Sabtu, 17 Desember 2011

Sunshine Princess & Ice prince - part 1

Sebelum dilanjutin ceritanya, aku mau jelasin beberapa bagi yang nggak tau.
Senat. Senat itu organisasi yang ada di kampus, mirip sama OSIS
Humas. Hubungan masyarakat. Bidang ini biasanya yang ngehubungin antara mahasiswa dengan senat ataupun dengan senat2 universitas lain
UPMM (Unit Pengembangan Minat Mahasiswa). UPMM ini mirip sama ekskul di SMA

         

       ********
Setelah kuliah berakhir, aku segera balik ke kosan ku, ngambil tas berisi baju untuk 3 hari 2 malam. Tas yang biasanya ku gunakan kalau aku fitness. Sejak kuliah aku emang fitness, soalnya di kampus nggak ada pelajaran khusus untuk olahraga. Jadi kalau mau sehat jasmani, ya cari olahraga sendiri. Sesampainya di kampus, aku celingak-celinguk mencari anggota senat lainnya. Aku melirik ke arah jam tanganku. Udah jam 14.30. Bukannya harus ngumpul jam begini?
“Ify”
“Eh ka Alvin”
“Mau aku bantu bawain nggak?” tanyanya sambil meraih tas dari tanganku
“Nggak usah ka. Aku bisa sendiri. Nggak berat kok” jawabku sambil tersenyum. “Yang lain mana ka?”
”Hmm, belum pada datang”
“Bukannya ngumpul jam setengah 3?”
“Yup. Tapi, you know lah, kalau nggak ngaret bukan namanya Indonesia”
“Kapan mau maju, kalau budaya seperti itu tetap dipertahankan” dengusku sebal, membuat ia terkekeh mendengar penuturanku. Aku memang orang yang sangat tepat waktu dan sangat menghargai waktu. Aku bukan orang yang suka kompromi dengan waktu. Aku pun mengikuti langkah ka Alvin dan duduk di sebelahnya.
“Gimana perkembangan buletin?” tanyanya. Ah yah, buletin memang kerjaanku
“Udah siap cetak sebenarnya, tapi dana dari atas belom turun, jadi pending deh”
“Sabar yah. Atasan emang suka kayak gitu”
“Mahasiswa disuruh kreatif, tapi malah nggak didukung. Gimana sih” Aku mengungkapkan argumen lagi yang membuat ka Alvin tersenyum tipis.
“Kamu baru tahun kedua udah kayak gitu, apalagi aku yang udah tahun keempat. Dari yang sebel2 kayak kamu, sampai udah males”
“Kalau males, entar kita sama sekali nggak ada perubahan ka”
“Kan mereka emang selalu takut ngebuat perubahan” ujar ka Alvin sambil membuat tanda petik dengan jarinya untuk kata mereka yang ditujukan pada dekan, rektor dan staffnya.
“Selalu terpaku dengan yang sudah ada dan menolak perubahan yang sebenarnya untuk kebaikan nama universitas sendiri. Apa sih maunya?”
“Sabar fy”
“Tapi ka..”
“Beginilah kampus kita fy. Suara mahasiswa kadang diabaikan”
“Kadang? Bukannya selalu?” Ka Alvin hanya tertawa sambil mengacak rambutku
“Diiih, pada pacaran di sini”
“Siapa yang pacaran?” ujarku
“lah ini? Berduaan, ketawa2, ka Alvin ngacak rambutmu, itu udah kayak orang pacaran tau.”
“Orang pacaran apaan yang ngomongin kerjaan?”
“Ya kalian”
“Ih viaaa, jangan mulai deh” ujarku pada Via. Ia tertawa melihatku yang salah tingkah. Sivia, dia anggota humas juga. Tapi kerjaan kita beda. Kerjaan dia web, twitter, design. Kalau aku buletin dan lebih ke luar kampus buat ngehubungin sama universitas lain, makanya aku banyak kenal orang luar dan aku emang dasarnya yang suka ngomong
Setelah nunggu 1 jam, akhirnya semua pada ngumpul dan kita pun memulai perjalanan. Aku memasuki bus dan duduk paling belakang bersama Via. Angel dan ka Tian duduk di depan kami dan yang lain duduk sesuai dengan keinginan hati. Selama perjalanan, mataku terpaku pada satu titik, lebih tepatnya satu orang, yaitu ka Rio. Dia duduk sambil menatap ke jendela. Aku mengikuti arah pandangannya.  Tak ada yang menarik. Sungguh! Di luar hanya terdapat rentetan mobil yang terjebak macet ditambah gedung2 bertingkat. Lagi-lagi aku mengangkat bahuku, mencoba untuk tidak memperdulikannya. Tapi itu semua sungguh sulit.
“hei fy, jangan dipelototin kayak gitu, nggak bakal ke mana kok orangnya” bisik via membuat aku mendelik padanya
“Apa sih”
“Nggak usah bohong. Kamu lagi ngeliatin si pangeran es itu kan?”
“Maksudmu ‘rhisus sardonicus’?” ujarku pelan membuat Via langsung ngakak
(NB: rhisus sardonicus itu salah satu gejala pada orang yang terkena tetanus. Di mana gejala itu adalah nggak ada ekspresi yang muncul di wajahnya. Marah, tertawa, semuanya tetap datar)
“Parah banget fy” Aku Cuma nyengir tak berdosa, kemudian asyik menatapnya lagi. Aku sendiri tak mengerti ada daya tarik apa, sehingga mataku tak bisa lepas untuk tidak menatapnya.
“Awas ka Alvin cemburu loh”
“Via, aku nggak ada hubungan apa2 sama ka Alvin”
“Nggak ada hubungan apa2 kok mukanya merah”
“Hmm. Tidur aja yuk” ujarku mencoba mengalihkan pembicaraan. Via semakin tertawa puas melihatku yang semakin salah tingkah. Aku memejamkan mataku. Tapi pikiranku benar2 terbagi antara ka Rio dan ka Alvin. Hei, kenapa aku harus memikirkan mereka?


*******
Setelah menghabiskan waktu 3 jam, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Aku menatap villa yang kami tempati. Di depan gerbangnya terdapat 2 patung yaitu dewa zeus dan atlas. Entah apa maksudnya, apakah ada makna tertentu atau karena pemilik Villa ini menyukai mitologi Yunani. Di sebelah kanan ada taman yang luas lengkap dengan kolam ikan di tengahnya. Walaupun Villa ini bukan berada di gunung ataupun tepi pantai dan masih berada di pinggiran kota, tapi tetap saja ini sangat menarik. Aku bahkan membayangkan bahwa teman2 senagkatanku berlibur di sini. Aku memasuki pintu utama, ada lampu kristal dengan lantai marmer, tangga melingkar di kedua sisinya
“It’s cool” pujiku
“Oke pembagian kelompok main ya. Kelompok 1 : Daud, Septian, Angel , Zahra, Rio dan .....” ucapan panitia terhenti sambil membalikkan kertas yang ia pegang. Aku tak mengerti mengapa aku ingin agar namaku lah yang disebut panitia.
“Sivia” sambung pantia membuat aku sedikit melengos. Catat, hanya sedikit.
“Kelompok 2 : Alvin, Ify, Oik, Dea, Debo dan Deva” aku tidak lagi mendengarkan apa yang dibicarakan. Ah, kenapa aku masih tidak terima kalau Via yang satu kelompok dengan ka Rio?
“Ngelamun aja” ujar seseorang membuatku tersentak
“Ih ka Alvin hobby banget sih ngagetin orang” Ia terkekeh mendengar ucapanku
“Kelompokny kenapa pasangan2 melulu ya?” tanya ka Dea menghampiriku dan ka Alvin.
“Maksudnya ka?”
“Kelompok 1 : Angel sama Tian. Kelompok 3 : Lintar sama Nova. Kelompok 2 : ada kalian berdua” ucap ka Dea.
“Siapa yang pasangan sama ka Alvin sih ka?”
“duh dek, nggak usah malu2. Kalian berdua udah jadi trending topic di angkatanku kok. Cinta di senat” ucap ka dea sambil menaikturunkan alisnya
“Ih, kenapa sih semanya pada hobby ngeledekin aku sama ka Alvin? Pacarnya ka Alvin marah, ntar  aku yang kena”
“loh? Kan pacarku kamu fy” ucap ka Alvin sambil merangkulku dan membuat ka Dea tertawa  puas
“Ini ka Alvin juga ngebuat gosip tambahan deh”
“Supaya nggak jadi gosip dan nggak buat orang pada dosa, kita pacaran beneran aja gimana fy?” tanya ka Alvin
“Hah?”
Bukannya menjawab keterkejutanku, ia malah mengacak rambutku pelan dan melepaskan rangkulannya. Aku hanya terdiam. Kenapa jantungku jadi berdegup cepat? Kenapa ada monster kecil di perutku yang ingin bersorak keluar? Apa yang diomongin ka Alvin itu beneran atau hanya sekedar candaan? Kenapa aku jadi berharap lebih padanya?


******
Hari ini aku masuk kuliah, dan pulang seperti biasanya. 3 hari telah aku lewati bersama anggota senat yang lain. Hari-hari yang menyenangkan karena aku jadi ngerasa dekat sama anggota senat lainnya. Games, makan bersama, bahkan materi2 tentang senat diberikan secara menarik membuat aku benar2 excited.
Aku berjalan ke ruangan UPMM musik yang ada di kampusku. Hari ini memang jadwal latihan dari UPMM ini.
“ka Shilla”
“Hai Ify, gimana LKMM-nya?”
“Seru banget ka.” ucapku bersemangat membuatku ka Shilla tersenyum memandangku. “Hmm, belum dimulai?”
“Masih nunggu 2 orang lagi. Anggota lainnya pada minta jadwal sendiri, soalnya mereka masih harus ujian ntar sore” Aku pun mengangguk tanda mengerti.
“Ify!”
“Agni. Huaaa, akhirnya kamu datang juga”
“Lebay deh lo fy” Aku Cuma nyengir.
“Sorry telat” ucap seseorang lagi membuat aku mencari asal suara.
DEG...aku terdiam. Jadi dia masuk UPMM ini juga?
“Masuk yo.” Ucap ka Shilla. Ya, ka Rio orangnya. Dia pun mengambil tempat di sebelahku. “Oke kita mulai saja latihannya. Kali ini kita bakal latihan duet. Aku sama Agni, Ify sama Rio” ucap ka Shilla membuat aku harus menarik nafas dalam2, mencoba menyadarkan diriku bahwa ini bukan mimpi dan khayalanku semata.
“Jadi kita mau nyanyi apa fy?” tanya Rio membuat aku terperangah. Dia tau namaku? Bahkan selama LKMM kemarin aku nggak sempat mengobrol dengannya.
“Fy?”
“Hmm, pretending aja gimana?”
“Oke, kamu main piano, aku main gitar, terus kita nyanyi  aja sama2 dari awalnya” ujarnya membuat aku mengangguk. Dan tambah lagi 1 hal yang tak ku  mengerti, aku seolah terhipnotis jika berada di dekatnya. Aku seperti kehilangan kemampuan berbicaraku.
“ya, Rio dan Ify dipersilahkan” ucap ka Shilla lagi membuat aku menggigit sedikit bibirku. Well, walaupun aku bisa memainkan piano dan bisa bernyanyi, tapi aku tak sehebat itu.
“Tenang aja. Kamu pasti bisa kok” bisik ka Rio membuat detak jantungku tak beraturan

Face to face and heart to heart
we're so close yet so far apart
I close my eyes, I look away,
that's just because I'm not okay
But I hold on, I stay strong
Wondering if we still belong

Will we ever say the words we're feeling
Reach down underneath and tear down all the walls?
Will we ever have our happy ending Or will we forever only be pretending?
Will we ah-ah, ah-always, ah-ah, ah-always
Ah-ah, ah-always be pretending?

How long do I fantasize, make believe that it's still alive?
Imagine that I am good enough,
and we can choose the ones we love
But I hold on, I stay strong
Wondering if we still belong

Will we ever say the words we're feeling
Reach down underneath and tear down all the walls?
Will we ever have our happy ending Or will we forever only be pretending?
Will we ah-ah, ah-always, ah-ah, ah-always
Ah-ah, always be
Keeping secrets safe, every move we make

Seems like no one's letting go
And it's such a shame 'cause if you feel the same
How am I supposed to know?

Will we ever say the words we're feeling
Reach down underneath and tear down all the walls?
Will we ever have our happy ending Or will we forever only be pretending?
Will we ah-ah, ah-always, ah-ah, ah-always
Ah-ah, ah-always be
Will we ah-ah, ah-always, ah-ah, ah-always Ah-ah, ah-always be
Will we ah-ah, ah-always, ah-ah, ah-always
Ah-ah, ah-always be pretending?
Ka Shilla dan Agni bertepuk tangan. Aku hanya tersenyum kemudian membungkuk sebagai ucapan terima kasih. Nyanyian dari ka Shilla dan Agni sama sekali tak masuk di otakku. Aku tau mereka bernanyi, tapi aku tak dapat mengartikan lagu tersebut. Bukan karena mereka menyanyi tanpa penghayatan. Bukan sama sekali, tapi karena pikiranku memang terfokus pada ka Rio
“Kamu lagi sakit ya fy” bisik ka Rio membuatku sedikit menoleh padanya
“He-eh. Kok tau ka?”
“Tadi kedengaran pas nyanyi” Aku merutuki diriku menanyakan hal bodoh seperti itu. “Istirahat yang cukup, jangan lupa minum obat” ucapnya tanpa menatapku, kemudian bertepuk tangan karena pertunjukkan ka Shilla dan Agni telah selesai. Aku pun hanya mengikuti ka Rio bertepuk tangan. Kenapa jadi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi denganku.
“Oke, latihan kita cukup sampai sini ya. Hari jumat kita ketemu lagi” ucap ka Shilla.
“Kamu pulang bareng siapa fy?” tanya ka Rio membuat aku sedikit tersentak
“Ify”
“Ah, ka Alvin”
“Ayo pulang, aku udah tungguin kamu dari tadi” Aku menggigit bibir bawahku mencoba berpikir tawaran pulang dari siapa yang akan ku terima. 


Bersambung,,,,,

Ify bakal pulang sama Rio atau Alvin? Sebenarnya Ify suka sama Alvin atau Rio?

0 komentar:

Posting Komentar