Haiyaaah, sejujurnya aku udah nggak mau ngelanjutin cerbung ini lagi karena aku beneran nggak ada ide. Jadi setelah part ini yang agak kacau. Gimana menurut kalian? Perlu dilanjutin nggak?
*****
Rio P.O.V
Gue ngambil HP yang
ada di dashboard mobil gue.
From : Angel
Yo, es batu nya kamu
kasih ke Ify ya, dia yang jagain stand minuman. Gue rapat bntar.
Gue langsung
memasukan hape gue ke saku celana gue yang bagian belakang, kemudian mengambil
beberapa kantong kresek yang isinya es batu. Gue berjalan dar parkiran ke stand minuman.
"Permisi"
ujar gue membuat gadis yang ada di hadapan gue langsung menoleh. Entah kenapa,
gue senang ngeliat wajahnya yang diterpa sinar matahari, dengan dagu tirus,
kulit putihnya, dan tetesan keringat yang mengalir di wajahnya membuat dia
begitu menarik di mata gue.
"Mau ngasih es
batu" ucap gue sambil ngasih kantong kresek
"Makasih ka
Rio" ucapnya membuat gue tersenyum tipis. Suaranya merdu. Setidaknya itu
yang terekam di otak gue. Gue pun langsung pergi, untuk menhindari segala
fantasi yang mungkin terjadi.
****
Setelah pulang
dari acara LKMM yang menurut gue biasa aja, akhirnya gue harus dipertemukan
dengan kuliah-kuliah yang membosankan.
Untungnya hari ini ada latihan musik di UPMM. Gue ngelirik jam tangan
gue, udah telat 20 menit sih, tapi shilla pasti nungguin gue. Bukan ge-er, tapi
yang kosong jam begini dan nggak lagi ujian kan cuma gue sama agni.
"sorry
telat" ucap gue sambil memasuki ruangan.
"masuk
yo" ucap Shilla. Hey, gue bertemu lagi dengan gadis
itu. Gadis yang menyebut ekspresi wajahku datar
seperti Rhisus sardonicus. Ify.
Alyssa Saufika Umari "....ify sama Rio" gue sama sekali nggak denger apa yang
diucapi. Shilla kecuali dia nhebutin nama gue dan ify berbarengan. Apakah itu
artinya gue akan sekelompok dengan gadis ini?
"jadi kita
mau nyanyi apa fy?" tanya gue membuat dia sedikit terbelalak, namun dia
tak kunjung menjawab pertanyaan gue. "fy?"
"hmm,
pretending aja gimana?"
Gue kemudian
memberikan instruksi apa yang harus kita berdua lakukan, dan sedikit ketenangan
buat dia yang kelihatannya gugip. Mungkin karena ini pertama kalinya buat dia.
Akhirnya kita berdua bernyanyi membuat shilla dan agni bertepuk tangan riuh.
Kita berdua langsung kembali ke tempat. Dia menatap ke arah Agni dan shilla,
namun pandangannya kosong. Gue nggak tau apa yang dipikirin.Tapi yang oasti gue
jadi menikmati untuk melihat wajahnya, menyusuri setiap lekuk wajahnya dan
mencoba memetakannya di otak gue.
"kamu
lagi sakit fy?" bisik gue
"he-eh.
Kok tau ka?"
"tadi
kedengaran pas nyanyi." kemudian gue bertepuk tangan saat shilla dan agni
menyelesaikan lagu mereka, yang artinya pertemuan hari ini juga selesai aampai
si sini.
"kamu
pulang bareng siapa fy?" tanya gue, namun sedetik kemudian gue bener2
nyesel. Harusnya gue nggak perlu nanyain kayak gitu. Itu kan urusan dia
"Ify"
"ah ka
alvin."
"ayo
pulang, aku udah tungguin kamu dari tadi" gue langsung berjalan melewati
dia dan Alvin.
"ka Rio
tunggu. Gue nebeng lu." ujar Agni yang langsung mengikuti langkah gue. Gue
menggedikan bahu sebagai pernyataan Agni tadi. Gue lupa kalau di sisi dia
selalu ada Alvin. Tapi kenapa gue harus ngerasa kesel dengan Alvin? Nggak! Gue
nggak suka sama dia. jangan pernah salah ngartiin perasaan. Gue cuma bersikap
sebagai kakak kelas yang baik, apalagi sepanitia dan sepengurusan. Kakak kelas
yang baik? Sejak kapan? Bukankah selama gue berada di kampus ini, nama gue udah
tersohor di mana2 kalau gue adalah salah satu anggota geng di kampus yang
kerjaannya bolos kuliah dan ngerokok? Well, sebenarnya gue nggak ngerokok,
karena gue tau itu nggak sehat. Tapi kalo lo berada di tengah2 orang yang
ngerokok, lo pasti akan dicap juga sebagai salah satu yang ngerokok. Bukan
masalah gue salah gaul atau kayak gimana, tapi gue nemuin orang2 yang bisa
disebut sahabat sejati yaitu sahabat2 di geng gue. Nggak selamanya orang yang
selalu bersikap baik, dengan prestasi yang menjulang tinggi, membuat ia
berteman dengan orang2 yang benar2 tulus untuk bersahabat. Karena terkadang
orang2 hanya suka ngelihat kelebihan kita dan tak mau menerima kekurangan kita.
Padahal kita juga manusia biasa, yang pasti punya kekurangan. Sahabat2 di geng
gue itulah yang ngajarin gue banyak hal tentang hidup, well kecuali untuk bolos
kuliah.
"ka Rio
diem banget sih" ujar agni membuat gue tersadar dari lamunan gue. Gue cuma
tersenyum tipis menanggapi pernyataan Agni tadi. Banyak orang yang bilang kalau
gue itu orangnya terlalu cool? atau pendiam? Atau malah jaim? Entahlah. sampai2 teman2 gue ngasih
julukan prince ice. Sebenarnya sifat gue yabg satu itu
cuma keluar kalo ada cewek dan nggak lagi bareng teman2 geng gue. Udah gue
bilang kan, gue selalu terbuka sama teman2 geng gue karena mereka nggak pernah
ngeliat kekurangan gue. Dan nama geng gue adalah babeh. well, bukan nama yang
sebenarnya. Geng kita emang nggak pinya nama, tapi karena kita sring duduk si
tempat seorang bapak jualan nasi goreng, maka orang akan langsing nyebut kita
geng babeh.
****
Gue memainkan
gitar dayat, sambil duduk bercanda dengan teman2 geng gue. tempat kita mangkal,
memang tempat paling strategis di kampus gue. Dari tempat ini bisa ngeliat 3
angkatan sekaligus, dan bisa juga ngeliat orang2 yg pada ke kantin, tapi
biasanya nggak sadar kalau sedang diperhatiin. Mata gue terpaku sama satu sosok
gadis yang kebetulan lewat bersama temannya. Bahkan untuk tahun kedua gue di
kampus ini, baru gue sadar kalau ada makhluk Tuhan yang cantiknya luar biasa
saat gue satu panitia dengan dia.
"ify!"
gue langsung nengok ke arah yang manggil dia. Lintar yang manggil dia. Lintar
& Septian emang seangkatan sama Ify. Tapi mereka berdua.gabung d geng babeh
ini karena mereka juga ngerokok kayak yang lain.
"ya?"
"ntar belajar
kelompok?"
"iya, di
perpus. Yang ngajar Via."
"sip, thank
you" ujar Lintar kemudian diangguki Ify dengan tambahan senyum manisnya.
"lu kenal
sama Ify?" tanya gue yang terdengar tolol di telinga lainnya. Gimana dia
nggak kenal, kan seangkatan. "maksud gue, lu sekelompok sama Ify?"
tanya gue meralat pertanyaan gue sebelumnya. Kelompok belajar di kampus gue
emang wajib, tapi kelompoknya benar2 bebas. Terserah mau sekelompok sama siapa,
berapa orang, dan biasanya yang sekelompok itu adalah teman2 dekat. Gue nggak
cukup yakin gadis tipe Ify merupakan teman dekat Lintar.
"well, gue
emang sekelompok sama dia. Awalnya gue emang nggak gitu dekat sama dia. Tapi
jadi dekat karena cuma kelompoknya dka aja yang mau nerima gue sama Septian, di
saat semua kelompok nolak keberadaan kita berdua."
"emangnya dia bukan tipe orang yang
milih teman, cupu, kutu buku, dan pendiam?" tanya gue yang disambut tawaan
dari Septian dan Lintar. Emang ada yang salah dengan pertanyaan gue? Setidaknya
itu yang gue lihat dari dirinya
"itu artinya
lu belom kenal baik sama dia" ujar Lintar membuat Septian mengangguk
setuju
"Dia itu friendly sama siapa aja. Dia nggak pernah
milih2 teman, selama orangnya mau juga berteman sama dia. Dia emang suka baca,
tapi bukan berarti dia kutu buku yang kerjaannya cuma baca buku pelajaran.
Malah dia senang banget sana novel atau bahkan komik. Dan dia itu cerewet
banget. Dia bisa nyerocos tanpa henti di saat dia lagi bahagia ataupun lagi
stress. Dia juga usil banget. Punya banyak ide ngerjain maupun comblangin orang,
tapi dia bisa jadi orang pertama yang ngasih saran ataupun masukan kalau
misalnya kita ada masalah."ujar Septian panjang lebar
"Dia itu
manis. Mungkin dia nggak secantik Febby yang notabene adalah model. Tapi dia
itu manis, buat orang suka ngeliat wajahnya dia, walaupun sebenarnya dia cuek
banget sama penampilannya. Nggak pernah dandan, tapi malah ngebuat dia jadi
manis dalam kesederhanaannya itu" tambah Lintar kali ini. Gue mengangguk
ngerti.
"Kenapa emang
lu nanyain?"
"cuma nanya
aja. Soalnya dia satu UPMM musik sama gue, satu panitia sama gue, satu pengurus
senat sama gue, tapi gue nggak gitu kenal sama dia"
"gue kira, lu
suka sama dia." ujar Lintar kali ini membuat gue langsung mendengus
kesal. "siapa tau, Ify bisa
mencairkan pangeran es kita yang satu ini"
****
Ify P.O.V
Aku mulai mematut
diriku di cermin. Kalau bukan karena permintaan kakakku, maka aku tak akan
datang ke pesta pernikahan temannya menggunakan dress. Seandainya ka Winda ada
di Indonesia, setidaknya aku tidak perlu pergi ke pesta pernikahan temannya
itu. well, ka Uci memang dekat denganku juga, tapi please, di sana aku cuma
kenal ka Uci. Nggak.mungkin kan akumeminta ka Uci untuk menemaniku makan,
padahal dia yang punya pesta pernikahan. Aku memang kenal dengan Ka vina
ataupun ka Dian, tapi ak juga nggak mungkin meminta mereka ynag sudah punya
pacar untuk menemaniku juga kan? Bisa2 aku jadi obat nyamuk atau kacang goreng.
Seandainya saja aku punya pacar, mungkin aku tidak akan duduk sendirian di
sana. Atau aku ajak ka Alvin ya? Ah sudahlah, aku tak ingin merepotkan orang
lain. Sekali lagi ku tatap diriku di cermin, meyakinkan bahwa tak ada yang
kurang. Aku pun mengambil tas pesta peninggalan ka Winda, kemudian aku segera
keluar kamar menghampiri taxi yang sudah menungguku.
Aku berjalan
memasuki ruangan di mana pesta nya berlangsung. Aku menatap kiri dan kananku,
berharap ada yang ku kenal, namun tampaknya itu hanya harapanku.
"Ify?"
Langkahku terhenti. Hei, ada yang mengenalku. Aku berbalik dan terperangah
menemukan dia ada di hadapanku.
"ka Rio,
kok ada di sini?"
"kakakku
nggak bisa datang jadi aku harus menggantikannya. Kamu?"
"sama.
kakakku jiga nggak bisa datang"
"ify!!"
"ka Vina, ka
Dian, hai.."
"dateng sama
pacar ya?"
"ah bukan
ka."
"tapi kalian
cocok" ujar ka Dian membuat aku tersenyum tipis.
****
Cantik, manis.
entahlah kata pujian apa yang cocok untuk mendeskripsikan dirinya malam ini. Ia
menggunakan dress hitam, dengan motif polkadot putih, high heels dan sedikit
jepitan kupu2 menghiasi rambutnya. Dia terlihat begitu berbeda malam ini. Sisi
feminim dan anggunnya keluar malam ini.
"ayo Rio
foto sama Ify" ujar salah satu di antara orang yang menyapa Ify, kalau
nggak salah namanya Dian. Akhirnya gue mengangguk kemudian memasukkan tanganku
ke dalam saku celana, sambil memamerkan senyum tipis yang entah bisa didefinisikan
sebagai senyuman atau nggak. Ify berdiri sebelah kanan gue sambil tersenyum
manis. "hmm, kurang mesra". Gue langsung merengkuh pundaknya membuat
dia yang tadinya mau protes langsung terdiam, dan gue bisa ngelihat semburat
merah muncul di kedua pipinya. Kali ini tanpa mau menyia-nyiakan kesempatan,
gue langsung tersenyum manis. Entahlah apa yang membuat gue senekat ini.
Bukankah selama ini gue selalu jaim?
"nah gitu
kan bagus"
"maaf
ya" ujarnya membuat gue mengernyitkan kening nggak ngerti dengan apa yang
dibicarakan. "hmm, teman2 kakakaku suka banget ngegodain aku dengan siapa
aja cowok yang deket sama aku. Maafin insiden foto tadi" ujarnya sambil
menundukkan wajahnya dalam2 seperti benar2 menyesal
"ya"
"fy, tadi
kamu dateng naik apa?" tanya yang lain lagi, mungkin namanya Vina
"taxi
ka"
"pulangnya
naik apa?"
"naik taksi
paling ka"
"lho
jangan, udah malem, nggak bagus gadis pulang sendirian malam2 lagi"
"Ify,pulang
bareng aku aja" ujar gue akhirnya
Ify P.O.V
Di sinilah aku berada, tepat di samping ka Rio di dalam mobil
mercedesnya. Sudah setengah jam berlalu kami berada di dalam mobil ini, dan
sama2 terdiam. Ini sama sekali bukan diriku. Jika aku berada pada situasi
seperti ini, maka aku akan denan mudah mencari topik pembicaraan. Tapi yang
terjadi malah sebaliknya. Aku terdiam, dan sama sekali tak tau harus berbicara
apa dengannya.
“Kamu nggak suka aku anter?” tanya ka Rio tiba2 membuat aku
langsung menoleh padanya, dan lagi2 suaraku tercekat. Melihat wajahnya saat
malam hari di mana hanya disinari bulan, membuat gurat kedewasaannya timbul dan
ini membuat aku terperangah. “hmm, atau kamu takut pacarmu marah?” tanyanya
lagi, dan aku harus berusaha untuk berkonsentrasi dan tidak terlena dengan
wajahnya.
“Nggak keduanya ka. Aku Cuma ngerasa ngerepotin ka Rio aja” ujarku
akhirnya
“Tenang aja, sama sekali nggak ngerepotin kok” ujarnya sambil
tersenyum dan membuatku entah untuk ke berapa kalinya kehilangan suara. Ka Rio
tersenyum. Ini merupakan hal langka yang terjadi. Aku mencoba menyadarkan
diriku kemudian mengalihkan pandanganku ke jalanan. Kesunyian dan kesepian pun
melanda sampai aku tiba di kosanku.
“Makasih ka.” ujarku kemudian membuka pintu mobil “Hati2 ka”
ujarku lagi dan menutup pintu mobilnya kemudian masuk ke kosanku. Gosh! Apa yang
terjadi malam ini? Kalau seandainya ini hanya mimpi, please, biarin aku dalam mimpi indah ini
Keren banget, kak!
BalasHapusKurang panjang tapi *eh -.-v
Rio sama Ify dong yayayaya ~ *winkwink*
Lanjut, kakkk.... Jangan ngaretttttt :D
astaga maaf ya aku baru sempat bales komentarnya...
Hapusmakasiiih...
duh padahal, aku udah rencana nggak mau dilanjutin lagi nih cerita
lanjut kak..
BalasHapuscerita.y kerennn.. :)
makasiiiiih. duh padahal aku udah rencana nggak mau ngelanjutin nih cerita...
HapusKak, mana lanjutannya? Penasaran niih -_-"
BalasHapusAduhh kak, lanjutannya mana???
BalasHapus