Sabtu, 16 Oktober 2010

Always have a choice - part 1

Cerita ini hanya fiktif belaka..Jika terjadi kesamaan nama, cerita, maupun tempat, merupakan unsur yang tidak disengaja...*minjem nama anak2 ICIL*


                “Gimana nih jalan keluarnya? Kita nggak mungkin biarin posisi keyboard kita kosong, gara2 Debo pindah mendadak!” ujar cowok berkulit putih dan berambut harajuku itu.
                “Mana 1 bulan lagi kita ada pentas.” Kali ini ucap cowok kecil, imut yang berambut gondrong
                “Gimana kalo kita buka seleksi?”
                “Gila lo yel! Lo kira gampang apa, ngebangun persatuan dalam waktu 1 bulan.”
                “Kita coba aja. Nggak ada salahnya kan kita mencoba?” tanya cowok yang memberikan usul tadi. “Gimana ketua?” ucap cowok yang merupakan vokalis, bernama Gabriel.
                “Hmm, gue rasa, yang diomongin Iel itu oke juga. ”
                “Yah, elo mah gitu vin. Ya udah deh, gue terserah aja deh.” Ucap cowok berkulit hitam manis dan diikuti anggukan teman2nya yang lain.

****************************

SELEKSI KEYBOARDIST untuk LIEBLINGS
Pukul 14.00 – selesai
Di Aula

                Pengumuman singkat yang dipasang oleh sang ketua yang merupakan gitaris LIEBLINGS (nama band), cukup menghebohkan satu sekolah. Cukup membuat cewek-cewek pada teriak-teriak histeris dan bersiap ikut audisi. Banyak yang ikut. Dari yang Cuma bisa main dikit aja sampai yang nggak tau main sama sekali, semuanya daftar, terkhususnya cewek. Gimana nggak? Kepopuleran Lieblings bahkan bisa menyaingi kepopuleran Ungu dan lainnya. Bukan hanya karena suara mereka, dan kemampuan mereka yang luar biasa di dunia musik. Tapi juga yang merupakan anggota lieblings adalah siswa2 terpintar di sekolah, dan wajah yang luar biasa keren.
                Seleksi baru saja selesai. Tampak wajah2 kecewa dari yang mendaftar maupun yang menilai.
                “Gila. Debo emang nggak bisa tergantikan. Nggak ada yang bisa maen tau nggak sih?” tanya cowok kulit hitam yang nampaknya sudah emosi
                “Hh..cewek2 yang paling banyak daftar, dan itu cuma buat ngelihat tampang2 kita.” rengut cowok imut itu
                “Kalau kayak gini, terpaksa, kita akan ngebiarin posisi keyboardist kita kosong. Dan untuk pentas bulan depan, kita tampil apa adanya.” Ujar sang ketua “Thank’s guys buat kerja samanya hari ini. Kita pulang aja. Udah sore.” Putus sang ketua yang disetujui lainnya. Semuanya pun langsung pulang ke rumah masing2.
                “Yo, lo nggak pulang?”
                “Bentar lagi. Males gue pulang ke rumah” sang ketua pun hanya mendesah mendengar alasan yang diberikan temannya itu. Ia sudah cukup tau tabiat temannya satu itu
                “Ya udah kalo gitu, gue pulang duluan ya. Jangan lupa kunci ruangan. Bye.” Ketua pun berlalu. Cowok hitam manis itu hanya bisa memainkan gitarnya dalam kesunyian sore itu.
                Tok..tok..tok..
                ‘mampus. Gue tau sih, sekolah ini agak angker. Tapi ini belum malem banget, kenapa udah muncul hantu sih?’ batin cowok itu dan mulai merinding
                Tok..tok..tok
                ‘Yo, ayoo, lo nggak penakut.’ Cowok itu pun membuka pintu.
                “Maaf ka, audisinya udah selesai ya?”
                ‘buseet nih cewek cantik banget. Tapi nampaknya dia tomboy gitu’
                “Ka?”
                “Eh..iya. ada apa?”
                “Audisinya udah selesai ya kak?”
                “Iya. Udah telat.”
                “Kak, pleaseee izinin gue audisi sekarang ka.” pinta si gadis itu
                “Maaf, lieblings selalu tepat waktu. Kalo audisi aja udah terlambat, gimana nantinya? Misi, gue mau pulang.” Ujar cowok itu mendorong sedikit tubuh gadis itu, dan mengunci pintu ruangan
                “Tapi kaa...”
               

                @keesokan harinya
                Sang ketua lieblings berjalan ke arah ruang khusus mereka buat latihan band. Ruangan itu terletak paling ujung, agar kelas2 lainnya tidak merasa terganggu. Terdengar alunan piano dari dalam kelas musik. Alunan merdu namun menyayat hati. Begitu tersampaikan lewat permainan piano itu.  Sang ketua pun memasuki kelas musik. Ia melihat seorang gadis memainkan piano dengan ahlinya.
                PLOK...PLOK..PLOK...
                Gadis itu berbalik dan cukup terkejut melihat sang ketua lieblings bertepuk tangan untuk dirinya
                “Ayo ikut gue..”

                @ruang band
                “Guys, gue nemuin keyboardist yang pas buat kita. ayo masuk” ucap ketua dan mempersilahkan gadis itu masuk
                “Elo?? Ngapain di sini?”
                “Lo kenal yo?”
                “Kemarin dia mohon2 ke gue buat audisi mendadak, tapi nggak gue terima.”     
                “Kalo gitu, lo harus dengerin dia main 1 lagu.” Ucap ketua “terserah lo mau main lagu apa aja. Tapi lagu yang up-beat.” Gadis itu mengangguk dan mulai memainkan keyboard yang ada di hadapannya.
                “Gimana?” tanya ketua tersenyum penuh kemenangan ketika gadis itu selesai memainkan keyboard
                “Terima!”
                “Terima!”
                “Terima”
                “Yo?? Kok diem? Gimana? Stuju dia masuk ke lieblings?”
                “Hhh,, stuju.”
                “Okay kalo gitu. Gue mau memperkenalkan kita yang ada di sini. Mungkin lo udah kenal, tapi sekedar mengingatkan saja. Yang berambut gondrong dan imut2 itu, namanya ray. Dia drummer Lieblings, kelas XI IPS 1. Terus yang berambut harajuku di sana, namanya Cakka. Dia basist kita, sekelas sama Ray. ” Cakka hanya memamerkan senyum manisnya.
                “Yang duduk di pojok sana, yang lo ketemu kemarin, namanya Rio, gitarist di Lieblings. Kelas XI IPA 1. Sedangkan yang ini, Gabriel. Tapi lo bisa panggil Iel aja. Dia vokalist band kita, kelas XII IPA 1 sekelas sama gue. Dan nama gue, Alvin. Gue gitarist juga. Mungkin lo heran dengan kelas kita yang beda ataupun jenjang yang berbeda, tapi supaya lo tau aja, nggak ada senioritas di sini. Karena kita semua kayak keluarga yang saling menyayangi. Kayak nama band kita. Lieblings! Ada yang mau ditanyain?” tanya Alvin ramah
                “Nggak kok”
                “Oh ya, Alvin udah ngenalin kita semua. Kayaknya nggak afdol kalo lo nggak memperkenalkan diri” ujar Ray
                “Nama gue Alyssa Saufika Umari.  Panggil aja Ify. Gue kelas X-1”
                “Welcome to Lieblings band, Ifffy.....” ucap semuanya menyambut Ify sang keybordist mereka dengan ramah. Kecuali 1, Rio sama sekali nggak senyum, dan hanya memandang Ify dingin.

Keesokan harinya
                Ify melangkahkan kakinya sambil bersenandung kecil. Senyum tetap terukir di wajahnya. Membuat wajahnya itu begitu bersinar. Kesenangannya karena ia bisa mendapatkan kakak cowok yang menurutnya cukup menyenangkan. Ify memang anak tunggal. Ia tinggal berdua hanya dengan ibunya. Namun, ibunya juga cukup sibuk di luar sana. Sehingga sering kali Ify merasa kesepian.
                Senyum Ify pun harus memudar, ketika melihat pandangan sinis dari siswi2 di sekolahnya. Ia Memerhatikan pakaiannya sekali lagi, siapa tau ada yang aneh. Tapi tak ada 1 pun yang salah dengan pakaiannya.
                “Via....Shillllaaaa....” teriak Ify ketika memasuki kelasnya
                “Ada apa sih fy?” tanya Via
                “Pada tau nggak , kenapa sih anak2 pada ngeliatin gue sinis kayak begitu?”
                “Apa itu masih harus dipertanyakan fy?” tanya Shilla balik tanpa menjawab pertanyaan Ify. Ify hanya mengangguk tak mengerti
                “Itu karena lo diterima jadi keyboardist lieblings. Lo tau sendiri kan, gimana populernya Lieblings di sekolah ini? Lo tau kan, personil lieblings yang cakep2? Makanya itu, mereka semua nggak terima ketika tau lo yang jadi keyboardistnya. Anak kelas 1, cewek lagi.” Jelas Shilla panjang lebar
                “Tapi tenang aja fy, mereka Cuma iri doank kok sama lo. Palingan juga beberapa minggu lagi, mereka udah biasa aja.” Sahut via. Ify hanya tersenyum. Sayangnya percakapan mereka bertiga harus terpotong dengan masuknya Ibu Winda

                @kantin
                Ify, Via dan Shilla segera masuk ke kantin, mecari tempat duduk. Namun sayang, kantin sudah cukup penuh
                “Ify!!” panggil seseorang
                “Hai kak!”
                “Nyari tempat kosong ya? Gabung sama kita aja.” Ujar Alvin yang tadi memanggilnya
                “Hmm, ok deh kalo gitu.” Ify, Via, Shilla pun bergabung dengan anggota lieblings yang lainnya. “EH, semuanya kenalin ini Via sama Shilla teman gue dari SMP.”
                “Gue, Ray cowok paling imut di lieblings.” Jawab Ray yang langsung mendapat toyoran gratis dari teman2nya.
                “Gue Cakka, yang paling ganteng”
                “Gue Iel.”
                “Tumben yel, lo nggak narsis?”tanya Rio melihat sikap aneh dari sahabatnya
                “Gue nggak usah bilang juga, mereka udah tau. Kelihatan banget gitu di wajah gue. Hahaha..”
                “Dasar! Gue Rio, cowok paling keren, dan cakep di sini. Tapi banyak yang nggak mau ngakuin gue cakep.heheh...” Ify speechless ngeliat sikap Rio yang benar2 berbeda dengan kemarin. Rio nggak sedingin kemarin.
“Gue Alvin”
Obrolan ngalur ngidul pun tercipta di antara mereka. Canda tawa pun menghiasi jam istirahat mereka. Namun, begitu banyak tatapan sinis dan iri terhadap Ify dan lainnya yang bisa begitu akrab dengan lieblings.
“Eh, istirahat udah abis nih. Balik ke kelas yuk.” Ajak Rio
“Iya, iya. EH fy, jangan lupa ntar pulang sekolah latihan ya, on time.” Ucap Iel mengingatkan
“Siiiip...”

@pulang sekolah
Ify berlari-lari ke ruang tempat mereka latihan. Dia terlambat. Ify membuka pintu ruang band perlahan.
                JREEEEENG!!!
Ify sontak kaget dengan sambutan dari Rio yang langsung memainkan gitarnya dengan volume cukup tinggi.
“Lo ke mana aja sih? Tau kan, kita tuh nggak pernah terlambat kalo latihan. Dari awal gue emang nggak suka lo masuk sini. Karena gue tau lo bakal kayak gini. Nggak pernah bisa tepat waktu. Seingat gue, Iel tadi udah bilang kalo harus on time. Lo lupa atau lo nggak denger hah? Kalo 15 menit, kita masih bisa toleransi, tapi ini udah hampir sejam fy. DAN LO MASIH BARU DI SINI. LO UDAH SEENAKNYA AJA, DATANG TELAT ” bentak Rio emosi
“Udah yo, tenang dulu” sahut Ray
“GUE NGGAK BISA TENANG. DIA BARU PERTAMA KALI LATIHAN SAMA KITA AJA UDAH KAYAK BEGINI, GIMANA NANTINYA?”
“Kenapa bisa telat fy?” tnaya Alvin lembut
“Itu ka, tadi harus ngerjain laporan kelompok dulu bareng teman2, soalnya jam 4 udah harus dikumpulin kak.”
“Ciih..bisanya alasan aja” balas Rio dengan sinis
“Ya udah kalo gitu, kali ini kita maafin. Lain kali jangan kayak gitu lagi ya.” Ucap Alvin
“Makasih ka. Maaf juga ka.” Rio tak menyahutnya. Sikap dingin tetap ditunjukkan oleh Rio. Latihan merekapun dimulai. Berjalan cukup lancar. Untungnya Ify sudah cukup ahli di bagian keyboardist. Jadi dia dengan mudahnya menyesuaikan diri dengan chord maupun lagu-lagu lieblings.
“Gue rasa, cukup sampai di sini latihan kita. Thank’s semua buat kerjasamanya.” Ucap Alvin menutup latihan mereka
“Gue duluan!” sahut Rio dan langsung meninggalkan studio
“Ka Iel, Ka cakka, Ka Ray, ka Alvin, maafin gue ya. Gue benar2 nggak maksud buat telat kok. Gue juga nggak mau telat, tapi tadi benar2 dadakan tugasnya. Gue nggak enak kalo ngebiarin via sama Shilla ngerjain sendiri. Maafin gue ya kak..” ucap Ify tulus dari dalam hatinya
“Nggak apa2 kok fy!” ucap Iel sambil tersenyum dan diikuti anggukan kepala dari yang lainnya “EH fy, pulang sendiri?” tanya Iel
 “Iya nih ka.”
                “Rumah lo di mana fy?”
                “Di kompeks cempaka 3”
                “Gue anterin aja fy. Kalau ke rumah gue, pasti lewat kompleks cempaka dulu.”
                “Tapi apa nggak ngerepotin kak?”
                “Nggak kok.”
“Ehem..ehem..aduh jadi batuk nih.” goda Cakka
“Minum baygon rasa strawberry cakk”
“Waah parah banget tuh Cak, masa iya si Iel nyuruh lo bunuh diri.” Ucap Ray memanas-manaskan kondisi
“Gitu deh sama teman lama.” Sahut Cakka
“Ah rese lo berdua. Nggak bisa liat teman seneng apa? ”
“Hahaha..iya deh, senang kok kita” ucap Alvin
“Ya udah gue sama Ify jalan dulu ya...bye...”
“Daaa...mpe jumpa besok”

 Iel dan Ify pun berjalan ke arah parkiran.
“Hmm..ka, ada yang mau gue tanyain?”
“Tanya aja. Kenapa fy?”
“Ka Rio kok kayaknya benci banget ya sama gue?”
“Perasaan lo aja fy.”
“Bener deh kak. Tadi waktu di kantin tuh, dia baik banget sama Via &Shilla..”
“Dia Cuma nggak suka yang telat aja dalam waktu. Udah nggak usah dipikirin” sahut Iel dan mengacak rambut Ify lembut “Yuk, naik.” Ify pun mengangguk dan langsung naik di motor IEl
                ‘Gue juga ngerasa aneh fy, sama RIo’batin Iel
>>>>>>>>>>>>>>
Sementara itu,
                Rio berjalan dengan gontai. Dasi sekolahnya tak terikat rapi, bajunya juga berantakan. Sesampainya di rumah, ia langsung masuk ke kamar. Karena ia tau, pasti papanya belum pulang dan mungkin nggak akan pulang sampai besok. Papanya memang bussines man yang sangat sibuk. Mamanya, juga pasti tak ada karena menemani papanya. Tinggalah Rio sendiri di rumah yang besar hanya dengan Bi Ijah, pembantu yang mengurusnya dari kecil. Rasanya, ia tak pernah ingin pulang ke rumah, kalau keadaannya tetap seperti ini. Rio melempar tasnya begitu saja, dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
                ‘Alyssa Saufika Umari, aren’t you?’ batin Rio. ‘bisakah gue menyangkal dan menepis bayangan buruk yang dulu? Gimana seharusnya sikap gue ke lo? Apa gue salah, dengan marah2 dan sikap dingin gue ke lo? Gue Cuma mau jaga jarak aja fy. Gue nggak mau ingat  fy. Kenangan yang cukup pahit buat gue. Kenangan yang mungkin nggak pernah lo inget fy. Aaargh...Ify, kenapa lo harus muncul di hadapan gue sekarang? Gue sayang sama lo fy. Tapi, lo nggak boleh tau apapun. Cukup gue yang ingat semua kenangan pahit itu. Maaf fy, gue nggak punya pilihan lain.’ Rio pun langsung memejamkan matanya.
>>>>>>>>>>>>>>>
                “Makasih ya ka, udah nganterin gue pulang.”
                “Iya sama2 fy”
                “Mau mampir dulu nggak kak?”
                “Lain kali aja deh fy. Gue pulang ya fy”
                “Hati2 ya ka.” iel pun menstarter motornya dan melaju kencang meninggalkan Ify yang masih berada di depan rumahnya. Ify masuk ke rumahnya dan langsung ke kamarnya yang bercat biru muda. Ify mengganti pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Setelah selesai semuanya, Ify membuat secangkir susu cokelat panas dan duduk di balkon kamarnya. Sambil menghirup aroma susu cokelatnya, ia menatap bintang.
                ‘Ka Rio..Kok lo marah2 sih sama gue? Apa salah gue? Apa karena keterlambatan gue tadi? Padahal gue pengen lebih dekat sama lo.’ Batin Ify. Ify pun mengambil HP-nya
                To : Ka Rio ‘Lieblings’
                Ka, gue minta maaf soal yang tadi. Gue benar2 nggak maksud

                To : Ka Iel ‘Lieblings’
                Udah nyampe di rumah kan ka?
                From : Ka Iel ‘Lieblings’
                Udah fy.^^ khawatir banget sama gue..heheh
                To : Ka Iel ‘Lieblings’
                Ya iyalah ka. Kalo kakak kenapa-napa, bisa dipenggal hidup2 gue sama ka Rio
                From : Ka Iel ‘Lieblings’
                Hahahah...yaaah, kok ngomongin Rio sih fy. Gue jealous nih..*kidding
                To : Ka Iel ‘Lieblings’
                Ckckck...Ka Iel ada2 aja deh. Kalo gue salah satu fans-nya kakak, udah klepek2 gue. Hahaha... Udah ah kak. Gue mau tidur dulu. Nite,.
                From : Ka Iel ‘Lieblings’
                Nite too..^^

                Ify meletakkan gelas kosong di atas meja belajarnya dan ia pun merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Senyum manis terukir di sudut bibirnya. Rasa yang tiba2 menyeruak begitu saja. Rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ify pun memejamkan matanya.


                @pulang sekolah keesokan harinya
                BRUG...
                “Aw...” rintih Ify kesakitan karena jatuh ditabrak oleh segerombolan siswi kelas 12.
                “Kenapa? Mau protes lo? Makanya jangan kegenitan donk jadi cewek. Lo ngapain sih gabung sama Lieblings? Bikin illfell tau nggak sih”
                “Ih, kakak2 ini apa2an sih. Bilang aja iri sama Ify karena diterima di Lieblings” sahut Via yan tidak terima temannya diperlakukan begitu saja.
                “Eh, dasar. Berani sama gue?” kata seniornya itu dan mengangkat tangan kanan hendak menampar Via. Via memejamkan matanya, berharap dengan demikian rasanya tidak akan lebih sakit. Namun, Via benar2 tidak merasakan apa2. Via mencoba membuka matanya perlahan. Ia terperangah karena ada sosok laki2 yang berdiri melindunginya.
                “Gue ingatin buat kalian, jangan pernah sekali-kali nyentuh Ify sama teman2nya. Sampai gue tau, awas aja kalian” cewek2 itupun pergi meninggalkan Ify, Via dan Alvin
                “Makasih ya kak.” Ucap Via
                “Iya sama2 vi. Lo nggak apa2?” tanya Alvin
                “Nggak apa2 kok ka.”
                “Ehem...kayaknya gue yang kenapa-napa deh.” Sahut Ify dan berdiri
                “Eh, fy. Lo nggak apa2 kan?”
                “Siiiip...nggak apa2 kok kak. Gue sadar, gue bakal dapat banyak teror gara2 gue diterima di lieblings”
                “Tenang aja fy. Kalo ada apa2 lapor aja ke kita.” ucap Alvin dan mengacak rambut Ify “Gue duluan ya. Ada yang harus gue selesaiin dulu. Bye..”
                “Ka Alvin tuh kayak superhero ya..”
                “Ciiiiee,,, via....suka nih ye sama ka Alvin...suit..suit...” goda Ify
                “Ih, Ify apaan sih. Nggak lucu tau. Udah ah..Gue jalan duluan ya. Daaaa Ipppyy...”
                “Ifffy....” teriak Ify karena Via sudah berlari meninggalkannya.

                Ify berjalan ke rumahnya. Rumah dan sekolahnya itu memang tak jauh untuk ukuran jakarta. Namun, baginya tetap saja jauh, karena cukup menghabiskan tenaganya.
“Hai cantik, sendiri aja, abang temenin ya..” kata salah seorang preman yang wajahnya paling menyeramkan. Ify terkejut. Ia tidak memperhatikan kalau tak jauh darinya terdapat preman2 yang wajahnya cukup bringas. Ify pun mempercepat langkahnya. Ia menengok kiri dan kanan, tapi tak ada taksi satupun yang lewat. Ify udah takut setengah mati, kalo bisa ia juga mau menangis saat itu, tapi ia menahan tangisannya supaya terlihat kuat di depan preman2 itu.
                “Belagu amat sih jadi cewek” kata preman satunya lagi, sambil memegang tanga Ify
                “Lepasin” kata Ify yang tambah ciut
                “Kalo gue nggak mau, gimana?”
                “Gue bakalan teriak”
                “Hahahaha...teriak aja neng. Palingan juga nggak ada yang datang, sepi begini kok. Udah ikut aja.” Kata preman itu sambil menarik lengan Ify, Ify udah meronta-ronta. Tapi tetap nggak bisa lepas
BUUUG. Tiba2 ada yang memukul preman itu
“Lo beraninya jangan Cuma sama cewek.”
“Sialan lo. Emang lo siapanya dia? Emaknya? Hahaha..”
                BUUUG. Preman2 itupun mendapatkan bogem mentah lagi dari Rio
                “Gue cowoknya. Kalo berani ayo lawan gue”
                BUUUG. Preman itu membalas dan tepat mengenai pipi Rio. Rio segera membalas dengan tendangan di perut. Setelah terjadi pertarungan yang begitu sengit, akhirnya preman2 itu pun lari
                “Makasih ya kak” kata Ify, wajahnya masih pucat karena nggak percaya sama apa yang baru ia alami
                “Lo nggak apa2?” tanya Rio memastikan
                “Iya nggak apa2 kak.”
                “Lo kalo jalan hati2 donk. Kalo nggak bisa jalan kaki ya naik angkot kek, taksi kek, tapi jangan narik perhatian preman2 sekitar sini. Lo tau nggak sih kalo daerah sini tuh berbahaya? Untung aja gue lewat, kalo nggak gue nggak tau apa yang bakal terjadi sama lo.” Bentak Rio
                “I..iya kak. Maaf..”
                “Lo bisanya Cuma minta maaf doank, bisa nggak sih lo ubah sikap lo itu. Jangan jadi anak manja!” sahut Rio yang tetap terdengar kasar di telinga Ify. Ify hanya bisa menunduk tak mampu melihat sorot mata Rio yang tajam. Namun Rio sendiri tak berani melihat mata Ify. Takut terpernagkap dengan masa lalunya “Ayo gue anterin pulang.” Sahut Rio dan menstarter motornya. Sepanjang jalan, mereka hanya bisa diam. Ify tak berani mengeluarkan kata2. Sedangkan Rio sendiri, mencoba menahan perasaannya dan semua kenangan yang coba ia buang.

                “Makasih ka, buat semuanya. Masuk dulu kak, biar gue obatin dulu”
                “nggak usah.” Sahut Rio dingin dan pergi meninggalkan Ify yang ngedumel.
                “Ih ka Rio tuh dingin banget sih sama gue? Emang salah gue sama dia apa sih? Kok kayaknya nggak termaafkan gitu.Tapiiii....kok dia bisa tau ya rumah gue di sini? Seingat gue, dia nggak nanya apa2 dan gue nggak bilang alamat rumah gue?” Ify pun mengerutkan keningnya mencoba berpikir  “Auk ah. BT gue mikirin ka Rio.” Lanjut Ify
               
Bersambuuuunggg.....
gimana kelanjutannya??

1 komentar:

  1. wah keren aku tunggu yha part selanjutnya dan selanjutnya dn selanjutnya

    BalasHapus