Jumat, 03 Juni 2011

The perfect of love - cerpen


Hai pada ingat cerpenku arti sebuah kesempurnaan? Kalo yang belum baca atau udah pada luba, baca ulang aja. Hehe...Nah ini merupakan lanjutan cerpenku itu. I hope you like it. Happy reading...
Sejak semester lalu berpacaran dengan Ify, Rio berubah total. Tak ada Rio yang terkenal karena malas, sering telat, yang ada sekarang hanya Rio yang keren,  pintar, dan disukai banyak gadis tentunya. Rio memarkirkan motornya di depan sebuah rumah besar, menatap dirinya di kaca spion. Ia tersenyum geli mengingat Ify sukses merubahnya 180 derajat. Rio pun berjalan ke rumah itu, kemudian menekan bel. Nampak seorang bapak membukakan pintu baginya
“Pagi om” sapa Rio
“Eh Rio. Ayo masuk. Ify nya lagi ngambil tas dulu.” Rio pun mengangguk dan mengikuti langkah papa Ify “Fy,, Rio udah ada”
“Iya pa” balas Ify kemudian keluar dari kamarnya. “Yuk yo”
“Om kita pergi sekolah dulu ya” pamit Rio sambil mencium punggung tangan papa Ify
“Hati-hati ya”
“Beres om...”
“Pa, Ify berangkat” Ify pun mencium pipi papanya dan mengikuti langkah Rio. Rio menstarter motornya, kemudian Ify pun naik
“Pegangan fy” ucap Rio lembut. Namun Ify sama sekali tak bergerak dan hanya mematung. Rio mendesah, seharusnya ia sudah hafal bahwa Ify akan selalu menolak untuk berpegangan. Jika iya pun, Ify hanya memegang ujung jaket Rio. Akhirnya Rio pun menarik tangan Ify dan melingkarkan di perutnya. Ify menarik lagi, namun Rio lebih kuat, sehingga untuk pertama kalinya Ify memeluk pinggang Rio dengan wajah memerah. Rio tersenyum menatap Ify lewat kaca spionnya. Bukan karena canggung, namun Ify lebih memilih untuk tidak mati muda karena jantungan. Detak jantungnya akan selalu lebih cepat jika berada dekat Rio. Rio pun langsung melajukan motornya ke sekolah.

@Sekolah
Setelah Rio memarkirkan motornya, Rio pun menggandeng tangan Ify.
“Hei yo, fy”
“Hei vin” balas Ify
“Tambah cantik aja lo fy” goda Alvin membuat Ify tertawa renyah sedangkan Rio mendelik sebal ke Alvin “Hehe..Ampun  yo. Becanda doang. Yo, lo jelasin ke gue dong tentang dimensi 3 yang diajar pak Dave kemaren”
“Hmm tapi” bukan ingin menolak, tapi Rio hanya ingin mengantarkan gadisnya ini ke kelasnya dulu.  Memamng kelas Rio dan Ify berbeda. Serta jika dari parkiran, akan lebih dulu sampai di kelas Rio.
“Nggak apa-apa yo. Aku bisa jalan sendiri kok” ucap Ify seolah bisa membaca pikiran kekasihnya ini
“Kamu yakin?” tanya Rio memastikan
“Sebelum ada kamu, juga aku jalan sendiri yo” Rio pun tersenyum tipis kemudian mengacak rambut Ify
“Ntar ketemu waktu pulang ya.” Ify pun mengangguk kemudian melambaikan tangannya pada Rio dan Alvin. Walaupun satu sekolah, Ify dan Rio jarang sekali bisa bertemu saat jam istirahat. Pasti ada saja alasan yang mnghalangi mereka bertemu. Rio memandang Ify menjauh. Ify berbalik sebentar, menatap Rio.
“Love you” ucap Ify tanpa suara namun cukup terbaca dan membuat Rio tersenyum
“Love you too” balas Rio tanpa suara juga. Ify pun segera berbalik.
“Ehm, ehm. Duh serasa dunia milik berdua deh sampai2 gue dikacangin.” Rio hanya tertawa mendengar penuturan Alvin kemudian masuk ke kelas “Eh yo, ajarin gue kan?”
“Iye...bawel lo” balas Rio membuat Alvin cengar-cengir nggak jelas.

@kelas Ify
“Ipppyyy”
“Ada apa Shilooong”
“Ih, nama gue shilla”
“Gue Ify”
“Udah ah. Fy, gue mau cerita nih” sejak Ify bersama Rio pun, sifat sombong dan pemilih dalam berteman pun hilang. “Ada anak baru di kelas kita. Cowok, tajir, pinter, cakep lagi katanya”
“Trus?”
“Yah, ify mah mentang2 udah punya Rio, nggak asyik ngomongin cowok cakep” Ify pun tertawa mendengarnya “Gue cerita sama via aja ah”
“Lo kira dia nggak ngasih yang sama kayak gue?”
“Aah, rese nih punya temen 2 orang tapi dua2nya udah pacaran, ga seru ngomongin cowok”
“Makanya nyari dong Shill, tuh ada Alvin” semburat merah langsung muncul di pipinya. Ia memang menyukai Alvin entah sejak kapan rasa itu tumbuh begitu saja.
“Ify jangan buat ue malu deh. Gue nunggu anak baru aja ah”
“Yakin nggak mau sama Alvin?”goda Ify sambil menoel dagu Shilla. Shilla masih ingin membalas, namun bell yang telah berbunyi dan bu winda yang telah masuk pun membuat Shilla mengurungkan niatnya
“Morning class”
“Morning ma’am”
“Okay class, before we start our lesson today. I wanna call someone to introduce his self. Hmm, He is your new friend. Come in boy” anak lelaki yang dari tadi hanya berdiri di depan kelas pun masuk
“My name is Cakka nuraga. I come from Bandung” Semua anak terdiam. Patut diakui bahwa cowok di depan mereka ini memang tampan. Tapi bukan itu yang menjadi utama. Karena yang utama di sini adalah Nuraga. Semua orang tahu bukan saja di sekolah mereka, tapi orang-orang di luar sana, bahwa Nuraga adalah pemilik sekolah ini dan sebagian perusahaan yang ada di jakarta.
“Okay cakka you can sit behind ms.Alyssa” Ify mematung. Jantungnya berdebar cepat, wajahnya memucat. Cakka tersenyum manis ketika melewati meja Ify, membuat Ify menahan nafasnya.


Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa bel pulang pun telah berbunyi. Hari ini Ify sama sekali tak fokus dengan pelajaran.
“Shilla gue pulang duluan ya” bisik Ify seolah tak ingin didengarkan Ify. Ia pun berjalan ke luar kelas. Ify hanya ingin cepat-cepat bertemu Rio. Ia sama sekali tak ingin bertemu dengan Cakka. Untungnya selama jam istirahat, Cakka cukup sibuk meladeni semua pertanyaan dari cewek-cewek yang ada di kelasnya maupun di luar kelasnya
“Ify tunggu!” Ify langsung menghentikan langkahnya. Suara itu, membuat ia kembali dengan susah payah mengatur nafasnya “Kamu kenapa jalannya cepat banget? Ayo aku antar pulang” ucapnya sambil menggandeng tangan Ify. Namun dengan satu hentakan keras, Ify melepaskan tangannya.
“Mau lo apa sih?” desis Ify
“Kok kamu gi...”
“Jangan pake aku-kamu. Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi.”
“Tapi nggak pernah ada kata putus antara kita”
“Kalau gitu sekarang kita putus. Dulu gue nggak sempat ngomong, karena lo udah pergi duluan Cakk”
“Fy..”
“Please..Jangan ganggu gue.”
“Ify” mendengar panggilan itu, Ify langsung tenang. Ia pun berjalan mendekat ke arah Rio, dan menarik Rio meninggalkan Cakka.
“Jadi gitu fy, lo nggak mau kenalin dia ke gue” Ify kembali menghentikan langkahnya. Kenapa ia harus bertemu lagi dengan Cakka? Kenapa saat ia merasa semuanya hampir sempurna, ada Cakka yang mengacaukan semuanya?
 “Kenalin yo, ini teman baruku di kelas. Cakk, ini Rio pacar gue” ucap Ify menekankan pada kata pacar
“Rio”
“Cakka. Teman Ify”
“Ya udah gue sama Ify duluan ya” ucap Rio kemudian menggandeng tangan Ify meninggalkan Cakka.

Sepanjang perjalanan, entah untuk kesekian kalinya Rio menatap Ify dari kaca spionnya. Ini bukan Ify yang biasanya. Ia dapat merasakan perubahan sikap maupun ekspresi Ify. Rio pun menepikan motornya di sebuah cafe.
“Kok berhenti di sini?” Bukannya menjawab, Rio hanya tersenyum kemudian menggenggam tangan Ify menuntunnya masuk ke dalam cafe tersebut. Setelah memilih tempat duduk yang pas, dan minuman, Rio pun mulai membuka pembicaraannya
“Kamu kenapa?” tanya Rio lembut membuat Ify yang dari tadi menunduk, akhirnya menatap Rio kemudian menggeleng pelan “Nggak usah bohong. Cerita aja” ucap Rio lagi sambil tersenyum
“Aku nggak tahu harus kayak gimana yo. Cakka...” Ify menghentikan kalimatnya. Menarik nafasnya mencoba mengumpulkan kekuatannya. Rio pun hanya diam dan terus mendengarkan “Dia pacarku pertama sebelum Iel. Namun, ia menghilang begitu saja. Aku selalu berusaha menghubunginya, namun tak pernah bisa. Setelah 2 tahun lebih, akhirnya aku menganggap bahwa hubungan kita memang sudah putus. Aku pun jadian dengan Iel, setelah itu kamu”
“Ketika aku sudah melupakannya, ia malah muncul lagi, dan sekelas denganku. Ia masih menganggap bahwa aku adalah pacarnya. Menurutnya tak ada kata putus antara kita. Aku pun langsung memutuskannya tadi. Namun, sepertinya ia sama sekali tak setuju. Aku harus kayak gimana yo? Aku nggak mau sekelas dengannya.”
“Kenapa kamu nggak mau sekelas dengannya?”
“Karena aku benci padanya”
“Hei fy. Aku tau ia pasti telah menyakitimu. Tapi aku yakin kamu bukanlah orang yang suka menyimpan amarahnya.”
“Tapi yo”
“Maafkan dia. Bukankah dengan demikian hidupmu akan lebih tenang.” Ify hanya mendesah berat kemudian mengangguk lemah.
“Gitu dong. Itu baru nama Ify ku” ucap Rio sambil mengacak rambut Ify lembut.

****
“Fy, makan yuk di kantin. Gue lapar nih” sahut Cakka sambil menarik Ify ke kantin. Ify hanya mendengus kesal dan mengikuti langkah Cakka. Ia memang sudah memaafkan Cakka sejak sebulan lalu, setelah Rio menasehatinya dan mereka berdua sekarang menjadi sahabat yang baik. Walaupun, Cakka tetap tidak berhenti untuk meminta Ify kembali padanya, dan Ify yang berkali-kali menolaknya. Entah mengapa ia semakin dekat dengan Cakka, dan Rio pun semakin sibuk sehingga mereka berdua tak pernah bertemu lagi. Di sekolah mereka pun tersebar gosip bahwa Ify dan Rio sudah putus karena Ify telah bersama dengan Cakka.
“Ayo fy dimakan” ucap Cakka membuyarkan lamunan Ify. Ify menatap nasi goreng yang ada di hadapannya. Ify pun mulai melahap makanannya. DI manakah Rio sekarang berada? Apakah Rio tak pernah tau bahwa ia sangat merindukan Rio.
“Ya ampun fy, makannya pelan2 aja kali” ucap Cakka sambil membersihkan nasi yang menempel pada sudut bibir Ify. Ah, sekali lagi Ify teringat pada Rio. Ia ingat ketika mulutnya penuh dengan es krim, dan Rio dengan sigap membersihkannya.
Cakka pun mendekatkan wajahnya pada Ify. Membuat Ify dapat merasakan nafas Cakka di wajahnya
“Ify” Ify langsung menjauhkan wajahnya, dan menatap orang yang memanggilnya
“Rio”
“Maaf aku ganggu.” Ucap Rio meninggalkan mereka berdua. Ify yang hendak mengejar Rio dicegah Cakka
“Jangan dikejar. Cowok kalo lagi emosi, nggak bisa diajak buat ngomong” ucap Cakka membuat Ify kembali duduk. Bukan hal seperti ini yang dia inginkan

*****
1 minggu kemudian
Sudah 1 minggu sejak kejadian di kantin waktu itu. Selama itupun Ify terus menerus meminta maaf pada Rio. Ia hanya ingin menjelaskan letak persoalan sebenarnya. Karena ia sam sekali tak ingin Rio salah paham seperti sekarang. Jangankan dimaafkan, bertemu dengannya saja Rio tak mau. Semua telpon dan sms pun tak dibalas satupun oleh Rio. Entah apalagi yang harus dilakukan Ify. Mungkin satu-satunya cara yaitu seperti ini. Menunggu Rio.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, tapi Rio masih berada di lapangan basket sekolahnya. Rio terus memainkan bola basketnya. Ia tahu bahwa Ify sedang duduk di salah satu bangku penonton dari tadi, namun ia lebih memilih untuk berpura-pura tidak tahu. Toh nantinya Ify akan menyerah dan pulang. Egois? Tidak! Bukan itu. Cemburu? Mungkin ia memang merasakan cemburu, tapi bukan hal itu yang membuat dirinya sulit memaafkan Ify. Atau mungkin lebih tepat untuk memaafkan dirinya? Ia hanya merasa tidak pantas untuk Ify karena ia tahu, ia tidak sama dengan Iel ataupun Cakka. Atau ia yakin bahwa Ify berhak mendapatkan yang lebih baik daripada dirinya. Orang yang lebih sempurna. Ia tahu bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tapi untuk mendapatkan yang terbaik, bukankah itu tak mengapa.
Rio menghentikan permainannya tiba-tiba. Bukan karena ia merasa lelah, namun Ify memeluknya dari belakang. Ia menutup matanya. Sudah begitu lama, ia tak pernah bertemu dengan Ify. Rio mengepalkan tangannya, mencoba menahan keinginannya untuk berbalik dan memeluk gadis yang ia sayangi itu.
“Please, jangan tinggalin aku. Jangan menjauh dari aku” tiba-tiba pelukan Ify mengendor, membuat Rio dengan sigap menopang badan Ify dan membawanya ke UKS. Rio duduk di samping Ify yang sedang diperiksa oleh bu Winda, salah satu guru kesehatan di sekolahnya.
“Ify nggak apa-apa. Dia hanya kurang tidur dan makan. Saya keluar dulu ya.”Rio mengangguk sekilas. Rio memegang tangan Ify, menyingkirkan rambut Ify, menatap wajah Ify lebih lama. Nampak lingkaran hitam di bawah mata Ify. Entah berapa banyak air mata yang dikeluarkan untuk menangisi dirinya. Mengapa ia begitu tega membuat gadis yang ia sayangi terluka sampai seperti ini? Segitu picikkah pikirannya?
“Rio..Rio aku sayang kamu” igau Ify dan langsung terbangun
“Kamu udah bangun?” Ify menatap ke sekelilingnya. Mengapa ia merasakan kehadiran Rio tadi? Apakah ia hanya bermimpi? Apakah itu hanya keinginannya semata?
“Fy..”
“Aku nggak apa-apa Cakka.” Lirih Ify namun sekali lagi ia mengeluarkan air matanya. Ntah bagaimana Rio berhasil mengubah dia yang sebelumnya tegar menjadi gadis yang rapuh seperti ini. Gadis yang begitu sering mengeluarkan air matanya
“Bentar ya fy” Cakka kemudian keluar. Ia tak sanggup melihat Ify menangis terus menerus. Awalnya ia senang ketika Rio keluar dari UKS, membuat ia ada kesempatan untuk menjaga Ify. Namun melihat Ify seperti tadi, ia sadar bahwa dirinya sama sekali tak memiliki tempat lagi di hati Ify.
“RIO!”
BUGH..
“Lo apa2an sih Cak? Datang2 langsung mukul”
“Nggak puas lo ngeliat Ify nangis, nggak makan, nggak tidur gara2 lo?”
“Bukannya ydah ada lo?”
BUGH..Pukulan Cakka menghantam lagi pipi Rio
“Kenapa sih lo jadi cowok nggak bisa mempertahankan cewek lo  sendiri?”
“Karena gue tau, gue nggak ada apa2nya dibandingin sama lo”
BUGH
“PENGECUT LO. Cuma bisa lari. Lo nggak tau kalau Ify segitu menderitanya karena lo? Lo beneran sayang sama Ify nggak sih? Kenapa lo tega ngebiarin dia kayak gitu?” ucap Cakka penuh emosi. Rio terdiam. Apakah dia begitu kejam pada Ify. Cakka menarik kerah kemeja Rio
“CUKUP” teriak Ify membuat Cakka melepaskan cengkramannya
“Jaga Ify yo. Yang ada di hatinya Cuma Lo.” Bisik Cakka sambil menepuk-nepuk pundak Rio, kemudian pergi.
“Yo, kamu nggak apa2?” tanya Ify panik. Rio hanya menggeleng “Ayo, aku obati di UKS” Walaupun Ify sendiri tak punya kekuatan, namun ia tetap mencoba membawa Rio ke UKS. Ify langsung mengambil kotak P3K. Ia pun membersihkan luka Rio
“Aw..”
“Maaf” ucap Ify. Mereka berdua pun terdiam, namun Ify tetap membersihkan luka Rio. Ingin sekali Rio mengatakan maaf, tapi ntah mengapa lidahnya kelu karena ia takut tak pernah bisa dimaafkan
“Fy..” Rio pun memegang tangan Ify yang sedang memegang kapas. Tangannya yang satu lagi menyentuh pipi Ify. Ntah dorongan dari mana, Rio mendekatkan wajahnya pada wajah Ify. Tak ada penolakan dari Ify. Kecupan hangat dan lembut pun diberikan Rio tepat di bibir Ify. Ify menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
“Maafin aku fy. Aku udah ngebuat kamu kayak gini. Seharusnya aku mempertahankan kamu Hanya saja aku merasa nggak pantas buat kamu fy. Aku merasa kamu bisa dapat yang lebih baik dari aku. Karena aku nggak sempurna seperti Cakka. Aku..”
“sst..”Ify meletakkan jarinya di bibir Rio, agar ia berhenti untuk berbicara “Aku yang harus minta maaf karena aku udah ngebuat kamu ngerasa seperti itu. Kamu inget nggak, waktu dulu kamu bilang kalau nggak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu juga Cakka yo. Dia juga nggak sempurna, kita nggak ada yang sempurna. Kamu ingat, kamu pernah bilang akan mencintaik dengan tulus? Cinta itulah yang membuat hubungan kita sempurna yo. Nggak butuh pasangan yang sempurna. Cuma kamu yo, yang terbaik buatku, ” ucap Ify dengan mata berkaca-kaca. Rio langsung menarik Ify dalam pelukannya. Begitu lama ia merindukan hal ini. Hidupnya terasa hampa tanpa Ify.
“Please, jangan ngeluarin air matamu lagi.” Ucap Rio sambil membelai rambut Ify. “Maafin aku fy. Aku sayang banget sama kamu.” Bisik Rio tepat di telinga Ify. Rio melepaskan pelukannya, mengangkat dagu Ify,  menatap Ify lembut, menyentuh wajah Ify dengan jarinya, kemudian mendekatkan wajahnya pada Ify. Jantung mereka berdua berdetak vegitu cepat. Wajah mereka begitu dekat, bahkan jarak di antara mereka semakin sedikit.
Kriuk...kriuk..
Rio terdiam. IA menjauhkan wajahnya, menatap Ify dengan sebelah alis terangkat
“Hehe. Maaf lapar” Rio langsung tertawa mendengar penuturan Ify. Ia kemudian mengacak rambut ify penuh sayang.
“Yuk kita makan” ajak Rio dan menggenggam tangan Ify seolah tak ingin melepaskannya. Ify pun mengikuti Rio sambil tersenyum

The end

0 komentar:

Posting Komentar