Sabtu, 30 Juli 2011

It's not ending - cerpen

Haaaaaiiiiiiiiiiiii......cerpen ini sedikit terinspirasi dari kisahku.wkwkwkwk.... tapi dijamin, isinya nggak bakal sama. Dan ini merupakan cerita yang pendeeeeeek banget, soalnbya cuma 6 halaman di ms.word. But, enjoy it.




Ketika setiap kenangan itu menyeruak kembali,
itu hanyalah terlihat seperti setumpuk film lama,
karena kau takkan pernah benar2 menghayatinya lagi
Masalahnya, apakah itu ‘hanya’ sebatas ‘film’ semata?

                Aku menatap jam yang tergantung manis di dinding kamarku. Jarum detik dan menit saling mendahului siapa yang mencapai angka 12. Jari-jariku kembali menari-nari di I-phone ku. Aku mengirimkan beberapa pesan singkat pada sahabat2ku, mengajak mereka menonton film yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Sambil menunggu balasan mereka, aku membuka social network yang mungkin akan segera ditutup, Facebook.

Mario Haling à Shilla Zahrantiara
Iya, aku lagi di jakarta. Tapi bentar lagi balik ke bandung.

Aku terdiam menatap nama itu. Sudah berapa lama aku tak melihat namanya menghiasi Handphone-ku? Sudah berapa lama aku tak pernah mendapatkan sms darinya lagi? Entahlah. Bahkan lewat facebook pun, ia tak pernah mengirim pesan, walau itu hanya sekedar menyapa atau menanyakan kabar. Jakarta – bandug, itu bukan jarak yang terlalu jauh. Namun 2 tahun aku benar2 tak pernah bertemu dengannya. Aku menggigit sudut bibirku. Aku membuka laptopku, kemudian folder foto, dan aku menatap beberapa fotoku denganna. Aku bukannya berharap padanya, tapi aku hanya ingin mengabadikan segala kejadian dalam hidupku.
                Aku ingat semua yang terjadi antara ia dan aku. Semuanya berawal ketika aku duduk kelas 2 SMA. Aku begitu usil menjodohkannya dengan Sivia, sahabatku. Tapi sungguh, aku benar2 tak punya perasaan apapun saat itu. Yah, setidaknya saat itu, aku memang tak merasakan apapun padanya. Namun semuanya berubah. Benar2 berubah. Ketika aku dan sahabat2ku menggodanya dengan Sivia, sahabat2nya malah menggodanya denganku. Setiap pulang sekolah, ia selalu mengantarkanku pulang ke rumah. Bukan dengan mobil atau motor, tapi berjalan kaki, karena jarak rumah dan sekolah yang memang tak jauh. Setiap malam, ia akan selalu mengirimkan sms padaku, walau itu hanya sekedar menanyakan aku sudah makan, atau aku telah selesai mengerjakan tugasku. Ia akan selalu menggodaku dengan Alvin, teman sekelasku, dan aku akan menggodanya dengan Sivia. Ia membuat aku tak merasa sendiri. Ia merajut semua kenangan manis itu satu per satu dengan baik dalam memoriku. Aku tak pernah sadar, sampai semuanya telah terbentuk. Tak pernah ada kata ‘jadian’ di antara kita. Tak pernah ada kata sayang atau suka yang keluar dari mulut kita. Semuanya begitu ‘abu-abu’ dan aku sadar, bahwa di dunia ini terkadang tidak selalu hitam dan putih. Sampai akhirnya ia memberikanku sebuah gitar dengan pita bertulisan ‘I love you’, yang sama sekali tak pernah ku minta darinya. Aku tak mengerti apa yang terjadi saat itu. Atau mungkinkah aku berpura-pura tak mengerti? Entah bagaimana, sejak kejadian itu Ia pun mulai menjauh dariku. Atau aku yang menjauh darinya? Aku sayang padanya, namun keegoisanku menang dan mengalahkan segala rasa yang aku yakini itu hanya sesaat dan akan segera hilang. Salah! Aku merasa kehilangan. Tak ada lagi orang yang selalu menemaniku pulang, mengirimkan sms padaku, menggodaku, tapi bukan hanya sebatas itu. Aku kehilangan seseorang yang benar2 berarti dalam hidupku.  Ya, kehilangan sampai sekarang.

                ******
Ketika semuanya telah berlalu
                dan setiap orang sudah melupakan yang ‘dulu’
                Mengapa harus dipertemukan lagi?
Aku menggerak-gerakkan kakiku, tanda bahwa aku sudah bosan menunggu. Lemon tea dan popcorn yang rencanannya akan ku habiskan ketika film dimulai, malah sudah habis separuhnya. Aku mengeluarkan HP-ku menghubungi teman2ku itu. Namun yang ku dengar adalah suara perempuan yang akan selalu mengulang kalimat yang sama, voice mail.
“Dari mana aja sih kalian?” tanyaku segera ketika melihat sahabat2ku masuk.
“maaf, maaf. Tadi aku telat bangun” ucap Shilla
“Yeah, no wonder” ucapku sambil memutar bola mataku. Shilla memang yang paling sering terlambat dibanding kami semua. Seharusnya berteman dengannya 4 tahun, membuatku ingat sifatnya itu.
“Ya udah masuk yuk” ajakku
“Tunggu. Kurang 1 orang” ucap Shilla lagi membuat aku mengernyitkan keningku. Aku, Sivia, Shilla, Angel, Agni, Iel. Aku menghitung berulang kali, namun hasilnya tetap 6. Kenapa aku membeli 7 tiket seperti permintaan Shilla? Ah ya, mungkin Shilla mengajak temannya. Tak apa bukan?
“Fy, aku boleh kan ngajak seseorang?”
“Nggak apa2 Shill, makin banyak makin seru kan.” Ucapku sambil tersenyum tipis. Namun senyumanku itu segera hilang ketika melihat sosok yang baru saja masuk dan menghampiri kami
“Maaf ya telat”
“Nggak apa2 kok” ucap sahabat2ku. Aku? Aku masih terpaku memandangnya. Ia cukup berubah dari 2 tahun yang lalu. Tubuhnya semakin tinggi dan sedikit berotot membuat tubuhnya terlihat atletis. Kacamata bertengger di pangkal hidungnya, membuat ia semakin tampan. Tapi ada yang tak berubah. Senyumnya selalu sama. Senyum yang baru aku sadari bahwa dapat meluluhkan semua perempuan yang ada. Dan juga, parfume – nya tetap sama. Mengapa aku masih saja mengingat setiap detail darinya?
“Hai fy” sapanya membuat aku tersadar dari lamunanku.
“Hai ka. Kok bisa di jakarta?”
“Lagi ada urusan bentar”
“Ooh, dari kapan ka di jakarta?”
“Udah dari minggu lalu”
“Kapan balik ke bandung?”
“Hmm, minggu depan kayaknya. Toh juga masih liburan”
“Ehm, Ify, ka Rio, CLBK-nya ntar aja ya. Film-nya udah mau mulai” ucap Shilla membuatku mendengus sebal. Ah bukan. Sebenarnya aku sama sekali tidak sebal. Aku hanya sedang mencegah euphoria yang muncul di hatiku. Mencegah sebelum semuanya terlambat.
Aku mengikuti langkah sahabat2ku. Aku tak tau apa ini disengaja oleh sahabat2ku atau tidak, yang pasti saat ini, di samping kiriku Via, sedangkan ka Rio berada di samping kananku.  Well, aku Cuma berharap aku bisa berkonsentrasi untuk nonton

“Iiiih, keren banget tuh film. Efeknya itu loh yang keren” ucap Shilla bersemangat sambil kami berjalan keluar dari bioskop
“Jadi pengen nonton ulang” ucap Via kali ini
“Jelek ah. Bagusan novelnya” timpal Iel
“Kamu aja yang nggak pake kacamata makanya nggak bisa ngeliat itu film bagus banget” ujar angel dan disetujui yang lain dengan anggukan, nampak sewot mendengar komentar Iel
“Itu kan pendepatku. Kita bebas untuk mengeluarkan pendapat dong” ucap Iel diplomatis membuat sahabatku yang lain menyerah berargumen dengan Iel
“Kalo menurutmu gimana fy?” tanya Angel membuatku agak kaget karena menjadi korban berikutnya
“Bagus” ucapku dengan nada datar dan sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun
“Diiiih datar banget sih?”
“Iya nih. Bukannya kamu penggemar film itu ya?” tanya Via bingung melihat reaksiku. Ya, aku memang mkenyukai film itu dari awal namun konsentrasiku benar2 buyar menyadari ka Rio yang duduk di sampingku dan aku sama sekali tidak sedang bermimpi.
“Maklumlah. Ify kan lagi konsentrasi buat netralisir detak jantungnya gara2 duduk sebelahan gitu” celetuk Shilla. Damn! Ah, kenapa ia benar2 mengetahui jalan pikiranku? Aku menatap ka Rio mencoba mencari pembelaan, namun ia hanya tersenyum sambil mengatur letak kacamatanya
“Maksudnya duduk sebelahan sama Via? Iya sih. Aku kan memang menyukai Via dari dulu” ucapku sambil menhedip-kedipkan mataku
“Kok bawa namaku sih?”
“Yakin nggak salah nyebut nama? Kayaknya kalimatmu lebih cocok ke sebelahmu yang satunya lagi deh”
“Lagian nggak usah pura2 gitu ah. Jujur aja.” Sungguh! Aku tak tau sejak kapan mereka belajar dariku cara menggoda orang dengan baik seperti ini. Well, ini namanya senjata makan tuan
“apaan sih kalian” ucapku tak ingin kalah
“Udah, udah, mending kita makan aja yuk” ucap ka Rio menengahi
“Duuuh romantisnya dibelain” goda Shilla
“Udah Shill. Yuk” ucapnya lagi dan langsung menggenggam tanganku. Hei, ini pertama kalinya ia menggenggam tanganku. Dulu walaupun kita dekat, tapi ia sama sekali tak pernah menggenggam tanganku. Pipiku memanas, aku yakin sebentar lagi muncul semburat merah.
“Hmm, ka Rio, tanganku”
“Eh maaf refleks” ucapnya. Sebenarnya aku ingin sekali membiarkan ia menggenggam tanganku, namun aku sudah berjanji tak ingin memunculkan rasa apapun lagi. Selain itu sahabat2ku dengan baiknya cekikikan di belakangnku seolah benar2 bahagia melihatku salah tingkah seperti tadi. Karena itu, semuanya harus dihentikan dari sekarang.

******
Dan saat semuanya terlihat begitu mudah
                Ketakutan pun ikut menapak, memberi jejak dalam setiap kejadian
                Mengingatkan bahwa tak ada yang benar2 mudah di dunia

From : ka Rio
Fy, ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Aku tunggu kamu di tempat biasa, sekarang.

Aku masih terus menatap layar i-phone – ku. Sudah seminggu sejak kejadian nonton di bioskop. Sudah seminggu pula, aku kembali dekat dengannya. Ia selalu mengajakku jalan berdua. Ia mengirimkan sms seperti dulu membuat rasa yang selama ini ku cegah, berusaha keluar dan memenangkan hatiku. Hanya ada 4 kata, aku masih sayang padanya.  Tapi aku juga takut. Aku takut bahwa semua ini hanyalah mimpiku. Aku takut bahwa akhirnya kita akan tersakiti juga. Aku takut aku tidak dapat benar2 bahagia. Aku segera mengganti pakaianku dan berjalan menuju tempat yang memang tak terlalu jauh dari rumahku. Ketika aku sampai, aku dapat melihat ia yang duduk  sambil memandang ke depan. Aku duduk di sampingnya
“Aku kira kamu nggak datang” ucapnya
“Aku yakin kamu pasti tau bahwa aku adalah orang yang selalu menepati janji” ucapku membuat ia tersenyum “Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyaku to the point
“Ah, dan aku lupa bahwa kamu adalah orang yang tidak suka basa basi” ucapnya membuat kami berdua tertawa, seolah menikmati sore ini. “Besok aku balik ke bandung” ucapnya lagi. Seharusnya aku ingat bahwa segala kebersamaan dan kebahagiaan ini hanyalah sesaat dan tak bertahan lama. Kenapa aku tetap saja membiarkan perasaanku yang menang? Aku masih menunggu lanjutan dari kalimatnya. Tapi ia hanya diam dan memandang awan yang menghitam. Aku tak mengerti mengapa ia harus mengatakan ini padaku. Atau sekali lagi aku berpura-pura tak mengerti? Rintik-rintik hujan mulai membasahi aku dan dirinya.
“Ayo pulang” ujarnya sambil menarik tanganku. Kali ini aku tidak akan memintanya untuk melepaskan, karena aku tak mau kehilangan dirinya lagi. Hujan semakin deras membasahi bumi. Aku dan dirinya pun benar2 basah kuyup, untungnya rumahku memang tak terlalu jauh dengan tempat tadi. Tapi bagaimana dengannya? Apa aku tega membiarkan ia pulang kehujanan?
“Masuk dulu” ajakku sambil berusaha membuka pagar tinggi yang ada di depan rumahku
“nggak usah, aku pulang aja”
“Hati2” ucapku masih berusaha membuka pagar. Mengapa jadi terlihat begitu sulit? Apa karena hujan? Atau karena perasaanku yang tak menentu?
“Fy..” panggilnya membuatku menghentikan aktivitasku dan memandangnya “ada 1 hal yang seharusnya aku ucapkan 2 tahun lalu. Aku sayang kamu” Kunci yang ku pegang jatuh begitu saja. Aku mencoba menyadarkan diri bahwa aku sedang tidak bermimpi. Tangan kirinya memegang tangan kananku, sedang tangan kanannya menyelipkan rambut di belakang telingaku. Jari-jarinya menelusuri setiap wajahku, kemudian mengangkat sedikit wajahku. Ia mendekatkan wajahnya, dan aku hanya bisa menutup mataku. Ada getaran yang menjalar di seluruh tubuhku ketika bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Dinginnya hujan pun tak ku rasakan, karena hanya ada kehangatan di sana. Ia menjauhkan wajahnya dariku
“Aku sayang kamu fy, sampai sekarang.” Bisiknya tepat di telingaku
“Aku...” aku mendorong sedikit tubuhnya menjauh dariku “Aku juga sayang sama kamu ka Rio, tapi ”
“Jarak?” tanyanya seolah tau bahwa semuanya tak akan pernah berjalan mulus untuk sebuah hubungan jarak jauh. Aku mengangguk.
“Kamu harus percaya pada cinta kita bahwa semuanya akan berjalan baik2 saja, asal kita saling percaya dan menjaga hati kita” ucapnya kemudian memelukku. Dia memberikan aku ketenangan
“Aku percaya” ucapku sambil membalas pelukannya. “I love you ka Rio”
“I love you too, dear. ” ucapnya dan mengeratkan pelukannya “It’s not ending”
“I know”

******
Semua ini bukan tentang menang atau kalah
berhasil atau gagal
Happy ending atau sad ending
Ini adalah sepenggal kisah yang tak pernah benar2 berakhir,
hanya sebatas kata


The end----

Sabtu, 16 Juli 2011

Always have a choice - part 11 (ending)

Ify mengikuti Rio duduk di taman belakang sekolah mereka. Ify hanya menatap kedua kakinya. Ia tak berani menatap wajah Rio yang bisa menghipnotis dirinya kapan saja. Ia tidak ingin terbuai dengan semuanya.
“Gimana hubunganmu dengan Iel?” tanya Rio membuat Ify mengernyitkan keningnya. Bukankah pertanyaan ini baru saja ditanyakan Rio semalam? Pertanyaan yang sama persis.
“Bukannya ka Rio udah nanyain ini semalam?” tanya Ify membuat Rio merutuki pertanyaan yang keluar dari mulutnya “Ah, gue baru tau kalau seorang kakak akan menanyakan hal yang sama setiap harinya” ujar Ify sedikit tertawa.
“Pernah nggak lo tau kapan gue ngomong jujur atau nggak?” tanya Rio membuat Ify lagi-lagi mengernyitkan keningnya tak mengerti ke arah mana Rio membawa pembicaraannya
 “Waktu lo ngungkapin perasaan lo di lapangan basket kompleks, dan gue bilang gue sayang lo sebagai adik gue, menurut lo itu gue jujur atau bohong?”
“Lo mau gue jawab harapan gue atau kenyataan yang gue liat? Kalau harapan gue adalah lo bohong ka sama perasaan lo sendiri. Lo sayang sama gue. Kenyataannya, lo jujur. Lo emang sayang sama gue tapi sebatas adik.”
“Kalau saat itu lo boleh milih, lo bakal milih harapan lo yang terjadi ataukah kenyataan itu?”
“Kenyataan” jawab Ify tegas tanpa ragu “Gue kan udah pernah bilang sama lo kak, gue lebih suka kenyataan walaupun itu bakal nyakitin gue. Udah ah ka, lo ngomongnya aneh. Gue ke kelas ya” ujar Ify dan berjalan meninggalkan Rio
“Walaupun perasaan kita harus sama2 tersakiti?” tanya Rio membuat Ify berhenti, kemudian berbalik menatap manik mata Rio, mencoba mencari maksud pertanyaannya tadi.
“Gue..” Ify sendiri sama sekali tidak tau apa yang harus ia jawab. Oh, ia sangat akan senang tinggal dalam harapan dan dunia dongengnya agar bisa hidup bahagia bersama Rio. Tapi ia tau hidup bukan dongeng yang selalu manis pada akhirnya. “ya. Walaupun perasaan kita harus tersakiti. Gue lebih memilih kenyataan yang ngebuat gue sadar dan tau gue sedang berpijak daripada harapan yang ntah kapan akan menghempaskan gue begitu saja. ”
“Lo akan tetap memilih itu walaupun gue bilang kalo gue sayang sama lo?” tanya Rio membuat Ify lagi2 terdiam.Mencari seseorang untuk menamparnya, agar ia tau bahwa ia sedang tidak bermimpi.
“Gue tau lo sayang sama gue sebagai a..”
“Gue sayang sama lo. Bukan sebagai adik. Lebih dari itu. Gue selalu ingin lo ada di samping gue, lo yang genggam tangan gue, dan lo yang ada di pelukan gue. Gue cinta lo fy. Gue suka sama lo sejak pertama kali kita bertemu. Dan rasa itu terus bertumbuh. Gue selalu menghindar dari lo, karena gue tau lo adik gue, dan gue nggak mau lo ngerasain hal yang sama kayak gue. Gue tolak lo waktu itu supaya lo lupain gue, dan gue lupain perasaan gue sendiri. Tapi semakin gue berusaha, bayangan lo malah semakin kuat. Gue nggak mau kehilangan lo fy. Gue tau ini semua udah telat. Gue tau lo udah ada Iel, tapi gue Cuma mau ngikutin kata hati gue. Gue Cuma mau jujur sama lo, dan khususnya sama perasaan gue sendiri”
“Tapi ka, lo tau kita...”
“Yah, gue tau itu. Sebenarnya gue nyiptain lagu tadi, karena gue mau kita ngelawan dunia ini. tapi gue tau, lo akan lebih memilih kenyataan dibandingkan harapan. Jadi, lo nggak usah khawatir. Gue nggak butuh lo bales perasaan gue atau gimana, gue Cuma mau jujur aja.” Ucap Rio lagi sambil tersenyum. “Gue balik ke kelas dulu” tambah Rio lagi. Ia berdiri dan berjalan menjauhi Ify yang masih shock dengan apa yang didengar.
“Jangan pernah nyangkalin perasaan lo lagi ka. Jangan pernah nyangkalin keberadaan gue. Gue mohon, jangan ngebuat gue tersiksa sama perasaan gue ” ucap Ify sambil memeluk Rio erat dari belakang. Rio tersenyum tipis. Entah apa yang akan terjadi di depan mereka nanti, yang pasti ia hanya ingin jujur pada hatinya. Walaupun ia tau, apa yang ia ambil mungkin hanya keegoisan dan emosi sesaat. Tapi biarkanlah dia merasakan semua ini. Rio berbalik dan memeluk Ify, seolah tak ingin melepaskan Ify untuk siapa saja. Untuk kali ini saja, Ify ingin agar harapannya yang tercapai
“Maafin gue selama ini fy. Gue..”
“nggak, ka rio nggak salah apa2.”
“Udah ah, pelukannya ntar aja” goda Rio pada Ify membuat Ify menggembungkan pipinya “Aku anter kamu ke kelas” ucap Rio yang ber ‘aku-kamu’ dan memegang tangan Ify. Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Mencoba mengatur jantung yang berdegup kencang dan perasaan yang tidak menentu
“aku balik dulu ya. Belajar yang benar” ucap Rio dan mengacak rambut Ify lembut, kemudian berjalan menjauhi kelas Ify. Ify hanya tersenyum. Ia tidak merasakan hal seperti ini. Mungkin Iel sudah berpuluh-puluh kali melakukannya, tapi hanya Rio yang berhasil membuat perasaannya tidak karuan. Ah, Iel. Ia hampir lupa dengan sosok itu. Bagaimana sikapnya yang seharusnya di depan Rio dan Iel? Ify mendesah, kemudian melangkahkan kakinya masuk ke kelas
“Ify, lo tau gosip baru nggak??” tanya Shilla histeris
“ada apa?”
“Via jadian sama ka Alvin”
“Serius vi?” tanya Ify masih tak percaya. Namun melihat Via yang mengangguk malu-malu dengan kedua pipi yang memerah, membuat Ify yakin bahwa kabar itu memang tak salah “Selamaaat ya viiii. Gue seneng banget..” ucap Ify dan langsung memeluk Via
“Makasih fy, shill”
“PJ-nya jangan lupa”
“Iya, iya, ntar istirahat”
“Asyiiiik”
“Btw, kapan nih Shilla nyusul?” tanya Via sambil melirik ke arah Shilla
“Apaan sih. Calonnya aja nggak ada” ucap Shilla yang mulai salah tingkah
“Masa? Terus ka ray dikemanain?” goda Ify membuat Shilla menundukan wajahnya
“Ih, Ray Cuma temen doank kok”
“Ray?” tanya Ify dan Via bingung karena Shilla tidak menggunakan ‘ka’
“Hmm, ituu”
“Ciiieee...cuit..cuit...kita tunggu aja deh..” ucap Ify membuat Via langsung tertawa dan mengangguk. Shilla masih ingin membalas lagi, tapi guru bahasa inggris sudah berada di depan, membuat ia mengurungkan niatnya.

*****
Rio masuk ke kelasnya sambil bersiul mengikuti hatinya yang benar2 sedang bahagia saat ini.
“Ehm, ceria banget. Ada apa nih?” tanya zahra yang  heran melihat teman tempat duduknya seceria ini
“Oh, hehehe, gue lagi senang soalnya gue nyiptain lagu kedua dan disukai sama yang lain” ucap Rio. Bukan, bukan itu alasan utamanya. Alasan utamanya adalah Ify. Ia benar2 bahagia karena Ify. Apa ini yang dikatakan dunia serasa milik berdua. Seolah tak ada yang menghalangi dan mereka tak mau memikirkan apa yang akan terjadi nanti.
“Yakin Cuma karena itu?” tanya Zahra membuat Rio mengangkat alisnya
“Emang ada yang lain?”
“Misalnya karena ngomong sama Ify tadi?” tanya Zahra telak, to the point, membuat Rio langsung memucat.
“Lo..”
“Maaf yo. Gue nggak sengaja ngeliat dan denger semua yang kalian omongin. ”
“Gue...”
“Kalo lo sayang sama Ify kenapa lo ngebiarin Ify dimiliki Iel? Kenapa sekarang lo malah ngerebut pacar teman lo? Kenapa lo malah nyakitin Iel? Kenapa lo begitu egois yo? Kenapa lo mikirin perasaan lo?” bentak Zahra. Ia tidak terima bahwa nantinya Iel yang disakiti
“Iya. Gue emang egois. Gue Cuma mikirin perasaan gue sendiri. Gue nyakitin Iel. Gue nggak memperjuangkan Ify di awal dan gue ngambil dia dari teman gue sendiri. Lo pasti mau bilang gue teman macam apa, iya kan? Tapi lo pernah mikir nggak gimana gue menahan perasaan gue, menahan semua rasa gue, mencoba menghapus perasaan gue, dan membiarkan Iel milikin Ify, tapi nggak pernah berhasil. Lo pernah nggak mikir, bahwa gue sama sekali nggak bisa memilih. Dan sekali gue memilih itu semua Cuma nyakitin diri gue sendiri. Itu ngebuat gue semakin masuk dalam lubang hitam kelam. Pernah nggak lo ngalamin itu semua?” bentak Rio tak kalah sengit
“Tapi lo..”
“Gue sodara kandung sama Ify. Puas lo?” ucap Rio sekali lagi, membuat Zahra terhenyak apa yang didengarnya. Ia terdiam. Ia tak menyangka bahwa Ify dan Rio bersaudara.
“Semuanya..”
“Nggak ada yang tau, kecuali gue sama Ify. Karena itu gue mohon, lo nggak bilang ke siapa2” jawab Rio mulai melembut seolah bisa membaca apa yang ingin ditanyakan Zahra “Gue Cuma mau jujur sama yang gue rasain Ra. Gue tau, semua ini salah dan nggak pernah diizinkan. Tapi apa gue nggak pantas untuk bahagia? Gue tau, gue jahat, gue egois, gue nggak pantes disebut sebagai manusia, karena gue nggak punya hati. Terserah lo mau bilang gue apa ra, tapi semuanya nggak bakal ngubah apapun yang udah gue lakukan”
“Gue Cuma mau bilang. Sekarang atau nanti, akhirnya kalian mesti berpisah. Bukankah sebelum semuanya terlalu jauh, kalian nggak pernah terlibat dengan perasaan itu?” tanya Zahra lembut
“Gue tau. Tapi biarin gue ngerasa sedikit kebahagiaan aja, sebelum di antara gue dan Ify berakhir”
“Sampai kapan yo?”
“Entahlah.” Jawab Rio sambil mengangkat bahunya. Zahra pun tak ingin menanyakan apapun lagi dari Rio. Biarkan Rio dan Ify yang memikirkan selanjutnya, mereka berdua toh juga sudah cukup dewasa untuk tau mana yang seharusnya mereka lakukan. Yang penting ia sudah mengatakan yang seharusnya ia lakukan. Sekarang, apa yang harus ia katakan pada Iel? Bagaimana perasaan Iel jika mengetahuinya? Zahra mendesah berat.

*******
Alvin, Via, Cakka, Agni, Ray, Shilla, dan Rio sudah berada di kantin. Alvin duduk di hadapan Via, Cakka di hadapan Agni, Ray di hadapan Shilla, sedangkan Rio duduk di sebelah Shilla. Zahra memilih untuk tidak ikut dan menghabiskan waktunya di perpustakaan, dengan alasan ingin mengerjakan tugas yang belum ia selesaikan. Namun sebenarnya, ia hanya tak ingin melihat Iel yang begitu tulus pada Ify, sedangkan Ify dan rio menyembunyikan rahasia.
Rio menatap Ify dan Iel yang masuk ke kantin sambil berpegangan tangan. Ia mulai mengaduk-aduk minumannya, hanya sebagai pengalih agar tidak terlalu memperhatikan pasangan itu. Atau juga agar tidak terlalu merasakan sakit. Ify duduk di sebelahnya, sedangkan Iel duduk di hadapan Ify tentunya
“Udah pada pesan makanan ya?” tanya Iel melihat teman2nya
“Udah yel. Lo pesan aja. Gue traktir kalian semua” ucap Alvin dan dibalas dengan sorakan teman2nya
“Kamu mau makan apa?” tanya Iel lembut
“Siomay sama es jeruk aja ka”
“Tunggu bentar ya cantik” ucap Iel sambil mengusap puncak kepala Ify. Ify tersenyum, kemudian memandang punggung Iel yang menjauh. Rio sama sekali tidak ingin melihat Ify. Ia tidak terima melihat Ify memandang lelaki lain dengan senyum di wajahnya. Rio merogoh HP-nya yang bergetar
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
From : Ify
Kenapa? Kok cemberut? L
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
To : Ify
Ga ap2
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
From : Ify
Kok tiba2 berubah?
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
To : Ify
Ak Cuma ga tahan ngeliat ka,u sama Iel pegangan tangan
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
From : Ify
Kamu cemburu?
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
To : Ify
Hmm
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Balasan singkat dari Rio membuat Ify menahan senyumnya. Ia bahkan tak pernah melihat Rio cemburu atau marah. Yang biasanya ia lihat hanyalah dukungan. Ia sama sekali tak menyangka bahwa selama ini ketika Ia bersama Iel, Rio menahan cemburnya, menahan rasanya dalam2 agar tidak terlihat sama sekali. Ify mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Rio yang ada di bawah meja. Rio tersentak kemudian menatap Ify yang sedang tersenyum. Ia balas tersenyum, kemudian membalas pegangan tangan Ify. Biarlah tetap seperti ini.Toh juga tak ada yang tau.
Iel pun membawa makanan untuk Ify dan dirinya.
“Duh, kayaknya gue doang nih yang belum ada pacarnya” ucap Rio
“Lho? Zahra?” tanya Agni membuat Rio sedikit melirik ke arah Ify. Ify hanya mendengus sebal, yang membuat Rio tersenyum tipis. Rio menggenggam tangan Ify semakin erat
“Hmm, nggak kok. Cuma teman”
“Gue juga belum ada pacar kok ka” ucap Shilla
“Belum? Jadi bentar lagi nih?” goda Iel
“Ray, jangan ditunggu, keburu lari lho” ucap Cakka membuat Ray menggaruk tengkuknya yang nggak gatal, sedangkan Shilla semakin salah tingkah dengan wajahnya yang  memerah
******
To : Alvin
Ketua, gue izin ya. Ada yang harus gue selesaiin. Urusan hati

Ray memasukkan lagi HP-nya ke dalm saku celananya, kemudian berjalan menghampiri Shilla yang sedang duduk di pos satpam
“Kok belum pulang Shill?”
“Lagi nunggu taksi”
“Mau bareng gue nggak?”
“Emang nggak ngerepotin?”
“Nggak kok”
“Emang nggak latihan?”
“Gue izin. Mesti nganterin nyokap. Gimana? Mau nggak?”
“Ya udah deh” ucap Shilla dan langsung naik mobil yang dibawa Ray.
“Motornya ke mana Ray?”
“Lagi masuk bengkel. Jadinya pake mobil deh”
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Tak ada pembicaraan di antara mereka sama sekali.

“Makasih ya ray, udah anterin gue” ucap Shilla ketika sudah sampai di depan rumahnya.
“Shill, ada yang perlu gue omongin” ucap Ray membuat Shilla mengangkat sebelah alisnya penasaran, “Gue tau gue sama sekali nggak romantis kayak cowok yang lo pengen, tapi gue mau jujur kalo gue sayang sama lo Shill. Gue tau mungkin ini terlalu cepat buat lo. Klo lo nggak mau bales perasaan gue, gue nggak maksa. Tapi please, terima ini” ucap Ray sambil menyerahkan bunga mawar putih dan boneka panda besar “Maaf. Bunganya nggak nyampe 100 tangkai. Gue udah keliling jakarta, tapi gue Cuma dapet 51. Maaf ya” ucap Ray membuat Shilla terpana.
“Gue Cuma bercanda Ray. Gue..”
“Gue bakal ngelakuin apa aja buat lo Shill”
“ya ampu, tanpa lo ngelakuin kayak gini juga gue bakal terima lo” ucap shilla membuat Ray langsung menepuk dahinya.
“Kalo tau gitu gue nggak usah keliling jakarta buat nyari tuh mawar susah2”
“Raaaaaay”
“hehehe. Bercanda Shill. Jadi sekarang kita pacaran kan?” tanya Ray lagi embuat shilla mengangguk
“Thanks Shill. Gue sayang sama lo”
“Gue juga sayang sama lo Ray.”
******
1 bulan berlalu sejak kejadian Ify dan Rio di taman. Ujian mereka pun sudah berakhir. Iel dan Alvin dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan, sedangkan Rio, Ray, Cakka naik ke kelas XII, dan Ify, Shilla, Via naik ke kelas XI. Jenjang atau tingkatan yang baru, membuat mereka harus nantinya kembali beradaptasi dengan semua yang baru.
Selama ujian pun, Rio belajar bersama Ify. Lebih tepatnya, Rio mengajarkan bagian2 yang tak dimengerti Ify, kemudian Rio sendiri pun belajar di samping Ify. Jika sedang belajar bersama, mereka merasa sebagai kakak dan adik, di mana kakak akan selalu mengajarkan adiknya. Tapi mereka juga merasa mereka seperti sepasang kekasih, yang saling mendukung, dan menemani, membuat mereka semangat untuk belajar.
Berhubung Alvin dan Iel sudah lulus, maka setelah pemilihan, Rio pun yang menjadi ketua mereka. Hari ini, akan dilakukan audisi untuk mencari 2 siswa sebagai vokalis dan gitaris. Sebenarnya Rio bisa menjadi keduanya, namun ia menolak mentah2 dengan alasan ingin tetap memberi kesan Lieblings band yang beranggota 6 orang. Setelah berdebat, maka tetap diadakan audisi, yang dinilai oleh anggota Lieblings
“Pagi tante, ka Rio-nya ada?” tanya Ify sopan pada ibu fanny.
“Hmm, masih tidur di kamarnya. Emang ada apa fy?”
“Mau audisi buat nyari anggota band yang baru tan, dan ka Rio jurinya”
“Oh gitu, kamu bangunin dia aja ya. Tante mau masak dulu. Kamarnya ada di lantai 2 paling pojok”
“Makasih tan” Ify pun segera menaiki tangga. “Rio’s room” yang berada di depan pintu membuat Ify yakin bahwa ini kamarnya Rio. Ify mengetuk pintu beberapa kali namun sama sekali tak ada balasan, membuat Ify memberanikan diri untuk langsung masuk. Kamar bercat putih, tempat tidur King size, tempelan gambar pemain bola basket terpampang di mana2. Sebuah gitar yang biasa dibawa Rio ke mana2, berada di sudut kamarnya, tak jauh dari balkon kamar itu. Cukup rapi untuk ukuran laki-laki.
“Ka..ka Rio, bangun..” ucap Ify lembut, sambil mengusap pipi Rio lembut.
“Mmm”
“Bangun ka..”
“5 menit lagi..” ucap Rio dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut
“Ini udah telat ka. Ka Rioooooooo” teriak Ify sambil menarik selimut yang dipakai Rio. Namun Rio menariknya lagi, membuat aksi saling tarik menarik di antara mereka berdua. Ify yang kehilangan keseimbangannya pun jatuh menindih tubuh Rio
“Aw..” Ify mencoba bangkit, namun Rio malah memeluknya
“biar gini aja fy” ucapRio membuat Ify sama sekali tidak bisa bergerak dan pasrah.
“ka rio bau”
“Bau, tapi kamu suka kan” ucap Rio lagi membuat wajah Ify memerah.
“Ayo ka, udah telat nih” ucap Ify lagi, membuat Rio menggulingkan tubuhnya dan Ify, sehingga Ify berada di bawah, dan Rio berada di atas
“Pagi cantik” ucap Rio dan mencondongkan tubuhnya, membuat jarak di antara mereka semakin terhapus. Bibirnya menyentuh bibir mungil Ify dengan lembut. Ify tersentak, tetapi perlahan dia menikmati. Ia memejamkan matanya dan mengalungkan tangannya di leher Rio.
“Ify, Rio-nya udah bangun??” teriak Ibu fanny dari lantai 1 membuat Ify dan Rio tersentak. bunyi langkahnya semakin dekat. Dan membuka pintu kamar Rio
“Sudah tante.” Ucap Ify yang duduk di tepi tempat tidur Rio. Sedangkan Rio duduk juga di sebelahnya
“Ya sudah kalau begitu. Wajah kalian kok merah?” tanya bu Fanny yang melihat wajah Rio dan Ify memerah
“Ee, panas ma. Udah Rio mau mandi dulu” ucap Rio, bu Fanny pun hanya meninggalkan mereka dan pergi
“Aku turun dulu ka” ucap Ify  yang sudah berada di depan pintu Rio. Namun Rio memegang tangannya, membuat ia berbalik. Rio mengecup bibirnya cepat kali ini, membuat Ify tak bisa berkata-kata lagi
“Maaf buat yang tadi” ucap Rio dan langsung mendorong tubuh gadisnya itu keluar kamarnya, agar tidak terjadi yang lain lagi. Ify yang berada di luar kamar Rio, masih mencoba mengontrol detak jantungnya. Ah, apa yang baru saja ia lakukan.

*******
Sudah setengah jam yang lalu, ia menunggu Ify di depan sekolah. Namun ia sama sekali tidak melihat wajah gadisnya itu. Ia sudah menelpon ke HP ify tapi tak diangkat. Ia telpon ke rumahnya, tapi kata mamanya, Ify sudah berangkat satu jam yang lalu. Semalam ia menawarkan untuk menjemput Ify, tapi Ify menolak dengan alasan ia akan menemani mamanya pergi sebentar. Ia sudah menanyakan hal itu pada mama Ify, dan jawaban yang ia dapatkan adalah “Ify nggak nemenin tante kok”. Curiga? Hmm, ia hanya tidak suka jika ia dibohongi. Ia sangat mempercayai Ify, namun di satu pihak ia ingin Ify juga selalu jujur padanya.
Ia mulai menendang batu yang ada di sekitarnya itu hanya agar ia tidak bosan menunggu. Ia mengangkat kepalanya, melihat Ify berjalan dari arah parkiran, bersama Rio. Ia benar2 mencoba berpikir positif, namun ketika melihat Rio memeluk pinggang Ify, membuat ia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
“Fy..” panggil Iel membuat Rio langsung melepaskan pelukannya.
“Eh..”
“Gue mau minta kalian berdua jelasin semuanya. SEMUANYA YANG NGGAK GUE TAU” bentak Iel. Ia merupaka orang yang sangat sabar, namun jika menyangkut hati, ia sama sekali tidak bisa sabar. Apalagi melihat kekasihnya malah berpelukan dengan cowok lain yang merupakan temannya
“Gue sayang sama Ify, yel” ucap Rio membuat semua yang ada di situ tersentak. “Gue tau gue salah, tapi gue Cuma..”
BUGH...
Pukulan Iel melayang tepat di pipi Rio, membuat Rio terjatuh karena tidak menyangka Iel akan memukulnya. Apa iya, dia salah mengikuti hatinya? Apa iya, dia salah mengambil keputusan dan pilihan?
“Apa ini yang lo bilang ‘teman’ yo?”
“Gue...”
“Kenapa nggak dari awal yo?”
“Karena gue nggak bisa”
“Kenapa? Jangan jadi pengecut lo”
“Karena gue kakaknya” ucap Rio lirih membuat Iel lagi-lagi harus membelalakkan matanya. “Gue dan Ify sodaraan. Karena itu...Gue tau gue salah, tapi yel jangan marah sama Ify”
“Aargh. Gue benci lo berdua” ucap Iel langsung meninggalkan Ify dan Rio. Rio berlari mengejar Iel. Ia sama sekali tidak ingin semuanya berakhir seperti ini. Ia tau, ini memang salahnya. Ia tau, ia tetap keras kepala untuk melawan dunia ini dengan hubungan mereka. Ia juga tau bahwa bagaimanapun juga, ia telah melukai Iel.
“IEL AWAAAAAAS” teriak Rio dan mendorong tubuh Iel yang nampaknya tidak melihat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya.
BRUK..
Iel hanya terdiam melihat Rio yang berada di depannya, penuh dengan darah.
“Gue minta maaf” ucap Rio dengan sisa kekuatannya. Bukannya Iel tidak ingin menolong, ia hanya kehilangan kata2nya, maupun kekuatan untuk bergerak dari situ. Semuanya terjadi dalam hitungan sepersekian detik.
“Ka Rioooo” Ify langsung menghentikan sebuah taksi dan membawa Rio ke rumah sakit dibantu oleh Alvin. Ify memang memanggil anggota lieblings yang lain, ketika melihat Rio mengejar Iel tadi. Tapi memang terlambat.  

******
Sudah hampir satu jam Rio di ruang ICU. Mama manda, papa doni, dan mama fanny pun segera datang ketika mendengar hal itu. Ify sendiri masih menangis. Ia masih tak habis pikir bagaimana mungkin semuanya terjadi begitu cepat. Iel berada di sampingnya, memeluk Ify mencoba menenangkannya. Walaupun Iel sendiri tidak tenang.
“Gimana keadaannya dok? Saya ayahnya” tanya papa Doni
“Hmm, ada beberapa luka luar, patah tulang iga yang tidak terlalu beresiko. Hanya saja, patah tulang itu malah membuat organ dalam Rio, yaitu hati jadi tertusuk dan terjadi pendarahan dalam. Sudah kami atasi pendarahannya, tapi kami membutuhkan donor hati secepatnya, sebaiknya dari keluarga yang kemungkinan besar DNA-nya sama”
“Ambil punya saya saja dok” ucap Ify membuat semuanya menatap padanya
“nggak bisa fy”
“Bisa ma.”
“Bisa kok bu. Kami akan mengambil hati lobus kiri, yang memang tidak terlalu besar. Sehingga kedua anak ibu bisa selamat”
“Bukan itu fy, dok. Tapi Rio...” ucapan mama manda terhenti dengan isakan tangis
“Rio bukan kakak kandung kamu fy. Dulu Rio diangkat sama mama dan papa di panti asuhan.” Ucap papa doni membuat Ify mundur beberapa langkah seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar. Jika kabar itu dikatakan beberapa bulan yang lalu, mungkin Ify begitu bahagia. Tapi saat ini, ia lebih memilih Rio menjadi kakaknya, agar bisa ia tolong. Setidaknya walaupun mereka tidak bersatu, ia dapat terus melihat senyuman Rio. Kenapa semuanya seolah terlambat?
“maafin mama sama papa fy, kami udah nggak jujur sama kalian. Papa terobsesi, agar semuanya tau bahwa Rio memang penerus Haling yang sah” ucap papa Doni. Tidak! Ify sama sekali tidak ingin mendengarkan alasan apapun dari kedua orang tuanya.
“Dok, kalau begitu...” ucap Alvin tertahan
“Maaf, tapi kami tidak dapat menyelamatkan Rio”
“Boleh kami melihatnya”
“Yah. ”
Ify, Alvin, Iel, mama manda, papa Doni, dan mama Fanny sudah masuk ke ruangan. Ify duduk tepat di sebelah Rio
“Hai..” sapa Rio lemah, ketika membuka matanya “kenapa nangis?” tanya Rio melihat Ify yang masih saja menangis di sampingnya
“Ka Rio tau, saat ini aku lebih memilih supaya ka Rio jadi kakak kandung aku, supaya aku bisa nolongin kamu. Supaya kamu bisa tetap mengirim sms padaku, supaya aku tetap bisa melihat senyuman manismu, walaupun kita mungkin nggak pernah bisa bersatu.” Rio menatap Ify bingung, kemudian menatap kedua orang tuanya meminta penjelasan. Mereka pun menjelaskan pada Rio apa yang sebenarnya terjadi, membuat Rio tidak tau harus bahagia atau tidak
“Hei, kamu jangan begitu. Ini semua udah jalan Tuhan buat aku. Aku emang bersalah banget sama kamu, Iel, mama, papa, sama semua orang.”
“Tapi ka, aku nggak tau harus kayak gimana kalau nggak ada kamu” ucap Ify yang masih saja terisak
“Cukup tersenyum, dan cari yang lain fy” ucap Rio lirih karena kekuatannya yang ia rasa semakin melemah “Yel, gue minta maaf. Gue harap lo mau jagain Ify.”
“Nggak yo, gue yang harusnya minta maaf”
“Ma, pa, mama manda, maafin aku ya kalo banyak salah” mama manda terenyak melihat anaknya memanggilnya mama lagi
“Nggak sayang, kamu nggak salah apa2” ucap mama manda dan langsung memeluk Rio.
“Vin, maaf. Gue nggak bisa jadi ketua selanjutnya ngelanjutin lo” ucap Rio
“Lo ngasih banyak banget buat lieblings yo” ucap Alvin. Rio tersenyum, kemudian menatap Ify lagi
“Kamu perlu tau, kalau aku selalu sayang sama kamu”
“Kalau kamu sayang sama aku, kamu nggak bakal ninggalin aku”
“Aku nggak bakal ninggalin kamu. Karena aku selalu ada di hatimu.” Ucap Rio sambil mengusap kepala Ify dengan kekuatan akhirnya, membuat Ify kembali menangis. Rio memejamkan matanya.
“jangan pergi ka..” ucap Ify lirih ketika melihat alat yang ada di samping tempat tidur Rio menunjukkan garis lurus.
Semuanya keluar dari ruangan itu membiarkan para dokter dan suster yang bekerja. Ify terus menangis di pelukan Iel.
“Maaf, kami sudah berusaha sebisa mungkin. Tapi maaf, Tuhan berkehendak lain. Rio, telah pergi selamanya.”

******
Sudah seminggu sejak kepergian Rio. Ify masih saja menangis tiap kali melihat fotonya bersama Rio. Namun hari ini, Ify mengajak Iel pergi ke cafe yang tak jauh dari rumahnya. Ia mengaduk sejenak minumannya
“Fy...” panggil Iel
“Maafin aku la, aku bersalah sama kamu”
“Nggak apa2 fy”
“Aku mau...kita putus.” Ucap Ify lirih “Aku nggak mau nyakitin kamu lebih dari ini ka. Kamu berhak untuk bahagia ka”
“Aku tau. Aku tau kamu mau mengatakan ini.”
“maaf..”
“nggak. Kamu nggak salah, yang salah hanyalah waktu yang tidak tepat” ucap Iel sambil mengusap kepala Ify “Kalau kamu butuh aku, aku akan selalu ada buat kamu. Sebagai kakak, sebagai sahabat, atau sebagai siapa saja yang kamu inginkan”
“Makasih ka” ucap Ify dan memeluk Iel. Ia kembali menumpahkan air matanya.
“Aku anterin kamu pulang ya”
“Aku  masih mau di sana ka. Kakak pulang aja.” Ucap Ify. Ia menatap ke luar, memandang langit sore saat itu. menatap warna keemasan yang dipantulkan sang mentari. Ify bangkit berdiri, berbicara dengan pemusik yang ada di cafe itu
“Selamat sore semua. Aku mau nyanyi sebuah lagu yang ku persembehkan untuk seseorang”
Takkan pernah habis air mataku
Bila ku ingat tentang dirimu
Mungkin hanya kau yang tahu
Mengapa sampai saat ini ku masih sendiri
Adakah disana kau rindu padaku
Meski kita kini ada di dunia berbeda
Bila masih mungkin waktu berputar
Kan kutunggu dirimu 
Reff:
Biarlah ku simpan sampai nanti aku kan ada di sana
Tenanglah diriku dalam kedamaian
Ingatlah cintaku kau tak terlihat lagi
Namun cintamu abadi



‘aku janji, mulai besok, aku akan mengenangmu dengan senyuman, tanpa air mata ka Rio. Aku sayang sama kamu’ batin Ify kemudian berjalan kembali ke rumahnya. Mencoba membuka lembar baru dalam hidupnya.


Quote :
Kita emang nggak pernah bisa mengingkari kenyataan. Tapi, kita selalu punya pilihan untuk menjalani hidup ini.We always have a choice. Hanya saja dari sudut mana kita melihat masalah, bagaimana kita melihat dampak buruknya bukan Cuma buat diri kita tapi buat orang di sekitar. Karena dari sudut pandang yang berbeda, kita punya pilihan yang berbeda, yang dapat mengubah hidup kita walaupun sedikit
-Alvin

Membuat pilihan adalah ketika kita bisa memutuskan mana yang benar. Ingat, baik tidak selalu benar, tapi benar walaupun sakit, tapi itu yang terbaik
-Mama Fanny

Membuat pilihan adalah ketika kita berani untuk melangkahkan kaki kita, membuka lembaran hidup yang baru. Tak perduli dengan tantangan apa yang ada di hadapan. Yang pasti membiarkan semuanya mengalir seperti air.
-Ify

Membuat pilihan tak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi bukan berarti kita tidak dapat memilih. Memilih bukan berarti harus meninggalkan salah satu.
-Rio


The end....
                JREEEEEEEEENG....
                Hmm, aku tau pasti sebelumnya ada yang senang banget tau Rify bukan sodara kandung dan berharap mereka bersatu. Tapi maaf ya, nggak sesuai dengan keinginan kalian. Soalnya aku bingung, mau nyatuin Fyel atau Rify. Karena bingung dan agar adil, aku melihi agar Ify sendiri saja. Eh bukan, itu pilihan Ify kok, aku nggak ikut campur. Lagian jarang2 aku buat sad ending. Hehehe..setelah ini aku yakin, pasti banyak banget yang pengen protes2 dan marah2 karena akhirnya begini. Hehehe. Sekali lagi ini hanya cerita. Oh ya, aku juga mau ngaku kalau cerita ini segera aku akhiri, karena aku nggak dapat feel, bahkan part yang terakhir ini. Jadi mohon dimaafkan
                Makasih buat yang udah pada mau baca cerita ini dari awal, makasih juga buat yang mau ngomentarin nih cerita aneh plus gaje. Makasih juga buat temen gue. Maaf ya, gue ambil kisahnya buat penembakan Rayshill. Pokoknya thanks banget buat semuanya.

Rabu, 13 Juli 2011

Buku-buku rekomendasi untuk dibaca

Haiii..Bagi kalian yang emang suka baca buku dan punya banyak waktu, ini ada begitu banyak buku yang gue suka. Mungkin aja kalian juga bakal suka. Hehehe...
                Komik :
1.       Detective conan à gue suka banget conan, karena ngelatih gue buat analisis suatu masalah.
2.       Goong à komik komedi romatis yang bisa ngebuat gue sedih namun ngakak sedetik kemudian.
3.       Topeng kaca à topeng kaca yang terus berlanjut sampai judul bidadari merah dan dua akoya. Komik ini juga gue suka banget. Banyak hal yang gue pelajarin di sini, misalnya tentang teater. Bagaiman cara mereka berlatih, bagaimana mereka hanya menggunakan gerakan namun dapat menjelaskan maksudnya
4.       Godhand teru à nah, kalo yang ini, gue nggak gitu yakin kalian suka. Komik ini tentang dokter bedah gitu. Jadi isinya semua adalah tentang nama2 penyakit dan nama2 alat yang digunakan. Kalau tertarik, monggo dibeli...
Buku fantasi :
1.       Harry Potter 1-7
Terkadang teman2 gue suka bingung ngelihat gue membaca buku setebal itu. Tapi karena dasarnya gue emang suka baca dan menghayal, jadi gue baca semua bukunya harry potter. Huehehe..Gue suka ngebaca buku soalnya berimajinasi sendiri itu sangat menyenangkan
2.       Narnia
Buku ini juga nggak beda jauh sama Harry potter. Gue juga suka ceritanya, karena gue sekali lagi suka menghayal
3.       Darren Shan
Buku tentang vampir yang membuat gue tegang sendiri ketika pertarungan. Gue sempat membaca buku twilight, tapi ntah bagaimana gue nggak suka ceritanya. Gue lebih suka Darren Shan yang lebih memacu adrenalin *maaf bagi pecinta twilight, gue hanya mengutarakan pendapat*
4.       Buku karangan M.G.harris (Ice shock dan the invisible city)
Buku ini juga ngebuat gue kalo udah membuka halaman pertamanya, gue bakal nggak ingat waktu dan gue akan sangat penasaran dengan akhirnya. Buku yang ngebuat gue tegang, bahkan merasakan bahwa gue ada di sana.
5.       Sherlock holmes
Ouch..Buku ini juga ngelatih gue buat analisis suatu masalah. Gue suka banget emang buku yang berhubungan sama detective gitu..hehehe.
                Buku romantis :
                Nggak semua buku teenlit gue suka. Gue Cuma suka beberapa. Biasanya sih gue nyari berdasarkan pengarangnya. Namun gue juga sering ngelihat ceritanya
1.       Buku karangan Luna torashyngu
Hmm, gue suka semua karangannya si Luna. Ceritanya nggak pernah bisa ditebak akhirnya. Gue suka cerita yang ngebuat gue penasaran dan gue suka gaya penulisannya.
2.       Buku karangan  esti kinasih
Kalo bukunya si esti, mungkin ceritanya dapat dengan mudah gue tebak akhirnya, tapi gue suka sama cara penulisannya. Gue suka caranya menyampaikan cerita.
3.       Buku karangan Illana Tan
Buku karangan Illana Tan itu ngebuat gue serasa ada di tempatnya. Misalnya di London, Tokyo, Paris ataupun Seoul. Dia berhasil membangun suasana, dan membuat gue lagi-lagi bisa nangis2 dan ngabisin sekotak tissue *lebay* Cuma gara2 baca novelnya
4.       Novel ‘till we meet again’
Gue suka nih sama novel ini, soalnya gue juga ngerasa benar2 ada di austria. Well, walaupun gue udah bisa menebak akhirnya, tapi gue tetap suka cara penuturannya. Dan gue agak nggak terima kalo novel ini Cuma juara 3 *oops..maaf sekali lagi ini hanya pendapat*
5.       Novel ‘remember when’
Novel ini juga gue suka banget. Ada banyak quote di dalamnya yang ngebuat gue juga berpikir lagi. Penulisannya emang sederhana, tapi perasaannya nyampe banget.

Gue rasa segitu aja dari gue..Kalau ada yang mau baca dan penasaran, monggo dibeli..