ini saja
tak sanggup bila harus jujur
hidup tanpa hembusan nafasnya
tuhan bila waktu dapat kuputar kembali
sekali lagi untuk mencintanya
namun bila waktuku telah habis dengannya
biarkan cinta ini, biarkan cinta ini
hidup untuk sekali ini saja
“Maaf yo, malam ini saja, biarkan aku menangis”

The end

Sebenarnya cerita ini terinspirasi dari wisudaan sepupu, dan ngeliat banyak psangan. Hahaha. Awalnya mau happy ending, tapi waktu denger lagu glen fredly jadi pengen sad ending. Makasih udah mau membaca