Jumat, 03 Juni 2011

Always have a choice - part 7

“Mari kita panggilkan LIEBLINGS BAND..” ucap seorang MC, membuat semua orang saat itu bertepuk tangan riuh.Hari ini memang hari ulang tahun sekolah mereka.
“Selamat siang semuanya” sapa Iel sebagai vokalis seperti biasanya “Siang ini, gue bakal bawa lagu baru dari Lieblings yang diciptain Rio. Kita harap kalian pada suka” Iel pun mulai menyanyikan lagu itu. Karena hanya Iel dan Ify saja yan berperan, maka anggota band Lieblings yang lain dengan setia menunggu di backstage. Alvin pun menekan beberapa tombol di HP-nya.
“Halo.”
“Di mana yo?”
“Gue nggak datang ya vin.”
“Kenapa sih? Jangan bawa masalah pribadi. Profesional dong yo”
“Gue lagi nggak enak badan vin. Lagian kalo gue nggak ada, masih ada lo kan yang gantiin gue.”
“Bener?”
“Iya vin, gue sakit. Masa lo nggak percaya sama gue”
“Ya udah deh kalo gitu. Take care ya.” Alvin pun mematikan sambungan telpon itu.

Rio mendesah, kemudian membaringkan tubuhnya. Ia memang berbohong pada Alvin. Ia memang sedang tidak sakit. Ia hanya ingin membuat segalanya seperti semula. Mengembalikan perasaannya seperti dulu. Ia hanya tak mampu melihat Iel bersama Ify di atas panggung. Ia memang laki-laki lemah. Ia hanyalah manusia biasa yang merasakan jatuh cinta. Cinta tak pernah salah. Yang salah hanyalah waktu, serta orang yang ia cintai. Rio mulai memejamkan matanya, membiatkan waktu berlalu dan menghapus sedikit masalahnya. Atau mungkin menghapus perasaannya

*****
Keesokan harinya dengan langkah gontai, Rio berjalan ke ruang latihan. Ia sama sekali tak mengerti mengapa Alvin menyuruh mereka datang sepagi ini. Ia menarik nafasnya sejenak, kemudian membuka pintu perlahan
“Akhirnya lo datang juga yo” ujar Cakka membuat Rio hanya tersenyum tipis
“Karena semua udah pada ngumpul, gue evaluasi aja ya buat semalam” ujar Alvin. Inilah yang sering mereka lakukan jika mereka baru saja selesai pentas. “Oke, semalam keren banget. Thanks fy, yel yang mau tampil buat lagu perdana kita. Makasih juga buat Cakka, Ray yang mau tampil di lagu kedua dan ketiga, & buat Rio walaupun lo nggak datang kemarin, tapi makasih banget buat lagu yang lo ciptain. Kemarin, banyak banget yang suka sama lagu ciptaan lo itu” ujar Alvin panjang lebar. Semuanya bertepuk tangan sambil tersenyum, kecuali Ify yang menyenderkan tubuhnya ke dinding agar ia tak jatuh
“Kamu kenapa?” tanya Iel lembut membuat semua menoleh pada mereka berdua
“Aku nggak apa2” ucap Ify pelan
“Kamu sakit?” Ify hanya mengangguk pelan “Jangan bandel. Aku udah bilang kan jaga kesehatan.” Ucap Iel sambil menyentuh pipi Ify lembut
“Sejak kapan kalian aku-kamu?” tanya Cakka heran. Iel pun menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali nggak gatal
“Semalam” jawab Iel membuat semuanya kembali mengerutkan dahi “Jadi gini, kemarin waktu selesai konser, gue nembak Ify, dan ternyata dia nerima gue.”
“Pejeeeeeeeeee” teriak semuanya kompak. Rio hanya terdiam. Bukankah ini yang ia inginkan? Bukankah ini akan memudahkan dirinya untuk melewati segalanya? Ia mencoba menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan, mencoba menahan gejolak dalam hatinya. Tak bisa dipungkiri, jika ia tidak merasakan sakit di hatinya. Alvin menepuk-nepuk bahu Rio membuat Rio mengalihkan pandangannya pada Alvin. Alvin hanya menatapnya, seolah ingin mengatakan ‘yang sabar ya yo’. Rio hanya tersenyum, yang terlihat begitu miris di mata Alvin.
“Selamat ya bro. Jangan lupa PJ-nya” ucap Rio menyalami mereka beruda dan tersenyum dengan tulus. “Gue duluan ya” ujar Rio kemudian keluar meninggalkan ruangan mereka menuju taman.

@taman
“Zahra?”
“Hei yo.”
“kok lo di sini? Bukannya masuk kelas?”
“Lo sendiri ngapain di sini?”
“Gue baru selesai evaluasi sama yang lain, terus mau ngadem dulu di sini, sebelum masuk kelas” Zahra pun hanya meng’o’kan mulutnya
“Udah tau belum, kalo Iel udah jadian sama Ify?” tanya Zahra. Rio hanya mengangguk. Mengapa harus dibahas lagi topik ini. Apa masih kurang cukup di ruangan tadi?
“Kok lo tau?”
“Iel nelpon gue semalam, terus dia cerita deh” Ucap zahra sambil menerawang.
“Cemburu?”
“Hah?”
“Lo suka Iel?”
“Nggak yo”
“Yakin?” tanya Rio memastikan. Ia memang melihat pandangan sayu dari mata Zahra. Walaupun Zahra berusaha untuk bersikap ceria, namun mata nggak pernah bisa bohong.
“Yang penting dia bahagia”
“Cieeee, zahra. Jadi bener kan apa yang gue bilang?”
“Udah deh yo.” Ucap Zahra yang udah salah tingkah.
“Hahaha. Muka lo merah loh..Udah ah, ke kelas aja.” Ucap Rio dan bangkit berdiri. Namun Zahra masih mematung dan tak bergerak “Ayo..Nggak usah dipikirin. Mending lo jatuh cinta aja sama gue. Gue masih kosong kok” ucap Rio sambil menarik tangan Zahra, membuat Zahra mau tak mau, tersenyum

@kantin
Tak terasa waktu istirahat pun telah tiba. Zahra, Agni dan Via + semua anak Lieblings kecuali Iel sudah berkumpul di kantin.
“Dih, mana sih Iel. Katanya mau PJ, tapi malah nggak nongol-nongol” keluh Rio
“Iya nih, gue kan udah lapar banget” ucap Ray sambil memegang perutnya
“Kalo nggak ada Iel, minta aja ke bini-nya” ucap Cakka sambil melirik Ify.
“Apa sih? Kok ke gue? Kan yang janji PJ ka Iel. Lagian nggak bisa PJ sekarang deh, soalnya ka Iel masih di kelas. Masih ujian”
“Jiaah, bayar sendiri-sendiri dong” keluh Zahra.
“Udah ah, pesen aja yuk” ajak Alvin dan diikuti yang lain. Ify berdiri dari tempat duduknya. Sepertinya kesehatannya masih belum pulih. Ify memegang meja kantin, untuk menopang tubuhnya namun tetap saja tak cukup kuat menahan tubuhnya.
*****
Ify memegang kepalanya yang masih berdenyut-denyut.
“Udah bangun?”
Ketika mendengar suara itu, Ify mencoba untuk duduk. Jantungnya berdebar cepat. Entah apa yang ia rasakan
“Hobby banget sih sakit atau pingsan begini.”
“Makasih ya ka udah nolongin gue ”
“Itu salah satu kewajiban gue sebagai kakak kan?” Ify terdiam mencoba bersikap biasa saja ketika mendengar pernyataan itu. Tapi sepintar apapun ia mencoba, tetap saja rasa sakit itu tetap terasa di hatinya. Ify hanya diam. Ia takut untuk berbicara. Ia takut kalau ia berbicara, ia malah semakin takut melepaskan Rio. “Lo udah baikan?” Ify hanya mengangguk lemah
“Lo nggak makan ya? Ckckck, jaga kesehatan dong fy. Lo ngebuat kita semua khawatir. ”
“Btw, lo sebagai adik gue, cerita dong gimana penembakan Iel ke lo” ucap Rio dengan sengaja menekankan kata adik. Membuat Ify lagi dan lagi mencoba untuk kuat.
FLASHBACK
Malam itu, tugas Iel untuk mengantarkan Ify kembali ke rumahnya. Namun, bukan arah rumah Ify tapi ke arah yang berlawanan
“Mau ke mana ka?”
“ada yang mau gue omongin. Lo tenang aja, nggak bakal gue apa2in kok.” Ucap Iel sambil tersenyum.
“Silahkan turun tuan putri..” kata Iel sambil membuka pintu mobilnya, ketika sudah sampai di tempat tujuan Iel mengajak Via ke sebuah lapangan berumput.
“Ngapain ke sini ka?”
“Udah lo ikut aja. Ke sana yuk.” Ajak Iel dan dengan sigap menarik lengan Ify ke tempat yang ia tunjukkan tadi. Ify benar2 speechless. Ia serasa lagi di Belanda. Begitu banyak burung merpati putih yang beterbangan ke sana kemari. Dia dan Iel pun duduk di salah satu bangku yang ada di dekat burung2 itu.
“Lo tau nggak kenapa merpati disebut sabagi lambang kesetiaan?” tanya Iel. Ify yang dari tadi memandang merpati pun mengalihkan pandangannya ke arah Iel.  Ia menggeleng. “ Pertama, merpati adalah burung yang nggak pernah mendua hati. Coba lo perhatiin, apakah ada burung merpati yang suka ganti2 pasangan? Nggak kan? Yang kedua merpati adalah burung yang tahu kemana dia harus pulang. Walaupun burung merpati terbang jauh, dia nggak pernah tersesat untuk pulang. Ketiga, merpati  tahu bagaimana pentingnya bekerja sama. Coba deh lo perhatiin ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak2 mereka. apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga di luar kandang dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan ganti mengerami. Pernahkah kita melihat mereka saling melempar pekerjaan? Jawabannya nggak !” ujar Iel panjang lebar. Ify hanya dapat terkagum-kagum dengan apa yang diketahui oleh Iel
“Tunggu bntar ya.” Iel pun pergi meninggalkan Via yang masih asyik memandangi merpati2 yang terbang. Ia memandang merpati yang nggak pernah terpisahkan itu
“fy..” panggil Iel.
“Ka Iel??” Ify benar2 bingung. Ia melihat Iel membawa 2 ekor merpati putih di dalam sangkar.
“fy, hmm mungkin ini emang terlalu cepat bagi lo. Tapi gue Cuma ngikutin perasaan gue aja. Gue sayang banget  sama lo. Gue nggak bisa ngasih sesuatu yang romantis atau lainnya. Gue Cuma bisa jadi diri gue sendiri. Lo mau nggak jadi pacar gue?” tanya Iel yang sontak membuat wajah Ify kaget. “Kalo loe terima gue, lo bilang ke gue supaya kita lepasi merpati ini sama-sama. Tapi kalo lo tolak gue, lo lepasin aja merpati yang ada di lo, tanpa bilang apa-apa ke gue”
Ify terdiam. Apa yang harus ia lakukan saat ini? Apakah ia harus menerima Iel? Apakah dengan demikian, Iel dapat membuat dirinya lupa pada Rio? Bukankah cinta dapat tumbuh dengan berjalannya waktu? Ify menggigit bibirnya, ntah apa yang harus ia lakukan. Ify menarik nafasnya dalam-dalam, menoleh pada Iel
“Kita lepasin sama2 ya. 1...2...3” ucap Ify dan melepaskan burung merpati yang ada di tangannya. Seolah dengan demikian ia juga mengirimkan harapannya untuk melupakan Rio dan juga melepaskan segala masalahnya. Iel masih terpana dengan jawaban Ify. Namun akhirnya ia tersenyum bahagia
“Thank’s fy.” Ucap Iel sambil memeluk Ify. Apakah ini adalah keputusan yang benar bagi Ify?
FLASHBACK END
“Giling, romantis banget sih Iel” ucap Rio sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Dia sahabat gue. Jangan pernah sakitin dia. Lo udah memilih, dan gue harap lo bener2 sayang sama dia”
“Ka..” lirih Ify menatap Rio dalam, sambil memegang tangan Rio. Rio terdiam, kemudian mengalihkan pandangannya “Gue nggak bisa ka. Gue udah nyoba.”
“Belum nyampe sehari lo udah nyerah. Ayolah fy, lo pasti bisa sayang sama dia. Gue yakin itu, dek”  ucap Rio dan melepaskan genggaman Ify.
“ Gue nggak tau bisa bertahan berapa lama. Karena, gue tetap aja sayang sama...”
“Sayang sama siapa?”
“Eh iyel. Nih, si Ify, dia sayang banget sama lo” ucap Rio membuat Iel tersenyum manis pada Ify
“Kamu udah nggak apa-apa say?” tanya gabriel kemudian mendekat ke arah Ify. Rio yang masih di dalam ruangan itu, membelakangi Iel dan Ify, hanya bisa terdiam. Ia mengepal tangannya kuat, memejamkan matanya, mencoba untuk menahan perasaannya. Mencoba menahan gejolak emosi yang ada dalam dirinya. Mencoba menahan dirinya agar tidak memukul Iel. Mencoba menahan dirinya agar tidak menatap Ify. Akhirnya, Rio pun memutuskan keluar dari UKS. Ia yakin, Iel lah yang dibutuhkan Ify. Bukan dirinya. Berbeda dengan Rio, Ify mengharapkan 1 hal. Ia berharap Rio berbalik memandangnya. Ify berharap bahwa Rio tetap ada di dalam ruangan itu. Namun, yang dilakukan Rio adalah pergi. Membuat Ify mendesah
“Kamu marah sama aku?” tanya Iel lagi.
“Kenapa harus marah? Lagian kamu kan ujian tadi”
“Soalnya, bukan aku yang nemenin waktu kamu pingsan tadi. Bukan aku juga yang ngebawa kamu ke sini”
“Kamu bukan pembantuku, kamu kan pacarku” ucap Ify yang terasa kelu di lidahnya
“Makasih fy. Sekarang gimana keadaan kamu?”
“Udah baikan kok”
“Aku anterin yah” Ify hanya mengangguk dan tersenyum. Ntah mengapa ia merasa tidak adil pada Iel. Ia merasa telah menyakiti Iel dengan jawabannya kemarin? Menyesal? Bukankah semuanya sudah terjadi dan waktu tak pernah bisa diputar kembali? Apa yang harus ia lakukan? Hanya 1. Membuka hatinya pada Iel, walaupun ia sendiri tau bahwa Rio telah menempati seluruh hatinya.

Bersambung....
Gimana keadaan selanjutnya? Apakah Ify benar2 akan membuka hatinya pada Iel? Bagaimana dengan Rio? apakah ia juga akan membuka hatinya pada orang lain?

0 komentar:

Posting Komentar