Kamis, 18 Oktober 2012

True love - cerpen


PENGUMUMAN PEMAIN DRAMA TRUE LOVE
Mario Stevano XI IPA 1 as Koizumi Asano
Alyssa Saufika XI IPA 2 as Yumi Katsushika
Gabriel Steven XI IPA 2 as Masato Senmatsu
Ashilla Zahrantiara X as Shizuka Ariwara

Sinopsis : Drama True Love ini menceritakan tentang Yumi yang hebat untuk berperang, memiliki kemampuan bela diri, keras, cuek dengan penampilan dan tidak berlaku layaknya seorang putri, tidak ada sisi feminin. Ia merupakan putri sebuah kerajaan, namun ia bukannya orang yang dilindungi, tapi ia yang memimpin pasukan perang. Asano merupakan putra dari  kerajaan musuh. Walaupun Asano juga pemimpin perang, namun ia tetap berlaku seperti putra raja. Ia tetap memperhatikan segala peraturan dan tata krama. Mereka dipertemukan oleh kejadian yang tidak sengaja, dan jatuh cinta. Namun mereka diperhadapkan dengan banyak tantangan. Dimulai dari Asano yang akan dinikahkan dengan Shizuka, putri dari sahabat ayahnya, sekaligus putri salah satu kerajaan yang bisa membantu kerajaan Asano untuk menghancurkan kerajaan Yumi. Maupun Masato yang merupakan sahabat sekaligus partner Yumi untuk berperang, malah mengungkapkan cinta pada Yumi. Dan masalah yang paling besar dihadapi Yumi dan Asano adalah keluarga mereka sendiri. Manakah yang akan mereka pilih? Cinta? Ataukah keluarga?
            True Love Coming soon...

            Aku hanya bisa membulatkan mata ketika melihat pengumuman yang ditempel di mading sekolah. Di sekolahku memang ada salah satu ekstrakurikuler segala sesuatu berbau jepang. Sebenarnya aku nggak pernah mengikuti ekskul tersebut, tapi untuk drama True love yang dibuat oleh ekskul jepang ini, aku malah terpilih menjadi salah satu pemeran utama. Aku mengikuti audisi pemilihan peran ini karena dipaksa oleh sahabatku yang merupakan penulis skenario dan sutradara nya. Menurut mereka, aku cocok untuk memerankan tokoh Yumi, karena memiliki karakter yang mirip. Akhirya setelah dipaksa, aku pun memutuskan untuk mengikuti audisi yang dilakukan seminggu lalu. Sungguh, aku masih tak percaya dengan pengumuman ini.
            “Selamat ya fy, lo terpilih jadi Yumi. Gue nggak sabar buat acting bareng lo” ujar Gabriel yang merupakan sahabatku.
            “Selamat juga yel.”
            “Sebenarnya gue pengennya jadi Asano, tapi gue malah dijadiin Masato. Tapi nggak apa2 sih, soalnya menurut gue Rio emang cocok jadi Asano.” Aku hanya mengangguk. Aku hanya sekedar tau Rio, anak XI IPA 1. Pemain basket, anak terpintar di kelasnya, tak lupa wajahnya yang cukup tampan. Kalau ada yang belum mengenalnya mungkin akan berpikiran bahwa dia adalah tipe cowok cool atau jaim. Karena itupun yang aku pikirkan saat bertemu dengannya pertama kali. Tapi setelah aku mengobrol dengannya, aku menyadari satu hal bahwa dia cukup friendly dengan orang yang baru ia kenal. Hanya sekali aku ngobrol dengannya. Setelah itu dia bahkan bersikap tak mengenaliku.
            “Masuk kelas yuk fy” ajak Iel, membuatku menganggukan kepala dan mengikuti langkah Iel meninggalkan papan mading yang masih dipenuhi banyak orang. Ketika aku memasuki kelas, tak jauh berbeda dengan Iel, teman2 sekelasku secara bergantian memberikan selamat untukku juga Iel atas tokoh utama dalam drama. Aku pun duduk di tempatku, memejamkan mata, dan meresapi bagaimana nantinya. Aku sama sekali tak bisa ber-acting. Aku bukan Shilla yang memang mengambil ekskul drama. Aku di sekolah ini pun hanya mengambil 1 ekskul yaitu musik, dan menjadi seksi Humas di OSIS. Kepalaku mulai berdenyut memikirkan hal yang sepertinya akan memiliki tantangan sendiri

****
            “Selamat sore semuanya. Sebelumnya kami mengucapkan selamat kepada semua yang terpilih menjadi pemeran dalam drama ini. Kalian adalah orang2 terbaik yang kami lihat, bisa membuat drama ini benar2 menjadi hidup. Untuk lebih meresapinya, dalam kehidupan sehari-hari kalian mungkin bisa memanggil nama tokoh yang diperankan” Ujar Sivia, sahabatku yang merupakan penulis skenario dan sutradara. “Rio sebagai Asano, Ify sebagai Yumi, Iel sebagai masato, dan Shilla sebagai Shizuka, serta pemeran pembantunya ada.....” aku tidak mendengarkan apa yang dikatakan Via berikutnya. Pikiranku tertuju hanya pada script yang sekarang ada di tanganku. Aku mulai membaca setiap skenario dan mulai menggantikan diriku sebagai Yumi. Cerita yang menarik. Setidaknya ini tentang kerajaan yang berperang, aku suka tantangan.
            “Kalian boleh pulang sekarang. Tolong dibaca setiap skenarionya, suasana hatinya, dan juga latar waktu maupun tempat. Besok kita ketemu lagi di sini, untuk latihan. Terima kasih untuk dukungan semuanya” Ujar Via membuat yang lain meninggalkan tempat.
            “Ify!”
            “Lo manggil gue?” tanya gue seperti orang bodoh, membuat Rio tersenyum.
            “Nama lo masih Ify kan? Atau mau gue panggil Yumi?” tanyanya balik membuat aku menggaruk tengkukku
            “Ada apa?”
            “Setelah ini lo ada acara nggak?”
            “Nggak. Kenapa emangnya? Lo lagi nggak ngajak gue kencan kan?” tanyaku to the point membuat dia langsung terbahak
            “Gue mau ngajakin lo, baca script bareng2 setidaknya supaya gue nggak ketiduran dan supaya gue bisa makin memahami karakter gue ”
            “Ooh. Boleh, mau di mana?”
            “Di rumah lo?”
            “Oke. Itu artinya gue bareng lo kan?”
            “Gue naik motor, lo jalan kaki” ujarnya membuat gue langsung melongo. Lagi2 dia terbahak melihat ekspresi gue “Iyalah bareng gue. Lagian gue juga nggak tau rumah lo. Ayo, ntar kemaleman.” Aku pun mengangguk dan mengikuti dia dari belakang.
            “Btw pacar lo nggak marah kan?”
            “Gue belum punya pacar. Pacar lo kali yang ntar marah”
            “Tadi gue udah bilang ke dia  kok, dan dia oke2 aja.”
            “Tadi?”
            “Ah, Shilla pacar gue. ”
            “ooh..”
            “Gue kira kabar gue pacaran sama Shilla udah nyebar seluruh pelosok sekolah, ternyata masih ada aja yang nggak tau. Atau mungkin karena lo kurang gaul?” Aku langsung memanyunkan bibir gue, membuat dia sekali lagi tertawa puas melihat ekspresiku.

****
            Aku berdiri dari tempatku, kemudian meregangkan sedikit badanku. Setelah beberapa minggu ini aku latihan drama, cukup menyita waktu, pikiran dan tenaga ku. Yah, berhubung drama nya ada perang, maka aku pun harus latihan salah satu bentuk bela diri yang ada. Cape rasanya, tapi menyenangkan. Hari ini aku masih harus latihan drama dan bela diri, padahal aku sedang demam mungkin karena kecapean.
            “Fy, lo nggak ke kantin?” tanya Rio yang baru saja memasuki kelasku.
            “Males yo, badan gue pegal2 semua. Males ngapa2in gue. ”
            “Udah gue duga” ujarnya membuatku mengernyitkan kening “Ini gue bawain lo nasi goreng sama aqua. Tadi waktu ke kantin, gue kepikiran lo, jadinya gue beliin” ujarnya santai membuat jantungku berdegup cepat. Astaga, beberapa minggu ini aku memang menjadi lebih dekat dengan Rio. Atau lebih tepatnya terlalu dekat. Dia selalu mengantar jemputku ke sekolah, mengajakku ke kantin, menemaniku makan, bahkan menungguku selesai latihan drama, kalau memang tak ada bagiannya untuk latihan. Entahlah aku benar2 tak mengerti mengapa ada rasa yang asing tumbuh dalam diriku. Rasa yang menyenangkan sekaligus menggelitik ketika bersama dengannya. Aku sadar ini salah, aku tau ia sudah ada yang punya, namun semakin aku mencoba mengenyahkan perasaan ini, malah tumbuh semakin liar.
            “Hei kok bengong” ujarnya membuatku menatapnya
            “Makasih ya yo.”
            “Iya sama2. Ya udah, lo makan ya. Gue balik ke kelas dulu” ucapnya kemudian mengacak rambutku pelan, membuat darahku berdesir, dan bisa kurasakan pipiku memanas, untungnya Rio tidak melihatnya karena ia sudah berjalan keluar kelasku.
            ****
            Rio P.O.V
            Aku melihatnya agak pucat, untuk latihan drama kali ini. Ka Ray sebagai pelatih bela dirinya, menyerang dengan ganas, membuat jantungku berdebar. Aku takut dia kenapa2. Satu tendangan dari ka Ray tepat di ulu hatinya membuat ia sedikit limbung, kemudian jatuh pingsan
            “IFY!!” aku langsung berlari menghampiri mereka, menggendong tubuh Ify ke UKS. Aku khawatir. Aku kemudian membaringkan tubuh Ify di salah satu tempat tidur di UKS, kemudian memanggil petugas UKS yang sedang bertugas saat itu untuk memeriksa Ify
            “Ify, nggak apa2. Efek kecapean makanya ia demam dan bisa pingsan seperti ini”
            “Makasih” ucapku kemudian duduk di tepi tempat tidur Ify. Aku menggenggam tangan kanannya, matanya masih terpejam. Aku menatap wajahnya yang nampak begitu lelap dan polos. Berada dengannya sedekat ini membuat jantungku berdegup cepat. Tak lama kemudian, ia membuka matanya
            “Rio?”
            “Udah enakan fy?”
            “Gue kenapa?”
            “Lo pingsan tadi, ditendang sama ka Ray. Tapi katanya itu efek kecapean lo, dan karena lo lagi sakit” ujarku mencoba menjelaskan membuat ia mengangguk mengerti “Lo kenapa nggak bilang sih kalo lagi sakit? Bikin khawatir tau nggak sih
            “Maaf” ucapnya sambil menunduk. Aku menghembuskan nafasku kasar, mengangkat wajahnya yang menunduk. Aku sadar satu hal saat ini, aku tidak bisa melihatnya sedih, dan itu artinya aku mencintainya.
            “Yang penting lo nggak apa2”
            “Fy..” panggil seseorang membuat aku melepaskan genggaman tanganku pada Ify
            “Ka Ray?”
            “Maafin gue ya fy, gue nggak maksud buat nendang lo kuat2”
            “nggak kok ka, gue emang lagi nggak enak badan, terus jadi ngefek sama latihannya. Harusnya gue yang minta maaf soalnya nggak bisa latihan dengan baik hari ini”
            “nggak apa2 kok fy. Cepet sembuh ya. Gue balik duluan ya fy, yo” ujar ka Ray kemudian meninggalkan aku dan Ify di UKS
            “Yuk pulang, gue anterin” ucapku, dan menggandeng tangan Ify berjalan ke arah parkiran. Saat menggenggam tangannya, ada rasa hangat di dalam dada, dan aku tak ingin melepaskannya.
           
****
            Author P.O.V
            Saat ini keadaan terlalu mendesak, tidak ada lagi cara untuk berdamai. Yumi dan Asano berada dalam perang yang sama, mempertahankan kerajaan masing-masing. Seolah cinta yang mereka rasakan dalam waktu kemarin hanyalah sesaat. Beribu pasukan telah mati dalam peperangan ini. Yumi dan Asano akhirnya berhadapan dengan kondisi yang sama sekali berbeda. Tekad yang telah dibuat Yumi untuk tidak memandang cinta, dan tetap menghancurkan kerajaan musuh, runtuh begitu saja ketika menatap mata elang Asano yang selalu memberikan kedamaian baginya. Tidak ada yang memulai untuk membunuh.
“Saya tidak ada hubungan apapun dengan Shizuka. Saya dipaksa oleh ayah. ” ujar Asano
“Kamu pikir, saya akan mempercayainya begitu saja? Cih..Lagian, saya tidak pernah mencintaimu. Saya mendekatimu hanya untuk mencari kelemahan dari kerajaanmu” ujar Yumi dan memalingkan wajahnya. Ia tak sanggup menatap mata Asano terlalu lama. Tanpa Yumi tau, Asano tersenyum tipis.
“watashi wa Yumi ga daisuki. (Saya mencintaimu Yumi)” sahut Asano tepat sebelum panah dari Masato melesat tepat ke jantungnya. Yumi menutup mulutnya menggunakan tangannya, nafasnya memburu, air mata pun keluar dari kedua matanya. Pertama kalinya ia menangis dalam hidupnya.
“Watashi wa anata mo Asano Ai (Saya juga mencintaimu Asano)” bisik Yumi sambil memeluk tubuh Asano yang bersimbah darah.
“Kau membuatku jatuh cinta” bisik Asano lebih pelan.
Kerajaan Asano pun kalah, semuanya mati. Tapi tak begitu dengan cinta yang masih hidup dalam hati Yumi.
Semua penonton berdiri kemudian bertepuk tangan riuh. Ada penonton yang tersenyum, ada juga yang masih menghapus air matanya merasa terharu dengan adegan dari Yumi dan Asano. Semua pemain pun berdiri di atas panggung, kemudian memberi hormat kepada para penonton. Ify berjalan meninggalkan panggung, namun Rio malah menahannya.
“Kalimat gue terakhir tadi, berasal dari lubuk hati gue yang paling dalam. Lo berhasil membuat gue jatuh cinta fy.” Ify tau kalimat itu sama sekali tak ada di skenario. Apakah Rio sedang mempermainkan hatinya? Ify memang mencintainya. Bahkan ia sendiri tak sadar kapan ia mulai jatuh cinta pada pemuda di hadapannya ini. Ataukah ini hanya perasaan semu karena drama yang mereka mainkan?
“Lo udah punya Shilla, yo. Sadar! Lo nggak pantes ngomong kayak gitu ke gue. Itu sama aja kayak lo menghancurkan Shilla. Lagian yang lo rasakan itu Cuma semu, karena drama ini”
“Itu perasaan gue yang sebenarnya. Dan gue yakin ini bukan semu. Apa lo ngerasain apa juga yang gue rasain?” tanya Rio membuat Ify harus menahan air matanya. Ia sadar ia juga jatuh cinta, tapi ia tak ingin dicap sebagai perempuan perebut pacar orang. Ia juga tak ingin menghancurkan hubungan Rio dan Shilla. Bagaimanapun juga Shilla itu perempuan, punya hati yang mudah terluka
“Nggak yo”
“Jangan bohongin perasaan lo sendiri fy” ujar Rio dan mengeratkan genggaman tangannya
“Gue nggak sayang sama lo, gue nggak pernah jatuh cinta sama lo yo. Puas?”
“Nggak fy!”
“Lo harus mempertahankan perasaan lo buat Shilla, anggap gue nggak pernah ada di hati lo. Berhenti mencintai gue. Please, gue mohon yo, jangan pernah ngebuat gue dalam posisi kayak gini lagi. ” Air mata Ify turun mengalir di kedua pipinya. Rio melepaskan genggamannya.
“Oke kalau itu mau lo. Gue nggak bisa ngelihat orang yang gue sayang mohon buat gue. Dan satu juga gue mohon buat lo, supaya lo jangan pernah nangis lagi” ujar Rio kemudian meninggalkan Ify yang masih saja menangis. Ify sadar satu hal. Drama ini berakhir, dan cinta nya pada Rio pun harus berakhir.
****
3 tahun kemudian...
RIO P.O.V
Aku menyesap espresso yang ku pesan sejak tadi, memang tepat menemani saat hujan. Aku mengedarkan pandanganku dan terhenti pada sosok gadis yang baru saja memasuki caffe ini. Ia mengambil tissue dari tasnya untuk mengeringkan beberapa bagian tubuhnya serta rambutnya yang basah. Ia kemudian menghampiri mejaku, duduk tepat di hadapanku, namun matanya masih tertuju pada buku menu yang ada di tangannya. Aku sama sekali tak menyangka bisa bertemu dengannya. Aku sadar satu hal, debaran itu tetap ada, dan perasaan cintaku padanya tetap ada.
“Mbak saya pesan hot cappucino satu. makasih” ujarnya kemudian mengangkat wajahnya dan menatapku
“Hai, senang sekali bisa bertemu denganmu lagi” sapaku santai membuat ia terpaku, mungkin ia bahkan berpikir untuk menghilang saat ini. Namun ternyata pikiranku salah.
“Hai Rio, apa kabar? Sudah lama sekali kita nggak pernah ketemu. Sekarang kamu kuliah di mana?” tanya nya santai sambil memberikan senyumannya yang manis
“Aku kuliah di UI, ngambil jurusan kedokteran. Kamu? Di aussie ngambil jurusan apa?” tanyaku balik. Ada yang salah dalam percakapan kami. Terlalu baku dan terlalu canggung.
“Aku ngambil fakultas art & music, jurusannya sih khusus drama & musik” ujarnya santai sambil mengucapkan terima kasih kepada pelayan yang mengantarkan minuman
Let me guess, kamu udah selesai terus balik ke Indonesia untuk berkarir di sini. Am I right?” Ia langsung tertawa, kemudian mengangguk singkat. Tak ada yang berubah darinya. Hanya satu yang berubah ia tambah cantik dan feminin tentunya. Ia kemudian mengedarkan pandangan. “Aku sendirian di sini” ujarku seolah bisa membaca pikirannya. Ia pun hanya mengangguk mengerti
“Shilla nggak bareng kamu?” Tanyanya membuat aku mau tak mau tersenyum
“Aku dan Shilla udah putus, sejak SMA” ujarku membuat ia menggigit ujung bibir bawahmya tanda ia merasa bersalah “tenang saja, bukan salahmu kok. Aku sudah berusaha melakukan apa yang kamu minta, tapi nyatanya dia jatuh cinta pada Iel. Jadi aku nggak bisa memaksa kan?” Ia kemudian menganggukk lagi ‘andai saja kamu masih ada di Indonesia saat itu, mungkin kisah cinta kita akan berbeda’ batinku.
“Maaf aku nggak tau. Terus pacar kamu sekarang di mana?”
 “Nggak ada. Aku nunggu seseorang. Seseorang yang sempat menolakku dulu saat drama” ujarku santai membuat pipinya yang putih bersemu merah “Kamu sendiri? Udah ketemu belahan jiwamu di sana?” tanyaku
“Nggak.” Jawabnya singkat. Aku dan dia kembali terdiam. “Sebenarnya alasan utama aku balik ke Indonesia bukan hanya untuk berkarir di sini, tapi untuk jujur dengan perasaanku sendiri. Perasaan yang aku tutupi selama 3 tahun ini. Aku...”
“Aku mencintaimu” ujarku memotong ucapannya. Dia menatapku dengan entahlah tatapan yang tak bisa aku artikan “sampai sekarang. Maaf, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu tiga tahun lalu untuk berhenti mencintaimu.”
“Maafkan aku yo. Aku melukai perasaanmu. Maaf.”
“Sudah ku bilang itu bukan salahmu. Mungkin sudah seharusnya kisah kita seperti ini”
“Aku mencintaimu juga Rio” ujarnya membuatku membelalakan mata tak percaya
“Kamu serius?”
“Dari dulu yo, tapi aku tak punya cukup keberanian untuk perasaan itu. Perasaan yang aku takutkan hanya sementara. Aku...” Aku meletakkan telunjukku di bibirnya
“Sst..yang berlalu biarkan berlalu. Kita buka lembaran yang baru bersama. Would you be my girl friend?” tanyaku to the point. Ia mengangguk, membuatku langsung menariknya ke dalam dekapanku
“watashi wa Ify ga daisuki. (Saya mencintaimu Ify)” sahutku sama seperti dialogku saat drama, membuat Ify langsung tertawa
“Watashi wa anata mo Rio Ai (Saya juga mencintaimu Asano)”

The End