Senin, 11 Juli 2011

(Bukan) pacar kontrakkan - cerpen

                Ketika sang surya begitu semangat untuk memancarkan cahaya, seorang gadis malah duduk bersama dua orang sahabatnya, menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dan ekspresi yang menunjukkan bahwa ia sedang tidak semangat, dan sedang tidak baik2 saja saat ini.
                “Gue harus kayak gimana vi, Shill? Bahkan kakak gue aja sangat mendukung gue dengan ka excel. Oh tidak, gue rasa hidup gue akan berakhir” ucap gadis itu sambil mengacak rambutnya.
                “Lo pacaran aja sama ka Excel”
                “Wah, lo gila Shill. Ka excel tuh seumuran kakak gue, dan itu artinya dia lebih tua 10 tahun dari gue. Ntar dikirain gue pacaran sama om-om”
                “Cinta kan nggak kenal usia”
                “Nggak kenal usia, nenek lo seorang pelaut. Gue sih tetap ngeliat usia. Karena semakin jauh rentang usia lo, semakin sulit nyatuin pandangan lo.”
                “Aha, pacar pura2. Hmm, maksud gue lo pacaran dengan cowok yang lo kenal Cuma 1 bulan aja, selama liburan. Jadi si ka excel itu nggak bisa deketin lo. Mungkin lebih tepat dibilang pacar kontrakan”
                “Vi, gue rasa lo kebanyakan nonton sinetron deh” ucap gadis itu menatap sahabatnya dengan tampang tak percaya
                “Eh, tapi kata si Via ada benernya juga. Yah, lo juga nggak rugi lah ify.” Gadis yang dipanggil Ify itu pun hanya bisa melengos
                “Ya udah deh. Terserah lo pada. Tapi gue mau, cowoknya harus cakep, lebih tinggi dari gue, dan yang paling penting harus bisa main alat musik, supaya bisa nandingin ka Excel.”
                “Gimana kalo Iel?” tanya Via. Shilla dan Ify pun memandang ke arah Iel, salah satu sahabat mereka. Cowok tinggi berkulit putih dengan wajah oriental, dan memiliki senyuman manis.
                “Hmm, ka Winda udah kenal sama Iel. Kalo gue bilang kita berdua pacaran, pasti dia nggak percaya. Nggak deh”
                “Alvin?” tanya Shilla kali ini. Via dan Ify pun memandang Alvin yang nampaknya sedang asyik bercerita dengan septian, teman tempat duduknya. Cowok berkulit putih, bermata sipit, yang membuat wajahnya seperti orang korea.
                ”Oke sih, tapi dia nggak bisa main alat musik. Lagian nih ya, dia tuh terlalu polos. Ntar kalo ditanyain macam2 sama ka Winda, bisa ancur gue. Nggak juga deh”
                “Ray” usul Shilla membuat Ify langsung memutar kedua bola matanya
                “Ya ampun Shilla, gue kan udah bilang, nyarinya tuh yang lebih tinggi dari gue, supaya bisa nandingin ka Excel. Secara ka Excel itu kan lebih pendek dikit dari gue”
                “Rio” usul Via. Bukan hanya Ify yang kaget, tapi Shilla pun juga ikutan kaget. Tak menyangka bahwa sahabat mereka yang satu ini, memberi saran yang selalu di luar pikiran mereka. Ify memandang Rio, cowok yang tadi baru saja disebutkan Via. Cowok berkulit cokelat, namun memiliki senyum yang manis membuat banyak gadis suka padanya.
                “Tapi vi, lo tau kan dia musuh gue?” tanya Ify memastikan, takut Via mengalami lupa ingatan
                “Tau kok fy. Tapi nggak ada salahnya kan dicoba. Lagian apa sih kurangnya Rio?”
                “Iya fy, daripada lo nggak ada cowok.” Ucap Shilla mulai menyetujui Via
                “Oke. Tapi kalau misalnya dia nggak mau, gue nggak bakal minta untuk yang kedua kalinya” ucap Ify dan langsung menghampiri Rio. Sebenarnya pertengkaran mereka pun dimulai hanya karena Rio yang tak sengaja menabrak Ify, dan ia tak ingin minta maaf. Hanya itu! Namun, kejadian itu juga yang membuat mereka selalu saja bertengkar jika bertemu, dan selalu ingin menunjukkan yang terbaik di depan guru atau di mana saja. Sehari tanpa pertengkaran mereka, rasanya ada yang kurang. Seperti sayur tanpa garam
                “yo” panggil Ify. Rio tetap saja fokus dengan bukunya dan tidak memperhatikan Ify
                “Riiiooooooooooooooo” teriak Ify membuat seisi kelas langsung menatap padanya,  tapi sedetik kemudian sibuk dengan aktivitas mereka lagi.
                “Apa sih, teriak2. Lo kira ini di hutan?” bales Rio tak segan2.
                “Gue mau minta tolong” ucap Ify to the point. Ia tidak ingin melanjutkan perdebatan mereka. Rio malah menatap Ify dari ujung kepala sampai ujung kaki, karena ia merasa ada yang salah dengan gadis di hadapannya ini. Musuhnya minta tolong? Nggak salah? Apa nggak ada orang lagi di dunia ini?
                “Sama gue?”
                “Iyalah, kalo nggak juga ngapain gue di sini” ucap Ify mulai jutek. Rio pun hanya meng’o’kan mulutnya
                “apaan?”
                “Gue mau lo jadi pacar kontrakan” bisik Ify
                “HAH? PACAR KONTRAKAN?” teriak Rio kali ini membuat seisi kelas kembali menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan “GUE BILANG RUMAH KONTRAKAN. KALIAN JANGAN MIKIR YANG ANEH2” ucap Rio lagi.
                “Iya.”
                “Emang apa untungnya buat gue?”
                “Lo mau apa aja gue kasih. Permintaan lo selama 1 hari full sebelum perjanjian kita berakhir, bakal gue penuhin semuanya. Tapi jangan yang aneh2” Rio pun manggut2 mendengar penuturan Ify “Mau nggak?” tanya Ify mulai nggak sabaran
                “Oke” jawab Rio singkat membuat Ify melongo. Nggak salah? Semudah ini? “Tapi gue ada beberapa pertanyaan yang harus lo jawab. Gampang kok, Cuma sekitar tugas gue ke lo aja.”
                “Oke. Pulang sekolah ketemu di kantin” ucap Ify kemudian pergi

                ********
                “Apa aja yang mau lo tanyain ke gue?” tanya Ify pada Rio, ketika mereka sudah berada di kantin
                “Kenapa gue yang jadi korbannya, dan kenapa lo harus ngelakuin ini semua?”
                “Kenapa lo, karena menurut gue lo yang paling cocok. Lo tinggi, lo bisa main alat musik, dan harus gue akui lo cakep” ucap Ify walaupun agak berat, membuat Rio tersenyum simpul “Kenapa gue ngelakuin ini, karena temen kakak gue yang usianya 10 tahun dari gue suka sama gue. Dan dia bakal ngelakuin apa aja supaya gue jadi miliknya. Gue ngelakuin ini, kali aja dia bisa nyadar, terus berhenti ngejar2 gue dengan caranya yang annoying banget.” Jawab Ify jujur
                “Berapa lama gue jadi pacar bohongan lo?”
                “Hmm, selama liburan. Kira2 1 bulanan”
                “Tugas gue?”
                “Yang perlu lo lakuin Cuma jalan sama gue, kalau ada orangnya. Biasanya sih dia bakal datang ke rumah gue sore. Nah, jadi lo perlu datang ke rumah gue setiap sore. Jangan lupa smsin gue. Lo cukup bermanis-manis aja sama gue, kayak lo sama pacar lo lah. Oh ya, jangan lupa ngomong aku-kamu kalo ada orang lain selain kita”
                “Ada yang perlu gue tau tentang lo?” Ify pun mengangguk kemudian mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya.
                “Nih. Gue udah tulis semua tentang gue, apa yang gue suka atau nggak, semuanya ada di situ. Tadi udah gue tulis selama pelajaran pak Jonny. Lo baca aja di rumah.”
                “Dan permintaan gue?”
                “2 hari sebelum perjanjian ini selesai, lo boleh minta apa aja dari gue, tapi inget jangan yang aneh2, selama 24 jam.”
                “Kapan dimulai?”
                “Besok sore. Ada lagi?” Rio pun hanya menggeleng. Ify berjalan meninggalkan Rio, tapi baru beberapa langkah, ia berhenti kemudian berbalik menatap Rio “Gue ada 1 pertanyaan buat lo. Kenapa lo mau ngelakuin ini buat gue? Bukannya kita musuh selama ini?”
                “Perjanjiannya Cuma boleh gue yang nanya, jadi gue nggak bisa jawab pertanyaan lo” ucap Rio dingin membuat Ify melengos
                “Terserah lo deh. Btw, makasih ya buat bantuannya” ucap Ify sambil tersenyum tulus, kemudian ia benar2 pergi dari kantin membiarkan Rio yang masih saja mematung di sana.
                ******
                “Selamat sore, Ify-nya ada?” tanya seorang cowok yang berdiri di depan pintu rumah Ify.
                “Hmm, temannya ya?”
                “Bukan, pacarnya. Kakak pasti ka Winda”
                “Kamu tau dari mana?”
                “Ify sering cerita kalau dia punya kakak yang baik, tapi dia lupa cerita kalau kakaknya juga cantik”
                “Kamu bisa aja. Masuk dulu, biar kakak panggil Ify”

                Ify yang kamarnya berada di lantai 2 pun segera turun menghampiri sosok cowok yang ternyata Rio
                “Hei yo”
                “Hei. Kamu lagi tidur ya? Maaf aku ganggu” ucap Rio manis membuat Ify menahan senyumnya dan menahan agar ia tidak memaki-maki cowok di depannya ini karena bersikap terlalu manis
                “Nggak apa2. Aku aja yang lupa. Oh ya kenalin ini ka Winda, kakakku. Ka winda ini Rio pacar Ify” Winda dan Rio pun bersalaman “Ka, aku ke teras belakang ya”
                “Fy kamu hutang cerita loh sama kakak” ucap ka Winda membuat Ify tersenyum tipis

                @teras belakang
                “Lo mah manis banget, buat gue mau muntah yo”
                “lo kan yang minta supaya gue bermanis-manis sama lo”
                “Tapi nggak gitu juga kali” jawab Ify namun langsung menyenderkan kepalanya pada pundak Rio
                “Lo kenapa?” tanya Rio bingung
                “Itu ada orangnya lagi ngelihat ke sini” bisik Ify membuat Rio akhirnya mengalungkan sebelah tangannya pada pundak Ify kemudian tertawa bersama. Tawa yang sebenarnya hanya dibuat-buat supaya mereka berdua terlihat begitu romantis
                “Ehm”
                “Eh ka excel” ucap Ify pura-pura kaget ada Excel dan menjauhkan tubuhnya dari Rio
                “Itu siapa fy?”
                “Oh kenalin, ini pacar aku ka, namanya Rio” ucap Ify memasang wajah tak berdosa
                “Rio” ucap rio sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman
                “Excel” jawab excel tanpa membalas sodoran tangan Rio. Ia pun langsung meninggalkan Ify dan Rio yang sedari tadi menahan tawa mereka.
                “Oh itu orangnya.”
                “Jadi? Apa pendapat lo?”
                “Masih gantengan gue. Tapi tergantung selera lo sih, kalo lo lebih suka yang kayak ‘om-om’, gue nggak termasuk ganteng” ucap Rio sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah kedua tangannya, membuat tanda petik pada kata om-om
                “Ih,, kalo gue suka tipe kayak gitu juga, gue nggak bakal minta tolong lo. Minta tolong sama musuh bebuyutan gue”
                “Terus kenapa lo milih gue?”
                “Karna nggak ada orang lain. Udah ah. Jangan berantem, ntar kedengaran sama ka Winda & ka excel” ucap Ify membuat ia dan Rio kembali terdiam. Ada yang aneh memang. Tak biasanya mereka seperti ini. Setidaknya mereka lebih akur daripada biasanya
                “Fy, makan malam dulu. Ajak Rio juga” ucap ka Winda dari dalam
                “Iya ka..Yuk yo” ajak Ify dengan refleks menarik tangan Rio. Rio malah menghentikan langkahnya. “Kenapa berhenti sih yo?” tanya Ify. Rio hanya menatap ke arah tangannya yang sedang digenggam erat oleh Ify. Ify pun mengikuti arah pandangan Rio
                “Eh, maaf gue..” Ify hendak melepaskan genggamannya, namun Rio malah membalas genggaman itu
                “Nggak apa2. Yuk masuk” ucap Rio dan menarik Ify masuk ke rumah. Entah bagaimana, senyum tercipta di wajahnya.

                @ruang makan
                “Yo, nasinya cukup segini?” tanya Ify pada Rio layaknya seorang istri yang baik. Rio pun hanya mengangguk. Ia mengacak rambut Ify pelan. “Nih”
                “Makasih sayang”
                “sama2” balas Ify sambil tersenyum manis. Tanpa mereka sadari, Excel terus memandang sinetron yang terputar di hadapannya, yang entah bagaimana ingin sekali membuatnya muntah. Ify hanya boleh jadi miliknya. Tidak seorangpun yang boleh selain dia.
                “Fy ini makanan favorit kamu” ucap Rio sambil menyodorkan beberapa cabe ijo pada Ify
                “Makasih banget loh yo, kamu kayak tau aja” ucap Ify tapi setelah itu manyun. “Yo, kamu kan..”
                “Iye, aku tau. Kamu nggak suka yang pedes kan? Tadi Cuma bercanda” ucap Rio santai sambil mengambil lagi cabe yang tadi diberikan pada Ify. Ify sedikit terperangah. Ia tak menyangka bahwa Rio mengingat hal yang tak ia suka.
                Setelah Rio dan Excel tentunya yang terlihat begitu cemburu, pulang, Ify dan Winda pun memasuki rumah mereka lagi. Mereka memang tinggal berdua di jakarta, berhubung papa dan mama mereka tinggal di luar negeri untuk bekerja.
                “Fy, sejak kapan kamu jadian sama Rio? Gimana ceritanya sampai kamu bisa jadian sama Rio? Emang Rio itu siapa? Kok kamu nggak pernah cerita sama kakak?” tanya ka winda langsung dalam satu tarikan nafas
                “1 minggu yang lalu, aku jadian sama Rio. Rio itu teman sekelasku. Well, sebelumnya kita seperti kucing dan tikus, selalu berantem. Tapi mungkin itu juga yang dibilang, benci jadi cinta. Lama-lama kita jadi teman, dan akhirnya seperti ini. Aku nggak sempet cerita sama kakak, kakak kan selalu pulang malam.” Jawab Ify sedikit berbohong. Sedikit. Toh ia tidak benar2 berbohong. Ia hanya sedikit berbohong untuk menutupi perjanjiannya dengan Rio. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, karena ia tak mau bahwa Winda, kakaknya itu malah menceritakan pada Excel, orang yang sama sekali tak ia harapkan. Bukannya ia tak percaya, hanya saja mencegah itu bukankah lebih baik daripada mengobati?
                “Hmm, Rio itu gimana anaknya?”
                “Baik, sopan, selalu bersaing sama aku buat dapat peringkat pertama di kelas, suaranya bagus dan dia juga bisa main alat musik” ucap Ify jujur mengutarakan apa yang ia tahu tentang Rio. Winda yang mendengarnya cukup kaget. Ia tak menyangka bahwa ada saja cowok seperti itu zaman sekarang.
                “Kamu jadian sama dia bukan karena mau ngebuat Excel cemburu kan?” tanya Winda telak. Ify terdiam. Yah, memang itu tujuannya.
                “Nggak ka.Kenapa kakak bisa mikir kayak gitu?”
                “Entahlah. Cuma feeling doang. Soalnya yang kakak tau, kamu itu paling males pacaran”
                “Yah, kalo udah sayang, masa nggak boleh pacaran” elak Ify
                “Bukan gitu sih. Tapi ya udahlah. Kakak izinin, tapi jaga diri kamu. Jangan yang aneh2” nasihat Winda
                “Siaaap ka..” Ify pun mulai mengambil HP-nya
                From : 0852****
                Night honey. Love you :*
                Rio
                To : Rio
                Night too yo..

                Ify mengangkat sebelah alisnya tak percaya. Mengapa semuanya terasa begitu nyata? Mengapa Rio sangat menjiwai perannya ini? Ia ingin sekali memaki-maki Rio lewat sms atau mengatakan bahwa ia tidak usah bertingkah sampai seperti itu. Namun ntah mengapa, dia senang diperlakuan seperti ini. Semua yang dilakukan Rio padanya, membuat ia benar2 bahagia. Perasaan yang menggelitik hatinya. Mungkin jika ini dilakukan oleh orang lain, bisa dijamin 100%, Ify akan langsung muntah2 dan mengganti nomor HP-nya dengan segera. Namun sekali lagi tidak. Ini dilakukan oleh Riom, dan membuatnya nyaman? Tidak! Ia tidak boleh merasakan apapun pada Rio. Toh ini hanya kontrakkan saja. Tidak lebih. Ify pun memilih untuk memejamkan matanya dan membiarkan dirinya terlelap.

                *******
                1 bulan telah berlalu. Excel semakin kesal melihat Ify dan Rio. Semua yang dilakukan Rio sama seperti hari pertama Rio menjadi pacar kontrakkan, ditambah denan sedikit jalan2 dan bersenang-senang. Walaupun selalu ada yang mengikuti mereka yaitu excel. Mereka berdua sendiri begitu menikmati peran ini. Yang ntah mereka sadari atau tidak, bahwa perasaan mereka juga turut ikut dalam permainan mereka sendiri. Perasaan mereka yang semakin bertumbuh dan membuat mereka tak ingin terpisah. Tapi, waktu kontrakkan pun akan segera berakhir dalam 3 hari ke depan. Dan mereka tau, bahwa semua perasaan itu harus diakhiri. Atau setidaknya mereka harus menganggap bahwa perasaan itu hanyalah semu, hanyalah sementara, hanyalah karena mereka sama2 kesepian dan saling membutuhkan.
                Malam ini, Excel meminta sedikit waktu dari Ify agar bisa jalan berdua tanpa ada Rio tentunya. Ify cukup terperangah dengan apa yang dilakukan oleh Excel. Candle light dinner, dengan pemandangan kota yang begitu indah.
                “Fy” panggil Excel sambil memberikan setangkai mawar merah pada Ify. Ify melengos dengan apa yang excel lakukan. Apakah pacarnya itu masih kurang meyakinkan, hingga Excel masih saja melakukan hal seperti ini? Benar2 memuakkan
                “Kamu mau pesan apa fy?” tanya Excel lembut membuat Ify mengangkat alisnya. Oh tidak, ia benar2 ingin muntah sekarang dengan segala perlakuan Excel.
‘Kalau aja Rio yang ngelakuin ini semua. Pasti gue bakal senang banget. Jantung gue mungkin bakal berdegup cepat.’ Batin Ify, namun langsung menggeleng. Tidak! Mengapa ia harus mengingat Rio?
“Kamu kenapa fy?” tanya Excel lagi
“nggak apa2. Aku terserah aja ka” ucap Ify pada Excel. Dengan segera Excel memesan 2 menu makanan serta minuman. Tak banyak percakapan antara mereka berdua. Terlalu sibuk dengan pikiran masing2. Excel terlalu gugup, sedangkan Ify sedang menahan rasa malasnya bersama Excel. Berkali-kali Ify memandang HP-nya, berharap Rio akan menelpon atau mengirimkan sms padanya. Tapi itu semua hanya keinginannya semata. Mereka pun mulai melahap makanan masing2 ketika pesanan mereka telah sampai.
“aku sayang sama kamu” ucap Excel to the point
“Gue tau” balas Ify tanpa menggunakan aku-kamu. Ia menggunakan aku-kamu jika ia begitu menghormati orang tersebut. Namun, saat ini, ia sudah benar2 muak dengan semua perlakuan Excel padanya.
“Terus?”
“Apalagi yang harus dipertanyakan? Gue tuh udah punya pacar ka, lagipula gue nggak suka sama lo.” Jawab Ify membuat Excel nampak shock
“Gue..gue bakal terus berusaha luluhin hati lo dan milikin lo seutuhnya”
“Nggak. Gue nggak mau” bentak Ify “Lo nggak akan pernah milikin gue, karena gue nggak pernah mau. Mendingan lo cari cewek yang seumuran sama lo”
“Lo harus mau” ucap Excel menggenggam tangan Ify keras
“nggak. Lo freak ka. Lepasin gue, tangan gue sakit”
“Nggak sampai lo mau supaya gue miliki lo sepenuhnya”
“Nggaaak” teriak Ify antara frusatasi, marah dan takut. Air mata mulai mengalir di pipinya
“Jangan nangis”
“Kalau nggak mau ngeliat gue nangis jangan pernah ngejar2 gue lagi”
“Nggak bisa”
“Lepasin tangan cewek gue” ucap Rio yang membuat Ify bernafas lega.
“Kalo gue nggak mau?”
BUGH..
Tak segan2 Rio melayangkan pukulannya pada wajah Excel, membuat excel melepaskan tangan Ify.
“LO”
“Lo nggak pernah bisa dapetin Ify. Kalo lo mau dapetin dia, langkahin dulu mayat gue” ucap Rio dan menarik Ify menjauh dari Excel. Rio membawa Ify ke dalam mobilnya. Ia hanya diam, membiarkan Ify menangis
“Udah fy, jangan nangis. Ada gue.”
“Tapi kalo kontrak lo berakhir, lo nggak ada lagi buat gue, lo nggak bisa lagi ngebelain gue, lo..” ucapan Ify terhenti karena Rio memeluknya. Membiarkan Ify menumpahkan segala ketakutannya, membuat Ify nyaman dan tenang. Rio melepaskan pelukannya ketika ia tau If sudah berhenti menangis.
“Udah. Perjanjian kita emang udah mau berakhir. Tapi kita bakal tetap jadi teman kan?” tanya Rio lebih kepada dirinya sendiri. Hanya sekedar memastikan bahwa kebersamaan ini bukan hanya ilusi semata. “Well, 24 jam permintaan gue dimulai dari besok jam 9 pagi ya. Lo tidur yang banyak, gue anterin lo pulang sekarang” ucap Rio lembut dan langsung melajukan mobilnya, membuat Ify mau tak mau tersenyum memandang ‘pacarnya’ ini. 
******
Ify membuka matanya karena suara alarm yang sudah berbuni nyaring. Ia pun dengan segera mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Setelah itu, ia memilih pakaian yang casual tapi ia tetap terlihat manis. Tidak butuh waktu lama, ia mendandani dirinya pagi ini.
“Mau ke mana fy? Tumben pagi2 dah rapi?” tanya ka Winda yang berada di dekat pintu kamar Ify
“Mau pergi sama Rio, ka”
Drrt..drrt...
From : Rio
Fy, gue udah di depan rumah lo. Turun sekarang ya cantik

Ify tersenyum membaca pesan singkat dari Rio.
“Ka, Ify pergi dulu ya, Rio udah di depan” ucap Ify tak lupa berpamitan dengan kakaknya
“Hati2 ya. Salam buat Rio” Ify pun mengangguk dan segera menghampiri Rio
“Hei, udah siap?”
“Udah. Jalan sekarang yuk” Rio dan Ify langsung menaiki mobil Rio
“Kita mau ke mana?”
“Oh ya, salah satu permintaan gue adalah lo harus mau ikut gue ke mana aja dan nggak boleh banyak nanya ‘kita mau ke mana’ oke?” Ify memutar bola matanya, nampak tidak setuju, tapi ini benar2 untuk membalas segala yang telah dilakukan Rio sebelumnya. Setelah menghabiskan waktu sekitar 2 jam di jalan, akhirnya Rio memberhentikan mobilnya.
“wooow. Kereeen” ucap Ify sambil menatap salah satu karya ciptaan Tuhan. “Di mana ini?”
“Lo nggak perlu tau. Ini tempat rahasia gue. Oh ya, permintaan gue kali ini adalah lo mau jadi model foto gue” ucap Rio sambil mengeluarkan kamera SLR-nya
“Oke” ucap Ify senang. Ia memang narsis dan sangat suka untuk difoto. Berbagai gaya yang ntah muncul dari mana, ia lakukan. Ia pun mengajak Rio foto bersama sebagai kenang2an. Setelah puas berfoto selama 2 jam, Rio segera melajukan mobilnya lagi menuju sebuah mall.
“Kita...”
“Permintaan berikut gue adalah, kita makan siang dulu. Terus lo temenin gue nonton Harry Potter 7 part 2” ucap Rio sambil menunjukkan 2 tiket bioskop di tangannya. Ify melotot. Oh my god, ini merupakan film yang sangat ia sukai, dan beberapa hari ini ia begitu sulit mendapatkan tiket film itu karena selalu sold out.
“Kyaaa. Ya udah buruan” ucap Ify histeris dan langsung menarik Rio mencari tempat makan yang paling dekat dengan bioskop. Ia hanya tak ingin melewatkan sedikitpun bagian dari Harry Potter 7 kali ini.

“Gosh!! Keren banget efeknya. Lebih dahsyat daripada yang ada di bayangan gue waktu baca novelnya. Gila ya sutradaranya, penulisnya juga gila banget, bisa aja ngebayangin hal-hal nggak masuk akal kayak gitu. Walaupun gue udah tau Harry nggak bakal mati, tapi gue tetap aja tegang waktu nonton pertarungannya sama Voldemort. Uuh, gregetan banget sih. Akhirnya gue bisa nonton juga film Harry. Thanks banget ya yo” ucap Ify dalam sekali tarikan nafas membuat Rio shock dengan gadis ajaib yang ada di hadapannya. Rio langsung menarik tangan Ify, agar mengikuti langkahnya
“Eh yo..”
“Permintaan gue berikutnya adalah biarin gue genggam tangan lo”  Ify pun hanya mengangguk. Tanpa Rio tau bahwa Ify begitu bersorak ketika tau Rio menggenggam tangannya. Rio mengambil dua buah buku yang berjudul sama, membayarnya, kemudian memberikan satu kepada Ify.
“Kok beliin gue buku yo? Terus kenapa beli 2?” tanya Ify bingung
“Lo kan suka baca. Itu sebagai hadiah ulang tahun dari gue ke lo. Kemarin2 gue nggak sempat beliin hadiah buat lo. Jadi sebagai gantinya gue beliin buku itu. Buku laris loh. Ini permintaan gue, yaitu lo terima hadiah dari gue. Oh ya, gue beli dua, satunya buat gue.”
“Bukannya lo nggak suka baca novel teenlit gini yo?”
“Iya, tapi kebetulan gue ketemu sama penulisnya, gue mau minta tanda tangannya”
“Hah? Mana yo?” tanya Ify langsung memandang ke sekeliling mereka. “Kok gue nggak nemu? Eh, ini...” Ify kaget melihat Rio melepas plastik buku itu, kemudian menyodorkan buku itu beserta sebuah pulpen ke arah Ify
“Lo kan penulisnya”
“Lo ngaco yo. Gue nggak pernah ngebuat buku”
“Tapi pernah nulis cerita kan?”
“Tapi...” ucapan Ify terhenti ketika melihat judul novel itu ‘Cinta Piano’, ia menatap biografi penulis. Dan di sana memang ada namanya
“Kok lo bisa sih?”
“Lo lupa waktu itu gue sempat minjem laptop lo? Lo kan bilang kalo lo suka nulis, jadi gue cari karya2 lo. Dan yang paling gue suka adalah cerita ini. Gue masukin ke penerbit, dan ternyata mereka suka sama tulisan lo. Sekarang, buku lo malah yang paling laris. Kalau nggak percaya tanya aja sama petugas di gramed” ucap Rio santai, tapi membuat Ify lagi-lagi melotot. Ia bahkan tak pernah berpikir bahwa ceritanya yang hanya sebagai konsumsi pribadi diterbitkan.
“Lo...” Ify terdiam. Ia bahkan kehilangan kata2nya. Ia langsung memeluk Rio. Bukankah ini permintaan untuk mengabulkan semua yang diinginkan Rio? Tapi kenapa ia merasa bahwa ini adalah hari untuknya? Kenapa ia malah merasa bahwa semua keinginannya yang terpenuhi. Jadi sebenarnya siapa yang diuntungkan dalam perjanjian ini? Apakah benar2 adil? Rasanya tidak. “Makasih yo. Makasih, gue nggak tau harus ngomong apa lagi.” Rio hanya mennepuk puncak kepala Ify
“Udah ah, nggak enak diliatin sama semua orang di sini” ucap Riomembuat Ify langsung melepaskan pelukannya dan menatap ke sekitarnya. Semua yang memandangnya hanya bisa senyum-senyum. Wajah Ify memerah. Antara malu dan senang
“Lanjut aja yo” ucap Ify dan langsung menarik Rio keluar dari toko buku itu. Rio mengambil mobilnya kemudian mengantarkan Ify balik ke rumahnya
“Udah selesai nih untuk hari ini?” tanya Ify bingung. Ia melihat jam tangannya, dan waktu masih menunjukkan pukul 8 malam.
“Siapa bilang? Ayo buka pintu rumah lo” ucap Rio membuat Ify langsung membukakan pintu rumahnya “Ka winda mana fy?”
“Belom pulang. Biasanya jam 10.”
“Oh. Jadi kita Cuma berdua nih?” tanya Rio dan mendekatkan dirinya pada Ify, sehingga jarak di antara mereka terhapuskan.
 “Permintaan gue berikutnya adalah.....” bisik Rio tepat di telinga Ify. Ify sudah menutup kedua matanya. Jantungnya berdegup cepat ”lo main piano + nyanyi buat gue” ucap Rio dan menjauhkan dirinya dari Ify
“RIO. GUE KIRA LO MAU MINTA YANG ANEH2” teriak Ify saking tegangnya. Rio hanya tertawa memandang wajah Ify yang memerah
“Jadi lo mau yang macem2?” tanya Rio sambil menaikturunkan kedua alisnya.
“Nggak. Udah ah. Lo mau lagu apa nih?”
“Terserah lo aja” Ify pun mengangguk dan mulai memainkan pianonnya

Ify:
If you ever find yourself stuck in the middle of the sea
I'll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark and you can't see
I'll be the light to guide you

Find out what we're made of
When we are called to help our friends in need

You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
And you'll be there
'cause that's what friends are supposed to do oh yeah
ooooooh, oooohhh yeah yeah
If you're tossin' and you're turnin
and you just can't fall asleep
I'll sing a song beside you
And if you ever forget how much you really mean to me
Every day I will remind you

Find out what we're made of
When we are called to help our friends in need

You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
And you'll be there
'cause that's what friends are supposed to do oh yeah
ooooooh, oooohhh yeah yeah
Rio :
You'll always have my shoulder when you cry
I'll never let go
Never say goodbye
Rio feat Ify :
Oh, You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
And you'll be there
'cause that's what friends are supposed to do oh yeah
ooooooh, oooohhh

You can count on me 'cause I can count on you
                “Suara lo keren” puji Rio pada Ify
                “Suara lo juga yo. Pantesan aja cewek2 pada klepek2 denger suara lo”
                “Kenapa? Cemburu?”
                “Dih..Nggak lah. Ngapain juga?”
                “Bener? Nggak nyesel?”
                “Hai fy, yo” sapa Winda ketika baru saja masuk ke ruangan. Setidaknya Ify merasas terselamatkan agar tidak perlu menjawab ucapan Rio tadi.
                “Malam ka WInda” balas Rio sopan
                “Gimana jalan2nya?”
“Menyenangkan kok ka” ucap Rio dan disetujui Ify dengan anggukan. “Fy, aku pulang dulu ya. ”
                “Iya. Kamu hati2 di jalan ya, jangan ngebut”
                “Iya” ucap Rio tak lupa menambahkan sebuah kecupan manis di kening Ify. Membuat Ify speechless. Membuat jantung Ify berdegup cepat. Membuat Ify lagi-lagi merasa begitu bahagia hari ini. Namun sekaligus membuat Ify ragu apakah ini hanya sandiwara atau ketulusan? Tapi bukankah, ini semua memang sandiwara. Jadi apa yang ia harapkan? “Besok pagi jam 6 aku jemput, kita jogging ya. Bye.”
                “Bye yo..”
“Aku pulang dulu ya ka Winda”
“Iya yo. Salam buat mama sama papa kamu.” Rio pun langsung melajukan mobilnya kembali ke rumah

******
Jogging. Hal yang paling malas dilakukan oleh Ify. Sebenarnya ia ingin sekali berolahraga untuk menjaga kesehatan, namun rasa kantuk dan rasa malasnya akan selalu memenangkan hatinya untuk tidur lagi dan bukan untuk olahraga. Pagi ini, yang ia lakukan malah mengalahkan segala kantuknya dan dengan penuh semangat jogging bersama Rio mengelilingi kompleks. Sebenanrnya bukan lebih kepada kegiatan yang dilakukannya, tapi karena orang yang menemaninya Jogging, maka ia mengalahkan segala kantuk dan malasnya
“Udah yo. Apalagi permintaan lo?” tanya Ify sambil mengatur nafasnya.
“Hmm, sarapan bubur kacang ijo” Ify pun mengangguk dan membiarkan Rio memesan 2 pirinh “Nih” ucap Rio sambil menyodorkan piring beserta sebotol air mineral
“Makasih.” Tak banyak percakapan saat mereka mulai melahap makanan mereka. Ify sendiri sibuk dengan pikirannya. Mengapa Rio begitu baik? Mengapa Rio mengingat segala hal yang tak ia sukai dan ia sukai? Bahkan, Ify sendiri sama sekali tak tau apapun tentang Rio. Mengapa Rio melakukan perannya dengan begitu baik? Apa ia akan selalu melakukan tugasnya dengan sempurna? Bukankah ini semua hanya sandiwara? Hanya sebuah permainan? Lantas, mengapa ia malah membuat segala sesuatunya menjadi nyata? Mengapa ia membuat Ify malah tidak menginginkan perjanjian ini berakhir? Mengapa ia membuat Ify menjadi nyaman dengan semuanya? Mengapa ia membuat Ify takut untuk melepas semuanya?
“Ify” panggil Rio sambil menggerakan tangannya di depan mata Ify “kok bengong?”
“Hah? Nggak apa2. Oh ya, kan kita udah selesai. Apalagi nih permintaan lo?”
                “gue mau setelah ini kita nggak jadi musuh kayak dulu lagi. Gue mau kita jadi teman” ucap Rio dan disanggupi Ify. Rio mengambil gitarnya yang ia bawa waktu jogging.
                “Karena semalam lo udah nyanyi buat gue, permintaan gue kali ini adalah, gue mau lo dengerin gue nyanyi” ucap Rio dan mulai memetik senar gitarnya
Hari ini aku telah jatuh cinta
Tak kan mampu aku menyangkalnya
Jatuh cinta kepadamu
Sosok yang sering menjengkelkan aku
Sering menggangguku
Kau permainkan rasa hatiku
Namun kini aku berbalik
Jatuh cinta dan bernyanyi

lalala lalala lalala lalalalalalala
lalala lalala lalala lalalalalalala

Aku jatuh cinta kepada dirimu
Orang yang tak pernah ku bayangkan
Tak pernah ku mimpikan
Untuk bisa menjadi pacarku

Hari ini aku berniat
Untuk menyatakan rasa cintaku
Semoga tanganku berjodoh
Untuk bertepuk dengan cintamu

Aku jatuh cinta kepada dirimu
Orang yang tak pernah ku bayangkan
Tak pernah ku mimpikan
Untuk bisa menjadi pacarku

Jadi pacarku
jadi pacarku
Jadi pacarku
jadi pacarku

Aku jatuh cinta kepada dirimu
Orang yang tak pernah ku bayangkan
Tak pernah ku mimpikan
Untuk bisa menjadi pacarku

Aku jatuh cinta kepada dirimu
Orang yang tak pernah ku bayangkan
Tak pernah ku mimpikan
Untuk bisa menjadi pacarku

                Rio menatap sejenak jam yang melingkar di tangannya. Sekarang pukul 9 lewat 1 menit, itu artinya waktu untuk meminta apapun sudah berakhir. Ia menarik nafas dalam, seolah mengumpulkan keberanian.
                “Buat yang terakhir, lo harus tau ketika pertama kali kita bertemu, dan awal dari pertengkaran kita, bukannya gue nggak mau minta maaf saat itu, tapi gue benar2 kehilangan kata2 gue ketika lihat lo. Gue...love at the first sight. Terserah lo mau percaya atau nggak, tapi perlu lo tau, gue senang bertengkar sama lo, karena gue jadi bisa deket sama lo, gue bisa ngeliatin lo setiap hari dan lo bisa sadar kehadiran gue. Kenapa gue mau ngelakuin ini semua ke lo, karena gue emang benar2 sayang sama lo. Gue nggak mau Cuma jadi pacar kontrakkan lo. Gue mau, lo jadi pasangan gue selamanya. Gue mau, lo jadi satu2nya gadis di hidup dan hati gue.” Ujar Rio panjang lebar membuat Ify kali ini benar2 terdiam. “Gue sayang sama lo. Lo mau ngabulin permintaan gue?”
                “Tapi ini udah lewat 24 jam”
                “Iya, gue emang sengaja. Karena gue nggak mau, lo jawab iya Cuma sebagai tanda terima kasih atau balas jasa atas apa yang telah gue lakukan buat lo. Gue mau semuanya benar2 tulus dari lubuk hati lo. Apapun jawabannya gue terima”
                “Gue mauuuuu, mr.Mariooo” ucap Ify tersenyum dan langsung memeluk Rio. Rio tersenyum tipis dan balas memeluk Ify.
                “Bukan pacar kontrakkan kan?”
                “Iya. Pasangan untuk selamanya” ucap Ify dan menautkan kelingkingnya dengan kelingking Rio.
               

                The end- 


Krik..krik..krik...cerpen gaje dan aneh lagi yang muncul. Hahaha. Ide ngebuat cerita ini karena temanku yang ngusulin kayak si Via. Hehe. Thanks buat idenya. Dan ini merupakan cerpen terpanjang yang pernah ku buat. Biasanya cerpenku Cuma 8-11 halaman di ms.word. Tapi ini untuk pertama kalinya 15 halaman. Fyuuh..*Jadi sebenarny cerita pendek atau cerita panjang?* Entahlah, terserah pendapat kalian semua.Oh ya, cerita ini aku buat selalu di atas jam 11 malam. Kenapa? Karena aku nggak bisa tidur kalo belum jam 1 pagi. Jadinya untuk mengisi waktu kosong, aku buat cerita ini. Oleh karena itu, kalau ada yang aneh dan gaje, harap dimaklum. Akhir kata, jangan lupa komentarnya ya. Kritik dan saran sangat diharapkan. Makasih udah pada mau baca

4 komentar:

  1. Aaaaaaaaaa
    Seruuuuunyaaaaaaaaa pakek BeGeTe ....
    Kerennnnn....

    BalasHapus
  2. thalia bener.. bner. deh ini keren pake banget...udah beberapa kali baca teteop aja keren..




    numpang nitipin link gue yaa..kalau mau berkunjung juga boleh..
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.
    thanks before sis..

    BalasHapus