Sabtu, 16 Oktober 2010

How Can I not love you - cerpan

Hai semua,, aku mau buat cerbung lagi nih...mudah2an ada yang mau baca. Ini masih pengenalan tokoh + prolog doank. Kalo pada setuju, baru aku lanjutin. Btw, buat yang minta sekuel cinta piano, mungkin baru bisa aku post pertengahan Juni. Soalnya lagi tersendat-sendat buat lanjutin itu cerita. Jadi, baca yang ini dulu yaa.....Langsung aja

Ify : anak kelas 3 SMP chandra. Cantik, baik, pintar, ceria, cerewet suka sama Rio
Rio : kelas 2 SMA Ganesha. Keren, pintar, pemain basket
Shilla : teman sekelasnya Rio. Cantik, baik, calm, suka juga sama Rio
Alvin: temannya Rio juga, tapi beda kelas. Pacarnya Shilla. Pendiam, cakep, perhatian
Debo : Sahabatnya Rio di kelas ataupun di lapangan basket. Jago main basket juga, cerewet, suka sama Ify
Sivia: teman sekelasnya Ify, adiknya Rio. Walaupun sekelas, tapi nggak dekat banget sama Ify. Suka sama Iel
Iel: sahabat Ify, keren, baik, pemalu, suka sama Via

Dan masih banyak tokoh lain juga, yang nggak bisa aku sebutin satu2. Supaya bisa jadi surprise gitu di pertengahan ceritanya *I hope*...

@ rumah Ify
                “Ify, kamu lagi ngapain sayang?” tanya ibu uci yang tak lain adalah mama Ify.
                “Nggak ngapa-ngapain kok ma. Kenapa?” tanya Ify
                “Teman baik papa kamu, om Hani, ngajak kita makan malam bareng. Silaturahmi gitu, karena udah lama nggak ketemu. Kamu ikut ya?” ajak Ibu Uci
                “Yaaa  mamaaa,  aku di rumah aja deh. Ntar aku dicuekin lagi di sana.” Sahut Ify dengan tampang memelas
                “tenang aja, nggak bakalan dicuekin kok. Om hani itu punya anak yang seumuran sama kamu. Kamu ikut ya? Lagian tante Winda, istrinya om Hani juga pengen banget ketemu sama kamu”
                “Ya udah deh ma, Ify ganti baju dulu”
                Ify pun segera mengganti bajunya,. Ia menggunankan legging, blouse panjang warna merah, flatshoes kesayangannya. Rambutnya dijepit seadanya. Santai tapi tetap terlihat catik dan elegan.
                “Udah siap? Yuk berangkat..” ajak papa ify. Dalam perjalanan, Ify hanya diam. Ia sedang memikirkan bagaimana anaknya om Hani itu.

                @rumah Om Hani
                Ify berjalan gontai. Ia sebenarnya masih ogah-ogahan pergi gitu. Dia merasa, itu urusan bokap-nyokapnya.
“Malam om Hani, malam tante Winda.” Sapa Ify mausk ke rumah yang besar itu, sambil mencium tangan om hani dan tante Winda
“Ify ya? Waah, udah gede sekarang. Jadi tambah cantik aja.” Puji tante Winda
“Ah, tante bisa aja.”
“Eh, duduk dulu...”ajak tante winda
“Kita udah lama ya nggak ketemu” kata pak Oni
“Hahaha..iya,, udah lama banget ya.” Kata Om Hani
“Pa, siapa yang mau papa ke..... Ify?” ucapan gadis itu terhenti.
“Via?”
“Loh kalian udah saling kenal?” tanya om Hani
“Iya pa, ify ini teman sekelas Via.”
“Tuh kan, untung mama ajak, jadi punya teman kan.” Kata ibu Uci sambil membelai rambut anaknya
“Anak kamu yang paling tua mana, Hani?”
“Via, mana kakakmu?”
“Bentar ya pa, Via panggil dulu.” Nggak lama kemudian, Via menarik kakaknya menuju ruang tamu. “Ini pa orangnya..”
 Ify yang dari tadi membelakangi, akhirnya membalikkan tubuhnya.
‘DEG’  Ia speechless melihat orang  yang ada di hadapannya. Jantungnya nggak karuan. Cowok paling keren yang pernah Ify lihat.
‘wow, love at the first sight nih’ batin Ify sambil senyum2 gaje
“Ayo kenalan dulu..”
“Gue Alyssa, tapi panggil aja Ify” kata ify sambil mengulurkan tangannya
“Gue Mario, tapi panggil Rio aja” balas Rio masih dengan tampang cool-nya.
“Rio udah gede ya, sekarang kelas berapa?” tanya pak Oni
“kelas 2 SMA om.”
“oh..” semuanya ber ‘oo’ ria
“Ya udah, Rio, Via, ajak Ify ke taman belakang. Supaya kalian akrab.”
“Iya paa” sahut Via dan Rio kompakkan

Ify mengikuti Via dan Rio ke taman belakang. Di sana, terdapat gazebo dekat kolam renang. Mereka duduk di gazebo itu.
“Gue nggak tau kalo anaknya om Hani itu lo, fy.” Ucap Via
“Hehehe, soalnya gue males aja kalo bokap nyuruh gue ikut2 sama dia ke acara2 gitu”
“Btw, lo udah ngerjain PR-fisika?”
“Belum. Gue nggak tau ngerjainnya gimana. Lo tau? Ajarin gue dong Vi”
“Gue juga nggak tau, mending lo diajrin sama Ka Rio aja.” Seru Via, yang membuat Rio mengalihkan pandangannya dari BB ke Via
“Kenapa nih sebut nama gue?”
“Lo ajarin fisika buat Ify ya kak. Ify nggak ngerti tuh”
“kok gue sih?”
“Yaa, lo kan tau gue paling nggak bisa fisika.” Ujar Via
“Ya udah kalo gitu, apaan yang mau ditanya?” tanya Rio lembut
“Bentar ya kak gue ambil bukunya dulu.” Ujar Via dan berlari meninggalkan Ify dan Rio. Ify yang ditinggalin bareng Rio sendiri udah panas-dingin, jantung nggak normal dan sebagainya.
”Kenapa fy?” tanya Rio
“Hah? Kenapa apanya kak?”
“Lo kayak gelisah gitu. Kenapa sih? Sakit ya?” tanya Rio dan meletakkan jarinya di kening Ify, sekedar mengecek suhu tubuh Ify
“Gu..gue..ngg..nggak apa2 kok” sahut Ify tersendat-sendat. ‘Aduuuh, ka Rio...kenapa sih lo baiik banget ke gue...bikin gue jadi nggak tenang gini’
“Hei, ini gue bawa bukunya” kata Via
“Mana yang mau ditanyain?” tanya Rio
“Semuanya kak” kata ify
“yee,, keenakan banget sih” kata Rio sambil mengacak rambut Ify lembut
“Iih, ka Rio apaan sih.” Sahut Ify manyun, sambil merapikan rambuntya.
“Hehehe...maaf, maaf..ya elah fy, gitu aja manyun. Senyum dong. Ntar cantiknya ilang loh..” goda Rio. Ify pun memberikan senyuman yang paling manis untuk Rio. Tapi ketika mereka hendak memulai tugasnya, tante Winda udah manggil buat makan malam bersama. Selesai makan, mereka bertiga kembali ke gazebo dan mulai membuka buku Fisika untuk mengerjakan soal2. Sejam mereka  berkutat dengan buku Fisika, rumus2, dan perhitungan2.
“Fy,, ayoo kita pulang.” Panggil Ibu Uci
“Iyaa ma...” Ify, Rio dan Via pun masuk lagi ke dalam rumah
“Tante, Om, Ify pulang dulu ya..”
“Iya Ify..hati2 di jalan.”
“Iya om..permisi om..Daa via, daaa Ka Rio..” pamit Ify
“Daaa fy” ujar Rio dan Via bersamaan
“Ya sudah kalo gitu, Han kita pamit ya..sampai jumpa lagi” pamit pak Oni
“sampai jumpa...”

@kamar Ify
Ify mengganti bajunya, dengan baju rumah kemudian berbaring di atas kasur empuknya. Senyum Ify, nggak bisa berhenti
“Nah loh, anak mama kenapa nih senyum2 sendiri?” tanya Ibu Uci, kemudian masuk ke kamar Ify dan duduk di samping Ify
                “Hah? Nggak kok ma..”
“Jangan bohong deh sama mama. ”
“Ify kayaknya lagi jatuh cinta deh ma.” Ucap ify jujur. Ify memang sangat terbuka sama mamanya. Ia sama sekali nggak bisa bohongin mamanya.
“Ciiiieeee,, anak mama udah gede nih!! Sama siapa sayang? Iel? Atau ......Rio ya?” tanya Ibu Uci. Tapi tanpa Ify menjawab pun, Ibu Uci sudah tau, kalo anak satu2nya ini, emang lagi jatuh cinta sama Rio. “ya udah kalo gitu. Jangan banyak mikirin dia. Mending kamu tidur deh.”
“bereees maa...” kata Ify sambil tersenyum. Ibu Uci hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian meninggalkan Ify sendiri di kamarnya.
‘Ka rio,, ka Rio...’ batin Ify. Tak lama, ia pun tertidur dengan nyenyaknya

@kelas Ify

“Pagiiii semuaaa...” sapa Ify bersemangat
“Pagi..” balas teman2nya
“Pagi yel..”
“Pagi..Tumben lo ceria amat?” tanya Iel yang langsung menghentikan aktivitas membacanya.
“Gue lagi senang yel. Semalam gue ketemu sama pangeran gue. Dia tuh,, cakeeeep abiiiis....”
“Hah? Sama gue cakepan siapa?” tanya Iel narsis
“yaaaaah,, lo mah kalah. Tuh orang, beuh..bikin gue melted.”
“Siapa emangnya?”  Ify pun menceritakan pertemuannya dengan Rio
“Pagi vii” sapa Ify ketikamelihat Via memasuki kelas
“Pagi fy”
“Cieee, pdkt-nya sama calon adik ipar dulu nih?” goda Iel
“Ih, apaan sih lo yel. ” Via yang kebetulan duduk dekat mereka pun, mendengar apa yang Iel katakan. Via hanya bisa memutar bola matanya, tanda nggak ngerti sama pikiran Ify

@kantin
“Viaa” panggil seseorang yang membuat Via celingak-celinguk mencari sumber suara. Via pun mendekati orang yang memanggilnya itu. “Duduk sini aja vi”
“Ify?”
“Dia lagi di ruang guru. Katanya dipanggil gitu. Nggak tau deh ngapain” jawab Iel, Viapun hanya ber ‘ooo’ ria..Mereka berdua hanya duduk dalam diam.
‘Duh, kok gue jadi pendiam gini sih..’ batin Iel
‘Iel, lo kok ngeliatin gue kayak gitu sih, bikin gue jadi salting aja.’ Batin Via

@ Sementara di SMA Ganesha
“Yo, lo nggak ke kantin?” tanya Debo
“Nggak. Gue lagi males. Lo kalo mau ke kantin, pergi aja.”
“ya udah kalo gitu. Gue pergi ya.” Pamit Debo dan meninggalkan Rio sendiri duduk di pojokan kelas. Rio pun mengambil ipod kesayangannya, dan mulai mendengarkan lagu. Matanya terpaku melihat dua orang yang sedang romantis2nya di depan kelas. Perasaan nggak jelas muncul di hatinya. Ia mencoba memalingkan wajahnya, tetapi ia nggak bisa. Akhirnya, ia pun melihat suatu drama cinta yang ia sendiri nggak suka.
‘Harusnya tadi gue ikut si debo aja ke kantin’ batin Rio. Alvin dan Shilla lagi berada di depan kelas. Alvin emang beda kelas sama Shilla dan Rio, tapi Alvin mengantar Shilla balik ke kelasnya.
“Ya udah, aku pergi ya. Kamu belajar yang baik sayang” sahut Alvin masih memegang tangan Shilla
“Iya, my honey buddy sweety. Kamu juga.” Balas Shilla
‘Aarrggh...Gue kenapa sih? Cemburu? Tapi Shilla udah jadi milik Alvin. Marah? Ngapain gue marah, gue bukan siapa2nya Shilla.’ Batin Rio sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.  Wajah Rio udah merah. Nggak tau kenapa ia nggak bisa melupakan perasaannya pada Shilla. Rio pun berdiri dan menggebrak mejanya. Siswa yang berada di dalam kelas pun memandangi Rio. Tak terkecuali Shilla dan Alvin.
“Eh,, sorry,, sorry. Kaki gue kesemutan” ucap Rio, kemudian duduk lagi di kursinya. Yang bisa ia lakukan hanya menutup matanya seolah menikmati lagu yang lagi ia dengar. Walaupun pikiran dan hatinya hanya tertuju pada Shilla.

@rumah Ify, malam harinya
“Ify, papa sama mama mau ngomong” ujar pak Oni ketika mereka lagi duduk sambil nonton tv bareng.
“Ngomong apa pa?” tanya Ify
“Ada bisnis yang harus papa selesaikan di New York, dan sepertinya cukup lama bakalan tinggal di sana. Karena itu, papa sama mama bakalan berangkat ke NY besok.” Ujar papanya. Ify yang mendengar, shock setengah mati.
“papa becanda kan?” tanya Ify. Papanya hanya bisa menunduk dan nggak bisa memberikan jawaban apa2. “papa becanda kan ma?” tanya Ify mengalihkan pertanyaan pada mamanya. Melihat papa dan mamanya diam begitu, Ify tau jawabannya kalo papanya lagi serius.
“Ify nggak mau pa, ma. Ify bosan. Ify nggak mau beradaptasi lagi. Susah pa, ma, dapat teman. Papa & mama nggak pernah ngertiin Ify. Tiap tahun kita selalu pindah pa. Sekarang Ify udah kelas 3 ma, pa. Bentar lagi ujian kelulusan. Masa iya, tiba2 Ify pindah? Pokoknya kali ini Ify nggak mau.”
“Tapi sayang,.”
“Kamu Cuma punya 2 pilihan. Mau ikut sama mama dan papa atau...” pak Oni menggantungkan kata2nya.
                “atau?” tanya Ify
“atau kamu boleh tetap tinggal di Indonesia, tapi kamu tinggal sama Om Hani dan tante Winda.” Ify tambah bengong. Ia emang nggak mau pindah, tapi ia juga nggak mau tinggal bareng sama orang yang baru ia kenal semalam. Ia tergolong anak yang manja, karena anak tunggal. Walaupun begitu, ia nggak mau membuat orang lain susah karena kemanjaannya itu. Ia juga nggak enak hati kalo numpang sama orang lain. Dia jadi ngerasa kayak parasit
“tapi pa..”
“Terserah apa jawaban kamu. Yang pasti, papa hanya menawarkan 2 pilihan itu.”
“apapun jawabannya, papa & mama bakalan terima?” tanya Ify memastikan. Ibu Uci dan Pak Oni pun mengangguk pasti
“Ify...pilihh.....tinggal sama om Hani aja deh.” Jawab Ify pasti akhirnya
“Ya sudah kalo gitu. Kamu beresin pakaian kamu. Besok siang, setelah kamu pulang sekolah, kita akan pergi ke rumah Om hani” ujar mamanya lembut
“Tapi apa om Hani nggak keberatan ma?”
“papa kamu udah nelpon mereka tadi pagi, dan mereka senang2 saja.”
“Besok mama sama papa berangkat jam berapa?”
“Penerbangan pukul  5 sore”
“Ify nggak ikut ke bandara?”
“Nggak usah. Kamu di rumah Om Hani saja. Kamu tidur gih, udah malam.”  Ify pun mengangguk sedih. Ia sebenarnya nggak bisa jauh dari papa dan mamanya. Tapi berhubung ia udah kelas 3, maka ia memutuskan untuk nggak ikut, dan mencoba lebih mandiri.Pak Oni dan bu Winda adalah pengusaha sukses. Punya banyak cabang di seluruh Indonesia, dan beberapa cabang di Eropa, Amerika, dan Asia. Karena itu mereka nggak pernah bisa menetap di suatu negara dalam jangka waktu yang lama, kecuali ketika Ify masih balita sampai kelas 2 SD. Sehingga ia bisa kenal dengan Iel. Teman sekelasnya, maupun tetangganya bermain.  Pak Hani dan Ibu Winda merupakan teman baik dari pak Oni ketika SMA. Pak Hani bekerja sebagai dokter spesialis hematologi dan Ibu Winda memiliki banyak butik terkenal, walaupun demikian, Pak Hani dan Ibu Winda selalu mengajarkan kepada anak2nya untuk selalu hidup mandiri dan hidup hemat. 

@sepulang sekolah
“Yel gue duluan ya. Nyokap nyuruh gue pulang cepat nih” kata Ify yang langsung meninggalkan Iel
“Huh, tuh anak mau ke mana sih?” dumel Iel. Iel pun meninggalkan kelasnya. Ketika ia mendongak, ia melihat Via sedang berada di depan sekolah “Hei vi.”
“Eh, hai yel”
“Mau pulang?”
“Iya nih. Tapi kakak gue belum datang.”
“Gue antar  aja gimana? Ntar lo sms aja kakak lo, kalo lo udah pulang sendiri.” Via menimbang-nimbang penawaran Iel
“Ok deh kalo gitu.”
‘YES...’batin Iel
****************
Ify berlari meninggalkan sekolahnya itu. Ia mencari taksi, tapi semua taksi yang lewat pasti ada penumpangnya. Menunggu bus, tapi tak ada yang kosong. Terpaksa Ify harus mempercepat langkahnya, agar ia tidak terlambat sampai di rumah.
BRUUUG....
“Aduuuh ,maaf, maaf. Gue nggak sengaja. Soalnya gue buru2.” Kata Ify ketika ia tau telah menabrak seseorang.
“Iya, nggak apa2 kok” kata cowok itu, dan tersenyum manis melihat Ify. Ify pun membereskan buku2yang jatuh dari tangannya dibantu cowok itu.
“makasih ya kak” kata Ify yang melihat cowok di hadapannya yang menggunakan seragam SMA.
“Iya”
“Gue duluan ya kak. ” Ify pun memberhentikan taksi yang kebetulan lewat.
‘ckckck..tuh cewek cantik banget ya..Oh iya, gue lupa nanya siapa namanya. Ah, bego gue. Kapan lagi gue ketemu sama cewek cantik begitu.’ Batin cowok itu

@rumah pak Hani siangnya
“selamat siang om, tante.” Sapa Ify
“Siang.”
“Winda maaf ya kita jadi ngerepotin kalian. Soalnya kasihan si Ify kalo mau pindah, padahal udah kelas 3 gini.”
“Nggak apa2 kok. Kami juga senang jadi punya 2 anak cewek. Lagian emang kasihan si Ify kalo dia harus beradaptasi lagi di sana. Kan kalo di sini, bisa belajar bareng sama Via.” Ujar Bu Winda sambil tersenyum manis. Via dan Rio emang diminta untuk pulang lebih awal, sekaligus penyambutan gitu buat Ify
 “Ify kamu jangan nakal, jangan manja, jangan bikin orang khawatir. Kalo kamu mau pindah, tau kan nomor telpon mama?” tanya Ibu Uci yang dengan berat hati melepaskan anaknya
“Iya ma,, Ify janji.”
“Ya sudah kalo gitu, saya dan Uci pergi dulu ya. Sekali lagi maaf merepotkan, tapi makasih sebesar-besarnya”
“Iya, iya, nggak usah sungkan kok.” Ujar pak Hani
“Dadagh ma, pa” Pak Oni dan Bu Uci mencium pipi Ify dan memeluknya. Kemudian mereka pun pergi
“Hati2 di jalan ya..” kata pak Hani dan Bu winda. Ify hanya bisa menunduk sedih
“Hei fy. Jangan sedih gitu donk. Santai aja. Anggap aja kita keluarga lo juga.” Kata Rio sambil tersenyum, yang mebuat Ify lupa kalau tadinya ia lagi sedih.
 “Ify kamu sekamar ya sama Via”
“Apa ? Sama aku? Ogah..” kata Via
“Kenapa memangnya?”
“Kamar aku kan kecil ma”
“Via, kamu jangan gitu donk. Lagian kita kan nggak ada kamar tamu.” Via hanya bisa melengos mendengar ucapan mamanya. Via anak yang baik, tapi ia paling nggak suka kalo kamarnya yang merupakan ‘istana pribadinya’ harus ditempati bersama orang lain.
 “ya udah deh kalo gitu. Ayo fy, let’s go.” Ajak Via. Ify pun hanya manggut2, dan pergi bersama Via. Via menjelaskan semu, seluk beluk rumahnya untuk Ify.  “Semoga lo betah deh di sini”
‘Gu pasti bakalan betah’ kata Ify sambil senyum2 sendiri
“Kenapa lo sneyum2 gitu?”
“Nggak. Nggak apa2 kok.” Jawab Ify mengikuti Via ke dapur danngambil air untuk minum
“Oh ya fy, gue sempat dengar Iel bilang lo pdkt sama adek ipar dulu. Maksudnya gue ya fy?” Ify pun terbatuk2. Ia keselek sama air yang lagi ia minum.
“Eh, pelan2 dong fy. Btw, lo suka ya sama kakak gue?” tanya Via lagi yang sukses membuat wajah Ify merah padam “Emm, kayaknya nggak usah lo jawab juga gue udah tau deh. Yaah, gue Cuma mau bilang lo hati2 aja, jangan sampai lo sakit hati.”
“Kenapa emangnya?”
“Nggak apa2 sih, Cuma ka Rio agak dingin kalo udah ngomongin cinta atau cewek gitu.” Semangat Ify pun langsung patah dengan segera
“Btw, lo tinggal di sini, jangan2 mau pdkt lagi sama ka Rio?”  selidik Via
“Nggak. Gue emang nggak mau aja pindah lagi. Tapi kalo masalah ka Rio, itu maha Rezeki nomplok. Hehehe...”
“Woy, ngomongin gue ya?” tanya Rio yang tiba2 muncul
“Idiih, ke-GR-an lo kak.”
“Hohoho..Kirain. Eh vi, tolong bikinin gue jus jeruk ya.”
“Ogah..”
“Ya elah, lo gitu amat sih sama kakak lo sendiri”
“Gue aja yang bikin kak.” Kata Ify
“Serius lo fy?” tanya Rio memastikan. Ify pun hanya mengangguk2. “Waaah, makasih ya fy. Sayang banget lo bukan adek gue. Nyesel gue pounya adik kayak Via”
“Lo tuh ya kak. Mau ngerasain teriakan super maut gue?”
“Eh,, eh.. iy..iya..ampun..Nggak deh” Rio pun berlari sambil menutupi telinganya. Via kalo udah teriak emang nggak ada yang bisa nandingin. Warga sekampung bakalan bangun kalo udah dengar teriakan Via
“Eh fy, ntar lo tolong bawa ke kamar gue ya.” Rio pun meninggalkan Via dan Ify
“Iffyyy,, lo kok mau sih bikinin jus buat ka Rio? Jangan bilang itu pengorbanan lo buat dapetin dia?” tanya Via sambil berbisik. Melihat Ify senyum2 gaje, via melengos dan meninggalkan Ify sendiri di dapur. Ify masuk ke kamarnya Rio. Dinding berwana biru muda, dengan  poster2 bola, membuat Ify agak speechless karena nggak pernah masuk kamar cowok. Ia meletakan jusnya di atas  meja belajar Rio. Ia memandang foto yang dibingkai sama Rio. Foto gadis cantik yang menggunakan seragam sekolah, sedang tersenyum. Foto yang sepertinya dijepret secara diam2
“Ify?” tanya Rio
“EH, kak Rio. Ini gua bawain jusnya. Gue keluar dulu ya kak.” Kata Ify langsung ngacir meninggalkan Rio bengong sendiri.

@kamar Via
“Via, gue liat  ada foto cewek cantik banget di atas meja belajarnya ka Rio. Itu siapa ya vi?”
“Oh itu, ka Shilla”
“Pacarnya ka Rio?”
“Nggak tau deh. Tapi kayaknya sih bukan. Setau gue sih, Ka Rio emang sempat suka sama Ka Shilla. Kalo lo tanya kejadiannya gimana, gue juga nggak tau. Yang gue tau, Ka Shilla dulu dekat banget sama Ka Rio. Mama & papa sampai kenal sama Ka Shilla. Tapi nggak tau kenapa Ka Shilla jadi jauh sama Ka Rio. Ka Rio juga bilang kalo Ka Shilla jadian sama Ka Alvin. Tapi aku nggak tau, gimana cerita sebenarnya” Ify hanya manggut2 mendengar ucapan Via “ya udah, tidur yuuk. Ngantuk nih.”
‘ka Shilla...’

Mentari mulai menampakan cahayanya. Sinar hangatnya, yang memasuki celah-celah dari jendela membuat Ify yang masih tertidur, harus bangun agar ia tidak terlambat ke sekolah. Ia segera mandi, dan mengganti bajunya dengan seragam.
“Selamat pagi semua..” sapa Ify ketika menuruni tangga dan menghampiri pak Hani, Bu Winda, Rio dan Via yang udah duduk di ruang makan
“Pagi juga fy. Gimana tidurnya semalam?” tanya tante winda
“Nyenyak kok tante.” Ujar Ify sambil memberikan senyuman yang paling manis
“Syukurlah kalo gitu, om takut jangan sampai kamu bakalan nggak betah di sini.”
“Nggak mungkinlah Ify nggak betah ,kan ada ka....Awww...” via menghentikan ucapannya karena Ify menginjak kakinya
“Kenapa vi? Kamu mau bilang apa?”
“Oh itu tante, via mau bilang kalo Ify bakalan betah karena ada Via”
“Oh. Kirain kenapa lagi.”
“Ma, pa, kita berangkat dulu ya. ” sapa Rio& via kompakkan setelah semuanya selesai sarapan
“Iya, hati2 di jalan ya. Antar Ify sama Via dulu ya yo.”
“Iya ma..”
“Ify pergi dulu om, tante.”
“Iya, fy. Hati2 ya..”

@kelas Ify
“Fy, kok lo bisa barengan sama Via?” tanya Iel
“Ceritanya panjang yel, ntar istirahat aja deh baru gue cerita.” Kata Ify sambil mengeluarkan tempat pensilnya
Iel masih tampak bingung. Tapi ia harus segere berhenti memikirkan hal itu, karena bel tanda masuk baru saja berbunyi, dan guru Fisika mereka,langsung masuk
“Ok, anak2. Hari ini kita akan ulangan Fisika. Tidak ada yang membantah. Tidak boleh mencontek, harus dikerjakan sendiri2.” Ujar Bu Winny di depan kelas
“Huuuu....” kertas soal pun dibagikan. Semuanya menatap soal2 itu dengan tatapan pasrah. Ada yang menggaruk-garuk kepala, ada yang serius mengerjakan, tapi ada juga yang Cuma bisa bengong liat soal itu.
‘Duh gue nggak ngerti nih..Eh, soal ini kan yang waktu itu dijelasin sama ka Rio. Kalo nggak salah rumusnya F = m.a ’ batin Ify. ‘Yes..dapat jawabannya. Nggak sia2 ka Rio ngajarin waktu itu. Gue jadi ngerti.’

@SMA Ganesha
“Yooooo,,, gue mau cerita...” ujar debo yang baru saja masuk.
“Apaan sih? Masih pagi aja udah mau curhat. Kenapa lagi?”
“kemarin waktu gue pulang sekolah, gue ditabrak sama cewek. Beuuuh,,, Cantiiiiiik banget...kalo lo liat, pasti lo bakalan melongo.”
“SMA mana?”
“masih SMP sih, tapi, gue nggak bisa lupain dia yo.”
“Siapa namanya?”
“Hehehe..Nah itu dia yo, gue nggak tua namanya siapa. Nggak sempat kenalan. Kayaknya sih dia buru2 gitu yo”
“Ya elah, terus lo ngapain cerita ke gue?”
“Pengen aja. Soalnya berita bahagia kayak gini, nggak bisa gue simpan sendiri. Hehehe” ujar Debo dan langsung mendapat jitakan gratis dari Rio.
“Oh ya, yo. Besok kan weekend nih, kita mau jalan2. Main ice skating gitu. Lo mau ikut nggak?”
“Siapa aja yang ikut?”
“Gue, Agni, Obiet, Rahmi, Lintar, Shilla, oh ya Alvin juga.”
“Hmm,, nggak deh. Gue males”
“Ya elah,, masih mikirin si Shilla juga yo?”
“Nggak..”
“terus kenapa, kalo bukan masalah Shilla?”
“Kasihan adek2 gue di rumah.”
“Ya udah,, bawa aja...Kita nggak masalah kok. Btw, lo bilang adek2 lo? Emang lo punya adek lain selain Via?”
“nggak ada.”
“Lha terus?”
“Teman bokap gue, nitipin anaknya di rumah gue. Soalnya mereka berangkat gitu ke NY.”
“Oh...ya udah bawa aja. Makin banyak, makin seru kan.”
“Ntar gue tanya mereka dulu deh.” Sahut Rio. Ia kembali menekuni komik Conan yang sedang ia baca.

@lapangan basket dekat kompleks perumahan
                Sepulang sekolah, Rio langsung peri ke lapangan basket dekat rumahnya. Cuaca saat itu pun sangat mendukung untuk bermain basket. Nggak panas, nggak hujan. Mendung2, adem gitu. Udah hampir sejam ia bermain. Semua bola yang ia shoot dari garis three point selalu masuk. Hanya beberapa saja yang nggak masuk.  Ketika ia hendak memasukan 1 bola yang terakhir sebelum beranjak pulang, seseorang menepuk pundaknya. Rio yang lagi konsentrasi sama basket pun, sontak kaget dan menoleh ke belakang. Ia melihat orang yang tadi menepuknya. Rio mengernyitkan keningya. Ia sama sekali nggak kenal sama orang itu. Ia pun nggak pernah lihat orang ini, yang adalah seorang cowok, di sekitar kompleks rumahnya. Rio menatap cowok itu dari atas sampai bawah. Gayanya memang keren, dan sepertinya sebaya dengan Rio.
                “nggak usah segitunya ngelihat gue. Gue suka sama permainan basket lo. Boleh main bareng nggak?”
                “Lo siapa?” tanya Rio agak kaget dengan permintaan cowok itu
                “Gue bakalan ngasih tau nama gue, kalo lo mau main bareng gue. Gimana?”
                “Ok deh. Kebetulan gue juga nggak ada teman main. Tapi 15 menit aja ya, soalnya gue mau pulang, Udah cape banget.”
                “Ok..”
                Mereka berdua pun mulai bermain. Rio sempat kaget dengan teknik permainan cowok itu. Walaupun  Cuma 1 on 1, tapi menurut Rio, cowok ini nggak bisa dianggap remeh. Walaupun Rio masih bisa memasukan bola ke dalam ring, tapi ia cukup kewalahan, untuk menghindar dari cowok asing ini.
                “Gila.. Lo jago banget.” Puji cowok asing itu
                “Makasih. Lo juga keren kok mainnya. Gue sempat kewalahan juga.”
                “Tapi tetap aja lo yang menang 11-6 lagi. Gue kalah telak deh. ”
“Ah, nggak juga. Eh gue pulang dulu ya.”
“Ok. Btw, siapa nama lo?”
“Mario Haling. Tapi panggil aja gue Rio. Ya udah, gue duluan ya. Byee..” ujar Rio kemudian setengah berlari meninggalkan lapangan basket
“GUE CAKKA NURAGA, INGAT NAMA GUE.” Teriak cakka, Rio yang mendengarnya sekilas, hanya mengangkat jempolnya, seolah mau mengatakan ‘ga bakalan gue lupain lo.’
‘Rio. Gue yakin kita bakalan ketemu lagi.’ Batin Cakka sambil tersenyum

@Rumah Rio
“Hai semua...Rio pulang...” sapa Rio ketika melihat Via yang lagi asyik nonton, sedangkan mamanya dan Ify lagi sibuk di dapur.
“Hai ka Rio, kok baru pulang?”
“Iya nih, tadi lagi latihan basket dulu. Btw, lagi ngapain nih?”
“lagi bikin kue. Nih vi” kata Ify sambil menyerahkan sepotong kue untuk via
“Thank’s ya fy”
“Loh buat gue mana?”
“Yaa ampuun Rio,, maafin mama ya. Tadi mama udah bagi2in ke tetangga. Cuma ada 2, 1 buat Via, 1 buat Ify.” Ujar tante WInda
“Yaah, padahal aku kan pengen.” Ujar Rio
“Ya udah kak, ambil punya Ify setengahnya aja” kata Ify, sambil mengunyah kue itu dan hendak mengambil sepotong kecil untuk ia makan lagi, dengan garpu.
“Nggak usah, gue sepotong aja udah cukup kok.” Kata Rio kemudian makan kue yang udah ada di garpu-nya Ify. “Thank’s ya buat kuenya. Enak lho. Eh, gue mandi dulu ya..” kata Rio meninggalkan Via dan mamanya melongo lihat sikap Rio yang nggak biasanya, sedangkan Ify yang masih memegang garpu itu, wajahnya udah merah kuning ijo.
“Oh ya, via, ify, besok gue sama teman2 mau main ice skating. Lo berdua mau ikut nggak?” tanya Rio
“MAUUUUUU......” teriak keduannya karena saking bersemangat.
“Ya udah kalo gitu. Besok jam 8, lo berdua udah harus siap2, jam  9 kita pergi.” Kata Rio kemudian masuk ke kamarnya

Sebelum Rio ke kamar mandi, ia melihat foto yang ada di atas meja belajarnya.
‘Lho? Sejak kapan foto ini ada di sini?’ batin Rio ketika melihat foto Ify.  Terdapat secarik kertas di dekat foto itu
Ka, gue kasih foto ini buat lo. Kali aja lo bisa lupain Ka Shilla. :P
via
‘Aduuuh,, via ini aneh2 aja.’ Batin Rio sambil geleng2 kepala ‘Tapi kalo dilihat gini, Ify cantik juga ya. Aargh,, gue mikir apa sih.’ Rio pun meletakkan foto itu dalam buku catatan. Buku yang isinya, rangkuman dari semua pelajaran.

@sabtu pagi, rumah Rio
“Kaaaa Riiiiooooo banguuuunnn....Katanya mau pergiiiiiiii” teriak Ify dan via bersamaan sambil menggedor-gedor pintu kamar Rio. Rio yang masih tertidur itupun, alhasil bangun dengan terpaksa. Ia mengucek-ngucek matanya, dan melihat jam bentuk boola basket yang ada di dekat tempat tidurnya.
‘Ya ampuuun, udah jam setengah 9, pantesan Ify sama via udah kayak orang kesurupan’ batin Rio “Iya, iya, gue udah bangun. Ntar lagi juda udah siap kok. Lo berdua tunggu aja di bawah.” Jawab Rio dari dalam kamar. Teriakan dan gedoran pintu pun tak terdengar lagi. Dengan ogah2an, ia pergi ke kamar mandi. Setelah selesai, ia pun turun ke bawah, dan menghampiri Ify dan Via
“Jalan yuuk” Ify dan Via pun mengekori Rio dari belakang

@tempat Ice skating
Mereka bertiga pun segera mengganti sepatu mereka dengan sepatu khusus untuk main ice skating.
“Via, Ify, gue ke teman2 gue dulu ya.” Sahut Rio
“Ok” ujar Via, Rio pun masuk ke area ice. “Fy, lo kalo mau main duluaan aja. Soalnya gue masih ada yang harus diselesain.” Ify manggut2 dan meninggalkan Via sendiri yang sedang asyik dengan HP-nya

From : Iel
Hai vi, gi ngapain?
To : Iel
Tumben lo sms? Lagi main ice skating bareng ka Rio dan Ify.
From : Iel
Emangnya nggak boleh nih, kalo gue sms? Gw bosen di rumah, makanya gue sms
To : Iel
Gpp sih. Ya udah datang aja ke sini
From: Iel
Emangnya gpp?
To : Iel
Makin banyak, makin seru kali..Tapi kita di sini Cuma sampai jam 1
From : Iel
Ok. Tungguin gue. Btw, t4-nya di dekat Ganesha itu kan?
To : Iel
Yupz...

Ify masuk ke area ice skating. Ia mulai meluncur, dan meluncur.
BRUUG...
“Maaf ya, maaf. Nggak sengaja”
“Iya nggak apa2 kok” sahut Ify sambil berdiri dan membersihkan es2 yang menempeldi celananya.
“Lo yang bareng sama Rio kan?” Ify pun mengangkat wajahnya dan menatap orang yang tadi menabraknya
“I,Iya..”
“Kenalin gue Shilla, gue teman sekelasnya Rio”
“Gue Ify”
“Kok bisa bareng Rio?” tanya Shilla, Ify pun menceritakan semuanya, setelah mereka menepi.
“Kak Shilla, kenapa kakak pacaran sama ka Alvin. Bukannya dulu ka Shilla dekat sama Ka Rio?” tanya Ify polos yang  membuat Shilla terkejut “Eh, eh, maaf ka.”
“Rio yang cerita ya?”
“Nggak ka, nggak. Ka Rio sama sekali nggak ngomong apa2 kok. Aku  Cuma dengar2 dari pembicaraan orang”
“Iya ya, Rio nggak mungkin membicarakan hal itu.”

========FLASHBACK============
“Yo, gue suka sama lo.” Kata Shilla
“Sorry Shill, gue nggak bisa.”
“kenapa?”
“Karena gue udah nganggap lo kayak teman gue. Gue nggak bisa lebih dari itu.” Shilla sudah berlinangan air mata. Tapi ia tetap mencoba bertahan. Hatinya perih
“Terus apa maksud lo selama ini? Kenapa lo baik banget sama gue? Lo Cuma mau nyakitin gue doank? Lo Cuma ngasih gue harapan kosong?”
“Gue baik ke lo, karena lo sahabat gue yang paling baik. Apa gue salah kalo baik sama sahabat gue sendiri?” ujar Rio.

======FLASHBACK END=======
“Tak lama kemudian, Alvin menyatakan cintanya buatku. Tentu saja, saat itu gue tolak, karena gue nggak mau menjadikan Alvin sebagai pelampiasan perasaan gue aja. Tapi kebaikan Alvinlah yang menyembuhkan gue dari luka hati itu. Dia selalu ada saat gue butuhin, dia selalu ada saat gue sedih. Dia yang selalu memberikan gue semangat. Itulah yang bikin gue bisa melupakan perasaan terhadap Rio dengan cepat. Alvin nggak tau kalo gue pernah patah hati karena Rio, karena itu, ini jadi rahasia kita berdua ya.” Jelas Shilla panjang lebar.
‘Nggak mungkin. Ini nggak mungkin. Nggak mungkin kalo ka Rio nggak punya perasaan apa2 sama Ka Shilla. Kalo emang ka Rio nggak punya perasaan apa2, nggak mungkin ka Rio masih menyimpan foto ka Shilla. Atau ka Rio menyukai Ka Shilla, setelah menolaknya?’ batin Ify
“Tenang saja, fy. Gue sama ka Rio Cuma sahabat kok” kata Shilla seolah tau perasaan Ify. Wajah Ify jadi merah padam. Keseimbangan Ify goyah, Shilla yag mau menolongnya pun ikut tergelincir. Tepat sebelum mereka berdua jatuh, ada yang memegang lengan mereka, menopang tubuh mereka.
“Lo berhenti main aja deh, daripada lo luka2. Lo kan nggak bisa main.” Bentak cowok yang memegang lengan Shilla. Sebenarnya gurat kecemasan terlihat jelasa di wajah cowok itu, yang tak lain adalah Rio. Ia pun membantu Shilla berdiri
“Hei, jangan khawatir. Gue yang ngejagain dia kok” sahut Alvin dan menarik lengan Shilla. Rio pun melepaskan tangannya
‘Duh, kenapa sih gue yang harus panik’ batin Rio. Tatapan kesedihan pun terpancar dari matanya. “Eh, fy, lo nggak apa2?” ujar Rio yang baru ngeh kalo Ify juga hampir jatuh.
“Iya, gue nggak apa2. Kakak ini bantuin gue.”
“Debo?”
“Eh, hai yo..Lo kok bisa kenal sama cewek ini?”
“Itu adek yang gue ceritain  kemarin buat lo”
‘Adek? Jadi gue emang Cuma dianggap adek’ batin Ify
“Dia itu cewek yang gue ceritain ke lo” bisik Debo. Rio pun membelalakkan matanya
“Awas lo kalo dekat2 dia.” Bisik Rio penuh ancaman
“Woi, gue kok dicuekin sih”
“Eh sorry fy. Kenalin ini sahabat gue”
“Debo”
“Ify” seru Ify sambil tersenyum manis. “Ka, gue keluar duluan ya. Mau nyari Via”

Ify pun keluar ke tempat ganti sepatu. Ia mengganti sepatunya.Selesai mengganti sepatu, ia mencari Via.
‘Nah, itu Via..’ batin Ify. Tapi Ify mengurungkan niatnya untuk memanggil Via ketika melihat Via sedang asyik ngobrol dengan Iel.  Ify pun duduk2 dan melihat orang2 yang sedang meluncur
“Hei, kok sendiri?”
“Eh, kak. Nggak apa2 kok. Btw, makasih ya, gue udah ditolongin.”
“Oh, itu. Biasa aja kali. Hmm, fy, besok ada acara nggak?” tanya Debo
“Nggak ada kak. Kenapa?”
“Besok, temenin gue jalan2 ya.”
“Ngapain kak?”
“E,,anu..ee,, itu mau nyari hadiah buat adik cewekku. Tapi gue nggak tau hadiah yang bagus kalo buat cewek. Kali aja lo bisa bantu. Gimana?”
“Ya udah deh kak, hitung2 sebagai ucapan terima kasih”
“Besok gue jemput jam 1 siang ya.”
“Iya kak.”
“Ifffyyyyyyy” teriak Iel.
“Apaan sih yel, teriak2?” kata Ify sewot
“Hehehe..maap...”
“Fy, gue ke sana dulu ya” pamit Debo. Sebelum pergi ia sempat mendelik ke arah Iel. Iel sih cuek2 aja
“Via mana?” tnaya Ify
“Lagi di toilet...Ifyyy,, gue senang banget hari ini.”
“Iye, iye, gue senang kok kalo pdkt lo lancar sama Via..”
“Makasih ya Ify sayangku...” seru Iel sambil mencubit pipi Ify
“Sakiiit gillaaa...” kata Ify manyun, sambil memegang pipnya.
“Fy , pulang yuuk..” ajak Rio
“Eh ka..Via gimana?”
“kalian berdua duluan aja. Gue mau temenin Iel dulu, jalan2..” sahut Via
“Ya udah kalo gitu. Iel kan? Lo jaga adik gue baik2.” Ujar Rio
“Iya kak..” balas Iel dengan wajah malu2...
“Cieee,,, jalan2 nih ye...” goda Ify yang sukses bikin wajah Iel sama Via blushing.“Dadagh....Jagain Via, yel” seru Ify, dan mengikuti Rio ke parkiran

@Rumah Rio
“Huaaa capeee....” seru Ify
“Mmm, fy..” Rio membuka percakapan “Lo tadi ngobrol sama Debo, ngomongin apaan?”
“Ka Debo ngajakin gue jalan2 besok. Katanya mau nyari hadiah buat adik ceweknya gitu.”
“Ooh..”
“Emangnya kenapa kak? Nggak boleh?”
“Hah? Nggak..nggak apa2 kok.” Kata Rio gelagapan. ‘Kok gue jadi pengen tau urusan Ify sih. Itu kan haknya dia.’
“Fy, gue ke kamar dulu ya..” Rio pun pergi ke kamarnya. Ia merogoh HP-nya


To : Debo
SEJAK KAPAN LO PUNYA ADIK CEWEEK?
From : Debo
Sejak gue kenal sama Ify. Hehe. Abisnya kalo nggak kayak gitu, gue nggak bisa jalan2 sama Ify :P
To : Debo
LO JANGAN MACAM2 SAMA IFY
From : Debo
Santai, bro. Ga gue apa2in kok. Lo kenapa sih khawatir banget? Jealous ya?
To: Debo
Gue ga jealous.
From : Debo
Bagus dong,kalo gitu gue bisa deketin Ify. Restuin gue ya
To : Debo
NGGAK BAKAL GUE SERAHIN IFY KE LO...

‘Rio aneh..’ batin Debo
‘Duh, kok gue jadi sms yang aneh gitu sih..’ batin Rio

To : Debo
Eh, jangan salah paham. Gue ga ad maksud apa2

Tapi nggak ada balasan sama sekali dari Debo.

@rumah rio, minggu sore
 “Ka Rio, lo bisa nggak sih, diam bntar? Duduk aja kenapa sih? Nggak cape apa?” sahut Via sewot melihat Rio. Udah sejam lebih rio kayak strikaan rusak. Mondar-mandir nggak jelas. Rio nggak peduli sama komentar Via. Akhirnya Rio duduk juga di sebelah Via
“lo kenapa sih ka?” tanya Via sebel
“Udah jam segini, vi. Emangnya lo nggak khawatir sama Ify? Kalo dia kenapa2 gimana? Kalo Debo macem2 sama dia gimana? Kalo dia dirayu-rayu sama Debo gimana? Kalo misalnya dia...”
“Ka Rioooooo...” Via memotong segala pertanyaan yang keluar dari mulut Rio “Lo kenal ka Debo kan? Dia nggak bakalan macam2 deh. Lagian kenapa lo yang panik sih? Emang lo siapanya dia?” selidik Via. Rio diam. Kata2 Via kayak skakmat buat Rio . Dia ingin mencari alasan yang pas untuk dikemukakan. Tapi ia sama sekali nggak menemukan alasan itu. Dia juga bingung, kenapa dia yang harus panik.
Ting..tong..bel rumah Rio berbunyi. Rio pun segera berlari dan membuka pintu.
“Ify!! Lo nggak apa2 kan? Lo baik2 aja kan? Lo ngapain aja tadi? Diajak ke mana aja? Debo nggak ngapa2in lo kan? Kenapa baru pulang sekarang?” tanya Rio beruntun, yang nggak sadar kalo Debo ada di samping Ify
“Ka Rioo,, gue nggak nyangkalo lebih bawel dari nyokap gue.” Rio diam. Dia baru sadar kalo Debo masih berdiri di situ, dengan tatapan penuh tanya, seolah mau bilang ‘kenapa lo panik yo? Jangan bilang klo lo suka sama Ify?’
“Ya udah, fy, yo, gue pamit. Thank’s ya buat hari ini fy. Jangan lupa besok datang ya..”
“Oke ka...” Debo pun pulang. Rio menutup pintu rumahnya. Ia memegang lengan Ify, menahan Ify, untuk minta penjelasan.
“Apalagi sih kak?? Lo aneh deh dari tadi.”
“Dia ngajakin lo ke mana besok?” tanya Rio pelan seolah udah bisa mengontrol emosinya. Ia pun melepaskan cengkramannya.
“Nonton tanding basket. Katanya sekolah lo lawan sma 45. Udah ya kak, gue mau mandi dulu.” Ify pun pergi ninggalin Rio sendiri. Rio kembali duduk di sebelah via yang sedang asyik nonton Tom&Jerry.
“Kenapa lo kak? Kusut amat?”
“Nggak apa2.”
“Kak..”
“Hmm..”
“Lo suka ya sama Ify?”
“Ya nggak lah..Ify tuh udah kayak adik gue sendiri. Udah ah, gue mau ke kamar dulu. Cape..”
“Gimana nggak cape, mondar-mandir nggak jelas aja 1 jam lebih. Aneh lo..”

@kamar Debo

‘Maaf ka, udah ada yang gue suka. Walaupun gue tau itu mustahil, tapi setidaknya gue nggak mau nyakitin ka Debo, hanya sebagai pelarian.’ Nggak tau kenapa ucapan Ify itu terus berputar di kepala Debo.
‘Fy, walaupun lo nggak bilang lo suka sama siapa, tapi gue bisa lihat tatapan lo itu. ’ desah Debo

                @kelas Rio, setelah bel istirahat
                “De, lo kenapa sih?” tanya Rio penasaran melihat Debo nggak secerewet biasanya.
                “Lo suka kan sama Ify?” tanya Debo tapi sama sekali nggak menatap Rio. Ia menatap lurus ke depan.
                “Apaan sih lo, De. Gue kan udah bilang, Ify tuh udah kayak adik gue sendiri.”
“Terus terang, gue serius suka sama Ify.” Kata Debo sambil menghela nafas panjang.
“Yoo..”
“Shilla? Ada apa?”
“Gue mau ngembaliin ini. Jatuh dari buku catatan lo tadi.” Kata Shilla sambil memberikan selembar foto, yang tak lain adalah foto Ify yang via berikan untuk Rio *masih ingat kan?* Debo pun merebutnya dari Shilla
“Ify?” Debo memandang Rio, seolah meminta penjelasan
“Lo suka sama Ify ya?” tanya Shilla. Rio sebenarnya udah bosan mendengar pertanyaanini. Shilla, orang ketiga yang menanyakan hal ini. Rio jadi bingung, kenapa semua orang jadi nggak kreatif gini.
“Aduuuh, kalian salah paham. Itu Via yang ngasih.”
“Tapi lo taruh dalam buku catatan, bukankah itu berarti kalo lo..”
“Nggakk..”potong Rio cepat “Gue nggak ada perasaan apa2 sama Ify” kata Rio yang sedikit teriak
“Lo kenapa sih yo? Takut Shilla cemburu? Kayaknya lo nyari2 alasan supaya Shilla nggak salah paham” ujar Debo tenang.
“De, lo..”
“Apa sih maksudnya?” tanya Shilla meminta penjelasan.
“Dia suka lo Shill.” Shilla terpaku. Rio nggak bisa nomong apa2, lagi.
“Shill, ke kantin yuk” suara Alvin tiba2 terdengar. Shilla pun segera keluar menghampiri Alvin.  Ia memberikan senyuman yang paling manis. Walaupun ia tau, sebenarnya senyumannya itu hanyalah topeng dibalik semua perasaannya.
“De,, lo kenapa sih ngomong ke Shilla segala?” tanya Rio lemas
“Lo selalu bohongin perasaan lo sendiri. Kapan sih lo coba jujur? Gue nggak suka liat lo yang kayak gini. Please, kalo dulu lo udah bohong, gue mohon untuk kali ini lo jangan pernah bohongin perasaan lo lagi.”

                @gedung olahraga sepulang sekolah
                Rio dan Debo yang merupakan pasangan dalam tim basket pun datang. Mengganti baju, pemanasan, pun mereka lakukan seperti ritual sehari-hari. Rio dan Debo memang jadi pasangan yang paling kompak selama ini. Debo yang bermain menggunakan kekuatan penuh, dan Rio yang menggunakan otak untuk mempelajari sekeliling, agar bisa melakukan yang lebih baik. Sehingga tak ada satupun yang bisa menembus pertahanan ataupun penyerangan mereka. Permainan babak 1 sudah dimulai dari 10 menit yang lalu. Rio mendribble melewati 3 lawannya sekaligus, dan melakukan tembakan three point yang sempurna. Ify pun memberikan semangat untuk Rio dan debo
                “Hei. Lo yang bareng Rio kan?”
                “Eh, iya kak. Gue Ify”
                “Gue, Alvin.” Sapa Alvin sambil tersenyum. Alvin pun menonton tanding basket hari itu. “Aneh.” Gumam Alvin
                “Apa yang aneh kak?”
                “Permainan Rio hari ini benar2 aneh. Nggak kayak biasanya. Hari ini, emosinya  terlihat nggak stabil. Berbeda dengan biasanya. ” Ify yang nggak ngerti apa2 dan baru pertama kali melihat permainan Rio, Cuma bisa diam. Mereka berdua pun hanya menonton, tanpa bersuara hingga permainan selesai.
                Pluit panjang pun terdengar. 30-22. Kemenagan untuk SMA Ganesha.
                “Gue duluan. Salam buat Rio” pamit Alvin kemudian meninggalkan Ify. Ify pun menghampiri Debo dan Rio yang udah ganti baju. *Cepat banget ya gantinya? Anggaplah begitu.*
                “Selamat ya kak.”
                “Makasih fy” ucap Debo
                “Ehm, gue nggak nih fy?”
                “Selamat juga ya kak. Tadi permainan kalian keren2 deh”
                “Nggak usah lo bilang juga gue udah tau.” Kata Rio
                “Yeee, narsisnya kumat.” Kata Debo, kemudian menoyor kepala Rio
                “Hehehe. Ya udah fy, pulang yuk. De, gue duluan ya.”
                “Iya. Dadagh..”
                “Daa ka
 Debo..” Ify pun melambaikan tangannya dan meninggalkan debo yang sebenarnya nggak bisa mengendalikan detak jantungnya
                “Emm, kak. Permainan lo kok aneh sih?”
                “Kok lo ngomong gitu? Bukannya lo baru liat gue main pertama kali?”
                “Hehehe..Iya sih kak, tapi tadi banyak yang bilang gitu.”
                “Mungkin, hari ini gue jadi aneh, gara2 mikirin lo.” Ify terpaku sama ucapan Rio. Ia bingung, apa sebenarnya yang Rio rasakan. Ify masih terus berpikir. Rio langsung menggenggam tangan Ify yang cukup membuat Ify blushing. Detak jantungnya pun tak bisa dikontrol
                “Ka Rio..”
                “Kenapa? Nggak boleh?” tanya Rio yang membuat Ify semakin gugup. Mereka berdua berjalan dalam diam. Mencoba mengontrol perasaan masing2 yang terlalu aneh untuk Rio.
                “Rio..”
                “Shilla?” Tanpa berkata apa2 lagi, Shilla langsung berlari meninggalkan mereka berdua, dengan berlinangan air mata. Rio yang tadinya sedang menggenggam tangan Ify pun langsung melepaskannya dan mengejar Shilla tanpa mengatakan apa2 pada Ify. Membuat Ify ingin sekali kalau ini semua hanya mimpi. Ingin sekali ia menangis, tapi ia nggak selemah itu. Dan saat itu, ia memang nggak bisa mengeluarkan setetes air mata
                “Shilla!!!” seru Rio dan menarik lengan Shilla
                “Maafin gue yo.”
                “Lo kenapa sih?”
                “Gu..gue..gue mohon lo jangan suka sama orang lain, termasuk Ify” Rio kaget mendengar pernyataan Shilla
                “Shilla??”
                “Alvin..” seru Rio
                “Kalian ngapain di sini?”
                “Lo jangan salah paham dulu vin, sebenarnya..”
                “Aku mau kita putus Vin.” Potong Shilla.
                “Kenapa, Shill?” tanya Alvin
                 “Dari dulu, sampai saat ini.a..aku..masih sa..sayang sa..ma Rio..” kata Shilla terbata-bata “Maaf kalo selama ini aku bohongin kamu. Karena itu, aku nggak mau lagi bohong. Maaf vin.. ” ujar Shilla yang air matanya tak mau berhenti. Baik Rio maupun Alvin cukup shock mendengar pengakuan Shilla. “Meskipun gue ditolak sama lo, yo, tapi gue sama sekali nggak bisa ngelupain perasaan gue. Maaf kalo gue egois. ”
                “Akhirnya seperti ini...” desah alvin “Gue tau kok, lo suka sama Shilla yo, dan begitu sebaliknya. Meskipun begitu, gue tetap bilang sama Rio. Rio yang terlalu baik sebagai sahabat gue, Rio yang nggak pengen dibilang hianatin teman sendiri, akhirnya tolak lo Shill. Perasaan gue yang terlalu kuat buat Shilla, bikin gue nggak mau ngalah dan terlalu egois. Gue manfaatin kebaikan lo itu yo. Gue kira dengan adanya gue, Shilla bisa lupain lo yo. Tapi ternyata gue salah. Maaf, gue curang. Gue yang egois. Maaf, gue yang jahat. Tapi setidaknya, sekarang kalian udah bisa bersama. ” ujar Alvin sambil tersenyum walaupun perih untuk dirinya. “Jaga Shilla baik2 yo..” Alvin pun meninggalkan Shilla dan Rio yang masih terpaku dengan semua penjelasan Alvin
                “Vin..Alvin” paggil Rio
                “Yo,, lo jangan ninggalin gue ya..” kata Shilla
                “Maaf Shill, gue rasa di antara kita sebaiknya nggak ada apa2. Seperti kata Alvin, gue nggak mau nyakitin dia.” Ujar Rio sambil menunduk. Sebenarnya, Rio sendiri nggak tau apa yang ia rasakan saat ini. Ia nggak tau harus seperti apa. Ia takut mengambil keputusan yang salah. Rio berjalan gontai ke rumah
                “Ka Rio..Lo kenapa? kusut amat?” tanya Via yang lagi nonton
                “Shilla sama Alvin putus” Seolah kalimat itu bisa memberikan jawaban tepat terhadap pertanyaan Via.
“Gimana ceritanya?” Rio pun menceritakan saat itu. Ify yang kebetulan mendengar itupun jadi nggak bisa ngomong apa2
                “Lo..mau jadian sama ka Shilla kak?”
                “Heu..Nggak tau vi. Gue bingung. Vi, gue ke kamar dulu ya.”
                “Kak...” panggil Via, Rio menoleh “gue Cuma mau bilang, besok Ify ulang tahun.” Rio bingun kenapa Via harus nyampein itu buat dia. Tapi ia pun hanya diam dan meninggalkan Via. Ia baru sadar kalo ia telah meninggalkan Ify tadi sendiri. Tapi dia pikir, dia butuh waktu untuk berpikir. *Rioo, egois amat lo??*
                @kamar Via
                ‘berarti kesempatan ka Shilla jadian sama ka Rio terbuka semakin lebar.’ Batin Ify. Pintu kamar terbuka, Ify pun memejamkan matanya seolah lagi tidur. Via memasuki kamarnya. Ia memandang Ify..
                “Hhh...” desah Via. “Gue tau lo belum tidur, vi. Gue juga yakin pasti lo dengar apa yang ka Rio bilang. Gue tau lo dari tadi nggak nangis. Gue tau lo ceewek yang tegar, karena kalo gue jadi lo, mungkin gue udah nangis sesenggukan. Tapi jangan ketegaran itu hanya kepalsuan fy. Gue nggak mau, lo sok tegar, padahal di dalam, lo nggak lebih dari serpihan. Fy, lo yang kuat ya...” ujar Via akhirnya dan menyelimitu Ify
                ‘Maafin gue vi. Gue Cuma butuh waktu buast sendiri kok’ batin Ify.
               
                @rumah Rio keesokan paginya.
                “Selamat pagi semua. ” sapa Ify menuruni tangga.
                “Happy b’day to you, Happy b’day to you, Happy b’day , Happy b’day, Happy b’day to you...” Ify kaget dengan penyambutan pagi itu. Tante Winda, Om Hani, Via sama Rio udah berkumpul di bawah sambil menyanyikan lagu happy b’day.. Kue ulang tahun dipegang sama Via.
                “Tante..om..via..ka Rio ” ucap Ify satu2 masih nggak percaya. Ia senangnya bukan main. Ia nggak tau bakalan mendapat surprise kayak gini dari keluaga yang udah ia anggap seperti keluarganya.
                “Udah deh..Mendingan lo tiup lilin nih, tangan gue pegal megang kue.” Sahut Via
                “Iya deh., iya..”
                “Eiiitttsss, sebelum tiup, make a wish dulu.” Kata Via lagi. Ify pun hanya diam. Ia menutup matanya sejenak, kemudian ia meniup lilin.
                “Happy b’day ya fy!” ucap tante Winda sambil mencium dan memeluk Ify “Maaf, kami nggak bikinin kamu pesta.”
                “Nggak apa2 kok tante..Tante ingat sama ultah Ify aja, Ify udah senang.”
                “Oh ya, ini hadiah dari om sama tante” kata om hani sambil memberikan sebuah kotak yang cukup besar. Ify membelalakkan matanya.
                “Ify buka ya tan, om.” Ify pun membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat gaun selutut berwarna soft pink dipadu sama putih, yang membuat gaun itu indah. “Makasih ya om, tante.” Kata Ify, giliran Ify yang memeluk dan mencium mereka bergantian.
                “Sama2. Yang penting kamu suka. Happy b’day ya fy” ujar om Hani
                “Fyyyy,, happy b’day. Kalo hadiah, lo liat aja ntar.” Ujar Via
                “Makasih”
                “Fy, happy b’day. Sorry gue nggak sempat beli hadiah, tapi sebagai gantinya gimana kalo kita makan malam berdua di luar.” Ify shock dengan tawaran Rio. Ify memandang Via, Via hanya mengangguk.
                “Ok deh ka.”
                “Kalo gitu pakai gaun yang tadi tante kasih aja.” Ujar tante Winda. Ify pun mengangguk semangat. Mereka semua pun melanjutkan sarapan dan segera pergi ke sekolah

                @SMP Chandra
                Ify memasuki ruang kelasnya bersama Via. Tapi tatapan sinis dari teman2nya, membuat Ify heran. Ia nggak tau apa yang ia lakukan
                “Pagi semuaa” sapa Ify, tapi tak ada satu pun yang membalas sapaannya
                “Pagi yel” Iel hanya mengangkat wajah dari buku yang sedang ia baca, menatap Ify sejenak, tanpa ekspresi apa2, dia kembali menekuni bukunya. Dunia serasa runtuh. Sahabatnya pun nggak perduli sama dia. Tapi Ify segera duduk dan mengeluarkan buku2, karena bel udah berbunyi.
                “Alyssa Saufika Umari.” Panggil bu Winny. Yang ada hanya tatapan sinis dan mencela.
                “Ya bu...”
                “Coba maju ke depan.” Ify pun maju dengan takut, “Kata Gabriel, waktu ujian fisika, kamu menyontek?” Ify benar2 kaget. Ia memandang Iel seolah meminta penjelasan dari semua ini. Tapi Iel hanya tersenyum sinis penuh kemenangan.
                “Nggak bu..”
                “JANGAN BOHONG” bentak bu Winny membuat nyali Ify semakin ciut.
                “Sa..saya..” Mata Ify berkaca-kaca ia nggak tau kenapa sahabatnya bisa seperti itu.
                “Ibu kecewa sama kamu  Alyssa” seolah itu merupakan pukulan telak untuk Ify “Kamu boleh kembali ke tempat.” Ify kembali ke empatnya melewati Iel, ia melihat Iel dengan tatapan kecewa. Sampai di bangkunya, ia hanya menunduk. Walaupun buli2 air mata-nya tak sempat jatuh, tapi kesedihannya terlalu dalam. Ia melihat bayangan Iel pergi menjauh darinya. Duduk di sudut lain. Ia benar2 sendiri. Yang menguatkannya sekarang hanyalah Via.
selamat ulang tahun ku ucapkan, sambutlah hari indah bahagia
selamat ulang tahun untukk
Ify
Panjang umur didalam
hidupmu
Trimalah kadoku buat kamu
Yang kupersembahkan lewat lagu
ku ini

                Ify kaget mendengar suara merdu itu dengan melodi gitar. Ia mengangkat wajahnya, dan melihat Gabriel sedang berdiri tepat di sampingnya, sambil menyanyikan lagu. Ia menatap teman2 sekelasnya yang sekarang tersenyum manis untuknya. Ia menatap Bu winny yang cengar-cengir. Seolah ekspresi semua itu sekarang, bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“Happy b’day fy. Maaf, gue harus atur semua skenario ini. ” ucap Iel
                “Lo bikin gue frustasi. Tapi makasih” kata Ify. Semua yang ada di dalam kelas itu pun bergantian mengucapkan selamat ulang tahun untuk Ify.
                “Ini, ada hadiah dari kita buat lo.” Kata Iel sambil memberikan kotak yang juga besar. Ify membukanya. Jujur, ia begitu kaget. Barang yang ia inginkan selama ini. Gitar.
                 “Yel..lo..”
                “Buat sahabat terbaik, nggak ada salahnya kan?” Ify pun refleks memeluk Iel.
                “Makasih...Makasih semuanya.”
                “Jangan lama2 woy, ntar ada yang cemburu” seru Angel sambil melirik Via
                “Oops..maaf vi. Kita Cuma sahabat kok. ” goda Ify.
“Ciiiieeeeeeeeeee” ujar semuanya kompakkan. Via hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya yang merah. Sedangkan Iel udah garuk2 kepalanya yang nggak gatal. Iel benar2 salting.
               
****************************** (maaf penulis nggak cerita kejadian di sekolah, karena terlalu banyak. *Alibi..* hehehe)
                                           
                Waktu sudah menunjukkan setengah 7 malam. Tante Winda & om Hani belum pulang kerja. Nggak tau kenapa Rio jadi gelisah nunggu Ify. Ia nggak sabar pergi makan malam bareng Ify
                “Maaf ka lama.” Kata Ify. Rio menoleh dengan cepat. Ia speechless lihat Ify malam itu, yang cantik banget.
                ‘DEG.. duh kenapa gue jadi berdebar-debar gini ya?’ batin Rio “Emm, lo cantik banget fy malam ini”
                “Makasih ka.”
                “Udah siap berangkat?” tanya Rio. Ify pun hanya menagangguk. “Let’s go.” Ketika Rio hendak membuka pintu rumah, HP-nya berbunyi
                “Bentar ya fy..” kata Rio. Ia melihat di layar HP-ny siapa yang menelponnya
                “Hallo..”
                “Ri..Rio...gu..gue...Alvin..” kata Shilla menangis sambil sesenggukan
                “Shilla! Alvin kenapa? Lo di mana sekarang?  Kalo nangis terus, gue nggak tau lo di mana sekarang. ”
                “Gu..Gue, di taman belakang sekolah..”
                “Ok. Gue ke sana.” Rio pun mematikan HP-nya. Ify refleks memegang tangan Rio, menahan langkah Rio
                “Fy, maafin gue.”
                “Gue kecewa sama lo ka Rio” Ify pun melepaskan tangan Rio. Rio segera berlari ke luar , mengambil mobilnya dan pergi ke tempat Shilla berada.  Ify pergi ke kamar Via. Seperti biasa, ia tak menangis sama sekali.
                “Lho? Fy? Lo nggak jadi pergi sama Ka Rio?” tanya Via bingung
                “Ka Rio nemuin ka Shilla.”
                “Lo becanda kan Fy?” Ify hanya tersenyum miris
                “Tadi Ka Shilla nelpon. Nggak tau ada masalah apa. Tapi ka Rio juga sempat ngucapin nama Ka Alvin”
                “ka Rio tuh apaan siiiiih....Dia kan udah janjian sama lo fy. Iiihhh,,, gue sebal...kalo dia ada di sini, mungkin udah gue jadiin perkedel deh. Gue gemees banget liat ka Rio kayak gitu” Sahut Via yang marah dan kecewa sama kakaknya. “Hmm, fy...lo nggak sakit marah?”
                “Heu..Gue nggak mau jadi pembohong yang bakalan bilang ‘gue nggak apa2 kok.’. Gue juga nggak mau jadi orang munafik yang bakalan bilang ‘asalkan ka Rio bahagia, gue bahagia.’ Gue emang manja, tapi setidaknya gue nggak mau jadi orang yang egois, yang bahagia di atas penderitaan orang lain. Gue juga nggak mau jalan sama ka Rio yang fisiknya emang lagi sama gue, tapi hati dan pikirannya tertuju buat orang lain.” Via terperangah melihat Ify bisa ngomong seperti itu.
                “Fy,, jujur, gue nggak tau harus kayak gimana. Tapi setidaknya, kalo lo butuh teman buat cerita, kalo lo butuh teman buat nangis, gue siap kok. Yang penting lo jangan pendam semuanya sendirian.” Ify pun yang sebenarnya menahan tangisnya dari tadi, langsung menangis. Via memeluk Ify, seolah memberi kekuatan, membelai kepala Ify lembut. Ia tidak berkata banyak. Setidaknya ia bisa menghibur Ify bukan lewat kata2, tapi lewat tindakannya

                @taman belakang sekolah
                Rio berjalan menghampiri sesosok gadis yang sedang duduk di banku taman
                “Shilla?”
                “Rio!!”seru Shilla dan ia menangis lagi.
                “Lo tenang aja dulu, gue tungguin sampai lo berhenti nangis”Shilla menangis sejadi-sejadinya.
“Jadi gini yo..” Shilla mulai menceritakannya ketika ia sudah berhenti menangis
=====FLASHBACK=====
“Hai Shill” sapa Alvin ketika melihat Shilla duduk sendirian di taman
“A..Alvin?”
“Nggak usah kayak gitu. ” kata Alvin “Di dekat sini ada toko kue yang baru, katanya enak. Gimana kalo kita pergi ke sana berdua? Banyak pasangan2 yang pergi ke sana. ”
“A..Alvin. Maaf, selama ini gu hanya memikirkan  perasaan gue sendiri tanpa memikirkan perasaan lo sama sekali. Gue terlalu fokus sama diri gue sendiri. Gue nggak mengharappak maaf dari lo. Tapi setidaknya, gue Cuma pengen minta maaf. Maaf vin”
“Apakah lo pernah, sedikit aja sayang sama gue?” tanya Alvin yang benar2 menusuk perasaan Shilla. Shilla mengangguk kepalanya
 “Bohong! Lo bilang, lo suka sama Rio dari dulu sampai sekarang. Gue jadi mikir, sebenarnya apa hubungan kita selama ini. Sebaiknya gue emang ngelupain lo, walaupun di pikiran gue, hanya ada lo.”
“Aku nggak bohong vin, aku..”
BRAKK..Alvin membanting tasnya di atas kursi. Shilla benar2 kaget. Ia yag berhati lembut pun akhirnya mulai berlinangan air mata meliha Alvin yang selama ini baik padanya, tiba2 berubah sekasar itu.
“LALU KENAPA? KENAPA HARUS RIO?” bentak Alvin yang membuat air mata Shilla pun jatuh.
“Vin,, lo minum ya?”
“APA PEDULI LO KALO GUE MINUM? SAMPAI GUE MABUK JUGA , YANG ADA DI PIKIRAN LO CUMA RIO, RIO DAN RIO..” teriak Alvin. “Gue pergi.” Sahutnya dan meninggalkan Shilla sendiri yang terlalu shock
============FLASHBACK END==========
“Heu, gue payah banget ya. Padahal gue udah bertekad, supaya gue nggak bergantung lagi sama lo. Tapi ternyata gue selalu merepotkan orang lain. Gue baru sadar kalo Alvin begitu menderita.”
“Lo tenang aja, gue bakalan selalu ada di samping lo kok” kata Rio dan mengantar Shilla pulang ke rumah. Rio nggak langsung pulang. Ia pergi ke tempat favoritnya dulu bersama Alvin. Danau. Ia mencari Alvin dan berharap Alvin memang berada di sana. Ternyata, nggak usah ia cari susah2, tampak sosok Alvin sedang duduk menghadap Danau.
“Vin, lo munm ya?” tanya Rio, tanpa Alvin menjawab pun Rio sudah bisa melihat botol minuman keras di tangannya. Rio pun merebut botol itu secara paksa dari Alvin, dan melemparnya jauh2. “Alvin yang gue kenal, bukan ini. Alvin yang gue kenal, bisa meredakan emosinya dan bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin. ” sahut Rio dan duduk di samping Alvin. Alvin tersenyum miris
“Lo nggak usah mikirin gue. Lo boleh kok pacaran sama Shilla. Memang itu yang seharusnya terjadi dulu. Karena gue akan menjauhinya.” Mereka berdua pun hanya diam. Sibuk dengan pikiran dan emosi masing2.

Waktu udah menunjukkan pukul 11 malam. Rio baru saja tiba di rumah. Wajahnya benar2 lesu. Ketika ia masuk ke kamarnya, ia menghadapi tatapan sinis dari Via.
“Vi, belum tidur?”
“Belum”
“Kenapa?”
“Kalo akhirnya lo Cuma nyakitin Ify, please lo jangan dekatin Ify dan ngasih dia harapan kosong. Supaya lo tau, walaupun lo kakak gue, tapi kelakuan lo buat Ify udah keterlaluan. Dan gue nggak pernah punya kakak yang bisa mempermainkan hati orang kayak gitu.” Ujar Via kemudian balik ke kamarnya. Rio hanya diam. Ia benar2 bingung sama perasaannya sendiri. Ia nggak tau harus bagaimana sekarang.

*************************
Via dan Ify benar2 disibukkan dengan ujian semesternya. Belajar, belajar dan belajar. Ify sendiri sampai lupa apa yang terjadi dengan dirinya. Walaupun sampai sekarang Ify belum ngobrol sama Rio seperti sebelumnya. Kalo nggak ada yang penting banget, ify nggak pernah ngeluarin 1 patah kata pun. Sedangkan Via udah makin dekat juga sama Iel. Ify, Via dan Iel sering belajar bareng. Terkadang Ify merasa dicuekin karena kedekatan mereka. Tapi Ify bisa mengerti sahabat2nya yang lagi jatuh cinta.
Rio sendiri juga sibuk belajar buat ujian semesternya. Walaupun tiap kali belajar, ia nggak pernah bisa konsentrasi karena masih mikirin Ify yang nggak mau bicara sama dia. Sebenarnya dia nggak tenang sama perlakuan Ify seperti itu. Tapi untuk sementara, ia harus membuang segala perasaannya dan belajar dengan giat. Shilla selalu ngajak Rio buat belajar bareng, tapi ditolak halus oleh Rio. Ia nggak mau sikapnya , membuat Shilla jadi salah paham. Seperti yang dikatakan Via, ia nggak mau memberikan harapan palsu.

“Huaaa..akhirnya lega juga.” Seru Ify
“Iya nih. Tapi masih ada natiaonal exam nanti”
“Iya sih, tapi setidaknya untuk sekarang udah lega. Gue bisa tidur dulu” ujar Ify
“Eh vi, kita nonton bareng yuk..”
“boleh2..”
“Gue nggak ikut..”
“Kenapa fy?” tanya via
“Ogah..Gue nggak mau jadi obat nyamuk.” Seru Ify. Via dan Iel benar2 jadi salting.
“Ify!” Ify pun mencari sumber suara yang memanggilnya.
“Zahra?”
“Lo nggak ke NY?”
“Kenapa ada di sini? Bukannya lo suka pindah2 sekolah gitu?”
“Nggak. Gue tinggal di rumah kenalan. Lo sendiri?” tanya Ify yang sebenarnya pucat ngelihat Zahra.
“Latihan basket. Yuk ah, teman2” ajak Zahra meninggalkan Ify dengan tatapan angkuh. Ify diam seribu bahasa. Dia pucat. Via dan Iel pun melihatnya.Iel diam, Via masih nggak ngerti apa yang terjadi.
“Ify!” panggil Via dan Iel kompakkan. Ify berlari ke arah lapangan basket. 
“Yel, kenapa sih? Coba jelasin buat gue.”
“Waktu pertama kali Ify sekolah di sini, ia dijauhi sama teman2nya. Zahra itu sekelas sama gue&Ify di SD. Semua anak2 di kelas pun nggak ada yang berani dekat2 sama Ify. Soalnya, tiap yang dekat sama dia, pasti mengalami musibah. Baik dari terkilir, sampai patah tulang. Sejak saat itu, Ify disebut sebagai pembawa sial. Cuma gue yang dekat sama dia karena kita sahabatan dari kecil. Oh ya, ada 1 lagi yang baik sama dia, yaitu Tian. Nggak tau kenapa Cuma kita berdua doank yang nggak kenapa2.” Ujar Iel panjang lebar.
“Kita kejar Ify yuk” ajak Via
‘kalo ada Zahra di sini, pasti ada dia.’ Ify pun menegok kiri dan kanan. Tapi nggak ia temukan sama sekali, di lapangan basket.
“Ify?” Ify menoleh. Ia sangat terkejut melihat siapa yang menghampirinya
“Tian! Aaah,,, gue senang banget, akhirnya ketemu lo juga.” Kata Ify refleks meluk Tian. “Lo tambah tinggi aja yan.”
“Hehehe.. Iya nih, pertumbuhan gue kan masih terus berlanjut.”
“Yan, lo ngapain sih ngobrol sama dia? Lo kan tau kalo Ify itu pembawa sial” kata Zahra yang sengaja menekankan pada kata sial, sambil memegang lengan Tian. Ify pun diam,
“Eh, mata angkuh, lo janganpernah nuduh hal yang bukan perbuatannya dong. ” seru via yang sebal mendengar perkataan Zahra
“Udah vi, udah. Kita pergi aja yuk” Ify pun menarik Via dan Iel menjauh dari lapangan basket itu. mereka pun menjauh dari lapangan basket. Mereka bertiga akhirnya ngobrol di bangku dekat situ.
“Cowok yang dipegang sama Zahra itu siapa, fy?”
“Itu Tian. Septian. Selain gue dekat sama Iel, gue dekat juga sama dia.”
“Oh..”
“Pulang yuk, udah mau sore nih.” Ajak Iel
“Ya udah yuk” mereka bertiga pun pulang ke rumah masing2.

**********
Keesokan harinya Ify mencari Tian di sekolahnya. Ia benar2 kangen dan pengen ketemu sama sahabatnya yang satu ini. Ify tau sekolahnya Tian ini dari pakaian olahraga yang digunakan Zahra kemarin
“Permisi, kenal sama Septian nggak?” tanya Ify
“Iya. Ada apa ya?” tanya seorang gadis yang berkuncir dua
“Septiannya di mana ya?”
“Septiannya udah keluar dari tadi. Nggak tau ke mana
”Ya udah kalo gitu, makasih” ujar Ify. Ify pun pergi ke tempat Via menunggunya. Ia memang mengajak Via untuk menemaninya
“Lo temannya Ify kan?” tanya seorang gadis yang sekarang berada tepat di hadapan Via. Ada 3 orang temannya
“Iya. Lo siapa? Kenapa emangnya?”
“Sampein permintaan maaf kami ya.”
“Soal apa?”
“Kami pura2 mengalami musibah karena dekat sama Ify. Kami menceritakan kejadian bohong ”
“Kenapa kalian melakukannya?”
“Zahra punya kuasa yang besar, karena ayahnya kepala yayasan sekolah kami. Karena itu, ia bisa saja melakukan hal yang buruk untuk kami, kalo kami nggak melaksanakan segala yang ia inginkan. Kami sebenarnya pengen banget temenan sama Ify. Tapi kami nggak bisa. Kami minta maaf ya.”
“Apa alasan dia benci sama Ify?”
“Dia cemburu kalo lihat Ify dekat2 sama Tian. Karena itu, dia pengen menjauhkan Ify dan Tian. Kalau Zahra menjahati Ify secara langsung, Tian bisa jadi benci sama Zahra. Selain itu Ify juga nggak akan tinggal diam. Karena itu ia meminta kami untuk melakukan hal itu.”
“Vi, ayo pulang” ajak Ify dan segera menarik Via.
“Lo dengar fy?”
“Semuanya.” Wajah Ify benar2 berbeda dari biasanya. Ia benar2 marah terhadap sikap zahra. Ia nggak nyangka kalo Zahra seperti itu.

@Sorenya di lapangan basket
“Yan, lo kok nggak pernah baik sih sama gue? Kenapa lo baiknya Cuma sama Ify?”
“Emangnya lo pernah baik sama Ify?” Zahra diam. Ia nggak bisa berkata apa2 di depan Tian
“Hai yan!” sapa Ify yang baru saja menghampiri mereka berdua
“Hai fy! Tumben lo datang?”
“Gue lagi suntuk nih, jalan bareng yuk.”
“Ya udah. Tapi gue ganti baju gue dulu ya. ”
“Iya, jangan lama2.” Kata Ify. Tian pun meninggalkan Ify sendirian dengan Zahra. “Gue udah tau semuanya Zahra. Kalo lo nggak minta maaf sama gue, gue bakalan membuat hidup lo lebih susah daripada hidup gue sendiri ” Ify pun meninggalkan Zahra yang mematung.
“Kita mau pergi ke mana fy?”
“Kita ke toko buku dulu yuk, ada buku yang mau gue cari” kata Ify. Mereka pun pergi ke toko buku & makan malam bareng.
“Ify” panggil Via
“Via lo ngapain di sini?” tanya Ify. Via punmengajak Ify menjauh sebentar daei Tian
“Gue penasaran, makanya gue ikutin lo. Gue mencoba nebak jalan pikiran lo. Lo nggak boleh pakai cara gini fy. Lo nggak boleh manfaatin Tian.”
“Gue nggak ngerti maksud lo”
“Lo mau bikin Tian jadi jatuh cinta kan sama lo? Supaya Zahra sakit hati? Tapi apa lo pernah mikirin perasaan Tian? Apa lo nggak sadar kalo nantinya Tian yang bakalan kecewa.”
“Gue dipisahin dari teman2 gue, gara2 dia vi. Orang yang paling penting buat gue dulu. Sekarang saatnya gue balas, rebut orang yang paling penting dalam hidupnya!” Ify pun kembali ke Tian dan mengobrol lagi.
Via keluar, ia merogoh HP-nya
“Ka Rio. Gue mohon lo yang bujuk si Ify. Kalo dia nggak dihentikan sekarang, dia bisa ngelakuin hal yang lebih nekat kak.
“Lo tenang dulu vi. Ceritain semuanya ke gue. Gue benar2 nggak tau apa yang terjadi sama Ify” Via pun menjelaskan semuanya.
“Ka, gue mohon. Cuma lo doank yang bisa hentiin kegilaan Ify ini.”
“Lo di mana sekarang? Biar gue ke sana”
               
                Setelah makan, Ify dan Tian pun berniat untuk nonton.
                “Ka Rio?”
                “hai fy. ”
“Via udah ceritain ya?”
“Dia sangat cemas. Karena itu, kita pulang ya.”
“Nggak, dia mau nonton sama gue” kata Tian
“Sorry, tapi ini lebih penting” Rio pun menarik lengan Ify. Ify hanya diam. Ia nggak bisa ngomong apa2.
“Kenapa sih kak, lo datang di saat kayak gini?”
“Ify yang gue kenal, bukan tipe yang pengen ngelukain perasaan orang lain. Gue nggak suka liat dendam dan amarah terpancar di mata lo. Yang pengen ue liatdari lo adalah Ify yang penuh semangat, seperti pertama kali lo datang.” Ify melepaskan  cengkraman Rio dari lenganya
“Gue nggak suka kalo lo baik sama gue karena kasihan.” Seru Ify. Rio pun langsung memeluk Ify
“Ini bukan kasihan. Cuma lo fy,yang nggak bisa gue lepasin” ujar Rio. Ify melepaskan pelukan Rio
“Jangan pernah ngasih gue harapan kosong kak.” Ify pun berlari,  meninggalkan Rio yang sebenarnya nggak ngerti apa yang ia rasakan.
‘Rio bodoh..’ batin Rio

@kamar Alvin
Alvin duduk di beranda kamarnya, sambil membawa gitarnya.
‘Gue emang egois.’ Batin Alvin. Ia pun mulai menyanyi
                    Tertegun ku memandangmu
                     Saat kau tinggalkanku .. menangis
                     Bodohnya ku mangharapmu
                     Jelas sudah tak kau pedulikan cintaku

                     Mestinya telah kusadari
                     Betapa perih cinta tanpa balasmu
                     Harusnya tak ku paksakan
                     Bila akhirnya kan melukaiku


                     Mungkin ku tak akan bisa jadikan dirimu kekasih
                     Yang seutuhnya mencintaiku
                     Namun kurelakan diri
                     Jika hanya setengah hati
                     Kau sejukkan jiwa ini


                     Ku hanya terus berharap
                     Satu hari kau mampu .. sadari
                     Tiada yang pernah mengerti
                     Sepertiku setulus hati mencintaimu

@rumah Rio
“Ifyyyy,,, akhirnya lo ada di sini juga...” sapa Via ketika melihat Ify telah sampai di depan rumah. “Fy, lo kenapa? Muka lo kok ditekuk gitu?”
“Gue bingung sama ka Rio vi” kata Ify dan duduk di ruang nonton mereka
“Kenapa emangnya?”
“Gue nggak ngerti sama sikapnya. Apa kebaikannya itu karna dia nganggep gue Cuma ade doank? Udah forget it..viiiiaaa,,, gimana ya caranya bikin Zahra mau minta maaf sama gue?”
“Ya ampuun fy..Lo tuh ye...Lo tau nggak apa yang dia senangi dan nggak mungkin dia lewatin”
“Tian”
“Except it. Yang lain fy, hobby-nya kek, kehebatannya kek”
“Nyanyi.” Seru Ify “Dia senang banget nyanyi. Dia selalu ikut semua kontes dan lomba nyanyi. Nggak satupun dia lewatin”
“Ya udah lo ikut aja fy. Seingat gue ada lomba nyanyi bulan Februari.” Ify pun mengangkat wajahnya. Suara ini bukan suara Via. Tapi...
“Kenapa? Kok ngeliatin gue kayak gitu” ucap Rio yang ternyata udah ada di dekat mereka
“Sejak kapan lo di situ kak?” tanya Via
“Hmm, sejak lo ngomongin tentang Zahra. Eh fy, ikut aja..”
“Tapi suara gue jelek kak.” Ucap Ify yang udah lupa sama sikap dinginnya untuk Rio
“Siapa bilang? Suara lo bagus kok.” puji Rio
“Iya fy..Ikut aja. Oh ya, seingat gue lo bisa main piano kan? Kayaknya bisa jadi nilai plus2 deh. Ayooo fy” bujuk Via “Dengan demikian lo bisa ngalahin dia, buan dengan cara licik seperti caranya. Tapi dengan kemampuan dan talenta yang lo punya sendiri.”
“Hmm, oke deh.”
“Ya udah besok gue bawa pulang formulirnya.” Kata Rio
“Thank’s ya kak. Yuk vi kita ke kamar” ajak Ify

@kamar Via
“Viii, biasanya kan gue yang cerita ke lo..gantian dong, lo yang cerita ke gue. Gimana gubungan lo sama Iel?” tanya Ify. Via yang mendengar nama Iel disebutkan langsung blushing “Ciiieeee, Viaaa...Mukanya merah tuh. Emang Iel ngapain aja ama lo?”
“Aduuuh, Ify udah deh. Gue mau tidur.” Kata Via yang langsung memeluk bantal
“Yah, vi..Jangan tidur dulu dong..Ahh, lo gitu deh..Via..” panggil Ify sambil mengoyang-goyangkan tubuh Via. Tapi Via tetap bergeming agar ia nggak diganggu lagi sama pertanyaan2 Ify. Ify pun mengambil HP-nya dan mulai menekan keypad hp-nya
To: Tian
 Yan, Zahra ikut lomba nyanyi dalam rangka Valentine days ga?
From: Tian
Hmm, setau gue sih iya. Kenapa emangnya?
To: Tian
Gpp kok. Eh, bsok pagi kita ketemu ya.
From : Tian
Ok. Gue tunggu di lap.basket kompleks
To: Tian
Sippp...

‘Hmm, gue nyanyi lagu apa ya?? Bingung nih. Valentine days..Pasti berhubungan dengan hati. ’ batin Ify. Ia mulai berpikir. ‘Aha, gue tau mau nyanyi lagu apa.’ Ify pun terlelap dengan nyenyaknya

@lapangan basket
“Tian !!” panggil Ify
“Hei fy. Kenapa nih ngajakin gue ketemuan?”
“Gue mau minta maaf nih. Gara2 gue, kita nggak jadi nonton kemarin”
“nggak apa2 kok.” Balas Septian sambil memberikan senyuman terbaiknya
“Ada lagi! Gue senang banget punya sahabat kayak lo. Hmm, gue ada masalah sama Zahra. Dan gue sempat berpikir, bikin hubungan kalian jadi renggang. Gue sempat mau bikin lo suka sama gue. Gue juga sempat berpikir bikin Zahra cemburu. Maaf gue manfaatin lo. Tapi gue udah nggak mau pake cara licik kayak gitu lagi. Kalo gue kayak gitu, berarti gue juga jahat. Maaf.” Ucap Ify tulus dari dalam hati.
“Kalo masalah jahat, kayaknya gue lebih jahat sama lo.” Ify sama sekali nggak ngerti sama apa yang Septian ucapkan “heu..Gue udah tau kalo Zahra yang ngebuat segala macam skenario, kalo lo adalah pembawa sial.”
“TI..Tian?”
“hah,. Maaf. Dulu gue nggak bilang sama lo, karena gue senang banget kalo lo mau bergantung sama gue. Walaupun ada Iel juga sih. Tapi setidaknya, lo lebih percaya sama gue, dan gue bisa jadi sahabat lo. Makanya waktu lo pindah sekolah, gue jadi sedih banget. Karena sebenarnya dari dulu sampai sekarang, perasaan gue nggak berubah ke lo. Gue suka sama lo fy. ” Ify tersentak mendengar pengakuan jujur dari Tian.
“Nggak usah lo jawab. Gue tau kok lo suka sama siapa. Gue Cuma pengen jujur aja sama perasaan gue. Well, gue harap kita tetap sahabatan dan jangan pernah ngejauh dari gue ya.” Ucap Tian. “Oh ya, lo mau maafin gue kan?”
“Gue rasa kita impas. Sama2 ngelakuin kesalahan. Jadi kita lupain aja. ” kata Ify sambil tersenyum “Dan menyangkut perasaan lo, maaf ya yan..”
“Walaupun perasaan gue nggak lo balas, tapi gue senang lo mau maafin gue. Jujur selama ini, gue jadi ngerasa bersalah banget sama lo.”
“Hmm, yan. Emang lo tau gue suka siapa?”
“Ka Rio kan?” tebak Tian yang membuat wajah Ify jadi merah “Hahaha...Udah nggak bisa malu2 gitu. Lo kalo butuh teman buat cerita, ingat ada gue.”

@Lomba nyanyi
Waktu yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Selama beberapa bulan ini, Ify selalu latihan menyanyi. Tapi ia tetap fokus sama pelajarannya. Berhubung ujian udah dekat banget. Ia nggak mau kalo ketinggalan materi pelajaran.
“Kita panggilkan peserta pertama kita Zahra Damariva.” Zahra pun nai ke atas panggung.
Aku tak lelah mengikuti semua langkah kakimu
Dan berharap bisa memilikimu
Berbagai cara telah aku lakuan untuk hidupku
Hingga aku mengorbankan hidupku
                Buka hatimu, Bukalah sedikit untukku
                Sehingga diriku bisa memilikimu
Berbagai cara telah aku lakuan untuk hidupku
Hingga aku mengorbankan hidupku
                Buka hatimu, Bukalah sedikit untukku
                Sehingga diriku bisa memilikimu
                Betapa sakitnya, betapa perihnya hatiku
                Selalu dirimu tak menganggapku ada. Hooo....

“Woow, penampilan yang begitu indah dari Zahra. Ok penampilan berikutnya. Kami panggilkan Alyssa Saufika Umari.”
DEG..Zahra terkejut mendengar nama itu. Ia tak percaya sama pendengarannya. Ia pun menatap ke atas panggung. Di sana terlihat Ify telah duduk dengan manisnya di hadapan piano.
‘Ka Rio..This song just for you.’ Batin Ify
Cannot touch
Cannot hold
Cannot be together

Cannot love
Cannot kiss
Cannot have each other

Must be strong,
And we must let go
Cannot say
What our hearts must know
How can I not love you
What do I tell my heart
When do I not want you
Here in my arms

How does one walks away
From all the memories
How do I not miss you
When you are gone

Cannot dream
Cannot share
Sweet and tender moments

Cannot feel
How we feel
Must pretend it's over

Must be brave,
And we must go on
Must not say,
What we've known all along

How can I not love you
What do I tell my heart
When do I not want you
Here in my arms

How does one walks away
From all the memories
How do I not miss you
When you are gone
How can I not love you..

[[Musical Interlude]]

Must be brave,
And we must be strong
Cannot say,
What we've known all along.

How can I not love you
What do I tell my heart
When do I not want you
Here in my arms

How does one walks away
From all the memories
How do I not miss you
When you are gone

How can I not love you..
When you are you gone.....

                “Penuh penghayatan. Lembut, seolah keluar dari jiwanya” ujar Mc itu ketika melihat Banyak yang memberikan standing applause. Salah satunya adalah Via dan...Rio.
                ‘Apa gue yang ke-GR-an aja, atau lagu itu emang ditujukan buat gue? ’ batin Rio
                “Setelah sejam menunggu, akhirnya hasilnya keluar juga. Juara 1 tahun ini adalah.............................Alyssa Saufika Umari” ucap MC “Bagi Alyssa harap maju ke depan.” Ify pun naik ke atas panggung dan menerima hadiahnya. Ia tersenyum penuh kemenangan. Ia pun turun dari atas panggung
                “Ify selamat yaa!” teriak Via yang langsung memeluk Ify “Tadi kereeen lo..”
                “Hehehe...Makasih...”
“Ify!” panggil Zahra “Selamat ya. Lo berhasil ngalahin gue. Dan gue mau minta maaf sama sikap gue yang dulu ke lo.” Kata Zahra tulus sambil mengulurkan tangannya untuk memberi selamat. Ify menatap tangan Zahra. Zahra hanya menunduk. Ia tau kalau kesalahannya terlalu besar. Tapi kemudian Zahra kaget dengan perlakuan Ify
“Udah gue maafin kok.” Ujar Ify sambil memeluk Zahra. Zahra pun balas memeluk Ify “Berhubung besok hari kasih sayang.”

                @hari Valentine, rumah Rio
                “Aduuuh, Rio bawa payung nggak ya?” tanya tante Winda cemas melihat hujan yang cukup deras di luar. “Fy, boleh tolongin tante nggak? Kamu tolong bawa payung ya buat Rio” Ify pun hanya mengangguk. Ia mengganti pakaiannya dan segera pergi ke sekolah Rio, SMA Ganesha.
“Rio...”
“Shilla ada apa?”
“Lo bawa payung?”
“Nggak. Tapi gue bisa naik taksi di depan kok.”
“Gimana kalo bareng gue aja?”
“Hmm, nggak usah deh makasih. Gue duluan ya..”
“Rio..” panggil Shilla sekali lagi dan menghentikan langkah Rio “Gue mau kasih lo ini. Lo mau terima nggak? Sekaligus gue mau bilang kalo gue sayang sama lo.” tanya Shilla sambil memberikan sekotak coklat tanda Valentine Days untuk Rio. Tak jauh dari mereka, ada orang lain yang melihat itu, tak lain dan tak bukan adalah Ify. Ia pun segera pergi. Ia tak ingin dibilang prang yang suka nguping. Ia juga nggak mau jadi orang ketiga, pengganggu antara mereka. Walaupun sebenarnya di dalam hatinya, ia pengen banget tau apa jawaban Rio
“Shill, gue senang bisa punya arti yang besar sama lo. Kalo lo ada masalah, kapanpun gue siap dengerin. Gue juga mau selalu ngasih semangat ke lo, dan jadi orang pertama yang lo cari. Gue senang lo bergantung sama gue. Hmm,, gue.......................Maaf, gue nggak bisa terima coklat itu. Gue juga nggak bisa balas perassaan lo. Gue Cuma bisa jadi sahabat lo.”
“Heu,, gue ke-GR-an deh sama sikap lo. Harusnya gue udah sadar dari dulu,”
“nggak. Ini salah gue. Gue aja yang nggak ngejelasin perasaan gue yang sebenarnya.”
“Tapi gue senang, akhirnya lo tau dan sadar, siapa yang sebenarnya lo sayangin.”
“Iya..”

@Rumah Rio
“Ify katanya lo jemput gue ya tadi?” tanya Rio setelah mendengar penjelasan mamanya
“Iya. Tapi tiba2 gue sakit perut, makanya gue pulang. Hehehe..Maaf ya..”
“Hah? Kok bisa sakit perut? Lo makan sembarangan ya? Lo tuh ya. Trus gimana skarang?” tanya Rio panik
“Udah nggak apa2 kok.” Jawab Ify. Mereka berdua lagi mengontrol perasaan yang nggak karuan di hati mereka.
“Fy..” Ify menoleh ke arah Rio. “Lo nggak ngasih gue coklat?”
“Hah?” Ify tersentak dengan pertanyaan Rio
“Hehehe. Nggak ding. Becanda. Ya udah gue ke kamar dulu ya. ” Rio pun beranjak dari ruang nonton
“Lo pasti udah dapat dari adik2 kelas lo atau teman lo kan? Lo kan populer ” ujar Ify membuat Rio menghentikan langkahnya
“Gue tolak semuanya.” Kali ini Ify membalikkan tubuhnya. Ia benar2 heran dengan Rio
“Kenapa?”
‘Karena gue Cuma mau nerima cokelat dari lo’ batin Rio “Nggak apa2 kok.” Jawab Rio dan berusaha tersenyum. Ia pun meninggalkan Ify yang bingung.

@kamar Rio
‘Aduuuuuuhhh,, gue kok jadi kayak gini sih? Gue udah terlalu banyak sakitin Ify. Tapi kenapa gue pengen banget dapat sesuatu dari dia di hari Valentine Days ini? Aahh...Rio bodoh...Kenapa lo baru nyadar sekarang...’ batin Rio smabil mengacak-acak rambutnya. Ia mengingat kembali memori2nya bersama Ify. Emang nggak banyak. Dan hampir semua memorinya, ia selalu nyakitin Ify. Tapi setidaknya itu yang membuatnya tak bisa ngelepas Ify. Memori percakapannya dengan Via pun terputar lagi.
========== FLASHBACK===========
“Ka..”
“Kenapa vi?”
“Lo sebenarnya suka nggak sih sama Ify?”
“Kenapa nanya kayak gitu?”
“Ify suka sama lo. Tapi gue nggak tega ngelihat dia tersiksa kayak gitu. Dia selalu tegar, padahal di dalamnya rapuh banget. Sikap lo ngebuat dia jadi bingung ka. Dia nggak ngerti sama sikap lo yang bisa aja baik banget, tapi bisa aja ninggalin dia saat itu juga.”
“Heu..Gue nggak tau fy apa yang gue rasain..”
“Kalo lo masih sayang sama ka Shilla, gue harap lo jangan pernah ngebuat Ify jadi bingung ka”
“Tapi, nggak tau kenapa gue nggak bisa ngelepasin Ify. Gue nggak mau kehilangan dia. Gue mau dia selalu ada di sisi gue.”
“Kak! Lo tegas dong sama perasaan lo sendiri.  Kalo kayak gini, lo jadi cowok yang egois banget. ” Via pun meninggalkan Rio di kamarnya yang sedang merenung
==============FLASHBACK END============
‘Apa gue salah kalo sekarang gue jatuh cinta sama dia?’

*************************************************************
Waktu berlalu begitu cepat. Pengumuman kelulusan pun akan diumumkan bagi anak SMP Chandra.
“Baiklah anak-anak, kami mengucapkan selamat, karena kalian semua bisa lulus demgan nilai yang memuaskan” kata Pak Oni sebagai kepala sekolah. Terdengar sorak sorai gembira dari seluruh siswa kelas 3. Semua guru-guru pun terharu. Anak2 pun dibubarkan
                “Fy, akhirnya kita bisa pakai putih abu-abu juga.” Seru Via sambil memeluk Ify
                “Iya, vI. Gue senang banget.” Seru Ify sambil tersenyum gembira.
                “Ehm, gue nggak dipeluk nih??”
“Ciiieeeee,,, iel mau dipeluk sama Via. Cup..cup..cup...” goda Ify yang langsung dapat toyoran dari Iel. Sedangkan Via udah merah banget mukanya.
“Apaan sih lo fy. Nggak lucu.”
“Hehehehe...maap..maap.”
“VI kamu pulang naik apa?” tanya Iel lembut
“Aku pulang bareng Ify”
“Heh? Sejak kapan lo beruda pake aku-kamu? Well jangan bilang kalo lo berdua....” Ify menggantung kalimatnya. IA menyadari ekspresi berbeda. Iel menggaruk-garuk kepalnya yang nggak gatel sama sekali. “LO BERDUA UDAH JADIAN?”                 tanya Ify yang sontak membuat anak2 lainnya menatap mereka
“Eh, maaf.maaf.” ujar Ify “Serius lo? Kok nggak cerita ke gue sih?” tanya Ify bertubi-tubi dengan volume suara yang dikecilin
“Baru juga kemarin, waktu selesai ujian” ujar Via dengan wajahnya yang semerah tomat
“Lo berdua yee...PJ-nya dong..”
“Iya..Iya, kalo udah masuk SMA, kita traktir deh.” Seru Iel
”Viaaaa, lo wajib cerita ke gue, pulang ini’
“Iya ify sayang...Bawel lo..” kata Via. Mereka bertiga pun meninggalkan sekolahnya.

@SMA Ganesha
“Rio!” Rio pun mencari sumber suara “Selamat ya. Lo jadi peringkat pertama lagi nih” ucap Debo
“Hehehe. Makasih.”
“Yo, lo udah bilang belom ke Ify, kalo lo suka dia?” tanya Debo polos yang membuat wajah Rio sukses menjadi merah. “Belum ya? Ah lo payah nih. Kalo kelamaan, gue ambil loh...” ancam Debo
“Kalo lo embat Ify, trus gimana nasib adik kelas yang katanya ngasih lo cokelat?” tanya Rio
“EH..itu..Lo tau dari mana?”
“Yaa ampun de. Udah heboh kali di sekolah”
“Ka Debo!” seorang gadis cantik menghampiri mereka
“Ini ya De?”
“Apaan sih lo yo.” Seru Debo yang jadi salting.
“Eh ada ka Rio, maaf ya ganggu.”
“Nggak apa2 kok. Lagian gue juga udah mau pulang kok. Btw nama lo siapa?”
“Oik kak.”
“Oh. Ya udah. Gue duluan ya. Bye..” Rio pun meninggalkan Debo dengan Oik.

“Rio..” Kali ini bukan Debo yang memanggilnya
“Eh. Hai Shill. Selamat ya.”
“Hahaha. Gue masih kalah sama lo. Kalo ada lo, gue bakal tetap jadi yang kedua.”
“AH lo bisa aj Shill”
“Yo, skalian gue mau pamit. Gue mau pindah ke jogja. Bokap gue pindah tugas ke sana”
“Hah? Lo serius? Kan nanggung banget sisa 2 semester ini.”
“Iya sih. Tapi, nggak ada keluarga yang lain di Jakarta. Lagian juga bokap gue pasti nggak setuju kalo gue ngekost di sini. So, gue pindah. ”
“Hmm, gitu ya? Ya udah, lo have fun ya di sana. Kalo lo butuh teman buat curhat, ingat ada gue.”
“Iya Rio.. Eh, gue jalan dulu ya. Ada orang lain yang harus gue pamitin. Da..Sampai ketemu ya yo. Lo harus ngabarin gue kalo udah jadian sama Ify” seru Shilla dan meninggalkan Rio sendiri. Shilla berlari ke arah yang berlawanan. Tadi ia melihat sosok yang begitu ia kenal. Ia berjalan ke sudut lapangan. Tapi tak menemukan orang yang ingin ia temui sekarang
“Nyari gue?” tanya cowok itu, yang berdiri tepat di belakang Shilla
“Iya. ” jawab Shilla sambiltersenyum
“Duduk sana aja yuk.” Kata Cowok itu dan berjalan ke arah bangku yang terletak di pinggir lapangan dan di bawah pohon yang begitu rindang “Ada apa nih?”
“Gue mau pindah ke jogja. Bokap gue pindah tugas ke sana” jawab Shilla yang membuat cowok itu nggak merespon “Vin, sekali lagi gue mau minta maaf sama sikap gue.”
“Hm, gue yang harusnya minta maaf. Dari dulu seharusnya lo emang sama dia.”
“Seandainya bisa bersama, gue rasa juga bakal berakhir. Nggak tau kenapa gue liat ikatan benang merah di antara mereka.”
“Hati2 ya di sana. Cari cowok baik2.”
“Hmm, kayaknya nggak ada yang sebaik lo Vin” Alvin pun tersenyum dan mengacak rambut Shilla lembut
“Lo jangan bikin gue ngelunjak deh. ”
“Tapi benar kok. Lo emang baik” kata Shilla sambil tersenyum manis. Alvin hanya bisa memalingkan wajahnya, menutupi semua kegundahan hatinya

@Rumah Rio
“Hai Ify, Via. Selamat yaa.. udah pada lulus.”
“Iya. Makasih kak.”
“Ify, tadi papa kamu nelpon.” Kata tante Winda yang baru keluar dari dapur.
“Oh. Makasih ya tan.”
“Btw wisudanya kapan nih?” tanya Rio semangat
“Lusa.” Jawab Via singkat
“Wow. Gue boleh ikut nggak?”
“Nggak boleh. Yang boleh ikut ya Cuma kita doang.” Jawab Ify. Nampak jelas gurat kekecewaan terlihat di wajah Rio.
“Hei.hei.hei. Kalian pada ngobrol di sini. Semuanya mandi gih. Terus kita makan bareng” seru tante Winda yang membuat Ify, Via dan Rio segera pergi ke kamar mandi masing2.

@kamar Via, malamnya
“Vi ayo cerita..” paksa Ify
“Duh, iya2..”
===========FLASHBACK============
Iel mengajak Via ke sebuah lapangan berumput.
“Ngapain ke sini yel.”
“Udah lo ikut aja. Ke sana yuk.” Ajak Iel dan dengan sigap menarik lengan Via ke tempat yang ia tunjukkan tadi. Via benar2 speechless. Ia serasa lagi di Belanda. Begitu banyak burung merpati putih yang beterbangan ke sana kemari. Dia dan Iel pun duduk di salah satu bangku yang ada di dekat burung2 itu.
“Lo tau nggak kenapa merpati disebut sabagi lambang kesetiaan?” tanya Iel. Via yang dari tadi memandang merpati pun mengalihkan pandangannya ke arah Iel.  Ia menggeleng. “ Pertama, merpati adalah burung yang nggak pernah mendua hati. Coba lo perhatiin, apakah ada burung merpati yang suka ganti2 pasangan? Nggak kan? Yang kedua merpati adalah burung yang tahu kemana dia harus pulang. Walaupun burung merpati terbang jauh, dia nggak pernah tersesat untuk pulang. Ketiga, merpati  tahu bagaimana pentingnya bekerja sama. Coba deh lo perhatiin ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak2 mereka. apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga di luar kandang dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan ganti mengerami. Pernahkah kita melihat mereka saling melempar pekerjaan? Jawabannya nggak !” ujar Iel panjang lebar. Via hanya dapat terkagum-kagum dengan apa yang diketahui oleh Iel
“Tunggu bntar ya.” Iel pun pergi meninggalkan Via yang masih asyik memandangi merpati2 yang terbang. Ia memandang merpati yang nggak pernah terpisahkan itu
“Vi..” panggil Iel.
“Iel??” Via benar2 bingung. Ia melihat Iel membawa 2 ekor merpati putih di dalam sangkar.
“Vi, hmm. Gue sayang sama lo. Mungkin gue nggak bisa ngasih sesuatu yang romantis atau lainnya. Gue Cuma bisa jadi diri gue sendiri. Lo mau nggak jadi pacar gue?” tanya Iel yang sontak membuat wajah Via blushing. “Kalo le terima gue, lo lepasin salah satu merpati ini. Tapi kalo lo nolak gue, lo lepasin kedua merpati ini bersamaan.” Dengan langkah yang sebenarnya berat untuk Via. Ia mengambil kedua merpati putih itu. Ia pun melepaskan kedua merpati itu. Iel cukup shock dengan jawaban Via.
“Yel, Sorry. ” ucap Via tulus dari dalam hatinya
“Iya nggak apa2 kok. Yuk pulang” ajak Iel. Via menarik tangan Iel, hingga menghentikan langahnya. Iel berbalik dan menatap Via
“Kok main pulang sih? Lo belum dengar penjelasan gue.” Iel hanya bisa menunduk lesu “Gue lepasin kedua merpati itu, karena gue nggak mau mereka berpisah. Seperti kata lo tadi, mereka itu lambang kesetiaan. Dan gue nggak tega buat misahin mereka. Btw, lo nggak perhatiin ya? Kalo sebenarnya gue ngelepas merpatinya satu2, bukan keduanya sekaligus.? ” Iel mendongak, ia melihat Via sedang tersenyum manis “Gue mau kok jadi pacar lo. Gue juga sayang sama lo.” Jawab Via yang membuat senyum merekah di wajah mereka berdua.
“Thank’s Vi. Gue janji bakal jadi merpati yang selalu setia”

===========FLASHBACK END=========
“Huaaa...so sweet...Nggak nyangka gue, si Iel bisa bikin kaya gitu juga..”
“Gue aja sampai speechless..Soalnya dia bilang Cuma jalan2 biasa. Padahal, kayak gitu.”
Tok..tok..tok...
“Fy..” panggil tante Winda dan membuka pintu kamar Via
“Eh, iya tan.”
“Besok pagi jam 7 gitu temenin tante pergi belanja ya. Kebutuhan bulanan udah abis”
“Iya tante.”
“Via mau ikut?” tanya Tante Winda pada anaknya
“Nggak ah ma. Vai males. Via di rumah aja.”
“Ya udah kalo gitu. Mama tinggal ya. Oh ya, jangan kemalaman kalo tidur.” Ify dan Via pun mengangguk

@keesokan paginya
Ify dan Tante Winda udah pergi. Nggak ada lagi orang di rumah. Via pun berjalan ke kamarnya Rio. Membuka pintu dan masuk dengan semena-mena
“KA RIOOOOO BANGUUUUUUNNNNN” teriak Via
“Apaan sih viiii...Gue maish ngantuk nih. Lagian kan ini libur.” Sahut Rio ogah2an
“Ih ka Rio. Ada yang mau gue omongin..” kata Via nggak mau kalah sambil menari selimutnya Rio.
“Iya, iya. Gue bangun. Ada apaan sih?” tanya Rio pasrah sambil mengucek-ucek matanya
“Gue mau nanya ke lo. Sebenarnya sekarang lo suka nggak sih sama Ify? Gue bingung sama sikap lo. Gue jadi kesal. Kalian berdua terlihat santai2 saja dan nggak ada masalah sama sekali. Padahal gue yakin, lo berdua pasti berusaha nutupin perasaan.”
                “Sebetulnya, perasaan gue udah jelas. Tapi gue tau Vi. Gue takut kalo nantinya gue malah bikin dia sakit hati lagi. Gue takut, kalo nanti gue bikin dia nangis lagi. Gue takut, kalo nanti gue nggak bisa ngejagain dia.” Via melempar bantal ke wajah Rio
“Pengecut lo. Kalo lo kayak gini, lo mah namanya egois. Masalahnya yang sebenarnya bukan nanti, tapi sikap lo sekarang. Kalo mau berpikir, lo tau kan apa yang sebenarnya diinginan Ify?” tanya Via yang merasa emosinya udah mulai naik. “TAPI LO NGGAK PERNAH MAU NGERTIIN PERASAAN IFY.” Teriak Via
“Vi, aduh, jangan teriak2 dong. Ntar Ify dengar lagi”
“Ify nggak ada. Dia lagi pergi sama mama.” Via menghela nafasnya. Ia melempar sebuah bungkusan rapi ke arah Rio “Itu ada di lemari Ify. Tiap malam, dia selalu sempatin waktu buat itu. Tapi ternyata nggak dia kasih.” Via berjalan menghampiri pintu kamar Rio dan hendak membukanya “Ify bakal berangkat ke New York, dan nggak akan pernah balik. Dia bilang ke gue semalam. Perasaanny udah ilang ke lo. ” Via pun keluar dari kamar Rio dan kembali ke kamarnya
“Bohong..” desah Rio “ini Bohong kan?” Rio pun membuka bungkusan yang dilempar Via tadi. Di dalamnya terdapat sweater rajutan tangan sendiri. Di dalamnya juga terdapat kartu yang bertulisan “Happy Valentine days ka Rio..” Rio hanya memandang sendu. Ia nggak tau apakah ini terlambat atau ia masih punya kesempatan?

@hari wisuda, di rumah Rio
                “Ify mana Vi?” tanya Om Hani
                “Masih di kamar, lagi ganti pa..” jawab Via
                “Maaf Ify telat.” Tak lama Ify keluar dari kamarnya dan menghamnpiri keluarga Om Hani itu. Om Hani, tante Winda, Rio bahkan Via sendiri terkejut melihat penampilan Ify saat itu. Ia terlihat begitu cantik, menggunakkan dress simple selutut yang dikirimin papanya. Rio sama sekali tak berkedip, menatap Ify.
                “Kenapa? Aneh ya?” tanya Ify kembali menatap dirinya, takut ada yang salah.
                “Lo cantik banget fy” puji Rio dan yang lainnya mengangguk setuju. Ify yang mendengar pujian dari Rio merasa wajahnya panas.
                “Ayo, ayo. Kita berangkat” ajak pak Hani, sehingga Ify dan Via pun berpamitan dan segera pergi.

                @tempat Wisuda
                “Waah, akhirnya selesai juga acaranya” sahut Via
                “Iya, walaupun udah wisuda dan lulus, kita juga bakal ketemu di SMA yang sama.” Kata Iel
                “Bosan gue, ketemu lo berdua” sahut Ify
                “Bosen liat gue, tapi nggak bosen dong liat kakak gue?” goda Via dan menaik-turunkan alisnya.
                “Apaan sih..Udah, udah, gue pergi dulu”
                “Yaah, fy. Mau ke mana?”
                “Ke rumah gue. Mau ngasih kunci dulu. Katanya sepupu gue mau tinggal di sana.” Via dan Iel pun hanya ber ‘oo’ ria...

                @Rumah Rio
                Rio berjalan mondar-mandir. Ia nggak tenang. Pintu pun dibuka
                “Hai Vii. Lho? Ify mana?” tanya Rio yang melihat Via hanya sendiri pulang ke rumah. Via menggigit sudut bibirnya. Ia cemas. “Jawab Vi!”
                “Dia pulang ke rumahnya. Atau mungkin ke bandara. Dia berangkat ke New York hari ini. Dia ngerasa sedih kalo harus pamitan sama lo. Jadi dia Cuma titip salam sama lo”
                “Ahh, Damn!” Rio pun berlari keluar rumahnya
                “Lo ke mana kak?”
                “Ke Bandara. Ngejar Ify”
                “Mendingan lo ke rumahnya dulu kak. ”
                “Di mana alamatnya?”
                “Jalan Susilo 3” teriak Via, agar Rio masih bisa mendengar apa yang dia katakan ‘good idea via. Lo emang cerdas.’ Batin Via
                “Vi, Ify pergi kok nggak pamitan sama mama?” tanya tante Winda yang mendengar percakapan Via dan Rio
                “Hehehe. Ngga kok ma. Ify ke rumahnya buat ngasih kunci ke sepupunya yang mau jagain rumahnya. Tadi Via Cuma boong doang kok. Abisnya kalo nggak kayak gitu, ka Rio nggak akan pernah nyatain perasaannya.” Tante Winda hanya bisa menggeleng-geleng
                “Trus dia tinggal sama sepupunya?”
                “Nggak ma. Sepupunya udah kerja. Jadi, sering pulang malam. Mamanya nggak tega ninggalin dia sendirian.”
                “Ya udah kalo gitu. Kamu ganti baju, terus bantuin mama ya.”
                “Ok ma..”

                @rumah Ify
                Ify berdiri di halaman rumahnya itu. Rumput di halaman itu sudah  cukup panjang. Ia mengambil serangkai kunci dari dalam tasnya dan membuka pintu rumahnya.
                ‘Heu..Kangen juga sama rumah ini. Kangen sama mama dan papa.’ Batin Ify. Ia melihat sudut2 rumahnya. Tampak begitu banyak debu. Tiba2 HP-nya berbunyi.
                “Hallo!” sapa Ify mengangkat telpon dari nomor yang nggak ia kenal
                “Ify?”
                “Ka Excel? Hei kak, belum nyampe juga?” tanya Ify
                “Iya, ini gue Excel. Ini masih di jalan Fy. Macet banget. Lo udah di rumah ya? Tungguin gue ya! ”
                “Siiip bos...”
                “Ya udah kalo gitu. Bye fy.”
                “Bye kak.” Ify pun mengisi kembali HP-nya ke dalam tasnya. Ia mengunci pintu rumahnya dan berjalan menghampiri ayunan di halaman rumahnya.
                “IFY!” panggil seseorang yang sontak membuat Ify berdiri dari ayunannya dan menoleh.
                “Ka Rio? Kenapa ada di sini?” tanya Ify bingung
                 “Hosh..hosh..Jangan pergi..” jawab Rio yang mengatur nafasnya. Ia memang berlari hingga ke rumah Ify. Cukup jauh. Ify mengerutkan keningnya. Ia nggak ngerti sama apa yang dikatakan Rio
                “Maksudnya?” Rio langsung memeluk Ify dengan sepenuh hati. Seolah tak ingin melepaskan Ify dan tak mengizinkan Ify ke mana2
                “Jangan Pergi ke New York. Gue nggak bakal ngizinin lo ke sana. Gue nggak mau lo ninggalin gue. Gue sayang sama lo..” pernyataan dari Rio itu cukup membuat Ify shock. Wajahnya memerah. Rio melepaskan pelukannya, Ia memetik bunga yang ada di sekitar situ, dan berlutut di depan Ify. “Lo mau nggak jadi pacar gue?” tanya Rio sambil memberikan bunga yang baru ia petik. Bukannya menjawab Ify malah tertawa.
                “Lo kanapa ketawa?”
                “Gue baru sadar. Lo ngelarang gue ke NY, emangnya siapa yang mau ke sana? Gue kan nggak ke sana?” tnaya Ify yang masih terkekeh.
                “Tapi kata Via, lo...” Rio diam mencoba mencerna semuanya “Aarghh, dasar Via.” Kata Rio yang sadar telah ditipu sama Via. Rio pun menggaruk-garuk kepalanya menunjukkan kesaltingannya. “Udah ah, jawab dulu dong. Lo mau nggak?”
                “Iya, gue mau kak.” Jawab Ify sambil memberikan senyumannya yang paling manis.
                “Cieeee...Ify, baru lulus aja, udah dapat cowok” Ify dan Rio menoleh ke arah suara
                “Ka Excel?” Ify pun berlari ke arah Excel dan memeluknya. Rio yang nggak ngerti Cuma menatap kebingungan.
                “Aduh, lo tambah cantik aja deh.”
                “Makasih kak.”
                “Ehm, gue nggak dikenalin nih ke cowok lo?”
                “Eh..” Ify pun menarik Excel mendekati Rio. “Ka Excel ini Rio”
                “Rio”
                “Excel, gue kakak sepupunya Ify. Lo, jagain adik gue ini baik2. Kalo sampai kenapa2, orang pertama yang gue cari itu lo.” Kata Excel sambil nyengir
                “Berees kak.” Jawab Rio
                “Ya udah kak, ini kuncinya. Gue balik dulu ya.” Ujar Ify sambil menyerahkan serangkai kunci
                “Halah, bilang aja kalo mau jalan2 berdua.” Ify dan Rio pun Cuma bisa menunduk malu2. “Ya udah pergi sana gih. Oh ya fy, selamat ya udah lulus.”
                “Thank’s kak. Kita pergi dulu. Daaa ka excel..” Ify pun melambaikan tangannya dan meninggalkan rumahnya itu
                “Hmm, Fy, jalan2 ke taman yuk” ajak Rio
                “Boleh..” Rio pun menggandeng tangan Ify. Menggandengnya dan tak ingin melepaskannya untuk kedua kali. Keduanya mencoba mengontrol jantung mereka yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

                @taman
                “Ka, foto yuk” ajak Ify sambil mengeluarkan HP-nya. Setelah mereka puas2 untuk berfoto, mereka duduk di bangku taman, sambil melihat lagi foto2 gila dan narsis yang mereka lakukan
                “Fy, kenapa lo jadi suka motret akhir2 ini?”
                “Soalnya setelah ini, kita nggak tau apa yang bakalan terjadi. Seandainya keadaan berubah, gue nggak akan pernah nyesel, karena udah punya banyak kenangan sama lo. ”
                “Lo nggak percaya sama gue?” tanya Rio
                “Bukan gitu. Gue Cuma ngerasa ini mimpi. Gue takut, suatu saat nanti bakal terbangun. Aneh ya? Gue bahagia, tapi sekaligus takut” Rio refleks memegang kedua tangan Ify
                “Percaya sama gue. Keadaan ini nggak akan pernah berubah. Please fy, percaya sama gue.”
                “Iya.” Jawab Ify
               
                ***************************************************
                Liburan telah berakhir. Via dan Ify sudah meninggalkan seragam putih biru mereka, dan menggunakan seragam SMA, putih abu2. Hari ini pun, Ify dan Via menjalani hari pertama sebagai siswa di SMA Ganesha. Mereka juga udah selesai MOS.
                “Via...Ify...udah siap belom?” tanya Rio
                “Iya kak. Bentar. Ini juga udah siap kok” balas Via. Ify dan Via segera mengambil tas mereka dan turun menghampiri Rio.
                Tiiiit...tiit...
                “Kak, gue dijemput sama Iel. Lo pergi aja sama Ify” kata Via mendengar klakson motor dari Iel
                “Widiih, Iel berani juga bawa motor. Dia nggak takut digencet sama senior?” tnaya Rio
                “Hmm, kan ntar disembunyiin motornya. Diparkir jauh2 dari sekolah.” Jawab Via sambil nyengir.
                “Ya udah kalo gitu. Yuuk. Ntar telat lagi.” Mereka bertiga keluar. Via naik di atas motor Iel, dan Ify naik di atas motor Rio
                Sesampainya di SMA  Ganesha, Rio menggandeng tangan Ify membuat seluruh mata memandang ke arah mereka
                ‘WHATSSS??? RIO-ku gandengan sama anak kelas 1 nggak jelas gitu? Nggak bakalan gue biarin’ batin Dea yang melihat dari jauh
                “Aduuh kak, nggak enak nih. Semuanya pada ngeliatin.” Kata Ify sambil menundukkan kepalanya
                “Cuek aja. Lo kan cewek gue. Nggak apa2 dong kalo gue gandengan sama lo” sahut Rio cuek. “Ya udah gue ke kelas dulu ya.”kata Rio setelah mengatar Ify sampai ke kelasnya. Ify pun mengangguk. Ify sekelas lagi sama Via dan Iel. Mungkin mereka bertiga udah jodoh. Rio berjalan kembali ke kelasnya dan duduk di kursinya. Posisi yang sama selama 3 tahun ia bersekolah di sini.
                “Cieeee,,,  ada yang gandengan pagi2 nih.” Goda Debo ketika Rio duduk di sebelahnya.
                “Sirik lo..”
                “Yeee, gue mah nggak sirik, tuh fans2 lo tuh yang pada sirik. Gue takut, jangan2 Ify bakal diapa-apain lagi sama fans2 fanatik lo.”
                “Lo jangan doain gitu dong”
                “Gue nggak doain. Gue Cuma ragu aja. Lo tau sendiri kan,  fans2 lo bakal ngelakuin apa aja. Mending lo lindungin Ify deh”
                “Iya, iya.”
                “Eh, ntar siang, kita main basket yuk” ajak Debo. Rio pun mengangguk setuju.
                “Anak2, saya akan memperkenalkan siswa baru. Teman baru kalian.” Ujar Bu Ira “Ayo kenalkan diri kamu”
                “Namaku Cakka Nuraga. Gue pindahan dari SMA Pertiwi”
                “Ok, Cakka kamu duduk di belakang Rio.” Cakka pun mengangguk dan berjalan mendekati Rio. Semua cewek di dalam kelas mereka menatap 1 cowok ganteng lagi di sekolah mereka.
                “Hai yo. Udah lama nggak ketemu. Ternyata feeling gue kalo bakal ketemu sama lo, benar juga ya.” Ujar Cakka
                “Hmm, sebelumnya kita pernah kenal ya?” tanya Rio bingung
                “Lo nggak ingat sama gue?” tnaya Cakka bingung. Padahal di otak Cakka nama dan wajah Rio terpeta jelas.
                “Sorry. Gue emang nggak terlalu bisa ingat sama orang baru.” Jawab Rio. Mereka pun nggak bisa ngobrol lagi, karena Ibu Ira akan melanjutkan pelajaran *Ingat Cakka? Kalo nggak, baca aja di part 3-nya*

                @sepulang sekolah, kelas Ify     
“Fy, lo pulang sama ka Rio kan? Gue mau pergi sama Iel” kata Via
                “Hmm..Lo berdua pergi aja”
                “Ya udah kita duluan ya..Daaa fy..” Iel dan Via pun meninggalkan Ify yang sedang membereskan buku2nya.
                “Lo Ify ya?” Ify pun mendongak. Ia menatap orang yang ada di hadapannya. Mencoba menelusuri apakah ia mengenalnya atau nggak “Ada hubungan apa lo sama Rio?”
                “Gu..Gue..”
                “Lo jangan berani2 dekat sama Rio. Rio tuh milik gue. Kalo nggak...” cewek itu pun menarik rambut Ify. Ify meringis kesakitan
                “Woy...” seorang cowok menghampiri mereka berdua “Lepasin deh..”
                “Lo ganggu banget sih.”
                “Deaa, udah deh.” Dea pun menurut dan melepaskan rambut Ify yang ditarik tadi. Dea segera berjalan keluar kelas dan meninggalkan Ify yang masih meringis kesakitan
                “Lo nggak apa2?” tanya cowok itu lagi pada Ify
                “Iya nggak apa2. Makasih kak. ”
                “Ya udah gue duluan ya.” Kata cowok itu sambil tersenyum dan meninggalkan Ify sendiri. Ify mengecek HP-nya. Ternyata ada pesan baru
                From : Ka Rio
                Fy, gue di gedung olahraga. Lagi latihan basket. Lo jangan pulang ya. Tungguin gue.

                Ify pun memikul ranselnya dan pergi ke gedung olahraga. Di sana ia melihat Rio dan Debo sedang asyik bermain basket. Ify tersenyum. Ia jadi ingat pertama kali dia menonton mereka berdua main basket. Tapi matanya tertuju pada cowok yang berdiri tak jauh darinya.
                “Gue juga mau main. Ikut ya.” Kata cowok itu. Cowok yang telah menolong Ify dari siksaan Dea.
                “Ya udah lo main sama Debo aja” kata Rio dan hendak meninggalkan lapangan. Tapi dicegat sama cowok itu
                “Gue mau main sama lo!” seru cowok itu.
                “Ok kalo gitu.” Rio pun menerima tantangan dari cowok itu. Mereka berdua bermain. Rio cukup kewalahan. Cowok itu pun melakukan three point dan masuk
                “Lo tambah hebat aja” ucap Rio tiba2
                “Lo udah ingat sama gue?” tanya cowok itu lagi
                “Iya. Lo yang waktu itu nantangin gue main di lapangan kompleks kan? Cakka Nuraga.”
                “Baguslah kalo lo udah inget. Gue mau kita jadi patner” Jawab Cakka sambil nyengir.
                “Soory nih, gue udah ada partner. Debo. Tapi kalo untuk tim basket,  selamat datang ya bro.” Ujar Rio tulus dan tersenyum. Rio melihat ke arah bangku penonton. Udah ada Ify di sana yang lagi nunggu
                “Pacar lo?” tanya Cakka yang mengikuti arah pandangan Rio
                “Iya.”
                “Jaga baik2.” Rio memandang Cakka tak mengerti “Tadi sepupu gue, Dea, lagi nindas dia.” Rio pun berjalan meninggalkan Cakka dan menghampiri Ify
                “Kak, makasih ya buat yang tadi.” Kata Ify. Cakka pun mengangkat jempolnya dan tersenyum manis. Ify pun membalas senyuman itu. Rio yang melihat adegan itupun langsung menarik Ify keluar dari gedung olahraga. Panas banget ngelihat kayak gitu. Cakka menatap Ify yang semakin menjauh
“Udah deh, lo jangan berani2 dekat sama Ify. Cintanya Cuma sama Rio” saran Debo yang melihat pandangan Cakka. Cakka hanya tersenyum dan pergi meninggalkan gedung olahraga itu
‘Ify namanya. Cantik juga namanya, seperti orangnya.’ Batin Cakka

                @Keesokan harinya, SMA Ganesha
                “Dea, Rio nyariin lo tuh.” Panggil Cahya
                “Hah? Lo serius? Duh..gue udah cantik belom?” tanya Dea pada teman sebangkunya, Oik
                “Aduuh, hidup lo ribet amat sih. Udah. Sono pergi, pangeran lo udah nunggu” kata Angel. Dea pun segera keluar, dan benar saja Rio udah ada di depan kelasnya
                “ada apa yo?” tanya Dea selembut mungkin. Rio menatap Dea tajam
                “Jangan pernah dekatin dan sakitin Ify lagi. Sampai gue tau, lo masih ngelakuin hal yang sama, gue nggak segan2 nyakitn lo.” Ucap Rio dan meninggalkan Dea yang terpaku di depan kelasnya
                ‘gue bakal ngejauhin Ify. Tapi gue nggak akan pernah ngejauhin lo Rio’ batin Dea
                @kantin
                Ify lagi memakan bakso yang udah ia pesan. Via lagi ke perpustakaan, karena itu, ia Cuma bisa duduk di sini makan sendiri. Rio juga belum keluar dari kelasnya
                “Hai..” sapa seseorang yang hampir membuat Ify tersedak.
                “Uhuk..uhuk..”
                “Eh, maaf..maaf, kalo gue ngagetin lo.” Ucap cowok itu tulus
                “Iya nggak apa2 kak” kata Ify setelah minum es jeruknya
                “Gue Cakka, teman baru Rio.” Kata Cakka sambil mengulurkan tangannya
                “Gue,..”
                “Udah tau kok. Lo pacarnya Rio kan? Nama lo ify.” Ify hanya manggut2, ia sendiri bingung, kenapa dia bisa seterkenal itu. “eh fy, itu ada saus yang nempel” kata Cakka,  mengambil tissue yang ada di atas meja, dan membersihkan saus di sudut mulut Ify. Ify yang diperlakuin kayak gitu, Cuma bisa salting.
                “Hai fy” sapa Rio dan duduk di sebelah Ify. Ia mendelik ke arah  Cakka sebentar
                “EH, ka Rio.”
                ‘kenapa Rio? Lo cemburu? Baguslah kalo begitu. Itu yang gue mau’ batin Cakka
                “Gue cicip ya..” kata Rio menarik mangkuk punya Ify dan makan dengan segera
                “Yah, yah, ka Rio jangan diabisin dong. Laper nih” kata Ify manyun..
                “Nggak gue abisin kok. Lo jangan manyun gitu dong. Jelek tau.”
                “Ehm, kayaknya gue pergi dulu ya. Nggak enak jadi obat nyamuk. Daa” Cakka pun beranjak dari tempat dudukya
                “Hmm, fy....lo...ngapain aja sama Cakka tadi? Kok Cakka pegang2 muka lo?”
                “Nggak ngapa2in. Tadi Cuma kenalan doank. Terus kebetulan ada saus yang nempel, ya udah dia bantuin bersihin. Kenapa kak? Lo cemburu ya?” goda Ify. Rio Cuma menggaruk2 kepalanya
                “Ya iyalah. Siapa juga yang nggak jealous ngelihat pacarnya dekat banget sama cowok lain.”
                “Dia kan teman lo kak”
                “Baru. Jadi gue belum tau dia kayak gimana”
                “Jadi kalo gue dekat sama ka Debo, nggak apa2 dong. Kan lo udah kenal dia banget.”
                “Hmm, walaupun udah kenal juga, gue tetap nggak rela. Hehehe..” ucap Rio sambil terkekeh. Ify hanya bisa tersenyum memandang Rio seperti itu.
                @sepulang sekolah, di ruang musik
                “Ok semuanya, pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih, karena semuanya udah mau ngumpul di sini. Maaf, jika karena ekskul ini, kalian semua harus menahan lapar. Terkhususnya bagi yang kelas 1.” Ucap sang ketua yang berdiri di depan. Walaupun lapar, tapi tampak wajah kagum dan melted dari para siswi yang melihat sang ketua mereka berbicara dengan penuh kewibawaan. Mereka semua berkumpul setelah pulang sekolah, untuk mendengar segala pengumuman tentang ekskul yang mereka ambil. Ekskul musik. Anak2 kelas 3 dan kelas 2 pun yang sudah tau, tetap datang untuk lebih kenal dengan adik2 kelas mereka yang baru sajar masuk
                “Sebelum saya memberitahukan apa saja yang akan kita lakukan, saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya..”
                “RIooo” ucap cewek2 dari kelas 1-3
                “Uh, saya nggak nyangka kalo saya seterkenal itu. Hehe. Nama lengkap saya Mario Stevano Aditya. Tapi kalian bisa manggil Rio aja. Seperti biasa, jika ada angkatan yang baru masuk di ekskul ini, maka kita akan melakukan camping di pegunungan. Lebih tepatnya di hutan. Camping ini bertujuan agar kita lebih mengenal satu sama lain. Kegiatan di sana pun juga bermacam-macam. Karena itu, saya harap jangan terlewatkan dari semua anggota, terkhususnya yang baru saja masuk ekskul ini. Pembimbing kita adalah Pak Dave dan Pak Duta. Pengumuman selanjutnya, untuk jadwal ekskul setiap hari kamis dan sabtu. Saya rasa itu saja untuk hari ini. Oh ya, satu lagi. Camping akan dilaksanakan besok. Karena itu, bagi yang akan pergi diharapkan datang tepat waktu pada pukul 6 pagi. Sekian dari saya. Apa ada pertanyaa?” tanya Rio. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, menatap satu persatu wajah yang ada di situ. “Karena tidak ada pertanyaan, maka sekarang semuanya boleh pulang ke rumah masing2.” Kata Rio mengakhiri penggumuman itu dan membereskan kertas2 fomulir dari anggota baru.
                “Ify..” Ify yang baru saja memikul tasnya langsung berbalik dan melihat yang memanggilnya “Tungguin gue ya. Gue Cuma harus ngedit ini aja.” Kata Rio sambil menunjukkan setumpuk kertas yang ia pegang. Ify hanya mengangguk
                “Ka, biasanya ada kegiatan apa aja di camping?”
                “Hmm, rahasia..Lo liat aja nanti.”
                “AH ka Rio curang ah..” ucap Ify sambil memanyunkan mulutnya
                “Eh fy, lo, Iel sama Via emang nggak bisa dipisahkan lagi ya? Sekolah sama, kelas sama, pilihan ekskul juga sama..Kenapa sih lo tertarik masuk ekskul musik? Jangan2 karena ada gue ya?” ujar Rio PD
                “Idiiiiih,,, GR banget lo kak. Gue emang senang sama musik. Musik tuh kayak bisa mengungkapkan perasaan kita ke dalamnya. Musik tuh nggak akan pernah mati. Musik tuh, indah  banget kalo diresapi. Eh, ka Cakka juga masuk ekskul ini kan?” tanya Ify mengalihkan
                “Hmm,.Fy, jalan yuk. Udah selesai nih.” Kata Rio mengambil tasnya, dan menggandeng Ify keluar dari ruang musik.
                ‘segitu berartikah ify buat lo yo? Lo bakal nyesel nolak gue sebagai partner lo yo’ batin Cakka yang ternyata masih ada di sekolah  dan melihat mereka

                @rumah Cakka
                Cakka memasuki rumahnya. Membanting tubuhnya di atas kasur empuknya.
                “Cakka, lo udah pulang?”
                “Woy, masuk kamar orang tuh ketuk pintu dulu kek. Jangan nyelonong masuk aja. Untung gue nggak lagi ganti baju”
                “Hehehe. Maaf, maaf. Besok kita pergi bareng ya”
                “Lo pergi aja sendiri.”
                ”Yaah, cak, lo gitu banget sih sama sepupu lo yang cantik ini. Lagian kalo di ekskul musik, gue senior lo. Pokoknya kita pergi bareng ya.”
                “Terserah lo deh”
                “Cakk., lo kenapa sih? Senyum2 nggak jelas dari tadi” ujar Dea yang memperhatikan raut wajah Cakka
                “Ify tuh manis juga ya?”
                “Ify pacarnya Rio? Hah? Lo naksir sama dia? Gue kira sifat playboy lo udah ilang”
                “Gue nggak naksir sama dia. Gue Cuma pengen manfaain dia aja.”
                “Buat apa?”
                “Rebut dia dari Rio. Gue pengeng ngelihat Rio terpuruk.”
                “Gimana kalo kita kerja sama?” tawar Dea sambil tersenyum penuh arti
                “Good idea”

                @SMA Ganesha
                Terlihat bus2 pariwisata telah berjejer rapi di lapangan parkir sekolah mereka. Anak2 ekskul musik pun telah bersiap-siap. Hari ini memang libur, kebetulan tanggal merah. Karena itu mereka berangkat dari hari ini (Kamis), sampai hari sabtu baru mereka pulang.
                “Selamat pagi semua.” Sapa Rio yang telah berdiri di depan
                “Selamat pagi kak..”
                “Kalian akan dibagi dalam 3 kelompok besar. Di dalam kelompok besar itu,kalian akan dibagi lagi menjadi kelompok2 kecil. Setiap ketua kelompok kecil harus bertanggung jawab atas anggotanya. Kalian juga harus menamakan kelompok kalian. Kalian bisa lihat nama kalian, jika udah sampai di sana. Oh ya, kelompok besar itu diketuai oleh senior2 ekskul musik. Senior di sini, bukan berarti yang kelas 3, tapi maksud senior di sini artinya yang memang sudah lama berkecimpung di ekskul ini. Sekali lagi, saya harap semuanya bisa menjaga diri masing2. Ok semuanya boleh masuk ke bus yang sudah ada di hadapan kalian semua” ujar Rio dan memasuk bus yang emang udah disiapkan untuk para senior itu. Perjalanan ke pegunungan itu cukup lama. Sekitar 2-3 jam. Semua anggota yang awalnya masih nyanyi2, cerita2, sampai akhirnya ketiduran karena kecapekan.
                “Akhirnya sampai juga...”ujar Iel dan meregangkan otot2nya kerena terlalu lama duduk di dalam bus.
                “Huuuaaaaa,,, kereeeen bangeeeet...segeeer bangeeet” komentar Ify ketika melihat pemandangan saat itu
                “Iyaa...udara dan pemandangan kayak gini, nggak bisa ditemuin di jakarta ya” ucap Via
                “Eh, eh, semuanya udah pada ngumpul di sana tuh. Kayaknya bakal di baca deh nama kelompok kita. Ke sana yuk” ajak Iel. Semua anak2 telah berkmpul
                “Bagi junior yang baru saja masuk ekskul ini, kalian saja yang akan dibagi dalam kelompok2. Keberanian, kecepatan, kecermatan kalian akan diuji nanti malam. Hanya untuk nanti malam. Untuk hari2 berikutnya, kalian nggak perlu berkelompok lagi. Kelompok 1 : Via, Iel dan Keke. Kelompok 2: Irva, ify dan...” Rio menghentikan ucapannya. Sebenarnya ia nggak suka seperti ini. Tapi kelompok ini memang dipilih secara acak. “Cakka. Kelompok selanjutnya :........ Ada yang namanya belum disebutkan? Kalo ada, tolong sampaikan ke saya. Kalo nggak ada, kalian boleh mencari tempat untuk mendirikan tenda. Kalian juga boleh beristirahat ataupun jalan2 di sekitar sini. Nanti kita akan bertemu lagi pukul 7 malam. Sampai jumpa semuanya.” Kata Rio. Semua pun bubar
               
                Tak terasa,waktu berlalu begitu cepat. Sekarang saja sudah jam 7
                “Perhatian semuanya. Saya harap kalian nggak ngelupain apa yang harus dibawa. ” ujar Pak Duta kalli ini
                “Maaf pak.” Seorang gadis berikat rambut mengangkat tangannya
                “ada apa ya?”
                “Teman saya, Irva sakit. Suhu badannya tinggi sekali”
                “Kalau gitu, dia jangan ikut. Biarkan dia tetap di sini, agar bisa dirawat. ”
                ‘Bagus. Kesempatan gue semakin besar’ batin Cakka
                “Ya sudah kalau begitu. Kalian cukup mencari petunjuk2, hingga bisa sampai di sini lagi. Waktunya sampai pukul jam 12 malam. ”
                Ify dan Cakka pun mulai berjalan menyusuri hutan2 itu dan mencoba mencari petunjuk2. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Sudah hampir 2 jam, tak ada yang berbicara. Yang terdengar hanyalah bunyi jangkrik. Mereka juga sudah menemukan petunjuk yang terakhir
                “Kak..”
                “Kenapa?”
                “Hehe. Nggak apa2. Abisnya diam aja dari tadi. Gue jadi ngeri nih.”
                “Hahaha. Penakut juga lo. Eh, lari yuk. Supaya cepat sampai. Gimana?”
                “Boleh..” kata Ify. Cakka lari dan mendahului Ify. “Eh, ka Cakka jangan cpeat2 dong,,” kata Ify yang masih tetap berlari mengejar Cakka
                BRUG...Cakka menghentikan langkahnya. Ia menatap ke belakang. Ia kaget melihat Ify tersungkur begitu saja.
                “Ya ampuun fy..Lo nggak apa2. Bisa jalan nggak?”
                “Gue nggak apa2 kok. Cuma luka doank.Jalan? Ya bisalah..aauuuu...” kata Ify yang tadinya mencoba berdiri tapi jatuh lagi.
                “Lo jangan bergerak.” Kata Cakka. Ia mengeluarkan sapu tangannya dan mulai membalut luka Ify itu. “Ayo naik.” Cakka berjongkok di hadapan Ify
                “ee, tapi kak”
                “Udah. Nyantai aja. Lagian kalo nunggu lo sampai besok pagi, ntar kita malah kalah. Ayolah. ” Ify pun naik. Cakka emang menggendong dia. Ify pun melingkarkan tangannya di leher Cakka.
                DEG....‘Duh cakka, lo nggak boleh suka sama pacar lawan lo. Dia Cuma sebagai alat lo doank. Nggak boleh dari itu.’ cakka memperingati hatinya
                “Kak..”
                “hmm..”
                “Lo nggak ngerasa terganggu y dengan poni sepanjang itu?”
                “Kenapa emangnya?”
                “Kan sayang, jadi nggak kelihatan wajah lo. Btw, lo pindahan dari mana kak?”
                “Dari SMA Pertiwi”
                “Hah? Lo serius kak? Kenapa pindah? Bukannya Cuma beda berapa blok dari sekolah kita?” tanya Ify dengan wajah bingung
                “Kenapa ya? Gue suka sama Rio”
                “LO HOMBRENG KAK?”
                “Yeee, sembarangan. Gini2 juga gue terkenal sebagai playboy.”
                “Huu..Bangga sama yang kayak gitu” ucap Ify sambil menoyor kepala Cakka
                “Maksud gue, gue tuh suka sama permainan basket Rio. Gue selalu perhatiin permainan basketnya waktu tanding. Ataupun waktu dia lagi main sendiri dulu. Sejak itu, gue pengen banget jadi partnernya dalam basket. Bukannya PD, tapi gue yakin kemampuan gue cukup baik. Makanya gue pindah ke sini, supaya bisa lebih dekat lagi”
                “Bukannya ka Rio udah ada partner ya?”
                “Iya. Waktu itu dia bilang. Secara nggak langsung dia nolak gue sebagai partnernya. Gue sebal sama dia.”
                “Lo punya dendam sama ka Rio?” tanya Ify yang tepat menohok Cakka. Cakka hanya diam, tak menanggapi “Hmm, gue Cuma mau bilang. Kalo dia nolak lo, bukan berarti permainan lo jelek. Tapi dia nolak lo, karena dia ngerasa nggak ada chemistry antara dia sama lo, kayak dia sama Ka Debo. Hahahahaha..Kayak orang pacaran aja. Kak Cakka ditolak cintanya..Hahaha”
                “Puas lo ngetawain gue?”
                “Hehehe. Maaf kak. Maaf. Becanda doank. Kak, gue Cuma mau bilang, bukan karena dia nggak mau terima lo sebagai partner, lo jadi putus asa kayak gini. Hellou kak. Life musst go on. Lagian, gue yakin tanpa lo jadi partnernya pun, lo masih bisa gabung sama team basket sekolah. Gue nggak ngerti kenapa lo bisa setergila-gila gitu sama permainan ka Rio.”
“Hmm..Btw, fy. Maaf ya, gara2 gue, lo jadi kayak gini. Coba kalo tadi gue nggak ngajak lo lari. Pasti lo nggak bakalan kayak gini.” Ucap Cakka mengalihkan pembicaraan
“Hah? Nggak apa2 kok ka. Lagian guenya juga kok yang nggak hati2.” Mereka berdua pun diam. Kembali dengan pikiran masing2. Tak sangka mereka pun sampai sebagai kelompok pertama yang tiba di sana.
“Ify lo nggak apa2?” tanya Rio ketika melihat Ify digendong sama Cakka. Cakka pun menurunkan Ify dengan perlahan dari gendongannya
“Maaf yo, ini salah gue. Tadi gue ngajak Ify balap lari, supaya sampai.” Ucap Cakka penuh penyesalan
“Aaargh..” BUG. Pukulan Rio tepat mengenai wajah Cakka. “Lo gimana sih? Lo sebagai ketau harus jagain anggota lo.” Ucap Rio penuh amarah
“Kak Rio, udah. Gue nggak apa2 kok. Lagian gue aja yang nggak hati2.” Ucap Ify dan menarik-narik lengan Rio. Rio hanya bisa pasrah dan membantu Ify ke tenda kesehatan. Rio dengan telaten membersihkan luka2 Ify. Pak Duta memasuki tenda kesehatan bersama Cakka
“Ok, Ify. Apa nama kelompok kalian? Saya sudah tanya sama Cakka. Tapi dia bilang, bahwa kamu aja yang sebaiknya memutuskan nama yang baik” ucap Pak Duta. Ify berpikir sejenak
“Jazz..”
“Apa alasannya?”
“Pertama, ini ekskul musik. Kedua, lagu jazz yang walaupun terdengar aneh untuk beberapa orang, tapi sebenarnya lagu itu menceritakan apa saja. Ada sebuah cerita yang keluar dari musik Jazz itu. Lagian, aku senang aja pak sama Jazz.Hehehe..”
“Ok, kalau begitu. Besok kita masih ada acara dari pagi sampai malam. Kalau kamu masih sakit, kamu nggak usah datang”
“Iya pak”

                @SMA Ganesha
                Anak2 ekskul musik udah pulang dari hari sabtu kemarin. Hari senin ini, mereka harus melanjutkan kegiatan belajar mengajar lagi seperti biasa
                “Cakka? Rambut lo?” tanya Rio kaget melihat rambut Cakka yang udah diporong pendek. Setidaknya nggak sepanjang kemarin
                “Ify bilang lebih baik dipotong.” Ucap Cakka dan meninggalkan Rio yang  terpaku di tempatnya

                “Hai fy..” sapa Cakka
                “Eh, ka Cakka? Rambutnya baru dipotong ya?”
                “Iya. Kenapa? Jelek ya?”
                “Nggak. Bagus kok. Kak Cakka jadi kelihatan lebih segar dan lebih cakep. Hehehe..” puji Ify tulus
                “Btw, kaki lo udah nggak apa2 fy?” tanya Cakka cemas
                “Udah nggak apa2 kok.”
                “Maafin gue ya.”
                “Iya kak. Santai aja.”
                Sementara itu tak jauh dari mereka Rio sedang memandang mereka berdua.
                “Karena Ify ya kak? Apa itu berartii.....lo tau maksud gue kan?” tanya Via yang berdiri di samping Rio.  Rio tak menggubris pernyataan Via. Ia ingin menepis semua perkataan Via. Tapi ia sebagai cowok, bisa memahami sikap Cakka. Dan sepertinya apa yang Via katakan emang nggak bisa ia pungkiri.
                “Ify, katanya lo piket. Kenapa nggak ke kelas?” tanya Rio menghampiri mereka berdua. Pertanyaan yang sebenarnya hanya agar Ify nggak dekat sama Cakka
                “eh, itu...”
                “Lo pacarnya yo?” tanya Cakka
                “Iya. Emang kenapa?”
                “Nggak. Lo lebih kelihatan kayak pengawalnya.” Sahut Cakka yang membuat Rio memanas. Ingin sekali ia menonjok wajah Cakka saat itu. Tapi, ia mencoba meredam emosinya. “Ya udah fy, gue pergi dulu ya..” pamit Cakka dengan senyuman kemenangan yang merekah di wajahnya.
                “Cakka..” panggil Dea dan menarik Cakka ke arah taman sekolah
                “ada apa sih?”
                “Lo jujur deh sama gue. Lo beneran jatuh cinta kan sama Ify? Lo jangan ngelak lagi deh. Terlihat dari sikap dan 1perbuatan lo akhir2 ini.”
                “Dia...maksud gue Ify. Gue Cuma pengen lebih perhatiin dia aja. Dari senyumnya, kebaikannya, cerewetnya, semuanya..Dia terlihat begitu apa adanya.” Ucap Cakka sambil menerawang jauh “Gue bingung..gue Cuma mau gunain dia sebagai alat, tapi gue juga nggak rela ngelihat dia begitu nyaman dengan Rio. Apa iya, gue jatuh cinta?”
                “Yang bisa jawab semua itu, Cuma lo doank. Tapi kalo menurut gue, lo benar2 jatuh cinta sama dia. Cara ngomong lo, cara lo natap dia, ngingetin gue waktu lo sama Agni, cinta pertama lo.”
                “Cukup De. Jangan ingetin gue tentang itu. Dia udah tenang di sana.” Lirih Cakka              
                “Sorry. Btw, tiap kali gue liat Rio dekat sama Ify, gue ngerasa kalah. Senyum dan sikap Rio berbeda dengan yang lain. Ia lebih terlihat apa adanya. Gue jadi ngerasa nggak ada tempat lagi buat gue”
                “Waktu. Itu Cuma masalah waktu. Mereka hanya lebih kenal duluan daripada kita. Kalau seandainya kita bertemu lebih duluan, pasti nggak begini ceritanya.”
                Bel masuk pun berbunyi, membuat semuanya harus menghentikan segala percakapan2 nggak penting dan masuk ke kelas masing2.
               
                *******
                Sepulang sekolah Ify pergi ke toko kue terdekat untuk membeli kue ulang tahun untuk Rio. Besok hari ulang tahun Rio. Karena itu, Ify, Via,  Om Hani dan tante Winda ingin membuat surprise party pukul 12 malam tepat. Itu juga yang membuat Ify menolak agar Rio menjemput. Kebetulan juga Rio lagi rapat sama ketua osis mereka, sehingga Ify bisa ngeles dengan berbagai alasan. Ify membeli blueberrry cheesecake. Dengan potongan coklat di atasnya yang bertulisan Happy b’day Rio. Tak lupa lilin2 kecil. Ia memasukan kue yang tadi telah ia beli ke dalam kulkas di kamar tante Winda dan Om hani. Mereka takut kalo ditaruh di kulkas yang ada di dapur, nanti Rio akan mengetahuinya.Nggak terasa udah malam, jam pun sudah menunjukkan pukul 9 malam.
                “Ma, aku pergi dulu ya” pamit Rio
                “Mau ke mana?”
                “Mau ketemu sama Debo”
                “Ya udah. Jangan telat pulang ya..”

@Cafe
Rio dan Debo baru saja menghabiskan waktu dengan streetball. Sekarang mereka ingin mengisi tenaga lagi dengan duduk2 di cafe. Udah 2 jam mereka ngobrol2 nggak penting. Padahal toh, di sekolah juga masih bisa ketemu.
                “De, gimana kabar lo sama Oik?”
                “Udah putus yo. Dia nggak tahan sama kelakuan gue yang lebih mencintai basket dibanding yang lain. Apa gue terlalu cuek ya?”
                “Lo masih sayang sama dia?”
                “Hmm, nggak taulah. Kayaknya sih gue udah nggak ada feel apa2 sama dia. Btw yo, dari tadi cewek yang di belakang lo perhatiin ke sini terus deh.”
                “Yang mana?”
                “arah jam 12.”
                “DEA??”pekik Rio
                “Hai yo,..” Dea pun duduk semeja dengan Rio dan Debo. Rio hanya memutar bola matanya tanda ia sebal.
                “Kenalin, gue Dea..” ujar Dea memperkenalkan diri pada debo
                “Gue Debo. ”
                “Ngapain lo di sini? Ngikutin gue ya?” tanya Rio penuh selidik.
                “Awalnya sih emang gitu..”
                “Awalnya? Maksud lo?”
                “Awalnya gue emang ngikutin lo, dan pengen nemenin lo. Tapi....Gue berubah pikiran. Gue nggak suka lo lagi yo. Gue udah berpaling ke....” ujar dea malu2 sambil melihat Debo
                “Cepet amat lo berpaling?”
                “Abisnya tipa kali gue liat lo sama Ify, gue jadi mikir lagi dan gue tau lo nggak mungkin bisa sama gue.”
                “Ok. Gue ngerti. Kebetulan tuh, si Debo lagi jomblo.” Mereka bertiga akhirnya ngobrol2 lagi. Sebenarnya Rio udah mau ninggalin itu Cafe, tapi dicegah sama Debo dan Dea yang katanya masih ‘malu2’. Rio pun jadi nggak marah2 Dea kayak waktu itu lagi. Karena menurut dia, udah nggak ada ancaman lagi dari Dea.

                Jam yang tergantung rapi di ruang tamu masih terus berdetik. Yang terdengar saat inipun hanya detik dari jam, yang menunjukkan kalau malam sudah semakin larut. Jam 12 malam. Rio sama sekali belum pulang. Tante Winda sudah membujuk Ify agar besok pagi saja. Tapi Ify menolak. Padahal ia tau, besok pagi masih sekolah. Menunggu adalah pekerjaan yang sangat amat membosankan. Tapi ia mencoba, bersabar dan bertahan.
                Waktu sudah menunjukan setengah 1. Via sendiri sudah terkantuk-kantuk
                “Aku pulang..” Rio memasuki rumahnya, gelap gulita.
                Happy b’day to u.. Happy b’day to u.. Happy b’day , Happy b’day .. Happy b’day to u...
                Rio cengo. Dia lupa kalo ini adalah hari ulang tahunnya. Tapi Rio pun segera make a wish layaknya orang2 yang sering ulang tahun dan meniup lilin. Setelah ucapan2 ulang tahun, pemotongan kue dsb, semua pun masuk ke kamar masing2. Mereka udah sangat amat ngantuk. Kecuali Rio dan Ify
                “Dari mana aja kak?” tanya Ify yang merasa surprise-nya hampir gagal total
                “Streetball, terus ketemu sama Debo”
                “Oh,,” ucap Ify dan wajahnya kembali murung
                “Hei, lo kenapa?” tanya Rio yang bingung melihat Ify.
                “Nggak apa2. Gue Cuma takut kalo surprise party-nya gagal. Gue Cuma takut kalo lo bakal nggak pulang.”
                “Fy, lo percaya sama gue. Gue nggak akan pernah ninggalin lo kayak waktu itu.” ucap Rio sambil menatap mata Ify tajam dan memegang tangan Ify lembut.
                “Iya, iya. Ya udah, gue tidur ya kak. Gue ngantuk nih nungguin lo. Hehehe.” Ify pun langsung naik ke kamar Via.
               
                @SMA Ganesha
Hari ini Ify emang nggak pulang sama Rio. Dia lagi dipanggil wali kelasnya untuk ngurusin absen, daftar nilai dan sebagainya. Makum, ia sebagai sekertaris kelas jadi harus bertanggung jawab tentang hal2 itu. Ify melirik jam di tangannya, udah jam 5 sore. Rasa2nya dia ingin sekali tidur. Karena semalam yang kurang tidur.
BRUG....
“maaf..maaf..Nggak sengaja.” Ucap Ify tanpa melihat siapa yang ditabraknya
“Iya nggak papa. Lho? Ify?” Ify yang merasa namanya disebut, hanya menatap orang yang ditabraknya. Ify melongo. Ia cukup takut dengan cewek yang berada di depannya
“Ka Dea..” sapa Ify ketakutan
“Eh, jangan takut gitu dong. Gue mau minta maaf nih, soal yang kemarin itu. Maaf ya..” Ify hanya mengangguk nggak ngerti. Ia mencoba mengingat apakah hari ini april mop atau nggak. Karena dia ngerasa aneh dengan perubahab Dea, “Gue duluan ya fy. Buru2. Daaagh..” Dea pun melambaikan tangannya meninggalkan Ify yang semakin melongo dengan sikap dea barusan
“Oh ya fy, bilang Rio makasih ya buat semalam. ”
“Semalam Ka Rio ketemu lo?”
“Iya..Bilang sama dia, gue senang banget. Ya udah daaaagh,...” kata Dea yang masih senyum2. Setelah ia naik taksi, barulah ia merutuki perkataannya tadi. ‘duh, yang ada Ify salah paham deh. Pasti dia mikir macem2. Tapi nggak apa2 deh. Skali2 ngerjain dia..hehehe’ batin dea

Sementara itu,
“Vi, Ify belum pulang?” tanya Rio cemas ketika sampai di rumah
“Belum. Tadi dia lagi di panggil wali kelas. Lo kenapa nggak nungguin dia?”
“Tadi gue jalan dulu bareng Debo. Lagian gue pikir, dia udah pulang bareng lo. Gue nyari dia juga nggak ada. ”
“Lo cek dulu deh ke sekolah.” Rio pun mengangguk dan menstarter motornya balik ke sekolah

Ify semakin lemas. Ia berjalan ke taman sekolah. Duduk dan menatap kosong. Mencoba mencerna setiap perkataan dari Dea
“Ify? Lo ngapain di sini?”
                “Eh..Ka cakka? Kok belum pulang?”
“Lo juga belum pulang. Ada apa nih? Kok muka lo sedih gitu?”
“Kenapa Ka Rio... bohong? Katanya dia ketemu Ka Debo. Kok malah, ketemu Ka Dea?”
“Rio selingkuh?”
“Nggak. Itu belum tentu.”bantah Ify
“KALAU BUKAN ITU NAMANYA APA?” bentak Cakka “Bohong sama pacarnya di hari ulang tahunnya untuk bertemu dengan cewek lain. Jelas2 dia berkhianat, mau bilang apa lagi?” kata Cakka dengan volume suara yang cukup besar. Untuk nggak ada siswa ataupun guru lagi di sana, kecuali penjaga sekolah.
“NGGAK” sahut Ify. Ia merasa air matanya mulai menggantung di sudut matanya
“Kalau nggak, kenapa lo nangis? Itu buktinya kalo lo nggak percaya sama dia”
“Gue percaya sama..”
“Semalam itu dia pergi makan malam dan nonton bareng Dea. Dea sepupu gue, dia cerita semuanya tadi malam” perkataan Cakka bagai bumerang bagi Ify
“Bohong,,” desah Ify
“GUE NGGAK PERNAH BOHONG.” Air mata yang sebenarnya ditahan Ify dari tadi akhirnya jatuh juga. “Dia juga pernah ninggalin lo karena Shilla kan? Trus kenapa dia nggak bisa ngelakuin hal yang sama tapi dengan Dea? Lo jadi orang jangan terlalu baik”
“Dia nggak mungkin ngelakuin itu. Gu..Gue percaya sama dia..Gue..” belum selesai Ify mengucapkan kalimatnya, Cakka memeluk dia, seolah memberikan kekuatan.
“Lupain dia, kalo dia Cuma nyakitin lo kayak gini.” Ucap Cakka. Nggak tau kenapa kata2 Cakka merasuk terlalu dalam ke perasaan Ify. Pelukan Cakka pun terasa hangat untuk Ify. Senyum di waja Cakka merekah. Senyman yang nggak bisa diartikan siapapun, kecuali dirinya sendiri.
‘Rio..dulu mungkin gue pengen ngelihat lo terpuruk, tapi sorry, hari ini gue Cuma pengen mendapatkan dan membahagiakan Ify seutuhnya. Maaf fy, gue bohong..’ Batin Cakka 
“Ify..”panggil Rio lemah melihat orang yang paling ia sayang dipeluk oleh Cakka, orang yang baru dikenal beberapa bulan yang lalu.
“Ka Rio..” Ify kaget Rio ada di hadapannya. Ia sendiri nggak ingin Rio salah paham, apalagi dengan keadaan seperti tadi.
“LO..” ujar Rio dan menarik kerah kemeja Cakka hendak memukulnya
“Jangan Ka Rio. Stoop..” Ify pun menahan lengan Rio, agar Rio tidak melakukan perkelahian di sini. Rio hanya bisa menurut pada Ify. Ia menarik paksa lengan Ify pergi dari Cakka.
“Ka Rio, sakit..Jangan ditarik” pinta Ify yang dari tadi ia hanya bisa meringis. Rio pun melepaskan cengkramannya dari Ify
“Tadi itu apa?”
“Dia Cuma dengerin curhat gue.”
“Sambil meluk? Ciih..Ada apa sebenarnya antara kalian berdua?”
“Ka Rio..Lo curiga sama gue? Lo nggak percaya sama gue?” tanya Ify lemah
“JANGAN JAWAB PERTANYAAN GUE DENGAN PERTANYAAN. CUKUP JAWAB PERTA...”
“Lo nggak nanya kenapa gue di sana?” potong Ify. Rio pun memandang Ify “Kenapa gue nangis, gimana perasaan gue saat ini?”
“Fy..” Rio yang mulai bisa menenangkan emosinya
“LO NGGAK PERNAH PEDULI SAMA GUE..” teriak Ify “Lo justru lebih dulu, curiga sama gue.” Kata Ify dan berlari ke rumah.
Rio nggak ngejar Ify. Dia sendiri ingin menenangkan segala emosinya. Ia ingin berpikir jernih. Dia duduk2 di dekat danau. Malam semakin larut, Rio pun berjalan ke rumah dengan langkah gontai
“Dari mana aja lo?” selidik Via yang udah berdiri di depan rumah mereka
“Nenangin diri. Nggak boleh?”
“Duuuh, kak. Lo tau nggak sih kalo Ify kabur dari rumah?” Via mulai menunjukkan tampang cemas.
“Serius lo?”
“Nggak yakin sih. Yang pasti, tadi waktu gue pulang sama Iel dan nyari dia di kamar, dia nggak ada. Gue pikir dia bareng lo, eh waktu gue buka lemari, baju2nya udah nggak ada. Lemarinya kosong.”
“Mama mana? Kali aja mama tau sesuatu.”
“Belum pulang..” jawab Via yang membuat Rio semakin merasa bersalah. Ia mencari nomor telfon teman2nya Ify dan mulai menelfon mereka satu2. Tapi nihil. Nggak ada satupun yang tau di mana Ify. Rio dan Via mondar-mandir kayak strikaan rusak. Mereka nggak tau lagi gimana cara nyari Ify
“mama pulang...” Rio dan Via pun berlari menyambut tante Winda yang baru saja sampai di rumah.
“Ma, mama tau nggak kalo Ify kabur dari rumah?” tanya Via pelan2 yang nggak pengen bikin mamanya serangan jantung tiba2, walaupun dia tau mamanya nggak ada penyakit kayak gitu
“Hah? Kabur? Hahahaha...Kalian ini ada2 aja.” Ujar tante Winda menggeleng-gelengkan kepalanya
“Mama kok malah ketawa?”
“Ify itu balik ke rumahnya. Kakak sepupunya lagi sakit, namanya....” tante Winda mencoba mengingat nama
“Excel.” Jawab Rio
“Iya, iya benar. Dia pamit sama mama tadi. Dia mau pamit sama kalian, tapi kaliannya nggak ada di rumah.”
“Berapa lama ma?”
“Nggak tau. Dia juga bilang pengen tinggal di rumahnya lagi. Udah kangen sama rumahnya.”
Tante Winda pun masuk ke kamarnya. Rio dan Via duduk di ruang nonton. Tanpa suara. Hanya Via yang selalu mengganti-ganti siaran. Rio Cuma menatap kosong. Tubuhnya emang di situ, tapi pikirannya nggak tau ke mana. Walaupun Rio udah tau keberadaan Ify, tapi dia tetap nggak tenang. Ia masih berpikir kalo Ify sengaja pergi, supaya nggak ketemu sama dirinya
“Heu..Sepi deh kalo nggak ada Ify. Biasanya kan Ify yang cerewet, gue juga bisa cerita apa aja. Dulu, gue emang nggak suka dia tinggal di sini karena dia sekamar sama gue. Tapi seiringnya waktu berjalan, ternyata gue jadi betah dan senang.” Curhat Via, yang sebenarnya lebih ke diri sendiri. Daripada ke Rio yang mematung.
“Lo ada masalah sama Ify?”
“Hmm..”
“Kalo lo mau pergi nemuin dia, pergi aja. Daripada lo stress di sini kak.”
“Kalo mama nanya, bilang gue ke rumahnya Ify”
“Iya, buruaan...” Rio pun segera mengambil helm fullface-nya, menggunakan jaketnya dan menstarter motornya pergi ke rumah Ify.

@rumah Ify
“KAK EXCEL, KENAPA RUMAH BERANTAKAN KAYAK GINI?” teriak Ify yang baru aja sampai di rumahnya
“Aduuh fy, lo kayak nggak tau gue aja. Lagian gue kan lagi nggak enak badan, jadi nggak bisa beresin.”
“Halah, bilang aja nih rumah udah berantakan dari waktu gue ngasih kunci ke lo.”
“Hehehe. Tuh lo udah tau.” Ify pun segera meletakkan tas di kamarnya, mengambil sapu dan mulai menyapu seluruh rumah.
“Gue jadi serasa pembantu lo deh..”
“yee, gue kan nggak nyuruh lo buat rapiin. Tinggalin aja.”
“Lo tau gue kan kak, gue paling nggak suka sama yang namanya kotor dan ketidakrapian.” Setelah menyapu, dan membersihkan seluruh rumah, Ify pun duduk di sebelah Excel “Kak, kalo lo udah sembuh, gue tetap tinggal di sini ya.”
“Kenapa? Ada masalah sama Rio? Dasar anak muda.”
“iya om..”
“Sial lo..” Excel pun mengacak-acak rambut Ify. Ify hanya tertawa dan tetap memanggil kakak sepupunya dengan sebutan om. Mereka emang suka ledek2an kayak gitu berhubung Ify nggak punya kakak.
“lo istirahat gih. Lagi sakit juga.” Kata Ify
“bentar lagi fy. Sayang nih, filmnya udah tinggal dikit lagi.”
“Ya udah deh, gue tidur duluan ya, Gue ngantuk banget. Lo kalo ada apa2, manggil gue ya”
“Siaap bos..” Ify pun segera masuk ke kamarnya. Sedangkan Excel masih tetap nonton film  3idiots.
Ting..tong...
Dengan langkah berat, Excel membuka pintu rumah
“Rio? Ada apa nih malam2?”
“Kak, Ify-nya ada?”
“Masuk dulu.” Rio pun mengikuti Excel ke ruang tamu “Ify lagi tidur. Kayaknya kecapekan gitu gara2 bersihin nih rumah.”
“Kakak sakit ya? Cepat sembuh ya kak.”
“Makasih.”
“Hmm, kak. Gue pulang ya, nggak enak udah malam. Bilang aja ke Ify, kalo gue datang ke sini mau ngomong baik2 sama dia.”
“Ok. Hati2 di jalan.”
“Kak..Gue titip Ify ya untuk sementara ini.” Excel hanya tersenyum dan mengangguk. Rio pun kembai ke rumahnya. Ify yang sebenarnya masih belum tidur, hanya bisa mendengar dari dalam kamarnya. Ia emang nggak mau ketemu dulu sama Rio. Ia sendiri pengen nenangin hatinya dulu. Ia nggak mau kalo ketemu Rio, malah tambah berantem. Dia Cuma nggak mau, hubungannya semakin merenggang. Karena itu, dia pikir, sebaiknya mereka sendiri2 dulu. Walaupun Ify kangen berat sama Rio

@SMA Ganesha, keesokan paginya
“Pagi yo..” sapa Cakka dengan wajah cerah ceria
“Pagi..Lo kok ceria banget sih?” dumel Rio yang wajahnya sendiri udah BT banget
“Kenapa? Nggak boleh? Lo sendiri kenapa kusut gitu?”
“Gara2 lo, kita bertengkat hebat semalam. Gara2 lo, dia nggak mau nemuin gue. Ini semua gara2 lo. Kenapa sih masalah datang saat lo datang. Kenapa lo harus ngerusakin semuanya?”
“Hh,, lo salah kalo ngira gue penyebabnya. Akar masalahnya kan lo sendiri.”
“Apa sih maksud lo?”
“Lo yang bikin Ify jadi cemas dan ragu. Lo yang ngilangin kepercayaannya. Gara2 lo pernah ninggalin dia dan pergi dengan Shilla, membuat trauma tersendiri buat Ify”
“Lo tau dari mana kalo..”
“Gue tau semuanya tentang lo Rio. Dan gue pikir, lo nggak pantes buat Ify”
“Gue mau nanya sesuatu. Lo suka sama Ify?”
“Kalo gue bilang iya, gimana?”
“Lupain dia.” Jawab Rio dan berjalan meninggalkan Cakka
“Nggak bisa. Gue nggak akan mundur.” Rio menghentikan langkahnya.
“Lo pengen mancing amarah gue?”
“Lo tau nggak, sebutan buat gue dulu di SMA pertiwi? Man’s crash. Gue akan hancurin hubungan lo sama Ify”
“Kita nggak akan bisa terpisah”
“Liat aja nanti.”

@kelas Ify
“Ify..Lo tuh bikin gue sama ka Rio cemas kemarin.” Omel Via ketika meolihat Ify datang
“Hehehe. Maaf, maaf. Gue mau hubungin lo, tapi nggak enak. Abisnya lo kan lagi jalan sama Iel”
“Fy, cerita dong.. Lo kenapa sih sama ka Rio?” Ify pun menceritakan semuanya ke Via, nggak ada satupun yang ia lewatkan
“Hmm, fy. Gue bukan mau ngebelain ka Rio. Ini pendapat gue doank. Gue rasa ka Cakka itu suka deh sama lo. Dia kayaknya pengen hancurin hubungan lo sama ka Rio”
“Hush, lo kan nggak kenal dia Vi. Masa lo ngomong kayak gitu. Dia tuh baik lagi.”
“Feeling gue sih kayak gitu. Tapi terserah kalo lo nggak mau dengerin gue. Gue Cuma ngasih pendapat gue kok. Soalnya, sejak ka Cakka datang, lo jadi selalu ada masalah sama Ka Rio” Ify hanya diam mencoba meresapi semua perkataan Via.
“Eh, gimana lo sama Iel? Btw, si Iel mana?”
“Dia belum masuk. Tadi dia smsin due katanya telat. Eh, lo tau nggak kemarin gue dikenalin sama ortunya Iel. Ortunya baik banget lho..”
“Ciieee,, kayaknya bakal ada lamaran di rumah nih.”
“Apaan sih fy. Gue kan tunggu ka Rio sama lo dulu.” Percakapan mereka pun harus terhenti karena ketua kelas mereka sedang memberikan pengumuman2
Drrt..drrt..Hp Ify bergetar. Ia mengeluarkan Hp dari dalam sakunya. 5 new message
From : Ka Rio
Fy, maafin gue

From : Ka Rio
Lo jangan marah lagi donk

From : Ka Rio
Gue mau dengar curhat lo sepanjang hari, asalkan lo mau maafin gue

From : Ka Rio
Gue frustasi. Ga tau lagi harus kayak gimana fy

From : Ka Rio
Please...Lo jangan diemin gue kayak gini dong. Gue ga tahan

Ify hanya menarik nafas panjang.

@rumah Ify, sepulang sekolah
“Aduuuh, Ify...Lo kan ada kunci sendiri. Kenapa harus ngetuk pintu sih? Lo kan tau kalo gue...” Excel pun diam ketika melihat seorang cowok yang berada di depannya. “Lo siapa?”
“Gue pulang..”
“Hai fy.” Ify membelalakkan matanya tak percaya. Ia semakin nggak ngerti kenapa ada orang ini di dapur rumahnya lagi masak.
“Kak Cakka? Lo kenapa ada di sini?”
“Gue telpon tante Winda, trus gue bilang ada perlu penting sama lo. Ya udah dia ngasih alamat lo.”
“Eh fy, dia bilang sahabat lo dan jago masak. Kebetulan gue lagi lapar, makanya gue suruh dia masuk”
“Ka Excel, lo tuh ngizinin orang yang nggak lo kenal masuk. ” omel Ify. Di sekolah Ify selalu hindarin Rio yang mencaridirinya. Tapi selain hindarin Rio, Ify juga mau hindarin Cakka. Ia nggak mau kalo ada kesalahpahaman antara dirinya dengan Rio.
“Maaf fy.”
“Hei, hei. Jangan berkelahi Cuma karena gue” ucap Cakka narsis “Ini, masakan gue udah selesai. Mau coba nggak?” Ify dan excel pun langsung melahapnya abis
“Enak. Lo belajar masak di mana Ka?”
“Bonyok gue di Singapur, gue tinggal bareng spupu gue. Karena nggak enak repotin dia, gue jadi blajar masak juga.”
“Ya udah, gue masuk ke kamar ya.” Ucap Excel
“Ka, jangan lupa minum obatnya”
“Iya bawel..” Excel pun meninggalkan Cakka dan Ify di ruang makan sendiri
“Fy, kita pergi yuk. Jalan2.”
“Tapi kak..”
“Ayolaah...ya ya ya? Please...Kali ini aja..” pinta Cakka dengan wajah memelas.
“Ya udah, kapan?”
“Skarang”
“Rese banget sih lo. Gue siap2 dulu. Lo stay aja di sini” Ify pun dengan segera mandi, dan siap2. Dia menggunakan mini dress dengan flatshoes kesayangannya. Ia menjepit rambut panjangnya, membuat ia emang terlihat cantik hari itu. Setelah siap, Ify pun segera turun menghampiri Cakka
“sorry kak lama, yuuk.”
“Yuuk. Hmm, fy lo cantik banget sore ini.” puji Cakka yang membuat Ify jadi blushing. Ify pun diajak ke Dufan. Main semua permainan yang di situ. Mereka berdua pun masuk ke toko menjual aksesori, dari boneka2 dufan sampai gantungan kunci. Nggak terasa, hari udah malam.
“Ify, lo perhatiin ya. Gue bakal nunjukin kemampuan sihir gue. Gue bisa munculin kembang api di langit”
“Hahaha. Lo ada2 aja deh kak. Ya nggak mungkinlah.”
“Liat aja ke langit. 3...2...1...” Cakka merentangkan tangannya
DHUAARRR....Kembang api pun menyala dengan indah.
“Waaaa..Hebat..Benar2 kayak sihir.” Kata Ify yang masih kagum dengan malam itu
“Gue suka sama lo fy. Gue sayang sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?”
“Tapi kak, gue..”
“Putusin Rio. ”
“Gue.. ”
“Trus apa artinya lo nangis di pundak gue kemarin?”
“Perasaan gue lagi kacau saat itu”
“Gue meluk lo juga, lo nggak marah”
“kasih gue waktu.” jawab Ify yang sebenarnya merasa disudutkan
“ok. Yuk pulang. Ntar kakak spupu lo marah2 lagi.” Kata Cakka dan berjalan di depan Ify. Ify pun hanya mensejajarkan langkahnya dengan Cakka. Dalam perjalanan itu pun mereka hanya diam.

“If..brhragak” mulut Debo disekap sama Dea dengan segera, ketika Debo hendak memanggil Ify di Dufan
‘Duh cakka, lo ternyata emang jatuh cinta sama Ify. Ini nggak boleh terjadi’ batin Dea “Debo, kita pulang sekarang...” Dea pun sedikit menyeret langkah Debo.
               
“Ka Rioooo, HP lo bunyii..” teriak Via. Rio segera memencet tombol hijau di HP-nya
“Hallo.”
“RIOOOOO..ADA APA INIIII??” Rio pun menjauhkan HP-nya
“Oh Debo. Kenapa nih? Gimana hubungan lo sama Dea?” tanya Rio dan berjalan ke ruang nonton
“GUE NGGAK RELAA YO...”
“Kenapa emangnya?”
“IFY DANDAN BUAT COWOK LAIIN. LO ADA MASALAH SAMA IFY?” ucap Debo yang masih teriak2.
“Maaf, Rio-nya ada?” tanya seorang cewek yang ada di depan rumah Rio sekarang
“Hmm, Debo gue telpon lagi nanti. Ada yang nyari gue” Rio pun segera keluar
“Dea? Ada apa?”
“Maafin gue yo..Ini semua salah gue. Gara2 gue yang minta Cakka buat ngerusak hubungan lo sama Ify. Kalau dia udah kayak gitu, nggak ada seorangpun yang bisa hentiin dia. Pasti hubungan kalian berantakan. Tadi dia jalan sama Ify ke Dufan.” Rio diam. Ia merasa hubungannya dengan Ify sekarang benar2 di ujung tanduk. Rio pergi ke rumah Ify. Rio berdiri di depan rumah Ify. Menunggu Ify datang. Tak lama Ify dan Cakka pun sampai.
                “Hmm, baru pulang dari Dufan ya? Senangnya..” sindir Rio “Ups, kayaknya gue ganggu. Gue pergi aja.”
                “ka Rio, tunggu.  Jangan salah paham.” Kata Ify dan memegang tangan Rio. Rio hanya menepis tangannya.
                “lakukan sesukamu!” bentak Rio dan meninggalkan Ify yang semakikn lemah. Air matanya kembali keluar. Ia menangis. Ia sendiri nggak tau kenapa ketegarannya hilang begitu saja. Ia nggak tau kenapa air matanya begitu banyak. Cakka yang ada di situ hanya bisa membelai rambut Ify, menenangkannya.
                Cakka hanya tersenyum pahit melihat Ify yang begitu rapuh. Ia benar2 nggak menyangka segitu besarnya peranan Rio dalam hidup Ify, dan terkhususnya cinta. Ia melihat Ify yang begitu lemah, ketika Rio menepis tangan Ify dan pergi meninggalkan Ify menangis. Cakka tau ia kalah telak dari Rio. Tapi kenapa mengaku kekalahan itu lebih susah dilakukan dibandingkan menerima kemenangan? Malam semakin larut. Tapi tidak membuat Cakka melangkah pulang. Kakinya pun melangkah sesuai keinginan hatinya. Keinginan ingin pergi ke suatu tempat yang sudah sangat lama nggak ia kunjungi. Tempat yang 2 tahun lalu, hampir selalu ia kunjungi tiap hari. Tempat yang mungkin ia hindari akhir2 ini. Cakka pun tiba di sana. Tempat yang ia tuju. Duduk dan memegang nisan.
                “Hai ni..Maaf ya gue udah lama banget nggak datang ke sini. Gue mau curhat nih, tentang cewek. Lo nggak cemburu kan? Hahaha..ngayal banget sih gue..Ni, coba kalo lo masih di sini, coba aja kalo lo nggak ninggalin gue, coba kalo lo nggak ngejar bola basket yang terlempar ke jalan itu. Coba dan coba.,..Hh,, kenapa gue selalu ngeluarin kata itu ya? Padahal lo selalu nggak suka dengar gue ngeluarin kata itu. Lo selalu bilang ‘nyesalin sesuatu itu bukan dengan berlarut-larut dalam penyesalan itu. Itu nggak bakal nunjukin penyesalan kita. Kalo kita benar2 nyesal, berarti kita harus merubah sikap itu dan nggak pernah ngelakuin hal yang sama.’ ” ujar Cakka yang mengingat setiap perkataan Agni “Gue tau Ni, gue nggak bakal dapat jawaban dari lo. Tapi stiap kali gue curhat ke lo, gue tenang banget. ” lanjut Cakka
                “Gue suka sama cewek Ni. Ini benar2 jatuh cinta. Kayak dulu gue jatuh cinta sama lo. Gue sayang banget sama dia, tapi perasaannya, cintanya buat orang lain. Gue pun berusaha  buat ngancurin hubungan mereka. Mencoba membuat mereka semakin menjauh satu sama lain. Tapi setelah gue lihat cewek yang gue suka itu nangis, gue ngerasa gagal. Gue ngerasa jadi manusia yang paling egois. Tapi nggak apa2 donk kalo gue pengen dia jadi milik gue seutuhnya. ” ucap Cakka yang masih membenarkan dirinya.
                “Apa gue salah, kalo gue pengen milikin dia seutuhnya? Apa gue salah kalo gue pengen bahagiain dia? Apa gue salah, kalo gue jatuh cinta sama dia?” desah Cakka akhirnya. “Guee.....nggak tau sebaiknya harus kayak gimana Ni. Lo ada ide nggak? Hahaha, gue mulai ngaco nih. Udah ah. Gue pulang yaa, thank’s lo udah mau denger curhat gue. Bye Ni..” pamit Cakka dan meninggalkan kuburan Agni.
                Agni, pacarnya 2 tahun lalu. Cewek tomboy yang Cakka kenal waktu ia baru pindah saja ke kompleks rumahnya yang sekarang. Teman mainnya waktu kecil. Orang yang paling ngertiin dirinya. Selalu ada tiap kali dibutuhin, dan selalu nggak ada ketika dia ingin sendiri. Menyimpan rasa sayang dari SMP, tapi baru bisa diwujudkan dalam sebuah hubungan ketika beranjak SMA. Agni, orang yang paling berarti dalam dirinya. Orang yang mungkin lebih mengerti dirinya daripada dirinya sendiri. Orang yang akan selalu jadi kakak ketika Cakka mulai merajuk, selalu jadi ibu yang selalu nasehatin dia, dan selalu jadi pacar yang sayang dan manja sama dia. Perasaan begitu dalam yang sampai sekarang pun nggak bisa dilupakan Cakka. Karena Agni, menempati ruang tersendiri di hatinya. Tapi sayang, kecelakaan naas itu terjadi. Ketika bola basket bergulir ke arah jalan, Agni pun memutuskan berlari dan mengambil  bola itu. Namun, Agni tak melihat kalo mobil kijang yang sedang melaju kencang tapi ugal2an mengarah padanya. Cakka yang berlari ingin menyelamatkan Agni sambil teriak pun nggak mampu menepis kenyataan kalau jalan hidup Agni memang hanya sampai di situ. 1 tahun setelah kepergian Agni, Cakka pun berubah. Berubah menjadi cowok playboy. Cowok yang bertekad nggak akan pernah sayang sama orang lain selain Agni.
                Cakka berjalan gontai ke rumahnya. Ia menjejaki tangga untuk masuk ke kamar. Panggilan dan pertanyaan2 Dea tak ia gubris sama sekali. Yang ia inginkan hanya tidur dan menenangkan diri. Tak lama setelah Cakka menutup mata, ia pun tertidur pulas..

                “Hai Cakk. Kangen juga lo sama gue..hehehe” kata cewek yang berdiri di hadapannya sekarang sambil terkekeh
                “Agni...” panggil Cakka nggak percaya
                “Hmm..Kok tampang lo kayak gitu sih? Nggak senang nih gue datang?” ucap Agni sambil tersenyum nakal. Ia pun duduk di samping Cakka. “Banyak orang yang bilang kalo cinta itu nggak harus memiliki. Well, menurut gue itu benar kalo cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi kalo nggak, gue rasa itu bullshit. Dan gue rasa, buat masalah lo, cinta nggak harus memiliki. Lo perlu tau, Cinta tuh butuh pengorbanan. Cinta tuh nggak egois. Cinta...nggak bakal nyakitin orang yang lo sayang. Kalo sampai cinta yang lo kasih nyakitin orang itu, itu bukan namanya cinta. Itu hanya sekedar obsesi dan keegoisan lo sebagai cowok.” Ujar Agni sambil menepuk-nepuk pipi Cakka
                “Jadi menurut lo, gue salah jatuh cinta sama dia?”
                “Hh,, Cakka, gue nggak bilang lo salah jatuh cinta sama dia. Cinta itu nggak pernah salah. Karena cinta itu tumbuh apa adanya tanpa kenal waktu maupun tempat. Lo nggak salah, sayang sama dia. Yang salah adalah cara lo buat ngebahagiain dia. Lo pengen ngebahagiain dia, tapi lo ngejauhin dia dari orang yang dia sayang. Apa itu ngebuat dia bahagia? Nggak Cakka. Itu Cuma buat kebahagiaan lo doang. Kebahagiaan sesaat. Karena nanti, lo bakalan nggak tega ngeliatin dia nangis. Lo juga bakal sadar, lo bisa senang sama raganya yang dekat sama lo, tapi apa lo bahagia cintanya , tatapan matanya bukan buat lo. Lo yakin bisa bahagia?” Cakka hanya mendesah memikirkan jawab Agni. Merasuk ke jiwanya. Ia meresapi semuanya.
                “Ya udah. Lo pikirin aja sendiri. Gue mau balik. Bye Cakk..” ucap Agni dan pergi menghilang dari pandangan Cakka
                Tiit..tiit..tiit...tiit..
                Alarm dari wekernya berbunyi. Ia terperanjat bangun. Mimpi semalam begitu nyata. Ia merasa sentuhan Agni yang begitu nyata. Tapi ia tau, itu emang nggak lebih dari mimpi. Cakka pun duduk di tepi tempat tidurnya. Memikirkan apa yang dikatakan Agni. ‘Thank’s Ni. Lo emang ngasih gue pencerahan. Gue bakal ngelerain dia, walaupun itu berat bagi gue..’ batin Cakka dan segera pergi ke kamar mandi.

                “Aneh sekali, lo cabut dari kelas” sahut Cakka menghampiri Rio yang ada di lantai teratas gedung sekolah mereka, yang tak beratap. *gedung yang atasnya kosong gitu aja. Jadi bentuk gedungnya benar2 kayak balok. Semoga ngerti*
                “Bisa2nya lo muncul dengan santai begitu. Lo kayak mau ngebunuh gue secara perlahan”
                “hahaha. Lo bisa aja.” Kata Cakka dan duduk di samping Rio
                “Kemarin, dia tersenyum di depan gue. Dan gue udah berpikir mungkin ada sedikit kesempatan. Tapi ternyata salah. Lo ngerusaknya dengan sekejap. Setelah lo menepis tanganya, ia sama sekali nggak mau bicara dan hanya menangis. Kalau gadis lain, ini kesempaan bagus untuk naklukin hatinya. Tapi ini nggak berpengaruh buat Ify. Dia benar2 terpukul. Sekarang dia sangat sedih. Dia sampai nggak masuk sekolah karena sakit. Yang bisa nyembuhin dia Cuma lo seorang. Sudah dikhianati, disakiti, tapi dia tetap sayang sama lo.”
                “Cakk, lo tau nggak kenapa Ify marah sama gue?”
                “Mungkin dea bisa jawab. Tapi mungkin juga karena gue yang manas2in dia” sahut Cakka dan meninggalkan Rio yang masih terus berpikir
               
@kantin
“Oh..Jangan2 kejadian waktu itu.” jawab Dea, ketika Rio menanyainya
“Yang mana?”
“Waktu itu gue nggak sengaja bilang sesuatu yang bisa bikin dia shock sih. Gue bilang ‘Oh ya fy, bilang Rio makasih ya buat semalam. Gue senang banget’ tapi masa gitu aja bikin berantem sih? Tapi sekali lagi maaf yo.”
                “Heu..,Ya udah nggak apa2. Ntar gue coba bicara sama Ify. Lagian dia juga nggak percaya sama gue” Kata Rio dan pergi meninggalkan Dea yang sebenarnya merasa menjadi penghancur hubungan orang.
               
                Sepulang sekolah Rio segera pergi ke rumah ify. Dia ingin melihat keadaan Ify.
                “Ka Excel, Ify-nya ada?”
                “Lagi tidur di kamar. Kalo mau jenguk, langsung aja ke kamarnya di lantai 2. Tapi ingat jangan macam2” Rio pun  segera masuk ke kamar Ify. Ia membawa sapu tangan dan mangkuk yang berisi air dingin. Rio mengecek suhu tubuh Ify
                ‘euuh, panas banget.’ Batin Rio. Dia pun dengan telaten mengompres Ify agar suhu tubuhnya turun.
                “Ka Rio..” kata Ify yang membuka matanya sedikit, karena kepalanya pusing banget
                “Lo apa2an sih? Kenapa nggak makan? Nggak ke sekolah?”
                “Lo nggak sayang sama gue lagi ya?”
                “Siapa bilang? How can I not love you? Gue sayang banget sama lo. Jadi gue harap lo cepat sembuh” ucap Rio sambil memegang pipi Ify lembut. Ify hanya tersenyum dan kembali tertidur. Rio pun keluar dari kamar Ify
                “Ka Excel, gue pulang ya.”
                “Iya, makasih ya yo. Gue sebenarnya nggak mau ikut campur masalah kalian. Tapi Ify-nya jadi kayak gini”
“Nggak apa2 kok kak.”
“lo nggak ngajak dia balik ke rumah lo yo?”
“Gue tunggu aja sampai dia mau pulang. Gue mau percaya sama dia. Tapi gue juga pengen dia percaya sama gue”
“Ya udah. Hati2 di jalan” Rio pun segera pulang ke rumahnya.

@rumah Ify keesokan paginya
“Fy, lo yakin udah mau ke sekolah?” tanya Excel memastikan
“Iya kak. Gue udah sembuh kok.”
“Selamat pagi...”
“Eh Vi, yuk berangkat. Kak, gue pergi ya..Daaagh” pamit Ify
“Gue juga pergi kak.” Pamit Via. Ify dan Via pun pergi ke sekolah sama2. Via emang sengaja mau pergi bareng Ify pagi ini. Karena itu, tadi pagi2 Via udah menelpon Ify
“Fy, gue udah bilang sama ka Rio supaya jemput lo. Kayaknya dia masih marah deh. Gue rasa lo emang salah jalan sama ka Cakka. Tapi gue juga nggak abis pikir kenapa ka Rio masih marah banget sama lo”
‘Oh, jadi kemarin itu Cuma mimpi aja ya.’ Batin Ify
Sesampainya di sekolah, Ify segera meletakkan tasnya di kelas dan pergi menemui wali kelas mereka. Ia sebagai sekertaris dipanggil lagi karena ada kesalahan dengan pendataan kemarin. Setelah selesai, Ify segera kembali ke kelasnya
“IFYYY...Huaa, akhirnya lo masuk sekolah juga. Gue senang kalo lo udah masuk. Lo udah nggak apa2 kan?” tanya Cakka
“Iya, nggak apa2. Maaf udah bikin cemas. Oh ya kak, pulang sekolah tunggu gue di taman sekolah ya. Ada yang mau gue omongin. Hmm, kak gue balik ke kelas ya.” Sahut Ify dan meninggalkan Cakka
******************
Pelajaran yang diterima Ify hari ini benar2 nggak ada yang masuk di otaknya. Semuanya terasa angin lalu. Ia masih memikirkan Rio yang marah sampai saat ini dengannya.
Drrt..drrt.. 1 new message
From : Ka Rio
Gue tunggu lo di lapangan basket kompleks, pulang sekolah ini

Ify menggigit sudut bibirnya. Ia sendiri udah membuat janji dengan Cakka.
‘Gue juga Cuma cepet2 doank kok sama ka Cakka’ batin Ify dan menyandang tasnya pergi ke taman sekolah. Ia duduk di bangku yang waktu itu tempatnya menangis dan curhat pada Cakka. Ify tersenyum pahit ketika mengingat semua itu. Ia merasa dari sinilah, semua masalahnya muncul. Atau dari dirinya sendiri?
“Hei fy. Sorry lama.”
“nggak apa2 kok kak.” Jawab Ify sambil tersenyum
“Apa nih yang mau dibicarain?”
“Gue mau jawab pertanyaan lo waktu itu. Maaf, gue nggak bisa nerima lo kak. Lo tau kan, gue sayang banget sama ka Rio. Karena itu, sekali lagi gue minta maaf kalo nyakitin perasaan lo. Gue..”
“Nggak apa2 kok. Gue juga udah tau kalo lo mau ngomong hal ini.” kata Cakka sambil tersenyum. Senyum yang sebenarnya dipaksakan. Cakka pun menundukan wajahnya. “Lo ada janjian sama Rio kan?”
“Kok lo tau?”
“Nggak penting. Lo pergi aja.”
“Tapi kak..”
“Please, gue mohon lo pergi dan jangan liat gue. Pergi temuin Rio, selesaikan masalah lo sama dia. Gue minta maaf kalo gue salah.” Ify pun pergi meninggalkan Cakka yang masih tetap menunduk. Perih, itu yang cakka rasakan sekarang.
“Gue salut sama lo Cakk. Lo bisa ngorbanin perasaan lo” ujar dea, yang tak sengaja mendengar percakapan antara Cakka dan Ify
“Gue Cuma pengen liat dia tersenyum..” kata Cakka yang benar2 terlihat rapuh saat itu.

@lapangan basket kompleks.
                Ify sedikit berlari menghampiri Rio di lapangan. Ia menatap Rio yang sedang asyiknya bermain basket. Rio mendribble bolanya dan mencoba memasukkan bola itu ke dalam ring, tapi terpantul ke belakang. Rio mengejar bola dan melihat Ify yang telah berdiri di sana.
                “Udah lama?” tanya Rio
                “Gue mau minta maaf”
                “Lo yakin mau minta maaf?”
                “Waktu gue ke Dufan, jujur gue sempat lupa sama lo kak. Gue terlalu menikmati suasana. Maaf. ”
                “Gue nggak percaya lo ngomong kayak gitu”
                “Karena gue nggak mau bohong kak. Gue sayang sama lo.”
                “Lalu...kenapa lo pergi begitu aja? Kenapa lo nggak mau jelasin apapun ke gue? Kenapa lo diemin gue? Kenapa lo nggak percaya sama gue? Kenapa lo nggak cerita masalah lo sama gue? Padahal lo bisa cerita sama orag lain, cowok lain. Kalo lo nggak ngomong apa2 sama gue, mana gue ngerti apa yang lo rasain?” bentak Rio
                “Gue takuut..Gue takut kalo gue bilang, lo akan pergi dengan orang orang lain. Gue tau itu bodoh, tapi perasaan cemas itu nggak hilang.” Ucap Ify
“Gue kan udah bilang, gue nggak akan ngelakuin hal yang sama lagi. Kalo lo emang nggak bisa percaya sama gue...Gue rasa, kita sampai di sini aja. Udah nggak ada artinya lagi kalo kita bersama-sama. Mulai malam ini, kita putus.” Ujar Rio akhirnya yang membuat Ify tersentak. Rio pun berjalan meninggalkan Ify. Ify merasa kekuatannya hilang
“BODOOOOH...” teriak Ify yang nggak tau mendapat kekuatan dari mana “Kenapa lo gampang sekali ngomong begitu? Kenapa bisa memutuskan begitu saja? Salah siapa sebenarnya sampai kayak gini? Gara2 lo lebih milih Shilla dibanding gue waktu hari ulang tahun gue waktu itu. Seumur hidup, baru pertama kali gue ngerasa sesedih itu. Wajar kan kalo gue takut sama hal yang spele sekalipun. Ka Rio lo pembohong. Lo berkhianat. Membagi hati dengan orang lain. Hosh..hosh..” ucap Ify dengan volume tinggi dan dalam satu tarikan nafas
“Itu aja yang mau lo bilang?” tanya Rio. Mata Ify pun udah berkaca-kaca. Ia nggak mau semuanya berakhir seperti ini. “Gue terima semua yang lo bilang tadi” kata Rio dan memeluk Ify erat
“Jangan kira lo doang yang ngerasa takut. Gue juga takut kehilangan lo fy. Tapi akhirnya, gue senang lo mau jujur sama gue. Seperti tadi, lo bilang aja semua yang lo rasain ke gue. Mungkin gue belum bisa jadi orang yang lo harapkan, tapi gue akan berusaha.”
“Maafin gue ka Rio..ki..kita nggak jadi putus kan?”
“Hahaha...Nggak lah, siapa juga mau putus sama lo. Nggak rela gue. Lagian tadi gue Cuma becanda doang kok” kata Rio yang melepaskan pelukannya dan mengacak rambut Ify lembut. Ify hanya manyun, mendengarkan penuturan Rio.
“tadi kalo gue setuju gimana?”
“Nggak mungkinlah. Lo kan sayang banget sama gue..”
“Ihh,, pede banget sih lo kak” kata Ify dan mencubit perut Rio
“Aw, sakit fy. Iya, iya ampun. Becanda..” kata Rio yang berlari menghindar dari Ify. Mereka berdua pun duduk di pinggir lapangan
“Haduh, capee..”
“Lo sih kak, godain gue terus”
“Iya, iya..maaf. Eh gue ada sesuatu nih buat lo.” Ujar Rio dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya “Happy birthday” ucap Rio sambil memberikan setoples kecil permen, yang dihias toplesnya
“Hah? Gue aja nggak ingat sama ultah gue. Makasih ya kak. Ini cantik banget.” Ujar Ify sambil menerima toples itu. “Ini permen?”tanya  Ify memastikan
“Iya.”
“Cuma permen?”
“Kenapa? Ada masalah?” tanya Rio dengan wajah BT
“Eh, nggak kok. Makasih ya” ucap Ify tulus
“Lo nggak boleh ngasih permen ini buat siapa2. Lo harus makan semuanya sendiri.”
“Iya, tapi sayang nih kalau dimakan. Cantik banget sih.”
“Terserah lo. Ya udah jalan yuk. Pulang. Udah mau malam juga.” Ajak Rio. Ia pun menyandang tasnya dan berjalan
“Eh ka Rio tunggu..”
BRUG....
“Aww...” Ify terjatuh. Tapi Rio nggak dengar. “Yah, permennya berhamburan deh. Untung nih toples dari platik.” Ucap Ify dan mulai mengisi permen itu ke dalam toplesnya satu2. ‘Kok, permen yang ini aneh ya?’ batin Ify sambil memegang dan menerawangnya. Ia pun membuka bungkusan perman itu *bungkusan permennya bukan kayak bungkusan permen mentos, tapi kayak sugus gitu. Kayak permen foxs. Tau kan? Mudah2an sih tau*
Tling..tling..ada benda yang terjatuh dari dalam bungkusan permen itu
‘Happy birthday. I love you..’ Ify membaca sepenggal kalimat yang tertulis di bungkusan permen itu. Ia pun mengambil benda yang jatuh itu
“Ka Rio...” panggil Ify. Rio yang emang udah agak jauh jalannya pun membalikkan tubuhnya
“Bagus banget. Makasih ya..” ucap Ify sambil menunjukkan cincin yang telah terpasang manis di jarinya. Rio hanya tersenyum dan menggandeng tangan Ify ke tempat motornya terparkir.

The End...

1 komentar: