PENGUMUMAN PEMAIN DRAMA TRUE LOVE
Mario Stevano XI IPA 1 as Koizumi Asano
Alyssa Saufika XI IPA 2 as Yumi Katsushika
Gabriel Steven XI IPA 2 as Masato Senmatsu
Ashilla Zahrantiara
X as Shizuka Ariwara
Sinopsis : Drama True Love ini
menceritakan tentang Yumi yang hebat untuk berperang, memiliki kemampuan bela
diri, keras, cuek dengan penampilan dan tidak berlaku layaknya seorang putri,
tidak ada sisi feminin. Ia merupakan putri sebuah kerajaan, namun ia bukannya
orang yang dilindungi, tapi ia yang memimpin pasukan perang. Asano merupakan
putra dari kerajaan musuh. Walaupun
Asano juga pemimpin perang, namun ia tetap berlaku seperti putra raja. Ia tetap
memperhatikan segala peraturan dan tata krama. Mereka dipertemukan oleh kejadian
yang tidak sengaja, dan jatuh cinta. Namun mereka diperhadapkan dengan banyak
tantangan. Dimulai dari Asano yang akan dinikahkan dengan Shizuka, putri dari
sahabat ayahnya, sekaligus putri salah satu kerajaan yang bisa membantu
kerajaan Asano untuk menghancurkan kerajaan Yumi. Maupun Masato yang merupakan
sahabat sekaligus partner Yumi untuk berperang, malah mengungkapkan cinta pada
Yumi. Dan masalah yang paling besar dihadapi Yumi dan Asano adalah keluarga
mereka sendiri. Manakah yang akan mereka pilih? Cinta? Ataukah keluarga?
True Love Coming soon...
Aku hanya bisa
membulatkan mata ketika melihat pengumuman yang ditempel di mading sekolah. Di
sekolahku memang ada salah satu ekstrakurikuler segala sesuatu berbau jepang.
Sebenarnya aku nggak pernah mengikuti ekskul tersebut, tapi untuk drama True
love yang dibuat oleh ekskul jepang ini, aku malah terpilih menjadi salah satu
pemeran utama. Aku mengikuti audisi pemilihan peran ini karena dipaksa oleh
sahabatku yang merupakan penulis skenario dan sutradara nya. Menurut mereka,
aku cocok untuk memerankan tokoh Yumi, karena memiliki karakter yang mirip. Akhirya
setelah dipaksa, aku pun memutuskan untuk mengikuti audisi yang dilakukan
seminggu lalu. Sungguh, aku masih tak percaya dengan pengumuman ini.
“Selamat ya fy, lo
terpilih jadi Yumi. Gue nggak sabar buat acting
bareng lo” ujar Gabriel yang merupakan sahabatku.
“Selamat juga yel.”
“Sebenarnya gue
pengennya jadi Asano, tapi gue malah dijadiin Masato. Tapi nggak apa2 sih,
soalnya menurut gue Rio emang cocok jadi Asano.” Aku hanya mengangguk. Aku hanya
sekedar tau Rio, anak XI IPA 1. Pemain basket, anak terpintar di kelasnya, tak
lupa wajahnya yang cukup tampan. Kalau ada yang belum mengenalnya mungkin akan
berpikiran bahwa dia adalah tipe cowok cool
atau jaim. Karena itupun yang aku pikirkan saat bertemu dengannya pertama kali.
Tapi setelah aku mengobrol dengannya, aku menyadari satu hal bahwa dia cukup friendly dengan orang yang baru ia
kenal. Hanya sekali aku ngobrol dengannya. Setelah itu dia bahkan bersikap tak
mengenaliku.
“Masuk kelas yuk fy”
ajak Iel, membuatku menganggukan kepala dan mengikuti langkah Iel meninggalkan
papan mading yang masih dipenuhi banyak orang. Ketika aku memasuki kelas, tak
jauh berbeda dengan Iel, teman2 sekelasku secara bergantian memberikan selamat
untukku juga Iel atas tokoh utama dalam drama. Aku pun duduk di tempatku,
memejamkan mata, dan meresapi bagaimana nantinya. Aku sama sekali tak bisa ber-acting. Aku bukan Shilla yang memang
mengambil ekskul drama. Aku di sekolah ini pun hanya mengambil 1 ekskul yaitu
musik, dan menjadi seksi Humas di OSIS. Kepalaku mulai berdenyut memikirkan hal
yang sepertinya akan memiliki tantangan sendiri
****
“Selamat sore semuanya.
Sebelumnya kami mengucapkan selamat kepada semua yang terpilih menjadi pemeran
dalam drama ini. Kalian adalah orang2 terbaik yang kami lihat, bisa membuat
drama ini benar2 menjadi hidup. Untuk lebih meresapinya, dalam kehidupan sehari-hari
kalian mungkin bisa memanggil nama tokoh yang diperankan” Ujar Sivia, sahabatku
yang merupakan penulis skenario dan sutradara. “Rio sebagai Asano, Ify sebagai
Yumi, Iel sebagai masato, dan Shilla sebagai Shizuka, serta pemeran pembantunya
ada.....” aku tidak mendengarkan apa yang dikatakan Via berikutnya. Pikiranku
tertuju hanya pada script yang
sekarang ada di tanganku. Aku mulai membaca setiap skenario dan mulai
menggantikan diriku sebagai Yumi. Cerita yang menarik. Setidaknya ini tentang
kerajaan yang berperang, aku suka tantangan.
“Kalian boleh pulang
sekarang. Tolong dibaca setiap skenarionya, suasana hatinya, dan juga latar
waktu maupun tempat. Besok kita ketemu lagi di sini, untuk latihan. Terima
kasih untuk dukungan semuanya” Ujar Via membuat yang lain meninggalkan tempat.
“Ify!”
“Lo manggil gue?” tanya
gue seperti orang bodoh, membuat Rio tersenyum.
“Nama lo masih Ify kan?
Atau mau gue panggil Yumi?” tanyanya balik membuat aku menggaruk tengkukku
“Ada apa?”
“Setelah ini lo ada
acara nggak?”
“Nggak. Kenapa emangnya?
Lo lagi nggak ngajak gue kencan kan?” tanyaku to the point membuat dia langsung terbahak
“Gue mau ngajakin lo,
baca script bareng2 setidaknya supaya
gue nggak ketiduran dan supaya gue bisa makin memahami karakter gue ”
“Ooh. Boleh, mau di
mana?”
“Di rumah lo?”
“Oke. Itu artinya gue
bareng lo kan?”
“Gue naik motor, lo
jalan kaki” ujarnya membuat gue langsung melongo. Lagi2 dia terbahak melihat
ekspresi gue “Iyalah bareng gue. Lagian gue juga nggak tau rumah lo. Ayo, ntar
kemaleman.” Aku pun mengangguk dan mengikuti dia dari belakang.
“Btw pacar lo nggak
marah kan?”
“Gue belum punya pacar.
Pacar lo kali yang ntar marah”
“Tadi gue udah bilang ke
dia kok, dan dia oke2 aja.”
“Tadi?”
“Ah, Shilla pacar gue. ”
“ooh..”
“Gue kira kabar gue
pacaran sama Shilla udah nyebar seluruh pelosok sekolah, ternyata masih ada aja
yang nggak tau. Atau mungkin karena lo kurang gaul?” Aku langsung memanyunkan
bibir gue, membuat dia sekali lagi tertawa puas melihat ekspresiku.
****
Aku berdiri dari
tempatku, kemudian meregangkan sedikit badanku. Setelah beberapa minggu ini aku
latihan drama, cukup menyita waktu, pikiran dan tenaga ku. Yah, berhubung drama
nya ada perang, maka aku pun harus latihan salah satu bentuk bela diri yang
ada. Cape rasanya, tapi menyenangkan. Hari ini aku masih harus latihan drama
dan bela diri, padahal aku sedang demam mungkin karena kecapean.
“Fy, lo nggak ke kantin?”
tanya Rio yang baru saja memasuki kelasku.
“Males yo, badan gue
pegal2 semua. Males ngapa2in gue. ”
“Udah gue duga” ujarnya
membuatku mengernyitkan kening “Ini gue bawain lo nasi goreng sama aqua. Tadi
waktu ke kantin, gue kepikiran lo, jadinya gue beliin” ujarnya santai membuat
jantungku berdegup cepat. Astaga, beberapa minggu ini aku memang menjadi lebih
dekat dengan Rio. Atau lebih tepatnya terlalu dekat. Dia selalu mengantar
jemputku ke sekolah, mengajakku ke kantin, menemaniku makan, bahkan menungguku
selesai latihan drama, kalau memang tak ada bagiannya untuk latihan. Entahlah
aku benar2 tak mengerti mengapa ada rasa yang asing tumbuh dalam diriku. Rasa yang
menyenangkan sekaligus menggelitik ketika bersama dengannya. Aku sadar ini
salah, aku tau ia sudah ada yang punya, namun semakin aku mencoba mengenyahkan
perasaan ini, malah tumbuh semakin liar.
“Hei kok bengong”
ujarnya membuatku menatapnya
“Makasih ya yo.”
“Iya sama2. Ya udah, lo
makan ya. Gue balik ke kelas dulu” ucapnya kemudian mengacak rambutku pelan,
membuat darahku berdesir, dan bisa kurasakan pipiku memanas, untungnya Rio
tidak melihatnya karena ia sudah berjalan keluar kelasku.
****
Rio P.O.V
Aku melihatnya agak
pucat, untuk latihan drama kali ini. Ka Ray sebagai pelatih bela dirinya,
menyerang dengan ganas, membuat jantungku berdebar. Aku takut dia kenapa2. Satu
tendangan dari ka Ray tepat di ulu hatinya membuat ia sedikit limbung, kemudian
jatuh pingsan
“IFY!!” aku langsung
berlari menghampiri mereka, menggendong tubuh Ify ke UKS. Aku khawatir. Aku
kemudian membaringkan tubuh Ify di salah satu tempat tidur di UKS, kemudian
memanggil petugas UKS yang sedang bertugas saat itu untuk memeriksa Ify
“Ify, nggak apa2. Efek
kecapean makanya ia demam dan bisa pingsan seperti ini”
“Makasih” ucapku
kemudian duduk di tepi tempat tidur Ify. Aku menggenggam tangan kanannya,
matanya masih terpejam. Aku menatap wajahnya yang nampak begitu lelap dan
polos. Berada dengannya sedekat ini membuat jantungku berdegup cepat. Tak lama
kemudian, ia membuka matanya
“Rio?”
“Udah enakan fy?”
“Gue kenapa?”
“Lo pingsan tadi,
ditendang sama ka Ray. Tapi katanya itu efek kecapean lo, dan karena lo lagi
sakit” ujarku mencoba menjelaskan membuat ia mengangguk mengerti “Lo kenapa
nggak bilang sih kalo lagi sakit? Bikin khawatir tau nggak sih
“Maaf” ucapnya sambil
menunduk. Aku menghembuskan nafasku kasar, mengangkat wajahnya yang menunduk.
Aku sadar satu hal saat ini, aku tidak bisa melihatnya sedih, dan itu artinya
aku mencintainya.
“Yang penting lo nggak
apa2”
“Fy..” panggil seseorang
membuat aku melepaskan genggaman tanganku pada Ify
“Ka Ray?”
“Maafin gue ya fy, gue
nggak maksud buat nendang lo kuat2”
“nggak kok ka, gue emang
lagi nggak enak badan, terus jadi ngefek sama latihannya. Harusnya gue yang
minta maaf soalnya nggak bisa latihan dengan baik hari ini”
“nggak apa2 kok fy.
Cepet sembuh ya. Gue balik duluan ya fy, yo” ujar ka Ray kemudian meninggalkan
aku dan Ify di UKS
“Yuk pulang, gue anterin”
ucapku, dan menggandeng tangan Ify berjalan ke arah parkiran. Saat menggenggam
tangannya, ada rasa hangat di dalam dada, dan aku tak ingin melepaskannya.
****
Author P.O.V
Saat ini keadaan terlalu mendesak,
tidak ada lagi cara untuk berdamai. Yumi dan Asano berada dalam perang yang
sama, mempertahankan kerajaan masing-masing. Seolah cinta yang mereka rasakan
dalam waktu kemarin hanyalah sesaat. Beribu pasukan telah mati dalam peperangan
ini. Yumi dan Asano akhirnya berhadapan dengan kondisi yang sama sekali
berbeda. Tekad yang telah dibuat Yumi untuk tidak memandang cinta, dan tetap
menghancurkan kerajaan musuh, runtuh begitu saja ketika menatap mata elang
Asano yang selalu memberikan kedamaian baginya. Tidak ada yang memulai untuk
membunuh.
“Saya tidak ada
hubungan apapun dengan Shizuka. Saya dipaksa oleh ayah. ” ujar Asano
“Kamu pikir, saya
akan mempercayainya begitu saja? Cih..Lagian, saya tidak pernah mencintaimu.
Saya mendekatimu hanya untuk mencari kelemahan dari kerajaanmu” ujar Yumi dan
memalingkan wajahnya. Ia tak sanggup menatap mata Asano terlalu lama. Tanpa
Yumi tau, Asano tersenyum tipis.
“watashi wa Yumi ga
daisuki. (Saya mencintaimu Yumi)” sahut Asano tepat sebelum panah dari Masato
melesat tepat ke jantungnya. Yumi menutup mulutnya menggunakan tangannya,
nafasnya memburu, air mata pun keluar dari kedua matanya. Pertama kalinya ia
menangis dalam hidupnya.
“Watashi wa anata
mo Asano Ai (Saya juga mencintaimu Asano)” bisik Yumi sambil memeluk tubuh
Asano yang bersimbah darah.
“Kau membuatku
jatuh cinta” bisik Asano lebih pelan.
Kerajaan Asano pun
kalah, semuanya mati. Tapi tak begitu dengan cinta yang masih hidup dalam hati
Yumi.
Semua penonton berdiri kemudian bertepuk tangan
riuh. Ada penonton yang tersenyum, ada juga yang masih menghapus air matanya
merasa terharu dengan adegan dari Yumi dan Asano. Semua pemain pun berdiri di
atas panggung, kemudian memberi hormat kepada para penonton. Ify berjalan
meninggalkan panggung, namun Rio malah menahannya.
“Kalimat gue terakhir tadi, berasal dari lubuk
hati gue yang paling dalam. Lo berhasil membuat gue jatuh cinta fy.” Ify tau
kalimat itu sama sekali tak ada di skenario. Apakah Rio sedang mempermainkan
hatinya? Ify memang mencintainya. Bahkan ia sendiri tak sadar kapan ia mulai
jatuh cinta pada pemuda di hadapannya ini. Ataukah ini hanya perasaan semu
karena drama yang mereka mainkan?
“Lo udah punya Shilla, yo. Sadar! Lo nggak pantes
ngomong kayak gitu ke gue. Itu sama aja kayak lo menghancurkan Shilla. Lagian
yang lo rasakan itu Cuma semu, karena drama ini”
“Itu perasaan gue yang sebenarnya. Dan gue yakin
ini bukan semu. Apa lo ngerasain apa juga yang gue rasain?” tanya Rio membuat
Ify harus menahan air matanya. Ia sadar ia juga jatuh cinta, tapi ia tak ingin
dicap sebagai perempuan perebut pacar orang. Ia juga tak ingin menghancurkan
hubungan Rio dan Shilla. Bagaimanapun juga Shilla itu perempuan, punya hati yang
mudah terluka
“Nggak yo”
“Jangan bohongin perasaan lo sendiri fy” ujar Rio
dan mengeratkan genggaman tangannya
“Gue nggak sayang sama lo, gue nggak pernah jatuh
cinta sama lo yo. Puas?”
“Nggak fy!”
“Lo harus mempertahankan perasaan lo buat Shilla,
anggap gue nggak pernah ada di hati lo. Berhenti mencintai gue. Please, gue mohon yo, jangan pernah
ngebuat gue dalam posisi kayak gini lagi. ” Air mata Ify turun mengalir di
kedua pipinya. Rio melepaskan genggamannya.
“Oke kalau itu mau lo. Gue nggak bisa ngelihat
orang yang gue sayang mohon buat gue. Dan satu juga gue mohon buat lo, supaya
lo jangan pernah nangis lagi” ujar Rio kemudian meninggalkan Ify yang masih
saja menangis. Ify sadar satu hal. Drama ini berakhir, dan cinta nya pada Rio
pun harus berakhir.
****
3 tahun kemudian...
RIO P.O.V
Aku menyesap espresso yang ku pesan sejak tadi,
memang tepat menemani saat hujan. Aku mengedarkan pandanganku dan terhenti pada
sosok gadis yang baru saja memasuki caffe ini. Ia mengambil tissue dari tasnya
untuk mengeringkan beberapa bagian tubuhnya serta rambutnya yang basah. Ia
kemudian menghampiri mejaku, duduk tepat di hadapanku, namun matanya masih
tertuju pada buku menu yang ada di tangannya. Aku sama sekali tak menyangka
bisa bertemu dengannya. Aku sadar satu hal, debaran itu tetap ada, dan perasaan
cintaku padanya tetap ada.
“Mbak saya pesan hot cappucino satu. makasih”
ujarnya kemudian mengangkat wajahnya dan menatapku
“Hai, senang sekali bisa bertemu denganmu lagi”
sapaku santai membuat ia terpaku, mungkin ia bahkan berpikir untuk menghilang
saat ini. Namun ternyata pikiranku salah.
“Hai Rio, apa kabar? Sudah lama sekali kita nggak
pernah ketemu. Sekarang kamu kuliah di mana?” tanya nya santai sambil
memberikan senyumannya yang manis
“Aku kuliah di UI, ngambil jurusan kedokteran.
Kamu? Di aussie ngambil jurusan apa?” tanyaku balik. Ada yang salah dalam
percakapan kami. Terlalu baku dan terlalu canggung.
“Aku ngambil fakultas art & music, jurusannya
sih khusus drama & musik” ujarnya santai sambil mengucapkan terima kasih
kepada pelayan yang mengantarkan minuman
“Let me
guess, kamu udah selesai terus balik ke Indonesia untuk berkarir di sini.
Am I right?” Ia langsung tertawa, kemudian mengangguk singkat. Tak ada yang
berubah darinya. Hanya satu yang berubah ia tambah cantik dan feminin tentunya.
Ia kemudian mengedarkan pandangan. “Aku sendirian di sini” ujarku seolah bisa
membaca pikirannya. Ia pun hanya mengangguk mengerti
“Shilla nggak bareng kamu?” Tanyanya membuat aku
mau tak mau tersenyum
“Aku dan Shilla udah putus, sejak SMA” ujarku
membuat ia menggigit ujung bibir bawahmya tanda ia merasa bersalah “tenang
saja, bukan salahmu kok. Aku sudah berusaha melakukan apa yang kamu minta, tapi
nyatanya dia jatuh cinta pada Iel. Jadi aku nggak bisa memaksa kan?” Ia
kemudian menganggukk lagi ‘andai saja kamu masih ada di Indonesia saat itu,
mungkin kisah cinta kita akan berbeda’ batinku.
“Maaf aku nggak tau. Terus pacar kamu sekarang di
mana?”
“Nggak
ada. Aku nunggu seseorang. Seseorang yang sempat menolakku dulu saat drama”
ujarku santai membuat pipinya yang putih bersemu merah “Kamu sendiri? Udah
ketemu belahan jiwamu di sana?” tanyaku
“Nggak.” Jawabnya singkat. Aku dan dia kembali
terdiam. “Sebenarnya alasan utama aku balik ke Indonesia bukan hanya untuk
berkarir di sini, tapi untuk jujur dengan perasaanku sendiri. Perasaan yang aku
tutupi selama 3 tahun ini. Aku...”
“Aku mencintaimu” ujarku memotong ucapannya. Dia
menatapku dengan entahlah tatapan yang tak bisa aku artikan “sampai sekarang. Maaf,
aku tidak bisa memenuhi permintaanmu tiga tahun lalu untuk berhenti
mencintaimu.”
“Maafkan aku yo. Aku melukai perasaanmu. Maaf.”
“Sudah ku bilang itu bukan salahmu. Mungkin sudah
seharusnya kisah kita seperti ini”
“Aku mencintaimu juga Rio” ujarnya membuatku
membelalakan mata tak percaya
“Kamu serius?”
“Dari dulu yo, tapi aku tak punya cukup
keberanian untuk perasaan itu. Perasaan yang aku takutkan hanya sementara.
Aku...” Aku meletakkan telunjukku di bibirnya
“Sst..yang berlalu biarkan berlalu. Kita buka
lembaran yang baru bersama. Would you be
my girl friend?” tanyaku to the point.
Ia mengangguk, membuatku langsung menariknya ke dalam dekapanku
“watashi wa Ify ga daisuki. (Saya mencintaimu
Ify)” sahutku sama seperti dialogku saat drama, membuat Ify langsung tertawa
“Watashi wa anata mo Rio Ai (Saya juga
mencintaimu Asano)”
The End