For the way you changed my plans
For being the perfect distraction
For the way you took the idea that I have
Of everything that I wanted to have
And made me see there was something missing
For being the perfect distraction
For the way you took the idea that I have
Of everything that I wanted to have
And made me see there was something missing
****
Aku membaca salah satu textbook tebal, sambil sekali-kali mencoret di kertas untuk membuatku semakin yakin apa yang dimaksud. Aku melepaskan kacamata yang bertengger di hidungku, meletakannya di meja, kemudian aku mengikat rambutku yang panjang. Mataku terpaku melihat foto dengan bingkai bertulis ‘I Love You’ yang ku letakkan di atas meja belajarku. Aku membuka piguranya, mengambil foto tersebut dan menatapnya lekat2. Senyuman terukir di wajahku. Fotoku dengan salah satu teman SD-ku. Foto itu diambil saat aku memanjat pohon sedangkan temanku yang notabene adalah laki-laki malah menangis di bawah pohon karena tak bisa mengikutiku. Lelaki dengan rambut yang dibelah tengah, kemeja dikancing sampai leher, yang membuat ia nampak culun. Namun walaupun culun, dia adalah sahabatku. Foto yang diambil sebelas tahun yang lalu. Aku membalik lembar foto itu. Ada tulisan berantakan khas anak kelas 1 SD di sudut bawah lembaran itu “Rio selalu sayang Alyssa”
Ah pikiran anak kecil saja sudah seperti itu. Kapan aku bisa bertemu dengannya lagi? Bahkan pertemuan dulu pun begitu singkat karena ia harus mengikuti papanya yang bekerja di luar kota
“Ify” panggi seseorang membuatku tersentak dari lamunanku
“Ya ka” balasku ketika melihat kak Iel, satu2nya kakak yang ku miliki sedang berdiri di depan pintu kamarku
“Temenin kakak ke mall yuk. Kakak mau beli hadiah buat Shilla, tapi kakak nggak tau mau beli apaan”
“Beli kalung atau boneka aja ka”
“Kamu ikut dong, kakak nggak tau mana yang bagus”
“Ka, aku kan lagi belajar”
“Kamu lagi nggak ujian kan”
“Tapi aku kan harus belajar ka, bentar lagi aku sidang skripsi”
“Kamu tuh butuh refreshing sayang”
“refreshing aku ya baca buku ka”
“nggak. Dalam setahun kamu Cuma ke mall 12 kali, setiap bulam sekali. Itu pun juga Cuma ke Gramedia, beli buku, terus baca di rumah. Kamu butuh hiburan honey. Bahkan di rumah kamu Cuma nonton tv 2x dlm setahun. Ayolah, kakak nggak mau loh kamu udah jadi mayat duluan sebelum jadi dokter” ucap ka Iel sambil nyengir membuat aku manyun
“Iya deh ka. Kali ini kakak menang ”
“Makasih sayaaaang” ucapnya langsung lompat2 nggak jelas
“Udah, keluar ka. Aku mau ganti dulu”
“Oke cantik, aku tunggu di mobil ya”
Aku pun mengangguk. Aku memikirkan kata2 ka Iel. Yah, aku memang jarang banget keluar rumah. Aku lebih suka di rumah, menghabiskan waktuku dengan membaca buku pelajaran, atau novel atau komik atau apa aja, karena hobby-ku memang membaca. Everybody knew it. Aku terkadang berpikir, kapan ya aku punya pacar? Ka Iel aja udah punya pacar yaitu ka Shilla. Mereka udah pacaran sejak 4 tahun yang lalu. Yah, kira2 saat ka Iel berumur 22 tahun. Lupakan saja. Toh aku masih 22 tahun. Aku menggelengkan kepalaku, kemudian segera mengganti pakaianku sebelum ka Iel berteriak karena aku kelamaan
****
“Barangnya udah ketemu kan ka? Makan yuuk” ajakku membuat ka Iel langsung mengacak rambutku kemudian merangkulku. Aku emang paling suka saat2 bersama ka Iel
“Makasih ya fy. Makan BK yuk”
“Ya ampuuuun ka, itu nggak bagus, nggak sehat, fast food itu Cuma nambahin kalori yang bu” ka Iel menutup mulutku dengan tangan kanannya agar aku tak banyak berkomentar
“Sekali ini aja fy. Susah ya, jalan sama calon dokter, makan aja diceramahin dulu” ujar ka Iel masih membekap mulutku, aku pun akhirnya hanya diam dna mengikuti langkah ka Iel
“Eh, maaf mas” ucapku ketika melihat cola yang ku bawa dengan nampan, tumpah ke baju ketika secara nggak sengaja bertabrakan dengannya.. Harus aku akui ia memiliki wajah yang tampan, dengan tubuh tinggi proporsional
“Nggak apa2, gue masih ada jaket buat nutupin kok”
“Maaf ya mas, aku bener2 nggak sengaja” ucapku sambil menggigit sudut bibirku
“Ify ya ampun. Maafin adik saya ya mas...Rio?” ujar dan tanya ka Iel membuatku mengangkat wajahku
“Ka Iel? Ya ampun apa kabar ka?” ujar cowok itu sambil bersalama dnegan ka Iel
“Tian gimana?”
“Baik kak. Kakak sendiri gimana?”
“Baik. Masih inget Ify nggak?”
“Jadi ini Ify, temen SD-ku dulu? Kamu tambah cantik aja” ujarnya sambil bersalaman denganku, membuat pipiku memanas. Ya, ini Rio teman SD-ku yang culun banget dulu, di mana aku masih menyiman foto kami berdua
“Beuh, jangan digituin yo, ntar dia malah narsis”
“Kok kamu bisa di sini yo?” tanyaku tak memperdulikan ledekan ka Iel
“Hmm, lagi jalan2”
“Maksudku, kok kamu bisa di jakarta? Bukannya kamu kuliah di Bandung?”
“Lagi nyari cinta” jawabnya membuatku mengangkat sebelah alisku “Bercanda. Lagi nemenin papa ikut kegiatan & acara nikahan sodara ntar ”
“Kapan datangnya?”
“Baru kemaren”
“Kapan baliknya?”
“2 minggu lagi”
“Nggak kuliah?”
“Lagi liburan semester” aku pun hanya meng’o’ kan mulutku kemudian berjalan ke salah satu meja bersama ka Iel dan Rio. Papanya dengan papaku berteman, lebih tepatnya rekan kerja di kantor. Ka Tian –kakaknya- dan ka Iel sahabatan sejak SD-SMP. Terakhir, aku bersahabat dengannya. Kalau ada orang yang bilang bahwa dunia itu sempit, well aku merupakan orang yang pertama kali setuju
****
‘kamu jangan kebanyakan belajar. Aku tau kamu tuh pinter, belajar dikit pasti langsung nguasain. Aku nggak ngelarang kamu belajar. Tapi kamu butuh waktu buat dirimu sendiri. Kamu tau kan otak kita nggak bisa terus dipaksa bekerja, tapi otak kita juga butuh hiburan dan istirahat. Jadi malem minggu nanti kamu temenin aku ke nikahan sodara ya’
Aku menghembuskan nafasku. Di sinilah aku, sedang menyiapkan diri untuk pergi bersama Rio. Entah bagaimana kata2nya seolah sihir tersendiri bagiku. Ketika ka Iel memintaku untuk bersenang-senang berulang kali dan tak berhasil, sedangkan Rio hanya sekali saja ia memintaku dan ya, ia berhasil. Aku merogoh HP-ku yang bergetar
From : Rio
Fy, aku udah di depan rumahmu
Aku membaca pesan singkat dari Rio. Aku tersenyum tipis, memasukkan HP ke dalam tas pestaku, memandang bayangan diriku di cermin. Setelah aku cukup yakin bahwa aku sudah tampil cantik, aku pun segera keluar dari kamarku
“Ka, aku pergi ya ke nikahan nemenin Rio”
“Duh, adik kakak yang satu ini nggak mikirin belajar tapi udah mikirin cinta nih”
“Apaan sih ka. Udah ah, aku pergi ya” ucapku kemudian mengecup pipi kakakku
“Aku pinjem Ify dulu ya ka”
“Hati2 ya Rio”
Aku memasuki mobil Rio. Ntah mengapa akhir2 ini aku sangat senang bersama Rio. Mungkin karena aku menemukan sahabatku lagi atau karena cinta? Aku sendiri tak mengerti perasaanku. Seminggu terakhir ini aku memang semakin dekat dengan Rio. Ia akan selalu mengantar jemputku kuliah, ia mengirimkan sms2 menyemangatiku belajar dan ntah apalagi yang membuatku begitu bahagia. Teman2 kamppusku pun meledekku dengannya, tapi aku hanya tersenyum tipis seolah aku menginginkan itu jadi kenyataan.
“Hei ayo turun” ucapnya sambil menyentuh pipiku lembut. Ia turun dan membukakan pintu untukku. Ia menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke sebuah gedung, yang tak lain dan tak bukan adalah gedung pesta pernikahan sodaranya
“Siapa yang nikah yo?”
“Kakak sepupuku” Jawabnya singkat kemudian menarikku ke arah papa & mamanya berada
“Pa, ma, rio ngajak Ify”
“Malem om, tante”
“Malem fy, apa kabar?”
“Baik om” jawabku sambil bersalaman dengan papa & mama Rio
“Makin gede, makin cantik aja nih”
“Ah, tante bisa aja”
“Gimana kabar papamu fy?”
“Baik om. Tapi papa sama mama lagi di Madrid ngurus perusahaan di sana”
“Makin sukses aja papamu”
“Masih kalah sama om” ujarku membuat mereka tertawa
“Makan yuk fy”
“Om, tante, aku makan dulu ya”
“Iya, iya”
Setelah mengambil makanan, aku mengambil tempat duduk dekat piano kemudian menyantap makananku sambil sesekali memandang orang 2 yang lewat di hadapanku
“Udah punya pacar fy?” tanya Rio yang tiba2 duduk di sebelahku
“Belum”
“Masa sih? Nggak percaya”
“Terserah”
“Kalo aku daftar jadi pacarmu masih boleh?”
“Boleh. Tapi buat pendaftarannya mesti bayar”
“Ada jaminan diterima nggak?”
“Tergantung berapa besar kamu bayarnya”
“Dasar! Udah kayak universitas aja.” Ujarnya membuat aku mau tak mau tersenyum
“Masih suka main piano?”
“Ya”
“Mau nyumbang lagu?”
“Nggak ah, nggak pede”
“Ayolah. Kapan lagi kita duet” ujarnya kemudian menarik tanganku, ia sedikit berbisik ke arah MC & orkestra agar kami berdua bisa bebas memainkan piano dan menyanyi
“Selamat malam semuanya. Lagu ini aku & Ify persembahkan untuk ka Winda & ka Excel. Semoga berbahagia” Rio pun mulai memainkan gitar sedangkan aku memainkan pianoku. Kami pun bernyanyi bersama
****
For the way you're something that I'd never choose
But at the same time, something I don't wanna lose
And never wanna be without ever again
For the way you're something that I'd never choose
But at the same time, something I don't wanna lose
And never wanna be without ever again
*****
Seminggu lalu Rio balik ke Bandung dan aku lost contact lagi dengannya. Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi tak pernah dibalas sms-ku. Apakah aku akan kehilangan dirinya lagi? Sebagai sahabatkah? Atau sebagai sosok yang lain? entahlah. Yang aku tau adalah aku tak ingin ia pergi dari sisiku. Aku tak ingin sendiri lagi tanpanya. Kehilangan. Mungkin kata itu cukup tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini.
Mario stevano change his profile picture.
Aku menatap pemberitahuan di ‘home’ facebook-ku. Aku membuka profilnya. Aku menggigit sudut bibirku. Fotonya bersama seorang gadis. Apakah itu pacarnya? Kapan jadiannya? Baru sajakah? Atau sebelum ia datang ke Jakarta? Aku mendesah. Sahabat. Mungkin kata itulah yang paling tepat untuk menggambarkan hubunganku dengan Rio. Hanya sebatas itu. Dari dulu sampai sekarang, takkan ada yang berubah. Lantas, kenapa aku harus merasa kecewa?
*****
You're the best thing I never knew I needed
So when you were here I had no idea
You the best thing I never knew I needed
So now it's so clear, I need you here always
So when you were here I had no idea
You the best thing I never knew I needed
So now it's so clear, I need you here always
*****
Hal yang paling membahagiakan adalah ketika aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku. Hari ini aku wisuda, dan aku benar2 bahagia saat ini walaupun aku tetap merasa ada yang kurang, karena Rio tak ada di sini. Tapi lupakan saja untuk sejenak. Ini adalah hari bahagiaku, aku hanya ingin benar2 bahagia hari ini tanpa gangguan lainnya. Aku menghempaskan diriku di atas tempat tidur, tanpa mengganti baju batik yang ku gunakan untuk wisuda tadi pagi. Acara hari ini benar2 melelahkan. Mulai dari acara wisuda, maupun dinner bersama mama, papa, ka Iel, dan ka Shilla. Aku pun mengambil HP-ku yang nampaknya begitu banyak sms dan telepon yang tak ku jawab.
From : Rio
Congrates ya
Aku terdiam. Baru saja aku ingin benar2 melupakannya hari ini, ia malah mengingatkan aku lagi.
To : Rio
Makasih
Aku mencoba menutup mataku, namun ka Iel memanggilku.
“Fy, itu ada yang nyariin kamu di bawah”
“Siapa ka?”
“Udah temuin aja” aku pun menuruni tangga. Aku tak percaya, bahwa orang yang mencariku dan duduk di ruang tamu bersama orang tuaku adalah dia
“Rio?”
“Eh fy, ayo duduk sini, temenin Rio. Rio, tante sama om masuk dulu ya” ucap mamaku
“Iya tante, om.” Ucap Rio sambil tersenyum pada mereka
“Kok kamu di sini?”
“Nggak boleh ya?”
“Bukan begitu, tapi...”
“Selamat ya..maaf tadi aku nggak bisa dateng”
“Iya nggak apa2 kok.” Ucapku “jadi, kamu dateng dari bandung jauh2 ke sini Cuma mau ngucapin selamat buat aku?” tanyaku lagi membuatnya tertawa
“Nggak kok, aku ada tujuan lain”
“Udah ku duga. Kamu kan orangnya pelit, mana mau jauh2 dari bandung Cuma ngucapin selamat buat aku”
“Irit bukan pelit”
“Sama aja riooo. Jadi apa tujuan kamu?”
“Duh nggak sabaran banget sih. Nggak ngasih minum dulu kek, apa kek”
“Riooo”
“Iya, iya. Aku mau daftar.”
“Daftar?”
“Buat jadi pacar kamu.”
“Hah?”
“Aku sayang sama kamu” ucapnya membuat aku semakin melebarkan mataku. Aku nggak sedang bermimpi kan? “Dulu, aku pikir itu hanya perasaan anak kecil yang nggak ngerti apa2. Tapi aku sadar saat aku ketemu kamu. Bahwa aku nggak bisa kehilangan kamu. Udah cukup yang dulu, sekarang aku nggak mau lagi”
“pacarmu gimana yo?”
“Pacar?”
“Hmm, cewek yang foto bareng kamu & kamu jadiin profile picture fb” ucapku membuat Rio lagi2 tertawa
“Cemburu?”
“Bukan gitu, tapiii”
“Dia sepupu aku, baru balik dari Aussie. ” ucapnya yang entah bagaimana membuat aku menarik nafas lega “Jadi?”
“Jadi?” tanyaku balik tak mengerti dengan pertanyaannya
“Jadi aku bisa daftar buat pacar kamu?”
“Nggak. Aku nggak mau kamu daftar” ucapku membuat ia sedikit tersentak “Karena tanpa kamu harus daftar pun, kamu akan langsung aku terima” ucapku membuat dia langsung mencubit pipiku
“Rio sakiiiit”
“Aku sayang kamu” ucapnya membuatku merasa pipiku memanas
“Aku juga sayang kamu” balasku sambil tersenyum padanya.
Yah, ini benar2 hari bahagiaku.
*****
I must admit you were not a part of my book
But now if you open it up and take a look
You're the beginning and the end of every chapter
But now if you open it up and take a look
You're the beginning and the end of every chapter