Aku
baru saja sampai di salah satu stasiun kota jogjakarta, kota kelahiranku. Kota
ini memang penuh kenangan. Dari kecil sampai aku SMA, aku berada di kota ini. Hanya
saat kuliah saja aku pindah ke ibukota Indonesia, kota metropolitan, tapi kota
yang juga menyimpan begitu banyak sifat individualistis dan egois mungkin. Tapi
toh aku tetap ke jakarta mencari peruntungan di kota itu, dan saat ini aku
kemvali untuk sedikit melepaskan kepenatan setelah ujian dan sidang skripsi.
Aku sedikit terperangah ketika melihat jalanan yang begitu sepi. Aku melirik
arloji yang melingkar di pergelangan tanganku. Aku mendecak kesal. bagaimana
bisa aku lupa bahwa ini sudah larut malam atau tengah malam dan kota jogja ini
akan selalu sepi berbeda dengan jakarta. Salahku juga tidak mengatakan pada
keluargaku bahwa aku akan pulang ke jogja hari ini. Tapi aku kan berencana
membuat surprise. Kalo aku bilang, bukankah itu bukan sebuah kejutan lagi? Akhirnya aku
mengedarkan pandangan masih berharap ada kendaraan yang lewat malam ini. Aku
merapatkan jaketku karena merasa udara malam yang dingin menusuk badanku. Tiga puluh
menit berlalu dan tak ada kendaraan satupun yang lewat. hmm, maksudku kendaraan
umum tak ada satupun yang lewat. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sambil
masih berharap ada kendaraan yang lewat. Setidaknya aku tidak perlu menunggu di
stasiun kereta yang menurutku cukup terlihat angker pada malam hari. Tiba2 ada
yang menepuk bahuku, bulu kudukku berdiri tegak dengan sempurna. Ah, apalagi
ini. Aku berdoa ini bukanlah salah satu jenis hantu baru. Atau yang lebih parah
lagi pemerkosa. Aku langsung menggeleng kepalaku kuat2. Aku menoleh mencari
tahu siapa yang menepuk bahuku tadi.
"astaga
Rio" ujarku ketika melihat sahabatku berdiri di sana sambil memamerkan
gigi putihnya. sahabat SMA ku, cinta pertamaku.
"kenapa
kaget gitu sih?" tanyanya
"aku
kira tuh hantu. hmm, lebih parah lagi aku mikir kamu pemerkosa" ujarku
manyun membuat dia langsung tertawa
"kamu
sama sekali nggak berubah"
"btw
kamu kok di sini yo?"
"jemput
kamu"
"hah?"
mulutku terbuka lebar. hei, aku sama sekali tidak mengatakan kepulanganku pada
siapapun kecuali teman2 kuliahku yang ada di jakarta. Tapi mereka kan sama
sekali tak mengenal Rio atau siapapun yang ada di jogja ini.
"jangan
mangap gitu ah. kasihan nyamuknya dimakan sama kamu" ujarnya membuat aku
refleks menuup mulutku
"kamu
tau dari mana aku pulang malam ini?"
"kontak
batin. Kamu lupa dulu kita sering banget kontak batin." ujarnya membuat
aku mau tak mau mengangguk juga. Dulu, aku dan dia sering sekali kontak batin.
entah bagaimana kita pasti tau bahwa salah satunya sedang sedih, tertimpa
kecelakaan bahkan sedang ingin menangis dan butuh orang lain untuk mendengarkan
cerita.
"ya
udah. aku anterin kamu pulang ya. Tapi aku mau ngajak kamu ke taman main kita
dulu. Mau kan?"
"malam2
begini yo? Kenapa nggak besok aja? Aku kan masih sebulan di sini"
"Aku
maunya malam ini. Aku kangen banget sama kamu. Sama sahabat terbaik yang pernah
ku miliki" ujarnya membuat aku kembali tersadar bahwa perasaan cintaku
padanya masih ada sampai sekarang dan dia hanya menganggapku sebagai sahabat.
"oke"
sahutku kemudian mwngambil helm dari tangannya, menggunakannya kemudian naik ke
atas motornya. Motor yang sama seperti SMA dulu, hanya saja motornya sedikit
hancur di bagian kirinya. Dia pun melaju dengan kecepatan sedang, membuat aku
harus merapatkan jaketku lagi. Dingin menusuk seluruh tubuhku. Sudah terlalu
lama aku tidak merasakannya. Akhirnya Rio menghentikan motornya, di tempat
tujuan. Taman ini terlihat sedikit berbeda dibanding 4 tahun yang lalu. Ayunan
yang selalu ku mainkan sudah terlihat rapuh di pohon tua yang nampaknya tidak
begitu terawat. Namun di sisi lain terdapat meja dan kursi dengan lampu taman
yang bagus.
"ayo
duduk di sana" ujarnya kemudian menarik tanganku. Aku bisa merasakan
tangannya yang juga dingin seperti tanganku. Namun genggamannya itu cukup
menghangatkanku. Entah bagaimana panas di pipiku terasa.
"gimana
kabarmu?" tanyanya membuat aku sedikit tersenyum
"baik."
"btw,
selamat ya udah lulus"
"makasih.
kamu sendiri gimana? udah seminggu lebih aku nggak dengar kabarmu. tapi setelah
kulihat, sepertinya semua baik2 saja"
"ya,
terkadang yang kamu lihat nggak selalu seperti kenyataannya" ujarnya
sambil menerawang membuatku mengernyitkan keningku.
"jadi
ada apa nih ngajakin anak gadis yang cantiknya nggak ada habis2nya, tengah
malam, duduk di taman?" tanyaku membuat dia tertawa. Dia langsung mengacak
rambutku. Kemudian kami sama2 terdiam. Aku sedang menunggu jawabannya,
penjelasanya atau apa saja, namun dia sama sekali tak berkomentar dan malah
duduk terdiam.
"kamu
ingat nggak, dulu kita sering bermain di ayunan itu. Kamu akan berteriak
sekeras mungkin jika kamu punya masalah, untuk melepaskan bebanmu. padahal
tanpa kamu sadari bahwa aku akan selalu membantumu" ujarnya membuat aku
tersenyum. Dulu setiap aku ada masalah dengan pendidikanku ataupun banyak
kegiatan yang membuat diriku cukup sibuk atau bahkan punya sedikit masalah dengan
teman2ku, maka aku akan selalu datang ke sini dan mengajak Rio. Aku memintanya
untuk mendorong ayunanku. Dia memang selalu ada untukku
"tapi
banyak berubah dibanding 4 tahun yang lalu."
"yah,
nggak ada yang pernah abadi di dunia ini" sagutnya sambil menerawang. Aku
hanya menatap wajahnya, yang entah bagaimana bisa membuatku jadi tenang.
"kamu
udah punya pacar di sana?" tanyanya membuatku langsung mengalihkan
pandanganku padanya
"belum."
"kenapa?"
aku hanya diam, ntah apa yang harus ku jawab. Jujurkah ataukah aku harus
berbohong padanya?
"kamu
sendiri? udah punya pacar? atau setidaknya gadis pujaan?" tanyaku
mengalihkan peertanyaannya
"pacar
belum. Tapi kalau gadis yang ku suka, ada" jawabnya singkat membuatku membelalakan
mata tak percaya, namun kemudian mengalihkan pandanganku pada langit. Malam ini
mendung, tak ada satu bintang pun yang bersinar, seperti hatiku mungkin. Sepi, sunyi, tenang. Kami berdua sama2 larut
dalam pikiran masing2.
"aku
punya sesuatu untukmu." ujarnya kemudain merogoh saku jaketnya.
"Happy birthday" ucapnya sambil membuka kotak kecil yang berisi
kalung berliontin dolphin. Aku tersadar bahwa sekarang pukul 1 pagi dan saat ini memang hari
ulang tahunku.
"makasih
yo" ucapku "boleh bantuin buat pasangin?" tanyaku padanya,
membuat ia mengangguk kemudian memasang kalung itu di leherku.
"kamu
tau bahwa lumba2 itu akan selalu mengenal suara pasangannya walaupun mereka
berada di tempat beratus-ratus bahkan beribu-ribu meter jauhnya. Aku juga mau
kita seperti iu. Walaupun kita berada di tempat yang berbeda dan jauh
sekalipun, aku akan selalu tau kamu di mana dan kamu membutuhkanku."
ujarnya sambil menyingkirkan beberapa helai rambutku ke belakang telinga. Dia
menyusuri wajahku dengan jarinya, dan dia mendekatkan wajahnya padaku,
membuatku terpaku tak tau harus berbuat apa. Tanpa ku sadari dia mengecup
bibirku lembut, membuat jantungku berdetak tak karuan. Ia menjauhkan wajahnya,
dan menatapku dalam. Aku bisa tiba2 pingsan di sini kalau aku terus bersama
dengannya.
"fy,
mungkin ini udah terlambat, tapi aku cuma mau bilang, aku sayang kamu. Aku
sayang kamu sejak SMA dulu, tapi aku nggak punya keberanian buat bialng ke
kamu." Aku menatapnya tak percaya. Aku tak menyangka bahwa dia juga
memiliki perasaan yang sama, dan itu artinya cintaku tak pernah bertepuk
sebelah tangan.
"aku
juga sayang sama kamu" ujarku membuat dia tersenyum pahit. bukankah
seharusnya dia bahagia, kemudian memelukku, layaknya sinetron2? Tapi dia malah
ttap pada posisinya
"makasih"
"untuk?"
"untuk
malam ini dan untuk perasaanmu juga." aku tersenyum tipis mendengar
jawabannya. Hei, ini sama sekali berbeda dengan film2. Tapi aku tetap saja
bahagia. Ia kemudian mengantarku pulang ke rumah. Kali ini aku memeluk tubuhnya
seolah takut kehilangan dirinya, seolah aku takut bahwa aku sedang bermimpi dan
saat aku terbangun aku hanya dapat kekecewaan.
"apa
yang kamu lihat mungkin nggak selalu sesuai dengan kenyataan, tapi apa yang
kamu dengar nggak ada yang salah dan itu semua kenyataan" ucapnya membuat
aku mengernyitkan keningku.
"kamu
mau masuk dulu?" tanyaku padanya saat kami sampai di depan rumahku.
"nggak
fy. udah malam. Kamu masuk saja." Aku pun mengangguk
"makasih
ya udah mau jemput aku tadi" ujarku kemudian berjalan ke pintu rumahku.
"fy"
panggilnya membuat aku menoleh padanya. "selamat malam" ucapnya
kemudian mengecup keningku. Hangat. Itu yang ku rasakan. Kemudian dia berlalu
dengan motornya. Tuhan, biarlah malam ini jadi malam yang indah.
Aku
mengetuk pintu rumahku beberapa kali. Pasti mama dan papa beserta kakak2ku akan
terheran-heran dengan kepulanganku dan meeka akan memelukku layaknya di film2.
Aku terkekeh membayangkan apa yang terjadi. Pintu dibuka"selamat malam
semuanya" seruku heboh kemudian memasuki rumah. Nampak tak ada satu orang
pun yang menunjukkan wajah kaget dan sebagainya. Satu lagi yang ku sadari,
mereka duduk di ruang tamu pada tengah malam seperti ini? Ada apa?
"hmm,
kalian nggak senang ya aku pulang?" tanyaku entah pada siapa saja yng
ingin menjawab.
"ah
ify, kami senang kok kamu pulang" ujar mamaku, namun kenapa wajahnya sama
sekalk tidak menunjukkan kebahagiaan itu?
"kamu
naik apa?"
"naik
kereta"
"dari
stasiun ke sini kamu naik apa?" tanya kakakku kali ini
"naik
motor. Ah lebih tepatnya dianter sama Rio" ujarku membuat semua orang
langsung memandangku. Entahlah apa yang tergambar dari wajah mereka, aku sama
sekali tak tau.
"jangan
bercanda"
"aku
serius" ujarku kekeuh, membuat mamaku langsung menangis sedangkan papa
berjalan mendekatiku.
"maafkan
kami Ify. Tapi kamu harus tau satu hal" ujar papaku dengan wajah seriusnya
"Rio kecelakaan motor 1 minggu yang lalu dan koma. sama sekali tak
sadarkan diri. Dan beberapa menit yanv lalu sebelum kamu datang, orang tua Rio
menelpon bahwa, ia telah menghembuskan nafas terakhirnya" aku menutup
mulutku dengan kedua tanganku. Nggak
mungkin. Ini pasti hanya akal2an keluargaku untuk membuat kejutan padaku.
Apalagi hari ini kan ulang tahunku. Ataukah hari ini adalah april mop? Aku sama
sekali tak percaya. Jika Rio kecelakaan minggu lalu, lantas siapa yang tadi
mengantarku?
****
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali.
Aku memandang sekeliling dan aku sadar bahwa aku ada di kamarku. Aku memandang
cermin dan liontin dari Rio semalam masih menggantung manis di leherku. Tapi
mataku terpaku pada koran yang ada di meja riasku. Koran yang bisa ku pastikan,
terbit seminggu yang lalu. Namun yang membuatku terpana adalah headline news,
dengan judul berukuran besar yang cukup menyita perhatianku. "PENGEMUDI
TRUK MENYANGKAL DIRINYA MABUK"
Jogjakarta, 31 mei 2011
....Kecelakaan di jalan malioboro terjadi pada
pukul 23.00 malam hari senin kemarin (30/5). Menurut saksi mata, kecelakaan
terjadi saat seorang pemuda mengendarai motornya meninggalkan area malioboro,
dan ada sebuah truk dari arah berlawanan. dengan kecepatan tinggi menabrak
pemuda tersebut. Motornya hancur, dan setelah dievakuasi korban bernama Mario
Haling....
Aku
sama sekali tak membaca kelanjutannya lagi. Jadi ini semua kenyataan. Lantas
aku melihat foto2 yang berada di koran tersebut. Bagian kiri dari motor
tersebut hancur. Foto lainnya, terdapat foto korban dan kalung berliotin dolphin. Ini adalah kalung
yang sama seperti yang diberikan Rio semalam. Aku memekik, menutup mulutku.
Kejadian semalam pun mulai terputar lagi di otakku seolah menyusun setiap
kejadian yang terlewatkan olehku.
"Ify,
kamu siap2, kita pergi ke pemakaman Rio" ujar ka Iel dari balik pintu
****
Di
sinilah aku berada di depan nisan Rio. Air mataku terus turun tanpa henti. Rasa
apa ini? Mengapa dadakku sesak setiap kali mengingat kenyataan.
"makasih yo, untuk
semalam" ujarku sambil memegang kalung yang diberikannya padaku. Bukankah
semalam dia berkata bahwa dia akan tau bahwa aku membutuhkannya?
Aku tidak perduli bagaimana semua itu bisa
terjadi. Yang aku lakukan saat ini hanyalah bersyukur karena aku bisa
dipertemukan dengan Rio, walaupun itu merupakan malam terakhirku bersama
dengannya
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar