Senin, 06 Desember 2010

Always have a choice - part 3

Matahari  telah menggantung tinggi di langit. Warna keemasannya pun masuk ke dalam sebuah kamar yang bercat biru muda. Seorang gadis yang sedang tertidur pun, membuka matanya perlahan. Ia melihat jam yang bertengger di mejanya menunjukan pukul 12. Ia mencoba bangun, namun kepalanya terasa begitu berat. Seperti ada sekarung beras di kepalanya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam
“Siang sayang..”  Ify yang ternyata anak gadis itu pun, memicingkan matanya karena silau.
“Siang. Mama nggak kerja?”
“Nggak sayang. Kalau mama kerja, siapa yang mau ngurusin kamu coba.” Jawab mama Ify dan duduk di samping anaknya. “Kamu makan dulu ya, mama suapin” Ify pun hanya mengangguk lemah. Dalam posisi duduk  di tempat tidur, Ify pun melahap sarapannya
“Ify, Rio itu siapa? Kok kamu nggak pernah cerita ke mama?” tanya mamanya membuat Ify batuk-batuk “Eh, hati-hati sayang.” Ucap mamanya dan memberikan segelas susu pada Ify.
“Rio itu temen Ify ma.” Kata Ify, ketika ia nggak batuk2 lagi. “Hmm, lebih tepatnya sih senior Ify di sekolah. Dia kelas 12. Tapi kita berdua, sama ka Alvin, ka Cakka, ka Ray, dan Ka Iel adalah grup band di sekolah kami” ujar Ify bangga
“Kamu deket sama dia?”
“Maksud mama? Ka Rio?” tanya Ify, membuat mamanya mengangguk cepat
“Heuh...boro2 ma. Ka Rio tuh jutek banget sama aku ma. Dia selalu marah2 sama aku. Dingin banget sama aku, padahal kalo sama teman2 yang lain, ka Rio baik banget. Walaupun kita latihan bareng, tapi seharian bisa saja dia nggak bakal ngomong sama aku. Dia kayak nganggep aku nggak ada ma. Tapi...” Ify menggantungkan kata-katanya, mengingat kejadian semalam, bagaimana Rio menggandeng tangannya lembut. Ataupun kejadian, ketika Rio menolongnya dari preman. “ka Rio itu baik”
“Kok kamu bisa tau kalau dia baik?”

“Nggak tau kenapa, aku ngerasa kalo ka Rio itu sebenarnya baik. Hanya saja dia menutupi segala kebaikannya dengan kejutekannya. Dia pernah nolong aku, waktu digodain preman2 di jalan. Ataupun nolongin aku semalam”
“Kamu tau nggak, kalau semalam Rio rela menggendong kamu.” Goda mama Ify yang membuat wajah Ify memerah
“Ih..mama apaan sih. Aku maluuu....”
“Kamu suka sama Rio?” Wajah Ify semakin merah, membuat mamanya tersenyum geli melihat anak gadisnya seperti itu “Duuh..anak mama yang satu ini udah gede...” Ify hanya memajukan bibirnya
“Fy, kalo memang Rio itu selalu jutek sama kamu, kenapa kamu bisa betah di grup band kamu?”
“Karena aku nggak merasa sepi dan sendiri. Aku merasa memiliki kakak2 cowok yang akan selalu memperhatikanku dan selalu baik padaku. Selain itu......” sekali lagi Ify menggantungkan kata-katanya. “karena aku menemukan sosok papa pada diri ka Rio. Ingatanku memang samar-samar tentang papa, karena papa pergi waktu aku kecil. Namun, kebaikan ka Rio itu mengingatkanku pada papa. Kebaikan yang tersembunyi dengan sifat lainnya. Papa yang akan selalu marah ketika melihatku berlari-lari di tengah hujan, tapi aku tau kalau papa sebenarnya takut kalau aku sakit.” Ucap Ify sambil menerawang. Ia menatap mamanya, yang mulai menitikan air mata. “Ya ampun ma. Aku nggak maksud bikin mama sedih.” Kata Ify dan menghapus air mata yang telah jatuh. Mamanya pun memeluk anak gadisnya itu
‘maafin mama, fy’ batin mamanya.
 “IFYYYYYYYYYY”
Ify pun menndongak, menatap siapa yang teriak-teriak di depan pintu kamarnya. Ia cukup terperangah melihat Via, Shilla, Alvin, Iel, Cakka dan Ray ada di sini, sambil senyum2 gaje.
“Mama keluar dulu ya” ucap mamanya dan keluar meninggalkan Ify dan teman-temannya
“Ifyyy, lo sakit apaan?” tanya Shilla yang langsung memeluk temannya dan duduk di sisi Ify. Via juga duduk di sisi Ify lainnya
“Kecapean doank, terus jadi demam deh”
“Ya ampuun, tapi sekarang udah baikan kan?” Ify pun mengangguk. Ify kemudian celingak-celinguk masih nyari seseorang.
“Ka Rio nggak bisa datang” Ify pun langsung menatap Shilla yang sedang senyum2 menggodanya
“Apaan sih, gue nggak nyari ka Rio kok” elak Ify.
“Terus siapa coba?”
“Emm, itu..e...” Wajah Ify pun blushing membuat semua tertawa kecuali 1.
“Eh, jangan gitu dong...ada yang jealous nih di sini.” Celetuk Cakka membuat Iel langsung menoyornya
“Siapa bilang gue jealous?”
“Idih, siapa juga yang bilang lo jealous. Kayaknya di kalimat gue sebelumnya, sama sekali nggak nyebutin nama lo. Tapi kenapa lo yang jadi ngerasa? Oh jadi beneer nih...” jawab Cakka sambil menaik-turunkan alisnya membuat Iel hanya bisa menggaruk tengkuknya yang nggak gatal sama sekali. Sedangkanyang lain hanya bisa tertawa
******
Setelah teman-temannya pulang, Ify pun segera mandi, karena merasa udara jakarta begitu gerah. Padahal kamarnya telah terpasang AC. Tadinya ia ingin membantu mamanya memasak, namun dilarang sama mamanya, dan menyuruhnya istirahat. Ify membuka pintu ke arah balkon di kamarnya. Ia berdiri, menikmati udara menyapu lembut wajahnya
“Udara malam nggak bagus buat kesehatan. Ntar malah tambah sakit”
Ify yang sedang memejamkan matanya, langsung berbalik, manatap orang yang berbicara tadi. Ify membelalakkan matanya, mencoba memfokuskan pandangannya. Ia takut kalau ia salah liat.
“Kenapa sih lo ngeliatin gue kayak gitu?”
“Eh..maaf.” Ify pun langsung menutup pintu ke arah balkon dan duduk di tempat tidurnya. “Ka duduk aja dulu. Tuh ada kursi” orang itu pun hanya mengangguk dan duduk di kursi yang paling dekat dengan Ify sekarang.
“Ini.” ucap orang itu memberikan sesebuah boneka tedy bear yang cukup besar pada Ify “Gue nggak sempat beliin lo buah. Kebetulan gue lewat, dan liat boneka ini. Ya udah gue beliin aja. Mudah-mudahan sih lo suka.”
“Sukaa bangeeet...Makasih ya ka Rio” ucap Ify tulus seperti anak kecil, membuat sebuah senyum terukir di wajah Rio
“Gimana keadaan lo?”
“Seperti yang lo lihat. Udah baik kok.” Jawab Ify yang mencoba setenang mungkin.
“Ify, makan dulu ya sayang...” ucap mama Ify sambil membawa sebuah piring dan gelas.
“Ah..aku nggak mau ma..”
“Tapi fy..”
“Biar saya aja tante yang nyuapin Ify.” Celetuk Rio membuat mama Ify tersenyum tipis.
“Tolong ya Rio..” Rio hanya mengangguk. Mama Ify pun keluar meninggalkan Rio dan Ify.
“Makan ya..” ucap Rio lembut membuat dadanya berdesir. Jantungnya pun berdegup lebih cepat. Rio emang nggak pernah selembut ini padanya. Ify hanya mengangguk. Keduanya sama-sama diam. Tak tau apa yang mereka pikirkan masing-masing. Sampai sendok terakhir pun, mereka nggak ngomong sama sekali. Yang terdengar hanyalah dentingan sendok dengan piring.
Drrt...drrt.. Ify pun merogoh HP-nya
From  : Ka Iel ‘Lieblings’
Gmn? Skrg udah enakan blm?

“Siapa fy?”
“Hah? Hmm, ka Iel” Rio hanya tersenyum. Ada perasaan aneh yang menjalar
“Oh...lo udah pacaran sama dia?”
“Nggak kok ka.” jawab Ify cepat seolah takut Rio salah paham
“Hmm, pacaran juga nggak apa2 kok” balas Rio membuat hati Ify kembali menciut.

To : Ka Iel ‘Lieblings’
Udah kak. Eh kak, gue tidur dulu ya. Ngantuk..hehehe

Ify sendiri nggak mengerti kenapa ia harus berbohong pada Iel. Padahal Iel sudah begitu baik padanya. Namun, ia nggak ingin waktunya dengan ka Rio terganggu begitu saja.

From : Ka Iel ‘Lieblings’
Oke.Night..Get well soon ya..^^

Ify pun meletakkan HP-nya. Memandang Rio yang sedang menerawang. Ntah kenapa, Ify merasa Rio malam ini sangat berbeda daripada biasanya. Bukan Rio yang suka marah2 nggak jelas. Bukan Rio yang terlihat kuat. Namun Rio malam ini yang terlihat begitu lembut dan rapuh.
“jangan ngeliatin gue kelamaan. Naksir  loh ntar” ujar Rio membuat Ify salting karena ketahuan. Rio hanya terkekeh melihat reaksi Ify
“Kak, lo kok jadi baik gini sih sama gue?” tanya Ify penasaran
“Gue emang baik kali, lo aja nggak kenal sama gue”
“Iya sih lo baik, tapi kenapa sama gue, lo juteknya setengah mampus”
“Emang iya ya?” tanya Rio masih terkekeh
“Banget. Jangan bilang kalo...” Ify menggantungkan kata-katanya, memicingkan matanya, menatap Rio tajam. Rio yang dari tadi terkekeh pun, terdiam. Seolah takut, semua rahasianya diketahui. “tamu bulanan lo datang. Maksud gue, lo PMS...” mereka berdua diam, sedetik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak
Kirain eike cewek jadi cowok ” balas Rio dengan nada ayu, membuat mereka berdua kembali tertawa. Tawa, obrolan nggak penting pun mengalir di antara mereka berdua. Tak lama kemudian Rio pun pamit pulang, pada Ify dan mamanya. Ia nggak mau ganggu waktu istirahat Ify.
               
                Ify memeluk boneka tedy bear yang diberikan Rio tadi. Bibirnya masih membentuk sebuah senyuman. Tak henti-hentinya ia memikirkan kejadian tadi bersama Rio. Ify menatap boneka tedy bear itu
                “Damn! Ka Rio lo sukses bikin gue bener2 jatuh cinta sama lo.” Ucap Ify kembali memeluk bonekanya.
                Drrt..drrt..Ify mengambil HP-nya.

                From : Ka Rio ‘Lieblings’
                Jangan bilang lo lagi mikirin gue. Hahaha..kidding
                To  : Ka Rio ‘Lieblinsg’
Idih...males banget.Narsis lo. Ngapain juga mikirin lo. Mending gue mikirin sapi tetangga. Lo kali yang lagi mikirin gue. Ayo ngaku...iya kan? Btw, lo udah nyampe rumah?
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Iya..^^
Ify terdiam. ‘Iya? Iya, mikirin gue atau iya, udah nyampe di rumah?’ batin Ify
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Blm tidur?
To: ka Rio ‘Lieblings’
Blm ngantuk.
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Blm ngantuk, apa lagi sms-an sama Iel?
To : Ka Rio ‘Lieblings’
Beneran belum ngantuk kok..lagian gue juga cm sman doank sama lo.
From : Ka Rio ‘Lieblings’
Tidur gih. Ntar lo nggak smebuh2 lagi. Kalo ga sembuh, ntar gue lagi yang disalahin.
                To: Ka Rio ‘Lieblings’
                Iya. Bawel lo
                From : Ka Rio ‘Lieblings’
                Suka2. Wlee.. :P ya udah kalo gitu..Mpe ketemu bsok. Moga lo udah msuk bsok. Night..^^
                To: Ka Rio ‘Lieblings’
                Night too..^^

                Ify senyum2. Rio benar2 berbeda 180 derajat dengan hari2 sebelumnya. Ia memeluk HP-nya, mendekapnya. Rasanya ia nggak ingin memejamkan matanya. Karena ia takut, kalau besok ia membuka matanya, semua ini hanyalah mimpi.

                @kamar Rio
                Rio membaca kembali smsnya dengan Ify. Ia tersenyum. Tembok penghalang antara dirinya dan Ify mungkin telah hancur. Tapi, ada selaput bening tipis yang membatasi  mereka, sehingga mereka berdua tetap tak bisa bersatu. Batasan yang ingin sekali ia hancurkan, namun takkan pernah bisa. Batasan yang membuat ia tidak usah takut dengan segala perasaannya. Percakapannya dengan mama Ify pun berkelabat di pikirannya.
----------FLASHBACK-----------------
                “Rio? Mau jenguk Ify?” Rio hanya mengangguk “Boleh. Tapi saya mau ngomong sesuatu yang penting denganmu. Ada waktu kan?” tanpa menunggu jawaban, mama Ify pun menarik Rio ke gazebo halaman belakang. Halaman belakang ini memang jarak yang paling jauh dengan kamar Ify. Sehingga, Ify tak bisa mendengar apapun. Dan kalau seandainya Ify akan ke sana pun, pasti mereka mengetahui.
                “Gimana kabarmu?”
“Nggak usah basa basi. Langsung aja ke masalahnya.” Jawab Rio
                “Yo, please kamu jangan pernah jauhin Ify. Ify udah cerita semuanya ke saya, kalau kamu selalu dingin dan jutek padanya. Saya mohon, kamu kembalilah seperti Rio yang dulu.”
                “Kenapa?”
                “karena dia menemukan sosok papa di dalam diri kamu yo.”
                “Dan akhirnya aku yang harus selalu berkorban?”
                “Maafin saya yo..Maaf..” lirih mama Ify yang mulai menjatuhkan air mata
                “Tante tau kenapa aku selalu menghindar dari Ify?  Aku nggak mau Ify tau kejadian buruk yang terjadi dulu. Kejadian yang membuat segalanya hancur. Kejadian yang membuat..... ”
                “Jangan kamu bocorkan itu pada Ify. Biarkan Ify nggak ingat sama sekali tentang kejadian itu.”
                “Oke. Aku akan merubah sifatku semuanya pada Ify. Ini bukan buat tante atau siapapun, tapi ini untuk Ify. Dan aku tulus ngelakuin semua ini tanpa paksaan”
                “Saya tau, kamu tulus” ucap mama Ify.
--------------FLASHBACK END-----------
                Rio memandangi kembali foto yang terletak dekat tempat tidurnya. Ia menghela nafas panjang. Ia memejamkan mata, mencoba menghapus memori yang pernah ada dulu. Walaupun ia tau itu nggak pernah mungkin terjadi. Wajah Ify dan Iel berkeliaran liar di pikirannya. Sikap2 baik Iel pada Ify membuat rahangnya mengeras, tanganya dikepal sekuat mungkin, menahan segala rasa aneh yang bergemuruh di dalam hatinya.
                “Gue nggak tau yel, gue harus bersyukur atau gue harus marah kalo lo suka sama Ify. Tapi yang gue tau, ini semua bakal sulit buat gue.”

Bersambung.....

0 komentar:

Posting Komentar