Rabu, 26 Desember 2012

You're my reason


Cinta itu....abstrak namun konkrit. Tak bisa dijelaskan namun tau pasti rasanya. Cinta itu tak pernah  bisa ditebak. Termasuk cintaku padamu. Aku bahkan tak pernah membayangkan bahwa aku bisa jatuh cinta padamu. Dulunya aku hanya senang melihat wajahmu, dan permainan piano yang begitu indah. Namun hanya sebatas itu karena aku tau kau sudah ada yang punya. Kau sudah bersama dia dan itu terlihat ketika kau bahkan tak mau melepaskan tangannya dari genggamanmu. Aku mencoba melupakanmu, mencoba menahan agar apa yang aku rasakan hanya sebatas kekaguman. Bahkan aku tetap berusaha mencoba melupakanmu walaupun aku tau kau sudah tak bersamanya lagi. Dan aku berhasil, sampai kau masuk ke dalam hidupku dengan cara yang sama sekali tak ku sangka. Ketika aku menyadari bahwa kau terlalu masuk ke dalam hidupku, aku hanya bisa menggigit bibir, karena aku tau kau telah masuk terlalu dalam dengan kunci yang kau pegang ataukah aku yang sengaja membuka pintu hatiku terbuka lebar?

*****
"Malam ini begitu dingin" ucapku sambil mencoba menghangatkan telapak tanganku yang terasa membeku. Di saat semua teman2ku menghabiskan waktu di rumah sambil melakukan kegiatan yang mereka sukai, aku di sini malah mengerjakan tugas OSIS.
"Benarkah? Kalau begtu biarkan aku menghangatkanmu." Ucapmu kemudian menarik tanganku dan menggenggamnya erat. "Apa terasa hangat sekarang?" tanyamu lembut membuat aku terpaku dan hampir lupa bagaimana cara bernafas. Pipiku yang terasa hangat. Sungguh, aku takkan pernah bisa melupakan bagaimana kau menggenggam tanganku.
  "Masuklah. Aku tak mau kamu semakin kedinginan dan sakit karenaku. Terima kasih untuk malam ini. Aku pulang" ucapmu kemudian pergi begitu saja meninggalkanku yang masih mencoba menahan debaran jantungku. Sugguh, kau punya cara tersendiri membuatku jatuh cinta

**** 
Kau selalu berada di sekelilingku, walaupun kau tak menghampiriku namun dengan ekor mataku aku tau kau sedang mengawasiku. Atau itu hanya karena aku bisa menangkap radarmu? Ataukah aku saja yang terlalu berharap bahwa kau mengawasiku?

****
Aku memandang rintik hujan di luar sana. Aku suka hujan. Hujan seolah bisa menghapus segala masalahku.
“Kamu kenapa belum makan?” Aku tersentak mendapatkanmu berdiri tepat di hadapanku.
“Aku....”
“Kenapa kamu masuk sekolah kalau sakit?” tanyamu lagi membuatku megernyitkan kening tak mengerti. Tau dari mana kau bahwa aku belum makan dan aku sedang sakit? Bahkan teman sebangku pun tak menyadarinya
“Aku baik-baik saja”
“Kamu sungguh tak pintar berbohong. Setidaknya tidak di depanku” ujarmu membuat aku menghembuskan nafas pelan
“Maaf” ujarmu lagi membuat aku mendongak. Aku sungguh tak mengerti kenapa kau meminta maaf. “Gara2 aku, kamu jadi sakit”
“Ini bukan salahmu. Hanya daya tahan tubuhku saja yang lemah” ujarku sambil terkekeh
“Aku membelikanmu bubur. Makan ya?”
“Aku sedang tak ingin makan..”
“Kamu harus cepat sembuh. Aku tak mau kehilangan sekretarisku ini. Atau perlu ku antar ke UKS?” tanyamu lagi membuatku menggeleng pelan
“Aku tak apa2. Lagian kamu masih ada sekretaris 2 kan?”
“Ya, tapi aku Cuma kamu yang aku mau” ucapmu membuat jantungku berdebar. “Makanlah. Apa perlu ku suap?”
“Baiklah aku akan makan. Tapi kamu tak perlu menyuapiku. Kamu kembali ke kelas saja.”
“Tidak. Aku akan menemanimu di sini. Aku akan memastikan kam menghabiskan makananmu. Lagian aku....” ucapmu terhenti kemudian duduk di depanku, sambil menatap mataku “Aku ingin melihat wajahmu lebih lama”

****
Seharusnya ini kisahku dan kisahmu, atau setidaknya itulah yang ku harapkan. cinta tak pernah salah. Lantas jika ada yang tersakiti dalam kisah ini, siapa yang harus dipersalahkan? Aku, kamu atau dia? Aku melihatmu menepuk puncak kepalanya kemudian tersenyum manis padanya. Aku takkan pernah bisa mengalahkannya. Ia punya posisi istimewa di hatimu. Ia cantik, anggun, feminin, dan cerdas. Seperti langit dan bumi. Aku tau hal itu dari dulu, tapi kenapa aku tetap saja mencintaimu?
 Aku akhirnya pergi meninggalkanmu tertawa bersama dengannya. Aku bahagia jika kamu bahagia. Benarkah? Tapi kenapa aku merasa tak rela, mengapa aku ingin akulah yang ada di posisinya? Aku sadar kamu takkan pernah bisa menjadi milikku. Dan aku merasakan pipiku basah karena air mata yang mengalir.

****
"kenapa kamu menghindar dariku akhir2 ini?"
"siapa bilang? Aku masih di sini saja. Kamu yang terlalu sibuk" ucapku sambil tersenyum miring. Bagaimana aku bisa melupakanmu kalau kau masih saja ada di sekitarku
"kamu tak usah berbohong padaku. Ada apa sebenarnya? Apa kamu cemburu melihatku dekat dengan dia lagi??" tanyamu kemudian mencengkram erat kedua tanganku
"Apaan sih? Aku tak mengerti apa yang kamu bicarakan"
"jangan berbohong padaku. Apakah kamu mencintaiku juga seperti aku mencintaimu?" tanyamu membuatku membelalakan mata tak percaya. Permainan apalagi yang sedang kamu mainkan?
"Cukup. Kamu sudah bahagia bersama dengannya jangan membuatku seperti ini lagi. jangan membuatku bingung dengan perasaanku sendiri." lirihku
"Aku serius dengan apa yang aku katakan. Aku mencintaimu. Ketika aku dulu mencintainya dengan banyak alasan, aku tak perlu satu alasan pun untuk mencintaimu, karena aku mencintai semua yang ada pada dirinu. Cuma denganmu aku bisa menjadi diriku sendiri, tak perlu berpura2 menjadi romatis dan perhatian karena kamu menerimaku apa adanya. Walaupun dia pernah meninggalkanku bersama pria lain, tapi jauh lebih sakit saat kamu yang menghindar dariku, mencoba menghilang dari hidupku. Aku mohon jangan siksa aku lebih lama lagi. Aku mencintaimu" ujarmu kemudian menarikku ke dalam dekapanmu. Membuatku mau tak mau mengeluarkan air mata yang aku tahan. "Hei jangan menangis. Aku tak suka melihatmu menangis. Apalagi akulah alasanmu menangis" ujarmu kemudian menghapus air mataku
"Kamu tau? Kamu adalah alasanku untuk bisa tersenyum. Aku juga mencintaimu" ujarku membuat ia langsung tersenyum bahagia. Ku rasa itu kalimat tepat untuk membalas semuanya




The end

3 komentar: