Cinta itu....abstrak namun konkrit. Tak bisa
dijelaskan namun tau pasti rasanya. Cinta itu tak pernah bisa ditebak.
Termasuk cintaku padamu. Aku bahkan tak pernah membayangkan bahwa aku bisa
jatuh cinta padamu. Dulunya aku hanya senang melihat wajahmu, dan permainan
piano yang begitu indah. Namun hanya sebatas itu karena aku tau kau sudah ada
yang punya. Kau sudah bersama dia dan itu terlihat ketika kau bahkan tak mau
melepaskan tangannya dari genggamanmu. Aku mencoba melupakanmu, mencoba menahan
agar apa yang aku rasakan hanya sebatas kekaguman. Bahkan aku tetap berusaha
mencoba melupakanmu walaupun aku tau kau sudah tak bersamanya lagi. Dan aku
berhasil, sampai kau masuk ke dalam hidupku dengan cara yang sama sekali tak ku
sangka. Ketika aku menyadari bahwa kau terlalu masuk ke dalam hidupku, aku
hanya bisa menggigit bibir, karena aku tau kau telah masuk terlalu dalam dengan
kunci yang kau pegang ataukah aku yang sengaja membuka pintu hatiku terbuka
lebar?
*****
"Malam ini begitu dingin"
ucapku sambil mencoba menghangatkan telapak tanganku yang terasa membeku. Di
saat semua teman2ku menghabiskan waktu di rumah sambil melakukan kegiatan yang
mereka sukai, aku di sini malah mengerjakan tugas OSIS.
"Benarkah? Kalau begtu biarkan
aku menghangatkanmu." Ucapmu kemudian menarik tanganku dan menggenggamnya
erat. "Apa terasa hangat sekarang?" tanyamu lembut membuat aku
terpaku dan hampir lupa bagaimana cara bernafas. Pipiku yang terasa hangat.
Sungguh, aku takkan pernah bisa melupakan bagaimana kau menggenggam tanganku.
"Masuklah. Aku tak mau kamu semakin kedinginan dan sakit karenaku.
Terima kasih untuk malam ini. Aku pulang" ucapmu kemudian pergi begitu
saja meninggalkanku yang masih mencoba menahan debaran jantungku. Sugguh, kau
punya cara tersendiri membuatku jatuh cinta
****
Kau selalu berada di sekelilingku, walaupun kau tak menghampiriku namun
dengan ekor mataku aku tau kau sedang mengawasiku. Atau itu hanya karena aku
bisa menangkap radarmu? Ataukah aku saja yang terlalu berharap bahwa kau
mengawasiku?
****
Aku memandang rintik hujan di luar
sana. Aku suka hujan. Hujan seolah bisa menghapus segala masalahku.
“Kamu kenapa belum makan?” Aku
tersentak mendapatkanmu berdiri tepat di hadapanku.
“Aku....”
“Kenapa kamu masuk sekolah kalau
sakit?” tanyamu lagi membuatku megernyitkan kening tak mengerti. Tau dari mana
kau bahwa aku belum makan dan aku sedang sakit? Bahkan teman sebangku pun tak
menyadarinya
“Aku baik-baik saja”
“Kamu sungguh tak pintar berbohong.
Setidaknya tidak di depanku” ujarmu membuat aku menghembuskan nafas pelan
“Maaf” ujarmu lagi membuat aku
mendongak. Aku sungguh tak mengerti kenapa kau meminta maaf. “Gara2 aku, kamu
jadi sakit”
“Ini bukan salahmu. Hanya daya
tahan tubuhku saja yang lemah” ujarku sambil terkekeh
“Aku membelikanmu bubur. Makan ya?”
“Aku sedang tak ingin makan..”
“Kamu harus cepat sembuh. Aku tak
mau kehilangan sekretarisku ini. Atau perlu ku antar ke UKS?” tanyamu lagi
membuatku menggeleng pelan
“Aku tak apa2. Lagian kamu masih
ada sekretaris 2 kan?”
“Ya, tapi aku Cuma kamu yang aku
mau” ucapmu membuat jantungku berdebar. “Makanlah. Apa perlu ku suap?”
“Baiklah aku akan makan. Tapi kamu
tak perlu menyuapiku. Kamu kembali ke kelas saja.”
“Tidak. Aku akan menemanimu di
sini. Aku akan memastikan kam menghabiskan makananmu. Lagian aku....” ucapmu
terhenti kemudian duduk di depanku, sambil menatap mataku “Aku ingin melihat
wajahmu lebih lama”
****
Seharusnya ini kisahku dan kisahmu, atau setidaknya itulah yang ku
harapkan. cinta tak pernah salah. Lantas jika ada yang tersakiti dalam kisah
ini, siapa yang harus dipersalahkan? Aku, kamu atau dia? Aku melihatmu menepuk
puncak kepalanya kemudian tersenyum manis padanya. Aku takkan pernah bisa
mengalahkannya. Ia punya posisi istimewa di hatimu. Ia cantik, anggun, feminin,
dan cerdas. Seperti langit dan bumi. Aku tau hal itu dari dulu, tapi kenapa aku
tetap saja mencintaimu?
Aku akhirnya pergi meninggalkanmu
tertawa bersama dengannya. Aku bahagia jika kamu bahagia. Benarkah? Tapi kenapa
aku merasa tak rela, mengapa aku ingin akulah yang ada di posisinya? Aku sadar
kamu takkan pernah bisa menjadi milikku. Dan aku merasakan pipiku basah karena
air mata yang mengalir.
****
"kenapa kamu menghindar dariku
akhir2 ini?"
"siapa bilang? Aku masih di
sini saja. Kamu yang terlalu sibuk" ucapku sambil tersenyum miring.
Bagaimana aku bisa melupakanmu kalau kau masih saja ada di sekitarku
"kamu tak usah berbohong
padaku. Ada apa sebenarnya? Apa kamu cemburu melihatku dekat dengan dia
lagi??" tanyamu kemudian mencengkram erat kedua tanganku
"Apaan sih? Aku tak mengerti
apa yang kamu bicarakan"
"jangan berbohong padaku.
Apakah kamu mencintaiku juga seperti aku mencintaimu?" tanyamu membuatku
membelalakan mata tak percaya. Permainan apalagi yang sedang kamu mainkan?
"Cukup. Kamu sudah bahagia
bersama dengannya jangan membuatku seperti ini lagi. jangan membuatku bingung
dengan perasaanku sendiri." lirihku
"Aku serius dengan apa yang aku
katakan. Aku mencintaimu. Ketika aku dulu mencintainya dengan banyak alasan,
aku tak perlu satu alasan pun untuk mencintaimu, karena aku mencintai semua
yang ada pada dirinu. Cuma denganmu aku bisa menjadi diriku sendiri, tak perlu
berpura2 menjadi romatis dan perhatian karena kamu menerimaku apa adanya.
Walaupun dia pernah meninggalkanku bersama pria lain, tapi jauh lebih sakit
saat kamu yang menghindar dariku, mencoba menghilang dari hidupku. Aku mohon
jangan siksa aku lebih lama lagi. Aku mencintaimu" ujarmu kemudian
menarikku ke dalam dekapanmu. Membuatku mau tak mau mengeluarkan air mata yang
aku tahan. "Hei jangan menangis. Aku tak suka melihatmu menangis. Apalagi
akulah alasanmu menangis" ujarmu kemudian menghapus air mataku
"Kamu tau? Kamu adalah
alasanku untuk bisa tersenyum. Aku juga mencintaimu" ujarku membuat ia
langsung tersenyum bahagia. Ku rasa itu kalimat tepat untuk membalas semuanya
The end
kereeen ka :)
BalasHapusMakasih ya udah mau baca + komentar :)
HapusKeren 👍
BalasHapus