JANUARI
Cinta. Satu kata yang
sama sekali tak aku percayai. Kata yang aku yakini hanya ada pada dongeng
semata atau setidaknya terjadi pada kehidupan orang lain dan sama sekali tidak
terjadi dalam kehidupanku. Ataukah cinta itu memang hanya ilusi yang merupakan
hayalan bahkan kamu tak akan benar2 yakin bahwa cinta itu akan berada di dalam
hatimu selamanya?
Aku menatap
Gabriel yang sedang mengacak rambut Sivia penuh sayang. Gabriel dan Sivia
memang sudah menjalin hubungan sekitar 3 tahun, dan entahlah mereka mengatakan
bahwa mereka mencintai satu sama lain. Shilla dan Alvin pun tak berbeda jauh.
Walaupun mereka baru pacaran sekitar 3 bulan, tapi terlihat bahwa Alvin sangat
menyayangi Shilla dan akan melakukan apapun agar Shilla tak tersakiti. Sivia
dan Shilla merupakan sahabatku saat aku menginjakkan kaki di universitas. Aku,
Sivia dan Shilla berada di jurusan yang sama, design interior, sedangkan
Gabriel mengambil jurusan kedokteran, dan Alvin mengambil jurusan teknik
industri.
“Hai sayang” ujar seorang lelaki yang mencium
ubun-ubun kepalaku, kemudian duduk tepat di sampingku. “Maaf aku telat. Tadi
ada kuliah tambahan” ujarnya lagi membuat aku mengangguk malas mendengar
penuturannya. Riko, anak jurusan psikologi. Dia merupakan salah satu cowok yang
cukup dikagumi di jurusannya, dan dia merupakan pacarku yang kesembilan,
kesepuluh? Entahlah, aku tak begitu mengingatnya.
“Kamu udah makan?” tanyanya, membuatku mengangguk
sekilas. Aku menatap Sivia dan Shilla yang menatapku seolah ingin berkata kamu-takkan-memutuskannya-di-kantin-dan-di-depan-berpuluh-pasang-mata-kan?
Aku hanya nyengir menatap kedua sahabatku kemudian menggedikan bahuku, tandanya
aku tak begitu perduli.
“Riko, ada yang harus aku bicarakan”
“Ada apa sayang?”
“Aku mau kita putus.” Ucapku santai tanpa beban
“Kamu bohong kan? Kamu masih sayang sama aku kan?”
“Maaf Riko, tapi aku rasa hubungan ini takkan
pernah bisa bertahan lama. Aku...” Ujarku sedikit menahan nafasku, memandang ke
arah sahabatku yang sekarang memutar kedua mata mereka yang artinya terserah-padamu-miss-tak-berperasaan. “udah nggak cocok lagi berpacaran denganmu.”
Ujarku akhirnya membuat semua orang yang menonton drama singkat itu memekik
terkejut, menahan nafas mereka, ada yang bahagia karena aku maupun Riko putus,
ada juga yang sepertinya mencibirku karena aku begitu mudah mempermainkan hati
orang lain.
“Maaf” tambahku lagi dan memasang mata seperti
puss in boots, berharap bahwa ia memakluminya dan akan memafkanku. Dia menarik
nafasnya, kemudian menghembuskannya pelan.
“Kalau itu membuatmu bahagia, baiklah. Tapi kamu
perlu tau, aku akan selalu sayang sama kamu, dan aku akan selalu ada untukmu,
jika kamu membutuhkanku.” Ujarnya lagi kemudian menepuk puncak kepalaku dengan
lembut kemudian berlalu dari kantin. Lagi-lagi, memutuskan seseorang bukanlah
hal yang sulit bagiku.
“Astaga Alyssa, entahlah apa yang harus ku katakan
padamu” ujar Shilla nampak shock denganku.
“Tenang saja Ashilla, kamu cukup memberikanku
gelas cantik atau payung keluarga mungkin, karena telah berpacaran dengan....”
“sepuluh orang” celetuk Via kali ini
“Ah ya, 10 orang”
“Aku harap kamu menemukan lelaki yang dapat
membuatmu jatuh cinta” ujar Iel kali ini membuat aku terkekeh
“Yah, liat saja nanti” ujarku santai kemudian
mulai memainkan handphone-ku membuat kedua pasangan di hadapanku ini mendengus
pasrah. Aku, Alyssa Saufika. Banyak lelaki di kampus ini akan begitu rela
melakukan hal apapun asal bisa berpacaran denganku. Well, bukannya mau sombong,
tapi memang begitulah kenyataannya. Pacaran bagiku hanyalah sesuatu yang
main-main. Selama aku berpacaran, aku tak pernah jatuh cinta, karena aku tak
mengenal yang namanya cinta. Kalau cinta itu memang ada, Mama dan papaku tak
akan bercerai. Kalau cinta itu ada, mamaku takkan mungkin menikah sampai 3
kali, dan papaku menjadi pemabuk dan akhirnya meninggal karena kerusakan hati.
Kalau cinta itu ada, aku akan bahagia, dan bukan malah seperti ini. Keluargaku
kacau, hidupku kacau, dan itu semua membuatku sama sekali tak percaya dengan
adanya cinta. Namun, aku tetap mempertahankan prestasiku dan bukan malah
menghancurkan hidupku sendiri dengan
menggunakan drugs seperti anak muda
zaman sekarang. Aku setidaknya masih memegang norma2 tertentu.
****
Aku melemparkan tasku begitu saja di atas tempat
tidurku. Aku sama sekali tak mengerti kenapa mama mau diperlakukan kasar oleh
orang yang entah bagaimana mama nikahi karena cinta. Apakah cinta membuat kamu
menjadi tidak rasional dan menolerir segala kesalahan yang ada? Aku benci
cinta.
“Ify!” panggil mama membuatku membukakan pintu
“Ify tadi om Surya tak bermaksud menyakiti mama”
“Sudahlah ma, aku tak mau membicarakan dia.”
“Ify jangan seperti itu, dia papamu”
“Bukan, Dia bukan papaku ma. Papaku udah
meninggal”
“Ify!”
“Ma, aku cape.” Ujarku membuat mama akhirnya
meninggalkan kamarku. Aku tak suka bertengkar dengan mamaku, orang yang
satu-satunya aku sayangi dalam hidupku setelah papaku tak lagi ada di dunia.
Aku tak suka mama membela laki-laki tak bertanggung jawab itu di hadapanku
dengan atas nama cinta. Sekali lagi, aku benci cinta. Aku memejamkan mataku,
mengenyahkan segala kelelahanku. Aku mengganti seragamku dengan short pants dan layering tee yang berwarna hijau, tak lupa mengambil kamera SLR-ku
dan kunci mobil. Aku kemudian segera mengendarakan mobilku ke lapangan basket
kompleks.
Aku memotret ke arah lapangan basket di mana salah
satu anak basket melakukan lay up dan
mencetak angka untuk teman satu grupnya. Aku kemudian memotret ke arah mana
saja yang menurutku itu menarik dan ini merupakan hobiku jika ada masalah.
“Hai,
kenalkan aku Mario, dan aku tinggal di kompleks B baru kemarin” Aku memandang
lelaki yang berada di hadapanku dari kepala sampai kakinya kemudian aku
mendengus kesal menatap tangannya yang terulur untuk berkenalan. Dia
menghalangiku untuk memotret. “Kamu pasti Alyssa, dan biasa dipanggil Ify”
ujarnya lagi dan memasukkan kedua tangannya di dalam saku. Aku benci orang
munafik. Kalau sudah tahu namaku, lantas kenapa dia harus sok berkenalan
denganku lagi.
“Ini nomor HP-ku” ujarnya sambil memberikan
secarik kertas yang membuat aku melongo. Hei, apa2an lelaki ini.
“Kamu..” Aku berdiri menatapnya tajam
“Ya, ya, ya. Aku tau kamu mau bilang bahwa aku
adalah belahan jiwamu. Karena itupun yang aku rasakan” ujarnya memamerkan
sederet gigi putihnya membuat aku langsung mendengus kesal kemudian berjalan
meninggalkan lapangan. Orang gila. Bagaimana bisa pertama kali bertemu, dan dia
mengatakan bahwa aku adalah belahan jiwanya? Dia membuat aku semakin kesal
“Percayalah, nanti kita akan punya kisah yang
berbeda.” Teriaknya membuat aku semakin keki. Demi apapun, aku benci pada laki2
ini seperti aku benci pada cinta.
****
Aku menatap tugasku yang dikumpulkan minggu lalu,
dan dibagikan lagi hari ini. Nilai sempurna, A. Aku menatap design rumah yang
aku buat, bukan rumah yang besar seperti rumahku saat ini. Tapi rumah
sederhana, namun akan tetap terlihat luas.
“Rumah yang bagus untuk kita tinggal nanti” Aku
menoleh ke samping dan menemukan laki2-aneh-yang-ku-temui-di-taman-kemarin.
Kita? Astaga, dia mulai berulah lagi
“Ify” sapa Shilla, Via, dan pasangan mereka
masing2.
“Hai.”
“Siapa dia?” tanya Alvin
“Kenalkan aku Mario. Panggil Rio aja. Aku anak
design interior yang baru” ujarnya kemudian berkenalan dengan teman2ku lainnya
“Kamu kenal dengannya fy?” tanya Iel kali ini
“Aku teman Ify” ujarnya membuat semua langsung
melongo “Hmm, maksudku kemarin aku berkenalan dengan Ify di lapangan basket
kompleks” Keempat sahabatku semakin melongo dengan ucapannya. Mereka sangat
mengenal diriku, bahwa aku takkan pernah berkenalan dengan cowok yang tak dikenal
begitu saja, kemudian memproklamirkan bahwa akan menjadikan teman.
“Aku bukan temannya” ujarku akhirnya
“Yah, tapi belahan jiwaku” timpalnya lagi membuat
Iel dan Alvin menahan tawa mereka karena entah bagaimana hanya dia membuatku
kehabisan kata. Sedangkan Shilla dan Via menatapku iba.
“Sakit jiwa” ujarku padanya kemudian berjalan
meninggalkan Rio, keempat sahabatku akhirnya mengikuti langkahku
“Well, kayaknya
miss kita yang satu ini bakal jatuh cinta sama RIo” ujar Iel sambil menunjukkan
senyumnya yang menyebalkan.
“Oh yeah, dan aku yakin, aku tidak akan jatuh
cinta padanya”
“We’ll see”
ujar Iel lagi membuatku mendengus sebal, sedangkan yang lain hanya terkekeh.
****
FEBRUARI
“Ify motorku rusak, dan kamu tau sendiri kan, aku
masih belum begitu menghafal jalan di jakarta dan aku nggak tau naik angkot apa
agar aku sampai di rumahku, uangku juga tak cukup untuk...”
“Oh astaga Rio, kalau kamu ingin menumpang, kamu
cukup mengatakannya to the point,
bukannya berputar-putar seperti itu” ujarku memotong pembicaraannya membuat ia
terkekeh
“Aku nggak nyangka kamu sangat mengenal diriku”
ujarnya kemudian masuk di dalam mobilku. Dalam waktu tiga minggu ini, aku
memang cukup dekat dengan Rio, dan aku tidak sejutek pertama kali bertemu.
“Tapi aku harus ke gramedia dulu, ada buku yang
harus aku cari.”
“Jangankan ke gramedia, ke seluruh dunia pun, akan
aku temani kamu Ify”
“Rioo” geramku sebal kemudian menjalankan mobilku.
Sesampainya di mall, kami langsung membeli buku
yang ku cari di gramedia, kemudian beranjak ke food court untuk mengisi perut yang memang berdemo untuk diisi.
Namun pandanganku terhenti pada orang yang ku kenal tak jauh dari tempatku
sedang duduk dan menggandeng mesra wanita yang tak ku kenal
“Om surya” ucapku tiba2 membuat Rio langsung
menatapku bingung, sedangkan om surya langsung menatapku.
“I...Ify..”
“Dia siapa mas?” tanya wanita itu
“Oh, jadi ini yang om lakukan di belakang mama?
Dari awal aku emang nggak suka sama om” ujarku kemudian menarik Rio dari mall
itu berjalan ke arah parkiran. Lagi2 aku tak percaya pada cinta. Cinta hanya
menyakiti, dan cinta itu hanya membuatmu terlihat bodoh dan lemah. Aku benci
pada cinta. Apa yang akan mama rasakan
kalau ia tau semua ini? Aku harus mengatakannya, aku tak ingin mama semakin
terluka dengan sikap om surya.
“Fy, ada apa?” tanya Rio membuat aku langsung
menoleh padanya. Aku benar2 lupa dia berada di sampingku sejak tadi.
“Nggak apa2” ujarku kemudian menggigit bibirku
“Nggak usah bohong sama aku. Cerita aja”
“Om surya menikah dengan mamaku setahun yang lalu.
Dia selalu bersikap kasar pada mama, namun mama selalu membelanya di hadapanku.
Mama menikahinya karena cinta. Aku tak percaya cinta Rio, aku benci cinta Rio.”
Ujarku dan langsung memukul stir mobilku, melampiaskan segala amarah. Rio
langsung memeluk diriku, seolah dengan demikian bisa menenangkanku, namun
memang benar.
“Cinta nggak pernah bisa kamu pikirkan fy, hanya
bisa kamu rasakan.” Ujar Rio. Sebenarnya aku ingin sekali berdebat dengannya,
bahwa karena cinta itu tak bisa dipikirkan maka, orang akan dengan begitu bodoh
menyerahkan segalanya demi cinta. Namun saat ini, aku sedang malas untuk
berdebat, karena yang aku inginkan saat ini hanya sebuah ketenangan, dan entah
bagaimana Rio bisa memberikanku ketenangan ini. “Aku sayang sama kamu fy”
****
Rio berjalan memasuki ruangan kuliah sambil
menggenggam erat tanganku, membuat banyak mata memandang kami berdua.
“Let me
guess” ucap Via kemudian memasang tampang detektif “Kalian berdua udah
jadian?” tanya Via membuat aku mengangguk sekilas
“PJ nya jangan lupa” ucap Shilla
“Dan aku merupakan orang yang paling bahagia kalau
kamu jadian, karena itu artinya kita akan sering mendapat PJ darimu” ujar Iel
membuat aku langsung menjitak kepalanya. Rio nampak bingung dengan pernyataan
Iel dan menoleh padaku seolah meminta penjelasan
“Lupakan saja. Iel memang suka kacau kalau masih
pagi” ujarku membuat Rio mengangguk mengerti.
“Ya udah buat PJ nya sekarang aja gimana? Lagi jam
kosong kan?” ujar Rio membuat semua langsung mengangguk bahagia, kemudian kami
berenam berjalan ke arah kantin.
“Kamu mau pesen apa fy?”
“Aku nggak makan yo”
“Ify, kamu harus makan. Dari kemarin siang kamu
sama sekali nggak makan. Udah hampir sehari kamu nggak makan.”
“Tapi yo”
“Aku tau kamu udah biasa nggak makan sampai 2 hari
dan sehat2 saja, tapi please, kamu
harus makan, aku nggak mau kamu sakit.” Ujar RIo sambil menyingkirkan beberapa
rambut yang menghalangi wajahku
“Nasi goreng sama es teh” ujarku akhirnya membuat
Rio mengangguk kemudian pergi memesan makanan untukku bersama Alvin dan Iel
“Aku nggak nyangka kalau Rio segitu perhatiannya
sama kamu, dan sangat mengenal kamu.” Ujar Shilla sambil menatap Rio yang
sedang memesan nasi goreng pada salah satu ibu kantin. Aku hanya memutar bola
mataku tanda aku tak perduli “Gimana ceritanya kamu bisa jadian sama Rio?”
“Bukan hal yang besar. Dan itu sama sekali tak
penting” ujarku membuat Sivia dan Shilla hanya nyengir.
****
MARET
Aku mengambil beberapa barang yang aku butuhkan kemudian
ku masukkan ke trolly belanjaanku.
Aku mendorong trolly itu, sedangkan Rio
ada di belakangku juga ikut mendorong trolly itu. Aku yakin wajahku sudah
memerah, karena detak jantungku yang berdetak begitu cepat. Aku tak mengerti
mengapa hanya berada di sampingnya membuat aku jadi grogi seperti ini
“Jadi kamu akan memasak apa malam ini?” tanyanya
“Hanya sup asparagus sederhana, dengan ayam
goreng, cap cay. Gimana menurutmu?”
“Aku tak sabar untuk makan” ujarnya membuat aku
tersenyum kemudian memfokuskan pikiranku untuk barang apa yang aku lewatkan “Kamu
tau fy? Berbelanja denganmu seperti ini, membuat aku merasa menjadi suami yang
sedang menemani istrinya berbelanja” bisiknya
“Rio hentikan” ucapku
“Aku hanya mencoba jujur” jawabnya kemudian
mengangkat bahunya dan membantuku memilihkan barang2 yang aku butuhkan lagi.
Setelah selesai membayar, Rio kemudian meletakkan segala barang bawaan di
bagasi mobilku.
“Ify, ini apa?” tanyanya sambil mengangkat sekantung plastik hitam yang
sengaja aku sembunyikan di bagasi di salah satu sudutnya
“Hmm, bukan hal yang penting”
“Benarkah?”
“Yah”
“Kalau gitu aku buka ya” ujarnya kemudian membuka
plastik itu
“Jaket cowok?”
“Waktu itu aku sedang berbelanja dengan Shilla dan
Via. Kemudian aku melihat jaket itu sedang diskon 50%, dan akhirnya aku beli
karena jaket itu terlihat bagus. Tapi itu bukan untuk siapa2”
“Aku sedang
membutuhkan sebuah jaket, menggantikan jaketku yang udah cukup usang, dan kamu
membelikannya untukku?”
“Rio aku Cuma..”
“Kamu membelikannya karena kamu perduli dan kamu mencintaiku”
“Tidak. Aku membelinya karena diskon bukan karena
mencintaimu Rio.” Ujarku mencoba memberikan 1000 alasan, asalkan dia tak tau
bahwa ketika aku membelikan jaket itu aku memang memikirkannya. Hal bodoh yang
ku lakukan
“Ayolah fy, akui saja.” Ujarnya sambil memohon “Tapi
tak apa. Makasih untuk jaketnya. Aku cukup bahagia mengetahui bahwa kau
mencintaiku”
****
APRIL
Aku memasuki salah satu restoran terkenal yang ada
di Jakarta bersama Rio di sampingku. Aku menggunakan dress terbaikku dan mencoba melakukan yang terbaik untuk malam ini.
Astaga, apa yang sebenarnya aku pikirkan? Dia kemudian berjalan menuju panggung
yang ada di restoran itu kemudian sedikit berbisik pada pemusik yang ada di
situ, kemudian tersenyum padaku.
You're insecure
Don't know what for
You're turning heads when you walk through the door
Don't need make up
To cover up
Being the way that you are is enough
Everyone else in the room can see it
Everyone else but you
[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful
If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful
So c-come on
You got it wrong
To prove I'm right I put it in a song
I don't know why
You're being shy
And turn away when I look into your eyes
Everyone else in the room can see it
Everyone else but you
[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful
[Bridge]
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful
[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful
Don't know what for
You're turning heads when you walk through the door
Don't need make up
To cover up
Being the way that you are is enough
Everyone else in the room can see it
Everyone else but you
[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful
If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful
So c-come on
You got it wrong
To prove I'm right I put it in a song
I don't know why
You're being shy
And turn away when I look into your eyes
Everyone else in the room can see it
Everyone else but you
[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful
[Bridge]
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful
[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful
Aku sangat terperangah mendengar Rio bernyanyi.
Suaranya begitu bagus, dan lagu dari one direction membuat aku tersenyum manis.
“Kamu tau, lagu yang tadi aku nyanyikan buat kamu”
bisiknya membuat aku merasa pipiku memanas, namun aku mencoba mengalihkan
wajahku agar ia sama sekali tak melihatnya.
“RIO” panggil seorang gadis yang terlihat begitu
cantik menghampiri mejaku dan Rio
“Hai Zahra, apa kabar?” ujar Rio kemudian
bersalaman dengan gadis itu
“Ify kenalkan ini Zahra, sahabat SMA ku. Zahra ini
Ify” Aku mengulurkan tanganku berusaha tampak ramah. Zahra membalas uluran tanganku itu kemudian
langsung beralih pada Rio
“Ada yang harus aku bicarakan denganmu, empat mata”
ujarnya sambil sedikit melirik padaku
“Ah, biar aku pindah tempat” ujarku seolah
mengerti posisiku kemudian berjalan ke
bagian luar restoran itu sambil menatap orang yang lalu lalang. Rio tidak
mencegah diriku pergi, dan Rio tak memperkenalkanku sebagai pacarnya tadi.
Bukankah seharusnya malam ini menjadi malam yang indah, karena candle light dinner yang aku dan Rio
lakukan? Oh hell, apa yang ada di pikiranku? Kenapa aku harus memikirkan hal
kecil seperti itu. Bukankah harusnya aku tidak perduli? Aku kemudian merogoh HP
ku yang bergetar.
“Hallo vi”
“Ify kamu lagi nggak di rumah ya?”
“Hmm, ya.”
“Kamu di mana?”
“Lagi dinner sama Rio, tapi Rio lagi sibuk dengan
sahabat SMA nya, dan melupakanku” gerutuku membuat Sivia langsung tertawa “Hey,
di mana solidaritas sebagai sahabat? Kenapa kamu tertawa?”
“Perempuankah sahabat Rio?”
“Ya”
“Oh fy, jangan bilang kalau kamu cemburu?”
“Siapa bilang aku cemburu?”
“Oh yeah? Tapi kenapa dari nada bicaramu, kamu
seperti cemburu”
“Aku nggak mungkin cemburu Via. Kamu tau sendiri,
aku tak pernah serius kalau pacaran. Kamu tau sendiri, Rio sama sekali tak
menarik dan sangat berbeda jauh dari kriteriaku. Aku tak mungkin jatuh cinta
padanya. Dia sama seperti pacar2ku sebelumnya, hanya sebagai penambah kenangan
dalam hidupku.”
“Terserah padamu fy. Kalau gitu aku matikan saja
teleponnya, aku tak mau mengganggu dinner
mu dengan Rio. Bye Ify”
“Bye Via”
Aku memasukkan HP ku ke dalam tas tangan kecil yang ku bawa tadi. Aku menoleh
ke belakang dan melihat Rio masih asyik mengobrol dengan sahabat SMA nya itu. Akhirnya
ku putuskan untuk berjalan meninggalkan dia dengan sahabatnya itu. Aku mengendarai
mobilku ke rumahku, kemudian memarkirkannya secara asal, dan membuka pintu
rumahku
“Kamu
kenapa ?” Suara itu tiba2 muncul di belakangku
“Apanya yang kenapa?”
“Kamu kenapa ninggalin aku begitu aja di restoran
tadi, tanpa bilang padaku? Kamu sakit? ” tanyanya mencoba menyentuh keningku
namun ku tarik tubuhku sedikit sehingga tangannya tak bisa menyentuh keningku
“Nggak”
“Lantas?”
“Aku Cuma nggak mau ganggu pembicaraan kamu dengan
perempuan tadi”
“Oh aku tau, jadi kamu cemburu?” ujarnya sambil
terkekeh seolah menemukan hipotesis yang benar. Tidak, aku sama sekali tidak
cemburu. Karena aku tak jatuh cinta padanya
“Aku nggak cemburu” bentakku membuat kami berdua
dalam suasana sepi dan sunyi
“Aku mendengar semuanya” ujarnya memecahkan
keheningan, membuatku langsung menatapnya bingung “Aku mendengar pembicaraanmu
dengan Angel tadi, tentang aku yang tidak menarik dan hanya menjadi pacar
sementaramu, bahkan kamu takkan pernah jatuh cinta padaku, kemudian kamu akan
memutuskan hubungan denganku begitu saja. ”
“Yo..”
“Apa begitu tak pantasnya diriku di matamu?”
“Yo, tapi aku...” ucapanku terhenti. Apa yang akan
ku katakan? Aku jatuh cinta padanya? Tidak, aku tidak jatuh cinta padanya, dan
aku menganggapnya sama seperti pacarku sebelumnya. Bukankah begitu? “Itu semuanya benar” ujarku akhirnya membuat dia
tersentak dengan pengakuanku.
“Aku rasa semuanya memang harus berakhir” ujarku
lagi
“Yah, aku tau. Maaf kalau aku hanya mengganggu
hidupmu. Aku janji mulai besok, aku takkan pernah mengganggu hidupmu lagi.”
Ujarnya mengecup keningku lama, kemudian meninggalkanku yang masih terpaku di
halaman. Kenapa kali ini terasa begitu menyakitkan dan sesak?
****
Aku duduk di kamar Shilla, sambil menceritakan apa
yang terjadi semalam dengan hubunganku dan Rio.
“Kamu putus dengan Rio?”
“Hmm...”
“Aku kira Rio akan menjadi orang pertama yang
membuatmu jatuh cinta, tapi ternyata....” ucapannya terhenti kemudian menatapku
seolah aku merupakan orang aneh. “Kamu memang jatuh cinta padanya”
“Nggak”
“Oh ify, c’mon.
Jangan coba membohongi dirimu sendiri. Kamu bahkan terlihat begitu tak
bersemangat sejak semalam. Berbeda saat kamu putus dengan pacarmu sebelumnya.”
“Nggak Shilla”
“Kamu bahkan terlalu takut untuk mengakui bahwa
kamu jatuh cinta padanya”
“Aku nggak jatuh cinta pada Rio, Shilla. Nggak”
ujarku namun ntah bagaimana air mataku mengalir begitu saja. Dia langsung
memelukku kemudian menepuk punggungku. “Aku benci Rio, Shill. Aku benci dia.
Aku benci dia sama kayak aku benci pada kata cinta. Aku benci dia, karena dia
membuatku mengenal sakit hati dan sedih. Aku benci dia, karena hanya dia yang
berhasil membuat aku merasa dicintai. Aku benci dia karena dia berhasil membuatku
bahagia dengan caranya sendiri. Aku benci dia, karena dia telah membuat aku
jatuh cinta. Aku benci pada diriku sendiri yang membiarkanku jatuh cinta pada
Rio. Aku benci, Shilla”
“Ify sayang, hey dengarkan aku” ujarnya sambil
melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mataku “Saat kamu mengenal cinta,
kamu harus siap untuk merasakan sakit
dan bahagianya sekaligus. Cinta itu
memang sulit dijelaskan fy, tapi kamu akan menyadarinya saat kamu
kehilangannya. Seperti saat ini fy. Cinta merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Cinta tidak dapat
diucapkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apaun.
Cinta hanya bisa dibaca dengan bahasa cinta dan juga dengan perasaan. Yang kamu
butuhkan hanya satu, jujurlah” ujarnya membuat aku langsung memeluk Shilla,
sebagai ucapan terima kasih atas semua nasihatnya
****
JUNI
“Selamat
malam semua. Untuk ulang tahun sahabatku, Via, maka aku akan menyanyikan dua
buah lagu untuknya.” Ujarku kemudian duduk di atas panggung
Lilin kecil menyala disini
Kuredupkan kembali
Kupanjatkan doa tulus dan suci
Kuingat hari ini ultahmu
Usiamu semakin dewasa
dimasa remaja yang ceria
bunga-bunga ditaman hatiku
yang tumbuh indah wangi kasih
hanya kupersembahkan untukmu
selamat ulang tahun ku ucapkan
sambutlah hari indah bahagia
selamat ulang tahun untuk kamu
Panjang umur didalam hidupmu
Trimalah kadoku buat kamu
Yang kupersembahkan lewat laguku ini
Lilin kecil menyala disini
Kuredupkan kembali
Kupanjatkan doa tulus dan suci
Kuingat hari ini ultahmu
Usiamu semakin dewasa
dimasa remaja yang ceria
bunga-bunga ditaman hatiku
yang tumbuh indah wangi kasih
hanya kupersembahkan untukmu
selamat ulang tahun ku ucapkan
sambutlah hari indah bahagia
selamat ulang tahun untuk kamu
Panjang umur didalam hidupmu
Trimalah kadoku buat kamu
Yang kupersembahkan lewat laguku ini
Kuredupkan kembali
Kupanjatkan doa tulus dan suci
Kuingat hari ini ultahmu
Usiamu semakin dewasa
dimasa remaja yang ceria
bunga-bunga ditaman hatiku
yang tumbuh indah wangi kasih
hanya kupersembahkan untukmu
selamat ulang tahun ku ucapkan
sambutlah hari indah bahagia
selamat ulang tahun untuk kamu
Panjang umur didalam hidupmu
Trimalah kadoku buat kamu
Yang kupersembahkan lewat laguku ini
Lilin kecil menyala disini
Kuredupkan kembali
Kupanjatkan doa tulus dan suci
Kuingat hari ini ultahmu
Usiamu semakin dewasa
dimasa remaja yang ceria
bunga-bunga ditaman hatiku
yang tumbuh indah wangi kasih
hanya kupersembahkan untukmu
selamat ulang tahun ku ucapkan
sambutlah hari indah bahagia
selamat ulang tahun untuk kamu
Panjang umur didalam hidupmu
Trimalah kadoku buat kamu
Yang kupersembahkan lewat laguku ini
“Lagu berikutnya aku persembahkan untuk kalian
semua yang ada di sini” ujarku
When I was younger I saw my daddy cry
and curse at the wind.
He broke his own heart and I watched
as he tried to reassemble it.
And my momma swore
that she would never let herself forget.
And that was the day that I promised
I'd never sing of love if it does not exist.
But Darling,
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
Maybe I know somewhere
deep in my soul
that love never lasts.
And we've got to find other ways
to make it alone.
Keep a straight face.
And I've always lived like this
keeping a comfortable distance.
And up until now I had sworn to myself
that I'm content with loneliness.
Because none of it was ever worth the risk.
Aku memandang lelaki bertubuh tinggi sedang berdiri di salah satu sudut sambil menatap ke arahku. Aku hanya berharap ia tahu bahwa lagu ini menunjukkan perasaanku. Ia berjalan keluar.
and curse at the wind.
He broke his own heart and I watched
as he tried to reassemble it.
And my momma swore
that she would never let herself forget.
And that was the day that I promised
I'd never sing of love if it does not exist.
But Darling,
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
Maybe I know somewhere
deep in my soul
that love never lasts.
And we've got to find other ways
to make it alone.
Keep a straight face.
And I've always lived like this
keeping a comfortable distance.
And up until now I had sworn to myself
that I'm content with loneliness.
Because none of it was ever worth the risk.
Aku memandang lelaki bertubuh tinggi sedang berdiri di salah satu sudut sambil menatap ke arahku. Aku hanya berharap ia tahu bahwa lagu ini menunjukkan perasaanku. Ia berjalan keluar.
Well you are the
only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
I've got a tight grip on reality,
but I can't let go of what's in front of me here.
I know you're leaving in the morning
when you wake up.
Leave me with some kind of proof its not a dream.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
I'm on my way to believing
And I'm on my way to believing
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
I've got a tight grip on reality,
but I can't let go of what's in front of me here.
I know you're leaving in the morning
when you wake up.
Leave me with some kind of proof its not a dream.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
You are the only exception.
I'm on my way to believing
And I'm on my way to believing
Aku mengakhiri nyanyianku kemudian meninggalkan panggung
dan berjalan keluar rumah Via. Mencoba mencari sosok laki2 yang ku lihat tadi.
Berharap itu bukan hanya imajinasiku saja.
“Cari aku?” ucap seseorang membuat tubuhku
menegang. Suara ini sudah begitu lama tak ku dengar. Aku menoleh dan
mendapatkan dirinya sedang duduk di salah satu bangku taman belakang rumah Via
“ya” jawabku tercekat. Astaga kenapa di
hadapannya, seluruh kata2 yang telah ku siapkan hilang begitu saja
“Kamu cantik malam ini” ujarnya membuatku
tersenyum tipis. Aku benar2 tak ingin kehilangan dirinya. Aku duduk di
sampingnya. Sejak malam aku putus dengannya, aku memang sama sekali
tak berbicara sepatah kata pun dengannya. Ia menjaga jarak denganku. Aku tak
yakin pasti tapi itu semua terasa begitu menyakitkan. Aku sungguh tak berani menatap matanya, sehingga
aku hanya melakukan hal bodoh menatap tanah yang kuinjak. Entah bagaimana semua
ceritaku dari awal tentang hidupku, mamaku, papaku, lalu kemudian aku tak
percaya cinta, dan aku bertemu dengannya, smeuanya mengalir begitu saja dari
bibirku.
“Mungkin ini terdengar konyol setelah aku
menyakiti hatimu, tapi please, jangan
ninggalin aku.” Ucapku yang melihat ia berdiri dan sepertinya akan
meninggalkanku. “Hmm, lupakan saja permintaanku tadi. Tapi bolehkah aku
memelukmu untuk yang terakhir kali?” ujarku lagi. Ia kemudian mendatangiku dan
memelukku. Aku membalas pelukannya, air mataku mengalir lagi. Benarkah ini akan
jadi yang terakhir?
“Kumohon ini bukanlah pelukan terakhir kita. Aku
takkan pernah meninggalkanmu” ujarnya dan mempererat pelukannya. Aku tak ingin
malam ini harus segera berakhir, dan seandainya ini mimpi jangan pernah
bangunkan aku dari mimpi indah ini “Aku cinta kamu”
“Aku juga cinta kamu. Kamu orang pertama yang
membuatku jatuh cinta”
“Jangan pernah nangis lagi.” Ujarnya kemudian
menghapus air mataku. Dia mengecup keningku. Sungguh, hanya dia yang membuatku sadar akan
cinta, dan percaya pada cinta.
The end
Ini merupakan cerpen paling panjang yang pernah aku buat. Terinspirasi waktu denger lagunya one direction - what makes you beautiful sama paramore - The Only exception.
Komentarnya ya....